Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Konstruksi Perkerasan Jalan Lentur

Perkerasan jalan aspal adalah campuran antara agregat dan bahan ikat

yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai

antara lain adalah batu pecah, batu belah, dan batu kali . Sedangkan bahan

ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat.

Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), adalah perkerasan yang

menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan

perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah

dasar. Aspal itu sendiri adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada

temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan

sampai suatu temperatur tertentu, aspal dapat menjadi lunak / cair sehingga

dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton. Jika

temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada

tempatnya (sifat termoplastis). Sehingga lapisan perkerasan tersebut

mempunyai flexibilitas / kelenturan yang dapat menciptakan kenyaman

kendaraan dalam melintas diatasnya.

Sifat aspal berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku

dan rapuh sehingga daya adhesinya terhadap partikel agregat akan

II-1
berkurang. Perubahan ini dapat diatasi / dikurangi jika sifat-sifat aspal

dikuasai dan dilakukan langkah-langkah yang baik dalam proses

pelaksanaan.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan

diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi

untuk Lapisan Permukaan (surface course), Lapisan Pondasi Atas (base

course), Lapisan Pondasi Bawah (sub base course), Lapisan Tanah Dasar

(sub grade) menerima beban lalu lintas dan menyebarkan lapisan yang ada

di bawahnya, sehingga beban yang diterima oleh lapisan permukaan dan

lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.

2.2 Struktur Perkerasan Jalan Lentur

Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan

perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

- Lapisan tanah dasar (sub grade)

- Lapisan pondasi bawah (subbase course)

- Lapisan pondasi atas (base course)

- Lapisan permukaan / penutup (surface course )

II-2
Lapis Permukaan

Lapis Pondasi Atas

Lapis Pondasi Bawah

Tanah Dasar

Gambar 2.1 lapisan Perkerasan Jalan Lentur

A. Tanah Dasar (sub grade)

Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian

atau permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan

permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan

badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai

fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika

tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain.

Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :

a. Lapisan tanah dasar, tanah galian.

b. Lapisan tanah dasar, tanah urugan.

c. Lapisan tanah dasar, tanah asli

II-3
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat

tergantung dari sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya

persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut:

a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah

tertentu akibat beban lalu lintas.

b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat

perubahan kadar air.

c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara

pasti pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan

kedudukannya, atau akibat pelaksanaan.

B. Lapisan Pondasi Bawah (sub base course)

Lapisan Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara

lapis pondasi atas dan tanah dasar.

Lapisan pondasi bawah ini berfungsi sebagai :

a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke

tanah dasar.

b. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

c. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik

ke lapis pondasi atas.

d. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat

(akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal

pelaksanaan pekerjaan.

II-4
e. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama

hujan.

Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar

terhadap roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang

memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.

Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang

relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi

bawah. Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen

portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang

efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

C. Lapisan Pondasi Atas (base course)

Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis

permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak

menggunakan lapis pondasi bawah).

Fungsi lapisan pondasi atas antara lain:

- Sebagai bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban

roda, dan menyebarkan beban kelapisan bawahnya

- Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet

sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu

bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan

II-5
penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan

persyaratan teknik. Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR

> 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain :

batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.

D. Lapisan Permukaan (surface course)

Lapisan Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas atau

lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan. Fungsi

lapis permukaan antara lain:

- Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.

- Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan

(lapis aus).

- Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak

meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.

- Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat

dipikul oleh lapisan di bawahnya

Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan

untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan

bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu

bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti

mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu

lintass.Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan

II-6
kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat

yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.

2.3 Lapisan Aspal Beton (LASTON)

Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada

konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan

aspal keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas

pada suhu tertentu. Agregat minimal yang digunakan yang berkualitas tinggi

dan menurut proporsi didalam batasan yang ketat. Spesifikasi untuk

pencampuran, penghamparan kepadatan akhir dan kepadatan akhir

penyelesaian akhir permukaan memerlukan pengawasan yang ketat atas

seluruh tahap konstruksi.

Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Laston merupakan

suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras

dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan

dipadatkan pada suhu tertentu. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan

jenis aspal yang akan digunakan. Sedangkan yang dimaksud gradasi

menerus adalah komposisi yang menunjukkan pembagian butiran yang

merata mulai dari ukuran yang terbesar sampai ukuran yang terkecil. Lapis

aspal beton pertama kali dikembangkan di Amerika oleh Asphalt Institude

dengan nama Asphalt Concrete (AC).

II-7
Adapun sifat – sifat Laston (AC) adalah kedap terhadap air, tahan

terhadap keausan akibat lalu lintas, mempunyai nilai struktural, mempunyai

stabilitas yang tinggi serta peka terhadap penyimpangan perencanaan dan

pelaksanaan. Dari hal tersebut tentu laston (AC) mempunyai fungsi sebagai

pendukung beban lalu lintas, laston juga berfungsi sebagai lapisan aus atau

yang terletak di atas pada perkerasan sehingga melindungi konstruksi

dibawahnya selain itu laston berfungsi sebagai penyedia permukaan jalan

yang rata dan tidak licin

Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum laston mempunyai

latar belakang :

1. Yang diutamakan adalah stabilitas, yang merupakan sasaran Lapisan

Aspal beton.

2. Gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi harus menerus (well

graded), agar interlocking antara butir besar.

3. Karena gradasi yang digunakan gradasi menerus maka menyebabkan

rongga antar butir menjadi kecil.

4. Kebutuhan campuran terhadap aspal adalah sedikit, agar mencegah

bleeding.

Karena kebutuhan aspal sedikit maka selimut aspal (Film

Thickness) Menjadi tipis sehingga aspal akan mudah teroksidasi,

menyebabkan laston lapisan aus akan cepat lelah (Fatique). Akibatnya

campuran tidak awet sehingga menyebabkan lapisan aus mudah retak –

II-8
retak, daya lekat aspal berkurang dan umur jalan berkurang.

Menurut spesifikasi, campuran beraspal Departemen Pekerjaan Umum

laston dibagi menjadi :

1. AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course)

2. AC-BC (Asphalt Concrete-Binder Course)

3. AC-Base (Asphalt Concrete-Base)

Asphalt Concrete – Wearing Course

Asphalt Concrete – Binder Course

Asphalt Concrete – Base

Gambar 2.2 Lapisan Aspal Beton

A. AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course)

Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt

Concrete-Wearing Course), diameter butir maksimal 19,0 mm, bertekstur

halus. Asphalt Concrete -Wearing Course merupakan lapisan perkerasan

yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun

bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah daya tahan perkerasan

terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan menambah masa

pelayanan dari konstruksi perkerasan .fungsi lapis aus ini adalah sebagai

lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan

II-9
untuk memberikan kekesatan permukaan jalan. Lapis aus tidak

diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas

B. AC-BC (Asphalt Concrete-Binder Course)

Laston sebagai lapisan antara/pengikat, dikenal dengan nama AC-BC

(Asphalt Concrete-Binder Course), diameter butir maksimal 25,4 mm,

bertekstur sedang. Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak

dibawah lapisan aus (Wearing Course) dan di atas lapisan pondasi (Base

Course). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus

mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi

tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke lapisan

di bawahnya yaitu Base dan Sub Grade (Tanah Dasar). Karakteristik yang

terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.

C. AC-Base (Asphalt Concrete-Base)

Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base

(Asphalt Concrete-Base), diameter butir maksimal 37,5 mm, bertekstur

kasar. Lapisan ini merupakan perkerasan yang terletak di bawah lapis

pengikat (AC- BC), perkerasan tersebut tidak berhubungan langsung

dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk menahan beban lalu

lintas yang disebarkan melalui roda kendaraan. Perbedaan terletak pada

jenis gradasi agregat dan kadar aspal yang digunakan. Menurut Departemen

Pekerjaan Umum (1983). Laston Atas atau lapisan pondasi atas (AC- Base)

II-10
merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal

dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan dalam keadaan

panas. Lapis Pondasi (AC- Base) mempunyai fungsi memberi dukungan

lapis permukaan; mengurangi regangan dan tegangan; menyebarkan dan

meneruskan beban konstruksi jalan di bawahnya (Sub Grade).

Lapisan aspal beton terdiri dari campuran aspal keras dan agregat

yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada

suhu tertentu. Bahan Laston terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler

(jika diperlukan) dan aspal keras. Bahan harus terlebih diteliti mutu dan

gradasinya. Penggunaan hasil pencampuran aspal dari beberapa pabrik yang

berbeda tidak dibenarkan walaupun jenis aspal sama. Laston AC-binder

course adalah lapisan perkerasan yang letaknya dibawah lapisan aus (AC-

WC) dan tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu

memiliki. stabilitas untuk memikul beban lalu-lintas yang dilimpahkan

melalui roda kendaraan (Sukirman, S 2003). Tebal minimum lapis AC-BC

adalah 6 cm. Ketentuan sifat – sifat campuran beraspal panas di Indonesia

seperti campuran beraspal jenis AC-BC (Binder Course) adalah ketentuan

yang telah dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana

Wilayah bersama- sama dengan Bina Marga. hal itu menjadi acuan dalam

penelitian ini. yaitu seperti tertera dalam Tabel 1. di bawah ini :

II-11
Tabel 1. Ketentuan Sifat – Sifat Campuran Beraspal Panas (AC).

LASTON
Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis Pengikat Lapis
Aus / Antara Pondasi
Kadar aspal efektif Min 5,1 4,3 4,0
Penyerapan aspal (%) Max 1,2
Jumlah tumbukan perbidang 75 112
Min 3,5
Rongga dalam campuran (VIM) (%)
Max 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi Aspal (VFA) (%) Min 65 63 60
Min 800 1800
Stabilitas Marshall (Kg)
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 4,5
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama 24 jam, 60oC
Rongga dalam campuran (%) Min 2,5
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 6 Perkerasan aspal.

2.4 Bahan Penyusun Campuran Aspal Beton

Jenis perkerasan lapisan aspal beton ini merupakan campuran merata

antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu

(Sukirman, S. 1992). Bahan Laston terdiri dari agregat kasar, agregat

halus,filler (jika diperlukan) dan aspal keras. Berikut bahan penyusun

konstruksi perkerasan jalan :

1. Agregat

Agregat atau biasa disebut batuan didefinisikan secara umum sebagai

formasi kulit bumi yang keras dan solid. ASTM (1974) mendefinisikan

batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa

berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. Agregat merupakan

II-12
komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95 %

agregat.

Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana

transportasi, khususnya pada konstruksi perkerasan jalan. Daya dukung

perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang

digunakan. Dengan pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi syarat akan

sangat menentukan keberhasilan pembangunan jalan.

Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal dibagi atas

2 (dua) fraksi, yaitu :

a) Agregat Kasar

Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36

mm). Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang

bersih, kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan

material asing lainya serat mempuyai tekstur permukaan yang kasar dan

tidak bulat agar dapat memberikan sifat interlocking yang baik dengan

material yang lain. Tingginya kandungan agregat kasar membuat lapis

perkerasan lebih permeabel. Hal ini menyebabkanrongga udara meningkat

dan menurunya daya lekat bitumen, maka terjadi pengelupasan aspal dari

batuan.

Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 2.

di bawah ini.

II-13
Tabel 2. Ketentuan Agregat Kasar.

Pengujian Standar Nilai


Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium
SNI 3407:2008 Maks.12 %
dan magnesium sulfat
Campuran AC bergradasi kasar Maks. 30%
Abrasi dengan
SNI 2417:2008
mesin Los Angeles Semua jenis campuran aspal Maks. 40%
bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %

Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) DoT’s 95/90


Pennsylvania
Test Method,
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) 80/75
PTM No.621
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10 %
Perbandingan 1: 5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 6 Perkerasan Aspal.

b) Agregat Halus

Agregat halus atau pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami

batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat halus

adalah material yang lolos saringan no.8 (2,36mm). Agregat dapat

meningkatkan stabilitas campuran dengan penguncian (interlocking) antara

butiran. Selain itu agregat halus juga mengisi ruang antara butir, bahan ini

dapat terdiri dari butir-butiran batu pecah atau pasir alam atau campuran

dari keduanya.

Agregat halus pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 3.

di bawah ini.

II-14
Tabel 3. Ketentuan Agregat Halus.

Pengujian Standar Nilai

Min 50% untuk SS, HRS


dan AC bergradasi Halus
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997
Min 70% untuk AC
bergradasi kasar

Maks. 8%
Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997

Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1%


Angularitas (kedalaman dari
permukaan < 10 cm) AASHTO TP-33 Min. 45
atau
Angularitas (kedalaman dari
ASTM C1252-93 Min. 40
permukaan 10 cm)

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 6 Perkerasan Aspal.

c) Bahan Pengisi

Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang harus kering dan bebas dari

gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat non plastis. Filler harus

mengandung bahan yang lolos saringan No. 200 (0,075) tidak kurang dari

75% terhadap beratnya. Filler dapat berfungsi untuk mengurangi kepekaan

terhadap temperatur serta mengurangi jumlah rongga udara dalam

campuran, namun demikian jumlah filler harus dibatasi pada suatu batas

yang menguntungkan. Terlampau tinggi kadar filler maka cenderung

menyebabkan campuran menjadi getas dan akibatnya akan mudah retak

akibat beban lalu lintas.

2. Aspal

Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam

kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair

II-15
bila mendapat pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang

membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada

tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya

aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen. Oleh

sebab itu, aspal sering disebut material berbituminous.

Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga

disebut aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan

proses penyulingan akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus

yang cocok untuk pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan

campuran beraspal.

Fungsi aspal pada perkerasan jalan adalah :

a. Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu

sendiri.

b. Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan

pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.

c. Agar agregat tidak lepas dan tidak mudah terabrasi akibat lalu lintas.

Jenis – jenis aspal terdiri dari aspal alam, Aspal buatan, dan aspal modifikasi
yaitu :

a. Aspal alam, yaitu aspal yang didapat di suatu tempat di alam, dan dapat

dipergunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit

pengelolahan. Aspal alam ada yang diperoleh dari gunung ataupun danau

II-16
b. Aspal buatan, yaitu aspal yang merupakan residu penggilangan minyak

bumi. Aspal buatan dengan bahan dasar minyak dapat dibedakan atas:

- Aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis

sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan

dan sebaliknya.

- Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan

bahan pelarut berbasis minyak.

- Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras.

Pada proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan

didispersikan dalam air.

Campuran beraspal diatas harus memenuhi spesifikasi yang telah

dibuat sebagai standar pekerjaan jalan. Namun, tidak jarang perkerasan jalan

diatas mengalami tingkat penurunan pelayanan jalan yang disebabkan

terjadinya kerusakan dini perkerasan diawal umur pelayanan. Akibatnya

tingkat keamanan dan kenyamanan berkendaraan berkurang karena kondisi

bentuk dan hasil pemeliharaan rutin maupun peningkatan jalan tidak

memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Oleh sebab itu dilakukan evaluasi

dengan cara mengontrol kualitas perkerasan konstruksi pada spesifikasi

yang ditetapkan pada pekerjaan jalan.

2.5 Karakteristik Campuran Aspal Beton

Untuk menghasilkan campuran perkerasan yang baik harus

II-17
diperhatikan mengenai karakteristik campuran yang dimiliki oleh aspal

beton. Menurut Sukirman, S (1992), terdapat tujuh karakteristik campuran

yang harus dimiliki oleh aspal beton yaitu :

1. Stabilitas (stability)

Stabilitas perkeresan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan

menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti

gelombang, alur atau bleeding. Nilai stabilitas yang terlalu tinggi

menyebabkan lapis perkerasan menjadi kaku dan cepat mengalami retak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas aspal beton adalah :

a. Gesekan internal yang dapat berasal dari kekasaran permukaan

butir- butir agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk

butir, gradasi agregat, kepadatan campuran dan tebal film aspal.

b. Kohesi yang merupakan gaya ikat aspal yang berasal dari daya

lekatnya, sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar

butir agregat.

2. Keawetan (durability)

Durabilitas adalah kemampuan aspal beton menerima repetisi beban

lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan dan

permukaan jalan serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim,

seperti udara, air atau perubahan suhu.

3. Kelenturan (fleksibility)

II-18
Fleksibilitas pada lapis perkerasan adalah kemampuan aspal beton

untuk menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan

pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak.

4. Tahanan Geser/ Kekesatan (skid resistance)

Kekesatan adalah kemampuan permukaan aspal beton terutama pada

kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga

kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip.

5. Kedap Air (impermeability)

Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki

air ataupun udara lapisan aspal beton. Air dan udara dapat mengakibatkan

percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan selimut aspal dari

permukaan agregat.

6. Ketahanan Terhadap Kelelahan (fatique resistance)

Ketahanan campuran beraspal terhadap lelah adalah kemampuan

lapisan aspal beton menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa

terjadinya kelelahan berupa alur ataupun retak.

7. Kemudahan Pelaksanaan (workability)

Workabilitas adalah kemampuan campuran aspal beton untuk mudah

dihamparkan dan dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan menentukan tingkat

efisiensi pekerjaan. Faktor kemudahan dalam proses pelaksanaan adalah

II-19
viskositas aspal, kepekatan aspal terhadap perubahan temperatur dan gradasi

serta kondisi agregat. Namun Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi

menyebabkan pelaksanaan lebih sukar.

Ketujuh sifat campuran aspal beton ini tidak mungkin dapat dipenuhi

sekaligus oleh satu campuran. Sifat-sifat aspal beton mana yang dominan

lebih diinginkan akan menentukan jenis aspal beton yang dipilih. Hal ini

sangat perlu diperhatikan ketika merancang tebal perkerasan jalan. Jalan

yang melayani lalu lintas ringan seperti mobil penumpang sepantasnya lebih

memilih jenis perkerasan aspal beton yang mempunyai sifat durabilitas dan

fleksibilitas yang tinggi daripada memilih jenis perkerasan beton dengan

stabilitas tinggi.

Pada proyek pekerjaan Perkerasan jalan alat-alat berat yang digunakan

adaah sebagai berikut :

1. Asphal Mixing Plant, digunakan untuk membuat campuran aspal panas.

2. Asphal finisher, digunakan pada saat finishing pekerjaan pengaspalan.

3. Asphal Sprayer, digunakan untuk menyemprotkan aspal cair.

4. Compressor 4000 - 6500 L/M, digunakan untuk pengecatan semprot

mesin.

5. Concrete Mixer 0.3 - 0.6 m³, digunakan utnuk mengaduk campuran

beton atau mortar.

6. Dump Truck 3 - 4 m³, digunakan untuk membawa material pekerjaan

kelokasi proyek atau membuang hasil pekerjaan yang disyaratkan untuk

dibuang diluar lokasi.

II-20
7. Excavator, digunakan untuk pekerjaan galian atau keprasan yang

menggunakan mesin atau memiliki volume besar.

8. Flat Bed truck 3 - 4 m³, digunakan untuk membawa material atau bahan

ke lokasi pekerjaan.

9. Generator Set, digunakan sebagai pembangkit listrik alternative untuk

mendukung pekerjaan lapangan.

10. Motor Grader > 100 HP, digunakan untuk penggelaran material

berbutir baik pada pekerjaan bahu maupun badan jalan.

11. Whell Loader, digunakan untuk mengangkut material dengan jarak

dekat dan membantu untuk menaikan material ke dumptruck.

12. Tandem Roller 6 - 8 T, fungsinya sama dengan whell loader tetapi

memiliki roda bukan karet dan dapat digunakan pada kondisi kontur

yang sulit.

13. Tire roller, digunakan untuk menggilas pekerjaan perkerasan.

14. Vibratory roller, digunakan untuk penggilasan bergetar pada saat

pelaskanaan.

15. Concrete Vibrator, di gunakan untuk penggetar yang fungsinya agar

pada saat pengecoran didapatkan beton yang unporous.

16. Stone Chrusher, digunakan untuk membuat batu kali, menjadi agregat

dengan ukuran tertentu.

17. Water Pump, digunakan untuk mengambil air dari sumber/ mata air

untuk keperluan pekerjaan.

II-21
18. Water tanker, digunakan untuk membawa air dengan jumlah cukup

banyak untuk keperluan pekerjaan ini.

19. Stamper, digunakan untuk memadatkan bahu jalan atau area yang

disyaratkan untuk dipadatkan dengan menggunakan alat ini.

2.6 Pembuatan Aspal Beton

Pada AMP tipe drum mix, maka agregat dari semua fraksi masuk

kedalam dryer berikut bahan filler apabila diperlukan. Proses pencampuran

terjadi didalam drum dryer di bagian ujung keluar aspal panas disemprotkan

melalui pipa aspal yang masuk menjorok kedalam drum dryer.

Disemprotkan ditempat agregat yang sedang dipanaskan dibagian ujung

dryer. Campuran beraspal panas yang sudah jadi akan keluar tumpah dari

dryer dan dilanjutkan oleh belt conveyor atau levator bucket untuk dibawa

dan dimasukan kedalam silo penampung campuran beraspal panas. Dari silo

dimuatkan keatas dump truck. Lama waktu pencampuran pada AMP tipe

drum mix ini bisa mencapai 60 detik.

Pada AMP tipe ini, proses pembuatannya antara lain :

a) Agregat dari masing-masing ukuran dikeluarkan dari masing- masing

binnya.Banyaknya masing-masing ukuran agregatjumlahnya diatur

dengan pengaturan bukaan pintu yang ada di bagian bin, dan diatur

sesuai dengan pengaturan perbandingan dalam Job Mix Formula (JMF).

Agregat yang dikeluarkan ditampung oleh collecting conveyor dan

diteruskan ke conveyor pengantar untuk dialihkan masuk kedalam drum

II-22
dryer.

b) Didalam dryer agregat tersebut akan dikeringkan dengan cara dipanaskan

melalui semburan api dari burner agregat yang panas dan kering akan

keluar diujung dryer dan dialihkan kedalam elevator panas (Hot

Elevator). Panas agregat yang dikeluarkan mempunyai suhu sekitar

175°C.

c) Agregat panas dalam hot elevator akan dibawa naik keatas memakai

mangkok-mangkok (bucket) kecil yang dipasang sepanjang rantai yang

berputar naik keatas didalam hot elevator agregat dalam mangkuk-

mangkuk kecil tersebut setelah sampai diatas ditumpahkan keatas

saringan panas bergetar untuk dipilah-pilah kembali sesuai dengan

ukuran butirannya semula. Masing-masing agregat yang lolos saringan

masing-masing akan jatuh masuk kedalam ruangannya masing-masing

(Compartment) didalam hot bin. Hot bin umumnya mempunyai 4

(empat) ruang terpisah (Compartment).

d) Filler dimuatkan kedalam bin filler secara manual melalui filler elevator.

e) Aspal didalam tangki dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu

kira-kira 165°C.

f) Proses pencampuran dilaksanakan sebagai berikut:

1) Agregat panas dari masing-masing fraksi dikeluarkan dari

compartment masing-masing untuk ditimbang masing-masing sesuai

dengan job mix formula di tamping dalam bin penimbang.

II-23
2) Filler ditimbang sesuai dengan JMF.

3) Aspal panas ditimbang sebanyak yang di butuhkan untuk setiap kali

mencampur (batch) aspal panas hasil timbangan disimpan didalam

tangki penimbang aspal.

4) Semua agregat panas yang sudah ditimbang didalam pugmill yang

lengan-lengannya berputar. Kemudian filler ditumpahkan dan

selanjutnya aspal panas yang berada didalam tangki penimbang aspal

disemprotkan kesalurannya keatas agregat yang sedang teraduk-aduk

didalam pugmill.Selesai pencampuran pintu buangan dari pugmill

dibuka dan campuran beraspal panasnya segera keluar dan

ditampung diatas bak dump truck. Lama waktu pencampuran antara

35 detik sampai 45 detik (Lihat spesifikasi teknis). Temperatur

campuran diatas Dump Truck ± 150°C.

2.7 Peralatan Pembuatan Aspal

Peralatan produksi campuran beraspal panas atau Asphalt Mixing Plant

(AMP) adalah seperangkat peralatan yang mempunyai fungsi untuk

memproduksi bahan pelapisan permukaan jalan lentur yaitu campuran

beraspal panas.

Peralatan produksi campuran beraspal panas (AMP) ada 2 (dua) tipe yaitu :

1. Tipe takaran atau tipe Batch, terdiri dari komponen :

 Bin dingin (Cold bin)

 Pintu Bin dingin

II-24
 Elevator dingin (Cold Elevator)

 Pengering.

 Pengumpul debu

 Cerobong asap

 Elevator panas (Hot elevator)

 Unit ayakan

 Bin panas (Hot Bin)

 Bak penimbang/alat-alat timbangan (dial)

 Bak Pencampur (Mixer atau Pugmill)

 Penampung filler

 Tangki oli pemanas aspal

 Timbangan aspal

 Pembangkit tenaga (Gen Set)

2. Tipe drum mix/menerus atau tipe continues, terdiri dari komponen :

 Bin Pendingin (Cold Bin)

 Ban Berjalan (Belt Conveyor), terdiri dari: Conveyor

penampung, Conveyor pengumpul, Conveyor pengantar.

 Drum Pengering, sekaligus sebagai drum pencampur (mixer),

dilengkapi dengan penyembur api/burner.

 Conveyor pengantar atau bucket elevator campuran beraspal

panas.

II-25
 Silo penampung/pemasok campuran beraspal panas.

 Pemasok bahan pengisi/filler.

 Tangki persediaan aspal dan pompa aspal.

 Elevator panas/hot elevator.

 Penampung/pengumpul debu/dust collector.

 Tangki bahan bakar.

 Pembangkit tenaga (Gen Set).

 Pengontrol operasi

2.8 PengelolaanProyek

A. Unsur-Unsur Yang Berperan Dalam Pengelolaan Proyek :

1. Owner (Pemilik)

Yang dimaksud dengan Owner (pemilik) adalah suatu badan

atau instansi pemerintah atau suatu badan swasta atau perorangan yang

menugaskan kepada perencana dan pelaksana untuk merencanakan dan

melaksankan suatu proyek pembangunan.

Hak dan Kewajiban Bouwheer dalam Hal ini PPK :

a. Memberi tugas kepada pengawas untuk mengawasi pelaksanaan

pekerjaan kontraktor.

b. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh

penyedia.

c. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia.

II-26
d. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan

oleh penyedia jasa untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesui

ketentuan kontrak.

e. Memberi saran/kritikan yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek

yang dibangun apabila memerlukan perubahan rencana yang tidak

terdapat dalam bestek.

f. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam

kontrak yang telah ditetapkan kepeda perencana, pengawas dan

pelaksana.

2. Konsultan

Konsultan ada dua yaitu :

a) Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah suatu badan usaha yang diberi

kekusaan penuh oleh pemilik proyek untuk merencanakan semua item

pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan suatu proyek dan

mengarahkan pelaksanaan proyek agar mencapai hasil kerja yang sebaik-

baiknya dengan ketentuan yang tercantum dalam bestek.

Tugas dan tanggung jawabnya :

1. Membuat perencanaan bagi tiap item pekerjaan.

2. Melakukan surveying atau pengukuran untuk selanjutnya menjadi

dasar perencanaan.

3. Membuat gambar-gambar untuk tiap item pekerjaan yang akan

dilaksanakan.

II-27
b) Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah suatu badan usaha yang mengawasi,

mengontrol dan mengarahkan pelaksanaan proyek agar mencapai hasil

kerja yang sebaik-baiknya dengan ketentuan yang tercantum dalam

bestek.

Hak Konsultan Pengawas :

1. Memberikan saran dalam pelaksanaan pekerjaan di

lapangan.

2. Menghentikan sementara pekerjaan kontraktor apabila

terdapat penyimpangan dari perturan-peraturan yang berlaku

dari dokumen kontrak.

3. Memerintahkan pembongkaran pekerjaan yang tidak sesuai

dengan dokumen kontrak.

Kewajiban Konsultan Pengawas :

a. Segi administratif yakni mengenai legalisasi termin,

perhitungan bobot serta laporan-laporan yang berhubungan

dengan jalannya pekerjaan pengawasan di lapangan.

b. Segi teknis yaitu mengawasi jalannya prosedur

pekerjaan/teknis pelaksanaan.

Adapun yang bertindak sebagai pengawas pada pelaksanaan

proyek preservasi dan pelebaran menuju standar batas Provinsi

Sulawesi barat – batas kota Pinrang I ini adalah PT. Epadascon

Permata.

II-28
3. Kontraktor

Kontraktor / Pelaksana adalah badan hukum yang

mempunyai tenaga ahli atau keahlian peralatan lengkap, untuk

mengusahakan dan melaksanakan pekerjaan bangunan untuk orang

lain / jasa atas dasar pembayaran, seperti yang telah ditetapkan, yang

bertindak sebagai pelaksana pada proyek ini adalah PT. Bumi Karsa-

PT.Alfindo Perkasa, KSO.

Hak dan kewajiban dari kontraktor adalah :

a. Melaksanakan suatu pekerjaan yang diberikan oleh owner

(pemberi pekerjaan ).

b. Bertanggung jawab atas pelaksana konstruksi hingga selesai

sesuai dengan Rencana kerja dan syarat-syaratnya.

c. Berhak menerima pembayaran dari Owner sesuai dengan hasil

kerja yang dihasilkan.

B. Hubungan Kerja Antara Owner, Konsultan dan Kontraktor

Owner (pemilik), Konsultan dan Kontraktor merupakan komponen

utama dalam suatu proyek konstruksi. Ketiganya memiliki hubungan kerja

satu sama lain yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Hubungan Owner dan Konsultan

Owner memberi wewenang kepada konsultan perencana untuk

merencanakan semua jenis pekerjaan dan konsultan pengawas untuk

II-29
mengawasi pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor. Konsultan pengawas

bertanggungjawab atas pengawasan pelaksanaan pekerjaan, agar dapat

diselesaikan dengan kualitas yang diisyaratkan serta waktu yang

direncanakan. Hasil pengawasannya dilaporkan secara tertulis kepada

Owner. Tetapi proyek ini tidak melibatkan konsultan pengawas, karena

Kontraktor telah mendapat kepercayaan dari pemilik untuk

menyelesaikan proyek ini dengan sebaik-baiknya.

2. Hubungan Owner dan Kontraktor

Hubungan kerja ini diatur berdasarkan perjanjian dalam kontrak kerja.

Dalam perjanjian tersebut telah ditetapkan tentang jenis pekerjaan yang

akan dikerjakan dan semua persyaratannya serta hak, kewajiban dan

tanggung jawab masing-masing.

3. Hubungan Kontraktor dan Konsultan

Kontraktor didalam melaksanakan proyek konstruksi yang telah dibuat

konsultan perancana dan diawasi oleh konsultan pengawas, maka

kontraktor dapat bekerja sama atau bernegosiasi dengan konsultan

pengawas dalam hal cara atau metode digunakan dalam pelaksaan proyek

tersebut, selama tidak menyalahi dari ketentuan atau persyaratan yang

berlaku.

C. Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan

pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi atau orang-orang yang

II-30
menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang

berbeda-beda dalam organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur

spesialis kerja, standarlisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi

dalam pembuatan keputusan atau besaran satuan kerja.

Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan

maka setiap pekerjaan suatu proyek perlu dibentuk suatu susunan organisasi

yang berfungsi untuk mengatur manajemen kerja, sehingga setiap pekerjaan

dapat terkoordinir dengan baik. Dengan demikian unsur-unsur yang terlibat

dalam organisasi tersebut akan memiliki rasa tanggung jawab. Hubungan

antara suatu unsur dengan unsur lain harus selalu baik dan tidak melampaui

batas wewenang dan kedudukannya sehingga semua pekerjaan dapat selesai

tepat pada waktu yang telah ditentukan, pengelolaan manajemen yang baik

juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proyek yang sedang

dilaksanakan.

Untuk mendukung kelancaran pekerjaan pemeliharaan jalan ini

diperlukan struktur organisasi yang teratur dan jelas.Dalam struktur

organisasi tersebut ada empat unsur yang terlibat dan memegang peranan

penting dalam menangani pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sehingga

pekerjaan tersebut dapat terlaksana dengan lancar.

Secara hukum dan fungsional seluruh bagian organisasi ini terkait dan

saling bekerja sama sesuai dengan fungsinya baik secara administrasi

maupun dalam pelaksanaan di lapangan.

II-31
2.9 Pengendalian Proyek

Pengendalian proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan mutu

pekerjaan yang diisyaratkan dengan menggunakan biaya yang efisien, dan

selesai sesuai jadwal yang direncanakan. Secara garis besar ada beberapa

hal yang perlu dikendalikan, yaitu:

1. Pengendalian waktu dan biaya

Pengendalian waktu ini dimaksudkan agar pekerjaan-pekerjaan itu dapat

selesai sesuai waktu yang ditentukan dalam kontrak. Tentu saja dalam

pengendalian waktu ini berdasarkan schedule yang telah dibuat. Akan

tetapi, didalam pelaksanaannya schedule itu tidak mungkin berjalan

mulus sesuai rencana awal, akan banyak terjadi hambatan-hambatan,

seperti keterlambatan material. Oleh karena itu, untuk kontrolnya

dibuatlah “job list / rencana mingguan”. Job list mingguan ini akan

diberikan kepada semua staf yang berhubungan langsung dengan

lapangan dan mereka akan berusaha keras agar pekerjaan dapat selesai

sesuai dengan job list itu.

2. Pengendalian mutu/kualitas pekerjaan

Pengendalian kualitas pekerjaan ini sudah harus dimulai dari tahap

perencanaan dan perancangan dengan memberi pertimbangan-

pertimbangan pemilihan material, standar-standar yang digunakan,

metode pelaksanaan dan syarat-syarat teknisnya. Dalam pelaksanaan di

lapangan, akan dipilih beberapa pelaksana lapangan yang akan

II-32
bertanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan fisik. Jadi masing-masing

pelaksana lapangan akan diberi tanggung jawab yang berbeda. Sehingga

penyimpanan yang terjadi tidak terlalu besar dan sedapat mungkin

dihindari.

3. Pengendalian material

Pengendalian material ini terbagi dua yaitu dari segi pemakaian dan segi

pembelian.

a. Dari segi pemakaian, pengendalian material ini dipercayakan pada staf

bagian gudang atau logistik.

b. Dari segi pembelian material atau bahan

Proses pembelian material dilakukan oleh site manejer dengan

menghubungi kantor pusat, kantor pusat akan menghubungi

produsen/agen yang telah dipilih sebelumnya untuk mengirim

maretial/barang yang dibutuhkan diproyek, material/bahan yang

dibawa oleh produssen/agen akan diterima oleh pihak logistik

lapangan, dan logistikakan mengecek material/bahan tersebut, jika

material/bahan sudah sesuai dengan permintaan, maka material/bahan

itu akan diterima. Dan logistik akan membuat kuitansi penerimaan

material/bahan yang akan diberikan kepada agen tersebut, tetapi jika

tidak sesuai dengan permintaan, maka maretial/bahan tersebut dapat

ditolak oleh logistik, sedangkan pembayaran material / bahan akan

dibayar di kantor pusat sesuai dengan perjanjian yang berlaku.

II-33
4. Pengendalian upah

Dalam hal upah, besarnya upah itu tergantung dari golongan pegawai

dan lamanya bekerja. Di lokasi proyek, yang bertanggung jawab

dalam pembayaran upah adalah site manajer.

II-34
II-35
19

II-19
20

II-20
21

II-21
22

II-22
23

II-23
24

II-24
25

II-25

Anda mungkin juga menyukai