TINJAUAN PUSTAKA
Perkerasan jalan aspal adalah campuran antara agregat dan bahan ikat
yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai
antara lain adalah batu pecah, batu belah, dan batu kali . Sedangkan bahan
ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat.
dasar. Aspal itu sendiri adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan
sampai suatu temperatur tertentu, aspal dapat menjadi lunak / cair sehingga
dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton. Jika
temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada
Sifat aspal berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku
II-1
berkurang. Perubahan ini dapat diatasi / dikurangi jika sifat-sifat aspal
pelaksanaan.
course), Lapisan Pondasi Bawah (sub base course), Lapisan Tanah Dasar
(sub grade) menerima beban lalu lintas dan menyebarkan lapisan yang ada
II-2
Lapis Permukaan
Tanah Dasar
Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika
tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
II-3
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
tergantung dari sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara
pasti pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan
tanah dasar.
d. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat
pelaksanaan pekerjaan.
II-4
e. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama
hujan.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar
Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang
relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi
portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang
permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet
II-5
penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan
> 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain :
batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
(lapis aus).
bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu
II-6
kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat
konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan
aspal keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas
pada suhu tertentu. Agregat minimal yang digunakan yang berkualitas tinggi
suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras
merata mulai dari ukuran yang terbesar sampai ukuran yang terkecil. Lapis
II-7
Adapun sifat – sifat Laston (AC) adalah kedap terhadap air, tahan
pelaksanaan. Dari hal tersebut tentu laston (AC) mempunyai fungsi sebagai
pendukung beban lalu lintas, laston juga berfungsi sebagai lapisan aus atau
latar belakang :
Aspal beton.
bleeding.
II-8
retak, daya lekat aspal berkurang dan umur jalan berkurang.
yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun
pelayanan dari konstruksi perkerasan .fungsi lapis aus ini adalah sebagai
lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan
II-9
untuk memberikan kekesatan permukaan jalan. Lapis aus tidak
dibawah lapisan aus (Wearing Course) dan di atas lapisan pondasi (Base
Course). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus
di bawahnya yaitu Base dan Sub Grade (Tanah Dasar). Karakteristik yang
dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk menahan beban lalu
jenis gradasi agregat dan kadar aspal yang digunakan. Menurut Departemen
Pekerjaan Umum (1983). Laston Atas atau lapisan pondasi atas (AC- Base)
II-10
merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal
Lapisan aspal beton terdiri dari campuran aspal keras dan agregat
suhu tertentu. Bahan Laston terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler
(jika diperlukan) dan aspal keras. Bahan harus terlebih diteliti mutu dan
course adalah lapisan perkerasan yang letaknya dibawah lapisan aus (AC-
Wilayah bersama- sama dengan Bina Marga. hal itu menjadi acuan dalam
II-11
Tabel 1. Ketentuan Sifat – Sifat Campuran Beraspal Panas (AC).
LASTON
Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis Pengikat Lapis
Aus / Antara Pondasi
Kadar aspal efektif Min 5,1 4,3 4,0
Penyerapan aspal (%) Max 1,2
Jumlah tumbukan perbidang 75 112
Min 3,5
Rongga dalam campuran (VIM) (%)
Max 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi Aspal (VFA) (%) Min 65 63 60
Min 800 1800
Stabilitas Marshall (Kg)
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 4,5
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama 24 jam, 60oC
Rongga dalam campuran (%) Min 2,5
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 6 Perkerasan aspal.
antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu
1. Agregat
formasi kulit bumi yang keras dan solid. ASTM (1974) mendefinisikan
batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa
II-12
komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95 %
agregat.
digunakan. Dengan pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi syarat akan
Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal dibagi atas
a) Agregat Kasar
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36
mm). Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang
bersih, kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan
material asing lainya serat mempuyai tekstur permukaan yang kasar dan
tidak bulat agar dapat memberikan sifat interlocking yang baik dengan
dan menurunya daya lekat bitumen, maka terjadi pengelupasan aspal dari
batuan.
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 2.
di bawah ini.
II-13
Tabel 2. Ketentuan Agregat Kasar.
b) Agregat Halus
batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat halus
butiran. Selain itu agregat halus juga mengisi ruang antara butir, bahan ini
dapat terdiri dari butir-butiran batu pecah atau pasir alam atau campuran
dari keduanya.
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 3.
di bawah ini.
II-14
Tabel 3. Ketentuan Agregat Halus.
Maks. 8%
Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997
c) Bahan Pengisi
Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang harus kering dan bebas dari
mengandung bahan yang lolos saringan No. 200 (0,075) tidak kurang dari
campuran, namun demikian jumlah filler harus dibatasi pada suatu batas
2. Aspal
II-15
bila mendapat pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang
aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen. Oleh
yang cocok untuk pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan
campuran beraspal.
sendiri.
c. Agar agregat tidak lepas dan tidak mudah terabrasi akibat lalu lintas.
Jenis – jenis aspal terdiri dari aspal alam, Aspal buatan, dan aspal modifikasi
yaitu :
a. Aspal alam, yaitu aspal yang didapat di suatu tempat di alam, dan dapat
pengelolahan. Aspal alam ada yang diperoleh dari gunung ataupun danau
II-16
b. Aspal buatan, yaitu aspal yang merupakan residu penggilangan minyak
bumi. Aspal buatan dengan bahan dasar minyak dapat dibedakan atas:
dan sebaliknya.
- Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan
dibuat sebagai standar pekerjaan jalan. Namun, tidak jarang perkerasan jalan
II-17
diperhatikan mengenai karakteristik campuran yang dimiliki oleh aspal
1. Stabilitas (stability)
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti
butir- butir agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk
b. Kohesi yang merupakan gaya ikat aspal yang berasal dari daya
butir agregat.
2. Keawetan (durability)
lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan dan
permukaan jalan serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim,
3. Kelenturan (fleksibility)
II-18
Fleksibilitas pada lapis perkerasan adalah kemampuan aspal beton
Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki
air ataupun udara lapisan aspal beton. Air dan udara dapat mengakibatkan
permukaan agregat.
lapisan aspal beton menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa
II-19
viskositas aspal, kepekatan aspal terhadap perubahan temperatur dan gradasi
serta kondisi agregat. Namun Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi
Ketujuh sifat campuran aspal beton ini tidak mungkin dapat dipenuhi
sekaligus oleh satu campuran. Sifat-sifat aspal beton mana yang dominan
lebih diinginkan akan menentukan jenis aspal beton yang dipilih. Hal ini
yang melayani lalu lintas ringan seperti mobil penumpang sepantasnya lebih
memilih jenis perkerasan aspal beton yang mempunyai sifat durabilitas dan
stabilitas tinggi.
mesin.
II-20
7. Excavator, digunakan untuk pekerjaan galian atau keprasan yang
8. Flat Bed truck 3 - 4 m³, digunakan untuk membawa material atau bahan
ke lokasi pekerjaan.
10. Motor Grader > 100 HP, digunakan untuk penggelaran material
memiliki roda bukan karet dan dapat digunakan pada kondisi kontur
yang sulit.
pelaskanaan.
16. Stone Chrusher, digunakan untuk membuat batu kali, menjadi agregat
17. Water Pump, digunakan untuk mengambil air dari sumber/ mata air
II-21
18. Water tanker, digunakan untuk membawa air dengan jumlah cukup
19. Stamper, digunakan untuk memadatkan bahu jalan atau area yang
Pada AMP tipe drum mix, maka agregat dari semua fraksi masuk
terjadi didalam drum dryer di bagian ujung keluar aspal panas disemprotkan
dryer. Campuran beraspal panas yang sudah jadi akan keluar tumpah dari
dryer dan dilanjutkan oleh belt conveyor atau levator bucket untuk dibawa
dan dimasukan kedalam silo penampung campuran beraspal panas. Dari silo
dimuatkan keatas dump truck. Lama waktu pencampuran pada AMP tipe
dengan pengaturan bukaan pintu yang ada di bagian bin, dan diatur
II-22
dryer.
melalui semburan api dari burner agregat yang panas dan kering akan
175°C.
c) Agregat panas dalam hot elevator akan dibawa naik keatas memakai
d) Filler dimuatkan kedalam bin filler secara manual melalui filler elevator.
kira-kira 165°C.
II-23
2) Filler ditimbang sesuai dengan JMF.
beraspal panas.
Peralatan produksi campuran beraspal panas (AMP) ada 2 (dua) tipe yaitu :
II-24
Elevator dingin (Cold Elevator)
Pengering.
Pengumpul debu
Cerobong asap
Unit ayakan
Penampung filler
Timbangan aspal
panas.
II-25
Silo penampung/pemasok campuran beraspal panas.
Pengontrol operasi
2.8 PengelolaanProyek
1. Owner (Pemilik)
atau instansi pemerintah atau suatu badan swasta atau perorangan yang
pekerjaan kontraktor.
penyedia.
II-26
d. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
ketentuan kontrak.
pelaksana.
2. Konsultan
a) Konsultan Perencana
dasar perencanaan.
dilaksanakan.
II-27
b) Konsultan Pengawas
bestek.
lapangan.
pekerjaan/teknis pelaksanaan.
Permata.
II-28
3. Kontraktor
lain / jasa atas dasar pembayaran, seperti yang telah ditetapkan, yang
bertindak sebagai pelaksana pada proyek ini adalah PT. Bumi Karsa-
(pemberi pekerjaan ).
II-29
mengawasi pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor. Konsultan pengawas
pengawas dalam hal cara atau metode digunakan dalam pelaksaan proyek
berlaku.
II-30
menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang
maka setiap pekerjaan suatu proyek perlu dibentuk suatu susunan organisasi
antara suatu unsur dengan unsur lain harus selalu baik dan tidak melampaui
tepat pada waktu yang telah ditentukan, pengelolaan manajemen yang baik
dilaksanakan.
organisasi tersebut ada empat unsur yang terlibat dan memegang peranan
Secara hukum dan fungsional seluruh bagian organisasi ini terkait dan
II-31
2.9 Pengendalian Proyek
selesai sesuai jadwal yang direncanakan. Secara garis besar ada beberapa
selesai sesuai waktu yang ditentukan dalam kontrak. Tentu saja dalam
dibuatlah “job list / rencana mingguan”. Job list mingguan ini akan
lapangan dan mereka akan berusaha keras agar pekerjaan dapat selesai
II-32
bertanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan fisik. Jadi masing-masing
dihindari.
3. Pengendalian material
Pengendalian material ini terbagi dua yaitu dari segi pemakaian dan segi
pembelian.
II-33
4. Pengendalian upah
Dalam hal upah, besarnya upah itu tergantung dari golongan pegawai
II-34
II-35
19
II-19
20
II-20
21
II-21
22
II-22
23
II-23
24
II-24
25
II-25