Anda di halaman 1dari 135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI


PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:
BONAVENTURA BHUWANA YUDISTIRA
NIM : 029114010

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI


PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:
BONAVENTURA BHUWANA YUDISTIRA
NIM : 029114010

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersuka cita.

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan
bersorak-sorak

(Mzm 126:3,5)

Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN,

Yang menjadikan langit dan bumi

(Mzm 124: 8)

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kupersembahkan karya untuk,

Orang tua ku yang telah mendukung dengan kasih dan memberikan yang terbaik
bagiku

Adik-adik yang telah membantu dengan semangat yang diberikan

Putri “kekasih hati” yang dengan semangat dan dukungan yang diberikan secara
terus menerus

Semua orang yang telah menginspirasiku dan memberiku semangat untuk terus
maju.

I Love You All

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI


PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS

Bonaventura Bhuwana Yudistira

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan penerimaan diri para kurban
gempa bumi yang menderita kecacatan fisik yaitu penderita paraplegia. Penelitian ini adalah
penelitian perbandingan atau komparasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
penerimaan diri korban bencana yang menderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan
lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan penderita paraplegia yang tidak mendapatkan
pendampingan. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 30 orang pria dan wanita yang
mendapatkan pendampingan dan 30 orang pria dan wanita yang tidak mendapatkan
pendampingan. Data diperoleh dengan menggunakan skala penerimaan diri. Daya diskriminasi
skala menggunakan batas nilai ≥ 0,3 dengan koefisien realibilitas sebesar 0,969. Data penelitian
dianalisis menggunakan uji-t, dan dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilakukan
dengan cara membandingkan dengan t hitung dengan t tabel. Hasil perhitungan menunjukkan
mean empiris penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih besar dibandingkan
mean empiris yang tidak mendapatkan pendampingan (176 > 133). Dari hasil uji-t didapatkan t
hitung 18,584 dan t tabel sebesar 1,671 serta p=0,000. Karena t hitung lebih besar (>) daripada t
tabel, dan nilai p < 0,005 dengan demikian hipotesa penelitian ini diterima. Artinya, penerimaan
diri penyandang cacat paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih besar atau lebih baik
dibandingkan dengan penyandang cacat paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan.

Kata Kunci : pendampingan, penerimaan diri, paraplegia

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

THE DIFFERENCES OF PHYSICAL CONDITION ACCEPTANCE OF


PARAPLEGIC DISABILITY BECAUSE EARTHQUAKE
WICH RECEIVED PSYCHOLOGICAL ASSISTANCE
AND NOT RECEIVED ANY PSYCHOLOGICAL ASSISTANCE

Bonaventura Bhuwana Yudistira

ABSTRACT

The purpose of this research was to see the differences of physical condition of
acceptance from paraplegic disability keep up with that assistance and not received any
resistance.This research was an comparison research. This hypothesis in this research was self
acceptance that disaster victims who have suffered paraplegia better mentoring or higher than
paraplegia patients who did not received any assistance. Subjects in this study consisted of 30 men
and women who received assistance and 30 men and women who did not received any assistance.
Data obtained by using self-acceptance scale. Scale using the power of discrimination limit ≥ 0.3
values with reliability coefficient of 0.969. Research data were analyzed using t-tests, and in
determining acceptable or reject the hypothesis, carried out by comparing the calculated t with t
table. The calculations showed a mean empirical paraplegia patients who received greater
assistance than the empirical mean not received any assistance (176>133). From the results
obtained t-test and t table 18,584 of 1,671, and p = 0.000. Because the calculated t is greater (>)
than t table, and the p-value < 0.005 with the hypothesis that this research is received. That is,
self-acceptance that disabled people get assistance paraplegia bigger or better than paraplegia
with disabilities who do not get assistance.

Key Word : assistance, self-acceptance, paraplegia

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur pada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan tuntunan,

penyertaan, dan kasihNYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari adanya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, sehingga

dengan bantuan dari berbagai pihaklah penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, Pelindungku, Tumpuan hidupku, Tujuan hidupku,

Sahabatku, Guruku. Terima kasih Tuhan karena telah menuntun jalanku

hingga saat ini. Walaupun kadang aku tidak setia dengan malas

mengerjakan dan kesalahan-kesalahanku yang lain, Engkau selalu datang

dengan bisikan yang lembut dan meneduhkan hatiku, sehingga aku sering

kali terselamatkan oleh karena Belas Kasihmu. Terima Kasih Tuhan.

2. Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi selaku Kepala Program Studi Psikologi.

4. Ibu A. Tanti Arini, S Psi., M Psi., selaku dosen pembimbing akademik.

Terimakasih ibu sudah sangat sabar dan memberikan keceriaan sekaligus

ketegasan dalam menyelesaikan studi. Terima kasih pula atas bimbingan

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ibu beberapa tahun terakhir kepada saya selama menjadi mahasiswa

Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma ini.

5. Ibu M. L. Anantasari yang sudah sangat sabar dalam membimbing

kemajuan skripsi dan selalu memberikan semangat, senyuman dan

dorongan. Terimakasi ibu, atas bimbingan dan nasehat-nasehatnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukkan

yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik

7. Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji dan Mas Doni. Terima kasih atas

keramahan dan sapaan yang diberikan setiap waktu, dan telah banyak

membantu dalam banyak hal dan memberi kemudahan bagi penulis selama

penulis belajar di fakultas psikologi ini

8. Pak Gi, terimakasih atas segala senyuman, semangat, dan ketulusan hati

bapak dalam melayani kami selama kami belajar di fakultas ini

9. Papa dan Mama tercinta yang selalu terus memberikan semangat. Terima

kasih untuk cinta, kasih sayang, doa, dukungan, jerih payah dan segala-

galanya. Kesabaran untuk menunggu sehingga akhirnya bisa

menyelesaikan skripsi ini. I Love You Mam n Pap….

10. Bimo dan Dimas, adik-adikku yang selalu memahamiku dan

mendukungku hingga aku berhasil sampai sejauh ini. Thanks ya bro…

11. Tyas Ajeng Chris “cakmano” Putri. Kekasihku, sahabatku dan teman

dalam suka dan duka.Temen ngobrol sekaligus temen berkelahi, berneda

pendapat. Terima kasih atas semangat, dukungan, doa dan kesabaranmu

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepadaku, tanpa itu mustahil bagiku untuk bisa sampai sejauh ini.

Terimakasih untuk bisa selalu disisiku ya….Doaku dan berkat Tuhan

selalu besertamu

12. Eyang Soewondo kakung (alm) dan eyang putri, eyang Roesnawi kakung

dan putri. Matur nuwun kagem doa dan restu yang selalu diberikan terus

menerus. Semoga cucu mu ini bisa memberikan yang terbaik buat eyang

semuanya.

13. Om-om, tante-tante, tante Rita yang memberiku semangat dan pantang

menyerah dan selalu memberiku makanan yang enak-enak, hehehe…. dan

sodara, sepupuku semua yang selalu mendukung, menyemangatiku dan

mendoakanku supaya aku dapat menyelesaikan skripsiku. Dita, makasi ya

uda mau kurepotin untuk cari buku yang jauh letakny, he…Terimakasi

semuanya…. I Love You All

14. Temen-temen seperjuangan yang membuat hidupku lebih bersemangat dan

penuh arti: Aan, Hoany, Tisa, dan Iant “Tiny”. Aan makasih uda jadi

temen ngobrol dalam hal skripsi, kerjaan sampai masalah-masalah yang

pribadi, hehehe….Hoany kapan lagi makan lotek baeng-bareng,

hehe….Thanks ya hany untuk perhatian mu ke aku . Tisa „artis

kita‟…ayo kapan ke perpus lagi nongkrong, hehe…Makasi ya atas doa,

dukungan dan nasehat yang diberikan ke aku, I always remember.

Tinyyy….kapan ngejus bareng lagi neh…makasi uda mau menjadikan

tempatmu berkumpul temen-temen, ngobrol bareng dan terimakasi untuk

selalu mau kuajak pergi… God Bless You All

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15. Robot, Kamcik, Bean, Ina dan Kucing. Wah aku akhirnya selesai

neh…..Terimakasi untuk dukungannya. Robot yang selalu kurepotin

pinjem komputer untuk ngerjain statistic dan yang mau nemenin

nongkrong kalo lagi suntuk, kalo mau nonton aja-ajak lagi ye.hehehe….

Ucik “kamcik”, yang selalu mendukungku dan ngajarin aku dari awal

sampai sekarang, wah tidak terbilang sudah bantuan darimu, tunggu aku di

Jakarta ya cik, ntar kita nongrong lagi. Bean yang selalu menyemangatiku

dan mendukungku sampai saat ini. Ina dan Kucing dua ibu muda ini yang

selalu berdoa dan mendukung, walau kalian terpisah jauh, hiks…Betty,

kapan kita di undang ke Singapura bet?  Thanks for all that you have

done to me pren….

16. Teman-teman Psikologi angkatan 2002 : Yanuar, Barjo, Windra, Danang,

Niko, Dodi, Dhani, Ellen, Nining, Dika, Dina, Ian “pongky”, Dimas, Ardi

“eyang”, Wiwik, Panji, Ivanty, Obet, Vincent, Irfan, Rio, Ina “penari

ular”, Iput, Echa dan semua temen yang tidak bisa kusebutkan satu

persatu, terimakasi atas pertemanan dan kebersamaan yang indah selama

ini.

17. Karyawan YAKKUM : Ibu Maria, Mbak Retno, Pak Tomo, Ibu Nur, Ibu

Ruth, Dokter Ester, bu Endang, mas Sigit, bu Gita, bu Sari, Bu Isti, Mbak

Yuni, Mbak Yuli, Mbak Sheny, Mas Jimanto, Mas Bodro, Mas Kukuh,

Pak Guruh, Mabak Dania, Mbak Dewi, Mas Sabarno, dan semua orang

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasihh atas

pertemanan dan pengalaman yang berharga yang kalian berikan sehingga

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

saya bisa bersyukur dan bisa diberikan kesempatan untuk melayani teman-

teman kita yang luar biasa.

18. Temen-temen PS : Wawan, Mbak Lia, Mbak Edina, Vembri, Sius, Tina,

Mas Timbo, Bimo, Mbak Eni, Mbak Ike, pak Frans, Mas Muji. Terima

kasih, kalian adalah guru-guruku dan rekan yang paling TOP dalam

membimbingku untuk mengembangkan kemampuanku. Thanks guys.

19. Mbak Thia. Terimakasih sudah percaya dan menerimaku menjadi bagian

dari pelayan di YAKKUM, sehingga aku bisa belajar menjadi guru,

mendengarkan dan mengatur emosi dalam diriku, dan banyak hal lain

yang diajarkan bagiku.

20. Mbal Lia Alva, terimakasih sudah mau membimbingku dalam

mengerjakan skripsi dan memberikan banyak kesempatan-kesempatan

besar dalam diriku, salah satunya mempertemuakan dengan “kekasihku”.

21. Lisna, guru statistik pertama ku, terimakasih ya atas bantuan dan

kesabaranmu sampai malam-malam mengganggumu hanya untuk

mengajariku statistik . Kalo butuh temen ngobrol aku siap lo lis, he….

22. Temen-temen anak binaan YAKKUM : Mikocik Rohim, Ari, Puji, Ndaru,

Eko, Desta, Roisah, dan buanyak temen-temenku disana. Semangat ya

teman, jangan takut, jangan minder karena kalian sangat hebat. Jadilah

orang yang mandiri dan percaya diri dan kuat dalam hidup. OK. Dan

terimakasih sudah memberikan keceriaan, canda tawa, air mata, semoga

hal itu menjadi bagian termanis dalam hidup kita. Tuhan memberkati.

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23. Temen-temen posko di daerah bantul dan sekitarnya. Wawan, kapan neh

kita bisa cari es rujak bareng lagi, makasi uda mau membantu dalam

pengambilan data skripsi dan jadi temen curhat jadi aku gak ketinggalan

berita-berita menghebohkan, hehehe...thanks ya bro…Sigit (sukses buat

kerjaanmu ya), Supri (sering dirumah pri, jaga ibu dan bapak, he…), Mbak

Win (kapan neh kita hunting „salome‟ lagi), Mas Tri ( kapan-kapan kita

nginep di posko maneh yo mas, hi...)

24. Bapak dan ibu, mas dan mbak semua yang dengan sudi dan mau

meluangkan waktu untuk mengisi angket ini, saya sangat berterima kasih,

tanpa bantuan dari semuanya mustahil bagi sya untuk dapat menyelesaikan

studi saya. Semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi kita semua

untuk seterusnya.

25. Teman-teman dan sodaraku yang tidak tersebutkan namanya diatas,

namun sudah memberiku semangat dan doa. Dari lubuk hati yang paling

dalam saya mengucapkan banyak terima kasih atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang

membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta,

Penulis

B. Bhuwana Yudistira

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ........................................................................................ i

Halaman Persetujuan Pembimbing....................................................... ii

Halaman Pengesahan .............................................................................. iii

Halaman Moto ......................................................................................... iv

Halaman Persembahan ........................................................................... v

Pernyataan Keaslian Karya ................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

ABSTRACK ............................................................................................ viii

Pernyataan Persetujuan Publikasi ........................................................ ix

KATA PENGANTAR ............................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xx

DAFTAR TABEL ................................................................................... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian.................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8

1. Manfaat Teoritis ................................................................. 8

2. Manfaat Praktis .................................................................. 9

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................ 10

A. Penerimaan Diri kondisi Fisik................................................ 10

1. Pengertian Penerimaan Diri Kondisi Fisik ......................... 10

2. Aspek Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik ....................... 12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri ......... 13

B. Penyandang Cacat Penderita Paraplegia ............................... 15

1. Pengertian Penyandang Cacat ............................................ 15

2. Pengertian Paraplegia ........................................................ 17

3. Penyebab Paraplegia ......................................................... 18

4. Kondisi Fisik Penyandang Cacat Penderita Paraplegia .... 21

5. Akibat Paraplegia .............................................................. 23

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Pendampingan Psikologis ...................................................... 25

1. Pengertian Pendampingan Psikologis ................................ 25

2. Jenis-Jenis Pendampingan .................................................. 27

3. Fungsi-Fungsi Pendampingan ............................................ 28

D. Dinamika Perbedaan Penerimaan Diri Kondisi Fisik Diri

Penyandang Cacat Penderita Paraplegia Korban Gempa

yang Mendapatkan Pendampingan psikologis dan yang

Tidak Mendapatkan Pendampingan Psikologis ..................... 30

E. Hipotesis ................................................................................. 37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 38

A. Jenis Penelitian....................................................................... 38

B. Identifikasi Variabel ............................................................... 38

C. Definisi Operasional ............................................................... 39

D. Subjek Penelitian.................................................................... 41

E. Prosedur Penelitian ................................................................. 43

F. Metode dan Alat Pengumpul Data ......................................... 44

G. Pertanggungjawaban Mutu .................................................... 48

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 52

A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 52

B. Deskripsi Subjek .................................................................... 53

C. Uji Asumsi Analisis Data ....................................................... 54

1. Uji Normalitas .................................................................... 54

2. Uji Homogenitas ................................................................ 55

D. Uji Hipotesis .......................................................................... 56

E. Analisis Tambahan (Kategorisasi) ......................................... 58

F. Pembahasan ............................................................................ 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 70

A. Kesimpulan ............................................................................ 70

B. Saran ....................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 73

LAMPIRAN

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SKALA UJI COBA

Lampiran 2 DATA UJI COBA (PENELITIAN)

Lampiran 3 RELIABILITAS SKALA

Lampiran 4 SKALA PENELITIAN

Lampiran 5 UJI NORMALITAS

Lampiran 6 UJI HOMOGENITAS

Lampiran 7 UJI HIPOTESIS

xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor untuk Item Favorable dan Unfavorabe ............................... 46

Tabel 2 Blue Print Skala Perbedaan Penerimaan Diri ............................. 47

Tabel 3 Spesifikasi Item Uji Coba dan Penelitian ................................... 50

Tabel 4 Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................ 54

Tabel 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ........... 54

Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji-t, pendampingan dan non pendampingan .. 56

Tabel 7 Norma Kategorisasi Skor ............................................................ 58

Tabel 8 Kategori Skor Penerimaan Diri Penderita Paraplegia ................ 59

Tabel 8.1 Kategori Skor Penerimaan Diri; pendampingan ......................... 60

Tabel 8.2 Kategori Skor Penerimaan Diri, tanpa pendampingan ................ 60

xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bencana alam berupa gempa bumi melanda wilayah Yogyakarta dan

sekitarnya pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05:54:00.0 WIB. Gempa Gempa

dengan kekuatan 5,9 Skala Richter dan pusat gempa berada di laut 37,2 km

selatan Yogyakarta dengan posisi 8 LS – 110.31 BT dan kedalaman 11,8 km

(Berita Gempa Bumi No: 66/NSC/V/2006, BMG). Gempa menyisakan kerusakan

yang parah pada aspek fisik dan non-fisik. Akibat utama yang ditimbulkan gempa

bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya

korban jiwa biasanya karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor dan

kebakaran (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2006).

Para korban gempa banyak yang mengalami kehilangan orang-orang yang

dicintai, kehilangan barang-barang pribadi yang berharga dan mengalami luka

fisik (Vivinne, dalam Bencana dan Kita, 2006). Hasil dari pendataan Seksi Bina

Program Dinas Kesehatan DIY (pemda-diy.go.id, 2010) mencatat 891 orang

penderita cacat tubuh permanen akibat cedera gempa sehingga menempati urutan

tertinggi dibandingkan penderita cacat yang lain. Salah satu kecacatan permanen

dan yang paling parah adalah cedera sumsum tulang belakang atau paraplegia.

Cedera ini biasanya diakibatkan oleh kecelakaan yang memutuskan atau sangat

merusak urat saraf pusat di leher atau punggung (Werner, 2002).

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kondisi kecacatan paraplegia ini termasuk dalam kategori kecacatan yang

parah karena mereka tidak mampu lagi untuk bisa berjalan kembali, kaki menjadi

layuh yang berakibat terhambatnya mobilitas gerakan. Werner (2002) mengatakan

bahwa ciri-ciri khusus paraplegia adalah penderita merasakan hilangnya gerakan

terkendali dan daya rasa di tungkai, panggul dan sebagian batang tubuh mungkin

berpengaruh. Semakin tinggi letak cedera, semakin banyak yang terpengaruh.

Penderita mengalami kehilangan kontrol urine dan usus besar sebagian bahkan

menyeluruh. Selain itu, penderita mengalami spastisitas atau kejang-kejang otot

serta tungkainya lemas dan lunglai.

Kondisi dimana sebelumnya mereka sehat secara fisik dan mampu

melakukan banyak aktivitas menjadi lumpuh, mobilitas terganggu dan berakibat

pada munculnya masalah terhadap mental mereka seperti merasa tidak berdaya,

cemas, takut, dan marah karena tidak bisa menerima kondisi kecacatannya

tersebut (Sharma, 2005). Hal tersebut dipertegas oleh Dianawati (2005) menjadi

cacat diartikan oleh sebagian besar orang adalah menjadi orang yang gagal dan

tidak mampu.

Paraplegia termasuk dalam kategori penyakit akut yang dapat

mengakibatkan penderita mengalami gangguan psikologis (Kinshi, Robinson and

Kosier, 2001), mereka menjadi sulit untuk bisa menerima kondisi dirinya karena

menjadi cacat. Hal tersebut bisa disebabkan karena tingkat kesembuhan yang

dialami penderita paraplegia sangat kecil dan penyakit ini bersifat permanen. Hal

tersebut dikuatkan oleh Suhartono (1976) berpendapat bahwa mereka yang

mengalami kecacatan bukan dari sejak kecil akan sulit untuk menrima diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompleksnya masalah penerimaan akan kondisi fisik yang dialami oleh

penderita paraplegia seperti terhambatnya mobilitas, gangguan saluran

pencernaan, gangguan saluran kemih (O‟Connor, dkk, 2004) hingga masalah

fungsi seksual (Stien, 1999) berakibat pada munculnya gejala psikologis seperti

depresi, kurang percaya diri, malu, kecewa, menjadi pemurung hingga perubahan

perilaku (Brown, 1999). Hal tersebut akan memperkuat seseorang untuk menolak

atau bahkan acuh tak acuh akan kondisi dirinya yang sekarang, atau berpikir

kurang realistis.

Masalah Penerimaan akan kondisi fisik diri pada penderita paraplegia

harus didukung dengan kemampuan untuk mengenal dan mengetahui kondisi fisik

diri, hal tersebut akan memunculkan penerimaan akan dirinya (Jung, dalam

Schultz, 1991). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Rubin (Gardner, 2002)

yaitu suatu sikap yang mencerminkan adanya rasa senang sehubungan dengan

kenyataan yang ada sehingga individu memiliki emosi yang spontan, fleksibel

dalam menghadapi perasaannya, disertai sikap dan perilaku yang wajar, tidak

dibuat-buat dan tanpa ada yang disembunyikan.

Penerimaan diri merupakan suatu sikap akan kepuasan terhadap diri akan

perubahan yang terjadi pada kondisi fisiknya (Chaplin, 1999). Rasa puas yang

diikuti rasa bangga, percaya diri akan kondisi diri yang dapat meningkatkan

penerimaan diri yang positif pada dirinya. Menurut Perls (dalam Schultz, 1991)

orang yang sehat secara psikologis memiliki kesadaran dan penerimaan penuh

terhadap diri mereka siapa dan apa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penerimaan akan kondisi fisik diri penderita paraplegia yang diakibatkan

karena gempa, tidak begitu saja muncul, memerlukan waktu dan proses yang lama

terlebih karena kecacatannya tersebut bukan dari kecil atau lahir. Seiring dengan

munculnya penerimaan akan kondisi fisik diri yang menimpa penderita

paraplegia dipengaruhi pula oleh dukungan, bantuan, maupun pendampingan dari

pihak diluar diri yaitu anggota keluarga, masyarakat dan lembaga yang

dipersiapkan untuk membantu para korban bencana penderita paraplegia.

Dukungan maupun pendampingan dari keluarga sangat dibutuhkan bagi

mereka penderita paraplegia dikarenakan kondisi mereka yang memang

membutuhkan bantuan dari pihak luar. Keluarga yang mendampingipun harus

mengetahui bagaimana merawat dan mengetahui kebutuhan dari penderita

paraplegia. Perawatan secara fisik saja tidak cukup untuk membuat penderita

paraplegia dapat menerima kondisi fisik kecacatannya, memerlukan bantuan dan

pendampingan dari pihak lain yang memang dipersiapkan untuk membantu secara

psikologis dalam menangani masalah psikologis penderita paraplegia dalam

upaya untuk memaksimalkan kemampuan diri.

Pendampingan di dalam keluarga adalah upaya untuk mendampingi

penderita kecacatan supaya mereka dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Keluarga mengambil peran yang penting untuk kesembuhan penderitanya, namun

setiap keluarga memiliki sifat dan perlakuan yang berbeda, jika dalam proses

pendampingan ternyata kurang tepat maka akan berakibat buruk pada

perkembangan fisik dan mental si penderita. Banyak kasus penyandang cacat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang dalam kesehariannya kurang mendapat dukungan dari orang sekitarnya

maupun keluarganya karena dianggap tidak mampu (Affrida, 2007).

Jenis bantuan lain yang juga berpengaruh terhadap kesembuhan dan

kehidupan penyandang cacat paraplegia adalah berupa bantuan fisik, yang dapat

berupa rumah atau bangunan, sarana kesehatan, dana atau uang, pemberian alat

bantu kecacatan hingga dalam wujud perawatan kesehatan. Kenyataan yang ada

dilapangan banyaknya bantuan fisik yang diberikan oleh pihak pemerintah,

donatur, lembaga sosial baik dari dalam maupun luar negeri, namun terkadang

bantuan secara fisik tidak banyak membantu, hal tersebut dikarenakan

permasalahan yang dihadapi penderita kecacatan paraplegia sangat kompleks.

Selain permasalahan secara fisik, mereka juga mengalami permasalahan secara

psikologis, salah satunya adalah penerimaan akan kondisi fisik diri.

Bantuan yang diberikan bukan berupa bantuan fisik adalah bantuan non-

fisik yang salah satunya berupa pendampingan secara psikologis. Pendampingan

adalah salah satu jenis layanan psikologis (Wiryasaputra, 2006), yang hanya bisa

diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan atau memiliki pengetahuan untuk

mendampingi para korban akibat bencana alam. Pendampingan diberikan supaya

orang yang didampingi dapat sembuh, berdaya dan berfungsi pnuh untuk

mencukupi kebutuhannya secara mandiri.

Tujuan pendampingan psikologis ini adalah membantu seseorang yang

berada dalam keadaan krisis. Krisis yang dimaksud adalah kondisi seseorang yang

sedang dalam masa-masa sulit yang berakibat pada kegoncangan batin karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terkait oleh karena menderita suatu penyakit, sakit yang berkepanjangan, bencana

alam, tidak ada harapan, putus, depresi dan stress dalam kehidupan sehari-hari

(Thomas, dalam Wiryasaputra, 2006). Selain itu, pendampingan psikologis juga

bertujuan untuk menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki

hubungan dan mendayagunakan individu untuk kehidupan yang lebih baik.

Proses pendampingan psikologis ini diberikan oleh para tenaga ahli yang

sudah dipersiapkan untuk keadaan darurat melalui suatu program rehabilitasi.

Program rehabilitasi tersebut adalah program yang didalamnya terdapat

serangkaian kegiatan seperti perawatan luka, sosialisasi dan pemberian alat bantu

maupun pendampingan psikologis. Rehabilitasi berarti proses mempercepat

sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan sebelumnya (Latipun, 2001).

Rehabilitasi memiliki tujuan untuk mengembalikan persepsi dan emosi

sehingga para korban dapat memandang dirinya yang ada lebih positif dan dapat

berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki. Rehabilitasi ini hanya

bisa dilakukan oleh seseorang yang disiapkan dan ahli dalam bidangnya. Proses

ini diberikan oleh suatu lembaga yang bergeak juga dalam bidang rehabilitasi,

yaitu Pusat Reahabilitasi Yakkum, kepada penyandang cacat paraplegia korban

gempa.

Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY) adalah salah satu lembaga non-

pemerintah yang memberi pelayanan terhadap orang-orang cacat. Visi dan misi

dari PRY adalah merehabilitasi para penyandang cacat agar mereka bisa mandiri

dan hidup secara normal di masyarakat. Lembaga ini juga turut ikut ambil bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam proses pemulihan pasca gempa di Bantul. Pelayanan yang diberikan

meliputi assesment medis, perawatan luka, pemberian terapi yaitu Fisioterapi dan

Okupasi Terapi. Selain itu, PRY mempunyai program pendampingan psikologi

dari unit Psikososial.

Bantuan dan pelayanan yang diberikan PRY meliputi bantuan fisik dan

non-fisik dengan melibatkan dan diawasi oleh para ahli dibidangnya. Tidak hanya

pada bantuan fisik saja yang diberikan kepada korban gempa Bantul, namun

bantuan lain yang berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan diri secara

mental yaitu berupa bantuan psikologis. Pendampingan secara psikologis ini

menjadi salah satu program yang dilakukan oleh PRY yang diberikan kepada

semua korban gempa, terutama mereka yang mengalami luka atau kecacatan yang

ringan maupun parah, yang sementara ataupun permanen, salah satunya adalah

penderita paraplegia.

Penerimaan akan kondisi fisik diri bagi penderita paraplegia adalah salah

satu yang utama yang harus dilakukan sebagai proses pemulihan diri, yaitu untuk

menumbuhkan dan mengembangkan mental bagi penderitanya. Hal tersebut

menjadi topik dalam penelitian ini, yaitu melihat perbedaan penerimaan kondisi

fisik diri penderita paraplegia korban gempa antara yang mendapatkan

pendampingan dengan penderita paraplegia yang tidak mendapatkan

pendampingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang akan

diteliti dalam penelitian ini adalah apakah penerimaan diri penyandang cacat

korban gempa yang mendapatkan pendampingan lebih baik daripada mereka yang

tidak mendapatkan pendampingan?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah dalam penerimaan

diri penyandang cacat penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan,

secara psikologis, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan penderita paraplegia

yang tidak mendapatkan pendampingan.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Memberi tambahan informasi dalam bidang ilmu psikologi klinis akan

penerimaan diri penyandang cacat penderita paraplegia yang mendapat

pendampingan dengan yang tidak mendapatkan pendampingan dalam

proses pemulihan secara psikologis, terutama dalam menerima kondisi

fisiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Klien, hasil penelitian akan berguna sebagai wacana reflektif

untuk mencapai pemahaman pentingnya menerima diri akan kondisi

fisik penyandang cacat, penderita paraplegia korban gempa terutama

untuk perkembangan mental yang lebih baik. Dan bagi keluarga untuk

mau membimbing dan memfasilitasi penderita untuk berkembang

menuju kehidupan yang lebih baik.

b. Bagi Pusat Rehabilitasi Yakkum hasil penelitian ini berguna sebagai

evaluasi pentingnya pengadaan program pendampingan bagi

penyandang cacat, terutama yang mengalami kecacatan yang berat

seperti paraplegia, agar mereka mau menerima kondisi diri dan dapat

berfungsi kembali, dan disarankan agar program ini terus diadakan

untuk membantu penyandang cacat berfungsi optimal.

c. Bagi pemerintah dan lembaga sosial yang bergerak dalam penanganan

korban gempa, hasil penelitian sangat berguna sebagai evaluasi

dalampilihan bantuan alternatif selain memberikan bantuan fisik, dan

melihat apakah diperlukan adanya bantuan dalam wujud

pendampingan psikologis bagi mereka yang menjadi cacat karena

gempa, dan sebagai sarana tambahan informasi dalam upaya

menciptakan pemulihan yang optimal bagi penyandang cacat korban

bencana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENERIMAAN DIRI KONDISI FISIK

1. Pengertian Penerimaan Diri secara Fisik

Secara umum, Penerimaan diri menurut Wiley (dalam Anugrah,

1995; Media Psikologi Indonesia) mengandung pengertian adanya

persepsi terhadap diri sendiri mengenai kelebihan dan keterbatasannya

untuk digunakan secara efektif. Seseorang yang memiliki penerimaan

diri berarti dapat mengenali kekurangannya sendiri dan berusaha untuk

memperbaiki diri. Penerimaan diri akan meningkatkan penilaian diri,

akan dapat mengkritik diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap

pilihannya sendiri, serta tidak menyalahkan ataupun mencela orang

lain karena keadaan yang terjadi pada dirinya tersebut.

Gea, dkk (2002) juga menyebutkan penerimaan diri adalah suatu

sikap memandang diri sendiri sebagaimana adanya dan

memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga

sambil terus mengusahakan kemajuannya.

Pernyataan diatas adalah pernyataan yang melihat penerimaan diri

secara umum, sedangkan penerimaan diri akan kondisi fisik terdiri dari

beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Penerimaan diri secara fisik didefinisikan oleh Unger dan

Crawford (1992) sebagai suatu evaluasi dan penilaian tentang raganya.

Jersild (1979) mengatakan bahwa penerimaan diri secara fisik sebagai

tingkat kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan

penampilan tubuh secara keseluruhan.

Penerimaan diri terhadap kondisi fisik seperti yang dikemukakan

oleh Rubin (Gardner, 2002) menyatakan bahwa penerimaan diri,

terutama keadaan fisik, merupakan suatu sikap yang mencerminkan

adanya rasa senang sehubungan dengan kenyataan yang ada pada

dirinya sehingga membuat individu memiliki emosi yang spontan,

fleksibel, serta mampu menyadari perasaannya. Menerima kondisi

dirinya seperti apa adanya disertai sikap dan perilaku yang wajar, tidak

dibuat-buat dan tanpa ada sesuatu yang disembunyikan.

Dwiamalia (2002) melihat penerimaan diri seseorang akan

penampilan secara fisik adalah suatu perasaan akan gambaran dan

penilaian beserta sikapnya terhadap tubuhnya dilihat dari tingkat

kepuasan terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisiknya

secara menyeluruh.

Chaplin (1999) berpendapat bahwa penerimaan diri adalah sikap

yang pada dasarnya merupakan rasa puas terhadap dirinya serta

menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada fisiknya. Pengakuan

atas perubahan yang terjadi tidak diikuti oleh perasaan malu, rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

diri, maupun rasa bersalah. Individu harus menerima kodrat mereka

apa adanya, sehingga mereka tidak harus mengubah atau memalsukan

dirinya.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan penerimaan diri akan kondisi fisiknya

adalah suatu tingkatan perasaan senang atau puas terhadap diri dan

keadaan fisiknya dengan segala kelebihan dan kekurangannnya,

memiliki kebanggaan dengan keadaannya tersebut tanpa merasa malu

dan rendah diri akan keadaannya tersebut, mampu bertanggung jawab

terhadap dirinya dan perbuatan yang dilakukannya tanpa terikat oleh

orang lain. Mampu memahami dirinya akan potensi yang dimiliki dan

mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi sesuatu yang

diharapkan, tidak hanya menerima saja.

2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik

Terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi penerimaan diri

seseorang. Burns (dalam Anugrah, 1995; Media Psikologi Indonesia,

1998) dan menurut shere (dalam Hjelle & Zieglaer, 1977)

menyebutkan ada 3 aspek penerimaan diri terhadap kondisi fisik

seseorang, yaitu:

a. Pengetahuan tentang fisik dirinya sendiri, yaitu sejauh mana

individu mengenal dan memahami kondisi fisiknya

(kecacatannya), seperti ciri-ciri kecacatannya (lumpuh), dan juga


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

meliputi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan atau

diperhatikan dengan kondisinya tersebut seperti kebutuhan akan

alat bantu (kursi roda), terapi, medis (rawat luka) sampai pada

pengetahuan akan lingkungan fisik yang sesuai dan baik bagi

kondisi maupun keadaan fisiknya (aksesbilitas), misal jalann yang

rata, tempat tidur yang empuk, pintu kamar mandi yang luas, dan

sebagainya.

b. Pemahaman yang realistik atas kemampuan diri adalah suatu

tingkatan kemampuan dimana seseorang mampu menyadari dan

mengerti akan potensi-potensi yang dimilikinya, dan sejauh mana

individu dapat bersikap dengan tepat sesuai dengan kondis saat ini.

Misalnya ; bersikap dan berpikir secara realistis, mampu bersikap

atau bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

c. Kepuasan terhadap dirinya sendiri adalah suatu tingat penerimaan

diri dengan sungguh (apa adanya) akan apa yang ada pada dirinya

meliputi penampilan fisik besarta perasaan dan penilaian yang

meliputinya, terkait dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat.

Selain itu meliputi penilaian positif akan dirinya yang ditunjukkan

dalam perasaan senang (rasa puas) yang terlihat dalam sikap

menerima akan kondisinya (kelebihan maupun kekurangannya)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan diri pada

seseorang terutama pada para penyandang cacat yaitu :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

a. Jenis Kelamin

Menurut Ratnawati (1990) jenis kelamin akan mempengaruhi

penerimaan diri dan terdapat perbedaan yang mencolok antara pria

dan wanita. Pria dinilai memiliki penerimaan diri yang lebih positif

bila dibandingkan dengan wanita, hal ini berkaitan dengan sifat

serta perlakuan orang tua mereka. Selain itu juga karena wanita

relatif lebih sensitif serta lebih menitikberatkan pada afektif

daripada pria.

b. Lama Cacat yang disandang

Berdasarkan lama kecacatan yang disandang, penerimaan diri pada

penyandang cacat tubuh sejak lahir atau pada masa kanak-kanak

lebih positif dibandingkan penyandang cacat tubuh pada masa

remaja atau dewasa (Suhartono, 1976). Hal itu terjadi karena

mereka sejak kecil terbiasa diperlakukan sebagai anak normal.

Kecacatan tubuh yang mereka sandang seolah-olah merupakan

kejutan psikis, sehingga mereka mengalami gangguan emosi,

berupa rasa rendah diri, apatis, sensitif dan diikuti penolakan diri.

c. Intelegensi

Faktor intelegensi selain menambah kemampuan dalam

membentuk pengertian mengenai bagaimana nilai-nilai sosial

menghendaki penyesuaian juga dapat membuat seseorang lebih

mampu untuk membentuk tinjauan yang lebih tepat tentang arti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

positif dari kenyataan dirinya berdasarkan nilai-nilai sosial yang

ada. (Siswojo, 1980)

d. Pendidikan

Pendidikan memiliki pengaruh positif dalam penerimaan diri

karena dapat untuk mempermudah penyesuaian diri. Tetapi ada

kalanya pendidikan yang tinggi justru akan menghambat

penerimaan diri pada penyandang cacat tubuh (Siswojo, 1980)

B. PENYANDANG CACAT

1. Pengertian Penyandang Cacat

Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan

fisik yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan

baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Penyandang

cacat mempunyai keterbatasan secara fisik sebagai akibat dari tidak

berfungsinya anggota tubuh tertentu, yang mempengaruhi pula pada

faktor-faktor non-fisik, baik faktor psikis maupun faktor sosial. (Sri

Harmini, 2003)

Andari (2000) menyebutkan bahwa penyandang cacat adalah

seseorang yang mengalami gangguan secara fisik, mental, ekonomi

dan sosial sehingga membawa pengaruh terhadap berkurangnya

kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Mangunsong (1998) menyebutkan bahwa cacat fisik atau cacat

tubuh mempunyai pengertian yang luas dimana secara umum

dikatakan ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk menjalankan

fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. Penyandang cacat tubuh

cenderung menjadi orang yang tidak mampu sehingga membutuhkan

bantuan, perlindungan dan cenderung menghindarkan diri. (Bartel dan

Guskin dalam Cruickshak, 1980)

Hurlock (1999) meninjau dari segi psikologis, masalah yang

dihadapi penyandang cacat tubuh lebih kompleks, mereka yang tidak

dapat menerima dirinya secara realistis cenderung menganggap dirinya

tidak berharga dan merasa orang lain melihatnya dengan penuh

permusuhan dan penghinaan.

Dianawati dkk (2005) mengemukakan bahwa penyandang cacat

fisik cenderung mengalami perasaan inferioritas. Perasaan inferioritas

adalah kecenderungan individu merasa diri kekurangan, tidak mampu

dan gagal.

Pernyataan-pernyataan di atas menggambarkan bahwa penyandang

cacat adalah seseorang yang memiliki hambatan atau kesulitan secara

fisik yang berakibat pada penurunan akitivitas, serta berpengaruh pada

faktor non fisik seperti psikis seperti rendahnya kepercayaan diri dan

merasa lemah, kurang berdaya sehingga selalu butuh pertolongan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

orang lain untuk beraktivitas maupun dalam mencukupi kebutuhannya

sehari-hari.

Berat ringannya suatu keadaan cacat tubuh dapat dilihat dari

kemampuan penyandang cacat tersebut untuk melakukan kegiatan

sehari-hari, atau diistilahkan ADL, Activity of Daily Living. Semakin

berat suatu cacat tubuh yang disandang, maka akan semakin sedikit

ADL yang dapat dilakukan oleh individu yang bersangkutan (Siswoyo

dalam Candra Kirana, 1987).

Penderita paraplegia adalah salah satu yang termasuk dalam

kategori kecacatan yang berat. Penderita paraplegia atau kelumpuhan

pada anggota-anggota geraknya dapat menghambat aktivitas

penderitanya, seperti contohnya kesulitan dalam ADL.

2. Pengertian Paraplegia

Menurut tim Rehabilitasi medis Rumah Sakit Orthopaedi dan

Prothease Solo (1983) paraplegia adalah kelumpuhan kedua anggota

tubuh bagian bawah yang disebabkan kerusakan syaraf pada tulang

belakang, sehingga menyebabkan kontak dari otak terputus, dengan

demikian anggota tubuh tersebut tidak berfungsi sebagaimana

mestinya. Berat ringannya gangguan fungsi anggota tubuh tergantung

seberapa berat kerusakan syaraf pada tulang belakang. Reed (1991)

menyebutkan paraplegia adalah suatu kondisi kehilangan gerak dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

fungsi sensori di bawah tingkat dari cedera tulang belakang ; biasanya

diantara T10 atau kebawah.

3. Penyebab Paraplegia

Kerusakan atau cedera pada sumsum tulang belakang punggung

mengakibatkan paraplegia (Werner, 2002). Hal ini dijelaskan oleh

Fallon (1985) mengenai berbagai macam sebab yang dapat

menyebabkan rusaknya sumsum tulang belakang, secara garis besar

dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :

a. Kerusakan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh

kecelakaan. Kecelakaan ini meliputi berbagai jenis kecalakaan

seperti kecelakaan lalu lintas luka tembak, luka tusukan,

kecelakaan akibat olah raga biasanya menyelam, jatuh dari pohon,

dan sebagainya. Kerusakan pada sumsum tulang belakang yang

diakibatkan oleh kecelakan ini disebut juga sebagai luka traumatic

tulang belakang.

b. Kerusakan tulang belakang yang terjadi karena penyakit yang

merusak sumsum tulang belakang tetapi tidak merusak susunan

tulang belakang dimana kerusakan pada sumsum tulang belakang

ini dapat menjadi lebih baik atau tetap pada kerusakan yang sama.

Kerusakan sumsum tulang belakang ini kemudian disebut sebagai

kelumpuhan yang tidak berkembang, non-progresif. Kerusakan

pada sumsum tulang belakang yang terjadi karena penyakit tulang

belakang atau sumsum tulang belakang atau keduanya, seperti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

pengerasan otak atau pengerasan sumsum tulang belakang, yang

cenderung memburuk. Kerusakan ini kemudian disebut sebagai

kelumpuhan yang berkembang, progresif.

Penderita paraplegia dalam penelitian ini adalah mereka yang

mengalami kecacatan akibat adanya suatu kecelakaan yaitu tertimpa

benda berat akibat tertimpa runtuhan ataupun benda berat akibat dari

gempa bumi. Pada umumnya kecacatan berdasarkan penyebabnya

dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu cacat sejak lahir dan cacat setelah

lahir atau mengalami kecelakaan.

a. Cacat Sejak Lahir

Kondisi bayi yang mengalami cacat sejak lahir dapat disebabkan

karena ibunya seorang pecandu narkotik dan janin terbiasakan

dengan narkotik selama berada dalam rahim. Narkotika dapat

menyebabkan cacat badani atau cacat mental. Adakalanya anak

normal selama berada dalam rahim ibunya, tetapi menjadi cacat

pada saat kelahirannya. Misalnya dalam kelahiran yang sulit, alat

pembantu medis dapat melukai mata ataupun pendengaran.

Kelalaian atau kurangnya pengetahuan ibu selama mengandung

maupun setelah melahirkan dapat pula mempengaruhi

perkembangan bayi dimasa pertumbuhannya. Misalnya anak akan

terkena polio jika si anak lupa tidak diberi vaksin polio. Sebuah

cacat yang lain adalah Congenital Toxoplasmasis. Penyakit ini

disebabkan sejenis protozoa bernama Toxoplasma Gondii. Apabila


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

seorang ibu terinfeksi protozoa ini, bisa keguguran atau bisa juga

anaknya lahir buta atau dungu. Pada umumnya cacat badani

merupakan akibat kromosom yang cacat, yang diwarisi orang tua.

Apabila kedua orang tua memiliki kelemahan pada kromosom

yang sama, besar kemungkinan anak mereka akan lahir cacat.

b. Cacat Setalah lahir

Banyak peristiwa dapat menyebabkan cacat. Adakalanya orang

mengalami gegar otak atau kehilangan anggota tubuh dalam

kecelakaan lalu lintas. Adapula yang tertembak dalam perang

sehingga mengakibatkan anggota tubuhnya menjadi cacat atau

tidak berfungsi dengan baik. Penggunaan obat-obatan yang

melebihi dosis dapat pula mengakibatkan kelumpuhan tubuh.

(Wulandari, 2004)

Dianawati dkk (2005) menemukan bahwa individu yang mengalami

kecacatan sejak kecil memiliki inferioritas yang lebih rendah

dibanding individu yang mengalami kecacatan di usia yang lebih tua.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

seseorang yang mengalami cacat sejak lahir lebih mudah menerima

dirinya apa adanya daripada mereka yang mengalami kecacatan setelah

lahir. Penelitian ini mengambil subjek sebagai penyandang cacat

penderita paraplegia yang disebabkan karena kejadian khusus, gempa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

bumi, dimana banyak dari mereka yang menjadi cacat bukan dari sejak

lahir.

4. Kondisi Fisik Penyandang Cacat Penderita Paraplegia

Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penunjang penampilan

diri seseorang. Penampilan fisik tersebut secara tidak langsung dapat

mempengaruhi penerimaan diri seseorang, sebagaimana dikemukakan

oleh Dwiamalia (2002) mengenai penerimaan diri terhadap

penampilan fisik adalah perasaan yang dimiliki seseorang yang

meliputi gambaran dan penilaian beserta sikap-sikapnya terhadap

tubuhnya yang dapat dilihat pada tingkat kepuasannya terhadap

bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara menyeluruh.

Menurut ilmu kedokteran, penyandang cacat adalah seseorang

yang dinyatakan mempunyai kelainan baik fisik maupun mental yang

oleh karenanya dapat merupakan rintangan atau hambatan untuk

melakukan kegiatan secara layak (PP no.36, thn. 1980, tentang Usaha

Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat).

Berdasarkan keadaan kelumpuhan itu sendiri, paraplegia dapat

digolongkan menjadi dua jenis (Werner, 2002) yaitu :

a. Paraplegia Complete, yaitu paraplegia yang terjadi karena tulang

belakang rusak secara menyeluruh, dimana pesan tidak dapat

disampaikan melalui saraf sama sekali, sehingga perasaan dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

kontrol dari gerakan di bawah tingkat kerusakan sumsum tulang

belakang hilang secara permanen dan menyeluruh.

b. Paraplegia Incomplete, yaitu paraplegia yang terjadi karena tulang

belakang rusak sebagian dimana perasaan dan gerakan mungkin

masih ada sebagian atau mungkin perasaan dan gerakan mungkin

akan kembali membaik sedikit demi sedikit selama beberapa bulan.

Pada penderita paraplegia incompletemungkin pada beberapa

bagian tubuh mempunyai perasaan dan kemampuan gerakan yang

lebih sedikit jika dibandingkan bagian yang lain. Pada Laporan

Penelitian Sosial (1970) dijelaskan bahwa penderita paraplegia

incomplete dimana kelumpuhan tidak total, kadang masih dapat

berjalan sendiri dengan bantuan kruek, brace atau tongkat. Sensasi

tidak hilang, hanya kadang-kadang sensivitasnya agak berkurang.

Secara fisik, penderita paraplegia memiliki organ yang lengkap

hanya perbedaannya walaupun organ tubuhnya lengkap, ada beberapa

bagian tubuh yang tidak dapat dipergunakan kembali dikarenakan

rusaknya sumsum saraf pusat pada tulang belakang. Hal tersebut dapat

berpengaruh terhadap mobilitas ketika melakukan kegiatan dan

berperilaku. Cacat paraplegia bersifat permanen sehingga dapat

mempengaruhi perilakunya (Brown, dkk. 1999).

Kondisi fisik penderita paraplegia sangat rentan terhadap

munculnya luka baru. Kondisi kecacatan yang berakibat pada lumpuh

atau layuhnya sebagian tubuh akan menghambat mobilitasnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

sehingga berakibat pada sulitnya untuk bergerak bebas dan hilangnya

fungsi perasa pada bagian tubuh tertentu, bisanya terlalu lama pada

posisi yang sama, misal duduk atau tidur yang terlalu lama, hal ini

berakibat pada bagian tertentu dari tubuh yang terkena tekanan terlalu

lama hingga timbul luka tekan, atau disebut decubitus. Luka decubitus

merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita cedera

tulang belakang (Dijk, dkk. 1999).

5. Akibat Paraplegia

Paraplegia merupakan kecacatan fisik yaitu kelumpuhan yang

terjadi pada sebagian anggota tubuh. Paraplegia tidak menyerang

daerah kepala, sehingga dapat dipastikan bahwa paraplegia biasanya

mempunyai kondisi otak yang baik. Fallon (1985) mengatakan bahwa

secara biologis fungsi otak penderita paraplegia masih normal dan

tidak mengalami masalah maupun mengalami gangguan, termasuk

fungsi hypothalamus yang mengendalikan perilaku seksual tidak

mengalami gangguan. Begitu juga fungsi pusat motoriknya, orang

yang menderita paraplegia tidak mengalami masalah pada pusat

motorik di otak dan anggota-anggota gerak itu sendiri masih normal,

tetapi karena kerusakan sumsum tulang belakang yang terjadi, maka

koordinasi saraf-sarafnya menjadi terganggu bahkan terhenti sama

sekali.

Cederanya sumsum saraf pada tulang belakang mengakibatkan

koordinasi perintah dari otak ke rangsang-rangsang ke bagian bawah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

tubuh menjadi terhenti, demikian pula sebaliknya. Fallon (1985)

menjelaskan bahwa akibat itu kadang-kadang tidak saja terbatas pada

kelumpuhan anggota gerak bawah tetapi sampai juga pada sistem

geniorinal dan alat kelaminnya.

Koordinasi saraf-saraf yang terputus ini menyebabkan bagian

badan yang lumpuh tidak dapat merasakan sensasi dan tekanan.

Meskipun penderita paraplegia dapat merasakan tekanan

kemungkinan tidak akan dapat menggerakkan anggota badan tersebut.

Demikian pula dengan aliran darah yang akan memberi nutrisi ke kulit

akan menjadi menurun.

Menurut Werner (1999), akibat kerusakan sumsum tulang belakang

diantaranya adalah :

a. Kehilangan kontrol gerakan dan perasaan.

b. Kehilangan kontrol sebagian atau menyeluruh terhadap buang air

besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).

c. Kemungkinan mempengaruhi pinggul dan beberapa bagian tubuh

(tingkat yang lebih tinggi mengakibatkan daerah kelumpuhan yang

lebih luas).

d. Kemungkinan akan mengalami kejang otot atau kaki yang terkulai.

Menurut Powell (1979), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita

paraplegia adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

a. Infeksi saluran kencing.

b. Infeksi saluran pernafasan.

c. Peradangan ginjal

d. Paling sering terjadi adalah luka decubitus.

C. PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS

1. Pengertian Pendampingan

Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan

dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok

yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan

mengontrol. Kata pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan,

kesejajaran, samping-menyamping, dan karenanya kedudukan antara

keduanya (pendamping dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak

ada dikotomi antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi

bahwa peran pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif,

saran dan bantuan konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan.

(BPKB Jawa timur, 2001; 5)

Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar baik perorangan

maupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka

pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan pribadi maupun

kelompok. Pendampingan diupayakan untuk menumbuhkan

keberdayaan dan keswadayaan agar individu yang didampingi dapat

mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Ramli (2005) menyebutkan bahwa kegiatan pendampingan disebut

sebagai suatu proses karena didalamnya terdapat serangkaian kegiatan

dan daya upaya yang dilakukan pendamping baik secara individual

maupun secara kolaboratif bagi pertumbuhan dan perkembangan

seseorang.

Wiryasaputra (2006) menyebutkan bahwa pendampingan

psikologis adalah proses perjumpaan antara pendamping dan orang

yang didampingi. Perjumpaan itu bertujuan untuk menolong orang

yang didampingi agar dapat menghayati keberadaannya dan

mengalami pengalamannya secara penuh dan utuh, sehingga dapat

menggunakan sumber-sumber yang tersedia untuk berubah,

bertumbuh, dan berfungsi penuh secara fisik, mental, spiritual, dan

sosial. Dalam pendampingan terjadi interelasi dan interaksi antara

pendamping dan orang yang didampingi. Pendampingan secara umum

dapat dilakukan oleh semua orang, namun jika pendampingan secara

psikologis hanya dapat dilakukan oleh orang yang menguasai bidang

tersebut.

Lebih lanjut Wiryasaputra menyebutkan bahwa pendampingan

yang mengacu pada hubungan bantuan psikologis ini adalah pada

hubungan di antara dua subjek, yakni orang yang “mendampingi” dan

orang yang “didampingi” dalam posisi sederajat. Pada hakikatnya,

pendampingan psikologi merupakan semangat, sikap, kepedulian dan

tindakan membantu orang yang sedang mengalami krisis


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

(Wiryasaputra, 2006). Krisis yaitu keadaan dimana seseorang

mengalami masa-masa sulit (Thomas C.Oden, 1986; dalam

Wiryasaputra, 2006).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendampingan

psikologis adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya bisa dilakukan

oleh orang yang dipersiapkan atau memiliki pendidikan dibidang

psikologis. Pendampingan psikologis ditujukan kepada mereka yang

mengalami krisis agar mereka mampu menyadari dirinya sebagai suatu

kesatuan yang utuh, dan juga membuat mereka sadar akan sumber dan

kemampuan yang ada untuk digunakan untuk mengatasi krisis tersebut

dan juga bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya.

Pendampingan terjadi hubungan yang sederajat antara orang yang

mendampingi dengan yang didampingi.

2. Jenis-Jenis Pendampingan

Menurut Wiryasaputra (2006) ada 3 macam pendampingan yang

dibedakan menjadi :

a. Pendampingan yang dilakukan oleh semua anggota keluarga secara

universal, dimanapun mereka tinggal sebagai perwujudan dari

hakikat dasar keberadaan manusia : holistik dan keperjumpaan.

b. Pendampingan yang dilakukan oleh para pelaku profesi non-

psikologis yang ingin menggunakan konseling sebagai nilai

tambah bagi profesinya sendiri, pendampingan secara fungsional.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

c. Pendampingan yang dilakukan oleh kaum profesional secara penuh

waktu. Pelaku pendampingan ini disebut sebagai konselor

psikologis profesional.

Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian yang dilakukan oleh

para pelaku kaum profesional, dimana mereka dipersiapkan secara

khusus untuk mendampingi para korban gempa terutama mereka yang

mengalami kecacatan. Para pendamping adalah mereka yang memiliki

latar belakang pendidikan psikologis.

3. Fungsi Pendampingan

Pendampingan melibatkan pendamping dan yang didampingi.

Pendamping adalah sebagai fasilitator dalam menanggapi masalah

ataupun keprihatinan-keprihatinan dalam kehidupan seseorang yaitu

dengan memfungsikan diri dari yang didampingi. Perbedaan

pendampingan psikologis dengan dukungan dan pendampingan dari

keluarga maupun dalam masyarakat dapat terlihat pada fungsi

pendampingan sebagai berikut. Fungsi pendampingan yaitu meliputi :

a. Menyembuhkan. Fungsi ini dipakai oleh pendamping ketika

melihat keadaan yang perlu dikembalikan ke keadaan semula atau

mendekati keadaan semula, dengan kata lain membantu seseorang

untuk menghilangkan tingkah laku disfungsional yang

mengganggu, dan dapat berfungsi dengan keadaannya yang baru.

b. Menopang. Fungsi menopang dipakai untuk membantu seseorang

untuk menerima keadaannya sekarang sebagaimana adanya,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

kemudian bisa berdiri diatas kedua kaki sendiri dalam keadan yang

baru, serta bertumbuh secara penuh dan utuh.

c. Membimbing. Pendamping berlaku sebagai pembimbing yang

didampingi untuk bisa mandiri dan bertanggung jawab terhadap

keputusannya dengan mempertimbangkan saran dari pendamping

berupa alternative-alternatif, kelebihan dan kelemahan,

kesempatan, tantangan yang mungkin ada, dan sarana apa saja

yang diperlukan untuk dapat mengambil suatu keputusan yang

terbaik yang dipilih seseorang dengan kesadaran akan pilihannya

sendiri.

d. Memperbaiki hubungan. Pendamping sebagai penengah atau

mediator ketika seseorang mengalami konflik batin dengan pihak

lain yang menyebabkan rusaknya hubungan, yang pada akhirnya

mereka (pihak yang berkonflik) mampu memecahkan masalah

secara mandiri. Namun tidak jarang konflik batin dapat mengarah

pada konflik eksistensial yang kemungkinan terburuk

menyebabkan bunuh diri. Maka pendamping sebagai mediator

orang itu dengan dirinya sendiri.

e. Memberdayakan. Fungsi ini dipakai untuk membantu orang yang

didampingi menjadi penolong bagi dirinya sendiri pada masa

depan ketika menghadapi kesulitan kembali. Maka diharapkan

orang yang didampingi tersebut tidak selalu tergantung pada

pertolongan orang lain.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Dari fungsi-fungsi pendampingan yang sudah dipaparkan diatas dapat

disimpulkan bahwa pendampingan berfungsi untuk membantu orang

yang didampingi untuk dapat hidup secara mandiri dengan menerima

segala kekurangan maupun kelebihan dirinya secara apa adanya, dan

mau menerima kondisi sekarang dengan tidak hanya pasrah namun

bertanggung jawab akan hidupnya dan mau serta tertantang untuk

mengembangkan hidupnya dan berfungsi dengan keadaan yang baru.

D. Dinamika Perbedaan Penerimaan Diri Kondisi Fisik Penderita

Paraplegia Korban Gempa yang Mendapatkan Pendampingan

Dengan yang Tidak Mendapatkan Pendampingan

Gempa yang terjadi pada pertengahan bulan di tahun 2006 telah

membawa derita bagi sebagian masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

Banyak orang yang menjadi korban meninggal dan luka-luka, banyak juga

diantara mereka yang menjadi cacat. Kecacatannyapun beraneka ragam

dari yang amputasi kaki, ataupun tangan, luka memar dan patah tulang

dibagian anggota tubuh, bahkan sampai ada yang mengalami luka terparah

yaitu kelumpuhan atau disebut sebagai paraplegia.

Para korban gempa bumi tahun 2006 yang silam yang menjadi

penderita paraplegia sebagian besar adalah orang-orang biasa yang tidak

mengalami kecacatan yang berarti, tidak cacat, sehingga ketika sekarang

mereka menjadi penderita paraplegia, mereka banyak yang merasa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

depresi, menjadi kurang percaya diri, malu, memiliki perasaan inferioritas

dan merasa menjadi orang yang tidak berguna, gagal dan merasa selalu

butuh bantuan orang lain.

Paraplegia adalah kelumpuhan kedua anggota tubuh bagian bawah

yang disebabkan kerusakan syaraf pada tulang belakang, sehingga

menyebabkan kontak dari otak terputus, dengan demikian anggota tubuh

tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Penderita paraplegia pada umumnya memiliki organ tubuh yang

lengkap, namun karena rusaknya susunan saraf pusat pada sumsum tulang

belakang mengakibatkan fungsi gerak tubuh pada bagian bawah menjadi

lumpuh. Fungsi perasa pada bagian bawah tubuh dibawah luka juga tidak

mampu merasakan rangsangan-rangsangan yang ada. Sering mengalami

kekejangan otot atau kaki terkulai. Kontrol terhadap organ pencernaan

tubuh pada bagian pembuangan, misalnya BAB dan BAK, menjadi tidak

berfungsi atau terganggu. Bahkan kemampuan seksual penderitanyapun

juga ikut terganggu.

Kondisi tersebut berpengaruh pada kondisi mental para korban

bencana ketika berhadapan pada kenyataan hidup saat ini yang mereka

alami yang tidak ada satupun dari mereka menginginkannya, yaitu menjadi

cacat, paraplegia. Masalah penerimaan diri akan kondisi kecacatan ini

menjadi hal yang penting untuk diperhatikan mengingat bahwa mereka

yang menjadi penderita paraplegia adalah mereka yang dulunya bukan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

penyandang cacat sehingga kemampuan dan pengetahuan akan

penerimaan diri mereka akan kondisi fisik yang baru, cacat, juga sangat

minim.

Penerimaan diri akan kondisi fisik ditandai dengan sikap yang

mencerminkan rasa senang dan puas akan perubahan yang terjadi pada

kondisi dirinya, tidak diikuti oleh perasaan malu, rendah diri, maupun rasa

bersalah, serta mengenal kelebihan maupun kekurangannya untuk

digunakan secara efektif tanpa harus menyembunyikan siapa dirinya.

Bertanggung jawab dan mandiri dalam mencapai kebutuhan sehari-hari.

Penerimaan diri penyandang cacat paraplegia harus dicapai

melalui proses dan pengalaman yang terjadi dalam hidupnya. Jersild

(dalam Hurlock, 2002) menyebutkan bahwa penerimaan diri adalah

sebagai suatu proses bertahan dan mempunyai tingkatan. Mereka yang

mengalami kecacatan bukan dari sejak lahir atau karena kecelakaan

biasanya sulit untuk bisa menerima kondisi dirinya secara langsung,

mereka cenderung mengalami perasaan inferioritas, yaitu kecenderungan

merasa diri kekurangan, tidak mampu dan gagal (Dianawati, dkk. 2005).

Kondisi ini dipertegas dengan informasi dan pengetahuan yang kurang

akan penyandang cacat penderita paraplegia, sehingga yang muncul

kemudian adalah penolakan dan sikap inferioritas terhadap diri dan

masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Individu yang menerima dirinya sendiri akan lebih mengenali

potensi-potensi yang ada pada dirinya (Skinner, dalam Maramis 1994).

Selain itu, individu yang menerima dirinya akan lebih mengenali

kelebihan maupun kekurangan dirinya sehingga individu tersebut dapat

memanfaatkan potensi, kelemahan dan kekurangan dirinya secara optimal,

tepat guna dan terintergrasi.

Masalah maupun keterbatasan yang dihadapi oleh penyandang

cacat penderita paraplegia sangat kompleks, dari masalah kondisi fisik

kecacatannya sampai pada kondisi psikologisnya. Mereka cenderung tidak

dapat menerima kondisi dirinya secara realistis dan cenderung

menganggap dirinya tidak berharga. Kondisi penderita paraplegia yang

mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh bawah dan kesulitan bergerak

yang berakibat pada mobilitas yang terbatas menuntut mereka untuk selalu

membutuhkan alat bantu ataupun orang lain untuk membantu dalam

mobilitas gerak dalam berkegiatan. Mereka membutuhkan pendampingan

dari orang lain supaya mereka dapat bertahan dalam menjalani dan

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Setiap orang pasti membutuhkan bantuan, terutama bagi mereka

yang telah menjadi cacat. Bantuan yang diberikanpun bisa bermacam-

macam, dapat berupa bantuan secara materiil maupun secara moril.

Bantuan materiil biasanya dapat berupa barang-barang atau sesuatu yang

dapat membantu meringankan penderitanya, seperti rumah dan alat-alat

kesehatan. Bantuan moril, dapat berupa bantuan atau dukungan, perhatian,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

kedekatan, bimbingan dan segala sesuatu yang membuat seseorang

menjadi nyaman secara psikologis.

Salah satu bantuan secara moriil yang diperlukan bagi mereka yang

menjadi paraplegia adalah pendampingan psikologis yang diberikan untuk

membantu seseorang supaya dapat berfungsi secara penuh, bisa mandiri

dan dapat menerima kondisi dirinya. Pendampingan ini diberikan kepada

mereka yang mengalami suatu kejadian yang diakibatkan kejadian tertentu

untuk membuat mereka mampu beradaptasi dan menerima diri akan

kondisinya tersebut.

Pendampingan psikologis bertujuan untuk membantu seseorang

dalam permasalahan psikologisnya seperti menghilangkan tingkah laku

disfungsional, yaitu tingkah laku yang ditunjukkan dengan rasa malu

dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat, seperti mengurung diri

dikamar, prasangka yang berlebihan dan malu bertemu orang. Perasaan

menolak atau tidak menerima akan segala sesuatu yang menimpa dirinya,

dengan adanya pendampingan maka diharapkan mereka akan mampu

menerima kenyataan yang ada, bukannya larut dalam harapan-harapan

palsu, namun harus kuat menghadapinya.

Salah satu fungsi pendampingan adalah memberdayakan, baik dari

potensi yang dimiliki oleh individu maupun dengan melibatkan potensi-

potensi yang ada disekelilingnya. Menjadi cacat adalah kondisi dimana

seseorang merasa terbatasi oleh keadaannya sehingga perlu adanya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

bantuan atau alat bantu, namun kesulitan dan ketidaktahuan dalam

mempergunakan fasilitas tersebut secara maksimal menjadi kendala ketika

bagi mereka yang diberi bantuan.

Seseorang tidak atau jarang menggunakan kursi roda untuk keluar

rumah hanya karena alasan malu, takut jatuh dan tidak percaya diri jika

bertemu orang lain. Rumah dengan fasilitas pendukung untuk penyandang

cacat yang dibuat agar penyandang cacat menggunakannya dalam

berkegiatan sehari-hari, namun jarang atau tidak terpakai sebagaimana

mestinya, dikarenakan kekurangtahuan akan cara penggunaan sehingga

masih selalu tergantung orang lain ataupun merasa malu jika orang-orang

melihat kecacatannnya. Penggunaan alat bantu meyakinkan seseorang

terhadap keterbatasan orang yang menggunakannya tersebut. Selain itu,

tidak bisa merawat luka sendiri atas alasan kesehatan adalah bukti bahwa

mereka masih terlalu tergantung orang lain dan tidak bertanggung jawab

akan kesehatan dirinya sendiri.

Fasilitas yang diberikan jika tidak digunakan sebagaimana

mestinya akan menjadi sia-sia. Fasilitas yang ada sangat baik jika

digunakan untuk perkembangan diri, seperti bersosialisasi maupun untuk

perkembangan diri. Seseorang yang mau bangkit dari keterpurukan dan

tidak kalah akan kondisi kecacatannya, misalnya menjadi lumpuh, adalah

seseorang yang menerima dirinya, dan dengan dukungan alat dan fasilitas

yang ada akan semakin meningkatkan perbaikan dalam diri, baik fisik

maupun psikis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Pendampingan ini diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan

baik dari segi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang psikologis

dalam membantu para korban yang membutuhkan bantuan secara

psikologis, serta menggunakan faktor fisik guna mendukung kesembuhan

pasien dari segi fisik maupun psikologis. Dukungan berupa perhatian,

bimbingan, dukungan selalu ada untuk orang yang membutuhkan dapat

dilakukan oleh semua orang, namun pendampingan psikologi ini lebih

terarah pada pemulihan atau penyembuhan kondisi psikologis seseorang

yang telah mengalami peristiwa yang mengejutkan dengan pengalaman

dan faktor fisik yang tersedia, supaya sesorang menjadi sembuh seperti

sedia kala atau mendekati kondisi semula.

Banyak dari penderita yang tidak mendapatkan pendampingan

secara profesional, kebanyakan dari mereka mendapatkan pendampingan

hanya terbatas oleh keluarga maupun masyarakat sekitar. Hal tersebut

tidaklah buruk, namun kebanyakan dari masyarakat umum tidak

mengetahui akan kebutuhan penyandang cacat secara psikologis, hal

tersebut berpengaruh juga pada penerimaan diri akan kecacatannya.

Survey dilapangan terlihat bahwa keluarga, sebagai pendamping

dari penderita, biasanya hanya menopang dari segi fisiknya saja seperti

rawat luka, memenuhi kebutuhan sandang dan pangan saja. Secara

informal, stigma yang muncul dimasyarakat adalah bahwa mereka kadang

mengucilkan para penyandang cacat. Hal ini terjadi dikarenakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

masyarakat menganggap kecacatan sebagai suatu aib bagi desa mereka.

Para penyandang kecacatan dianggap tidak mampu (Affrida, 2007).

Tindakan masyarakat maupun dari pihak keluarga yang kurang

mendukung dapat berdampak pada perkembangan psikologi penderita

yang menuju kearah negatif. Dampak psikologi yang muncul, seperti

rendahnya konsep diri, persepsi diri yang rendah terutama kaitannya

dengan bagaimana individu memandang dirinya dan pendampilannya

sendiri, penerimaan diri yang rendah, munculnya reaksi penolakan,

keadaan depresif, bahkan sampai dengan menarik diri dari pergaulan sosial

sehari-hari (Livneh&Antonak, 2005).

E. HIPOTESIS

Hipotesa dari penelitian ini adalah penerimaan diri penyandang cacat

penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih tinggi atau

lebih baik dibandingkan dengan penyandang cacat penderita paraplegia

yang tidak mendapatkan pendampingan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Normal secara Bencana Alam Gempa Bumi

Fisik

Cedera Tulang Belakang (Paraplegia)

Kondisi Sehat Lumpuh


Permanen
Gejala Fisik Gejala Psikologis

Tidak bisa jalan, kaki Malu akan kondisi fisik,


layuh, kejang, sulit BAB pemurung, sosialisasi
dan BAK, fungsi seksual kurang, kurang percaya
menurun, timbul penyakit diri, depresi, merasa gagal
dalam, rentan terhadap karena menjadi cacat,
luka tekan (decubitus) pikiran irasional bunuh
diri

Penerimaan akan kondisi


fisik diri kurang, karena
pengetahuan minim,
berlaku kurng realistis, tdk
INTERVENSI
puas

Bantuan Fisik Bantuan Non-Fisik

Membangun rumah Pendampingan Psikologis :


Alat bantu menyembuhkan ke kondisi
Dana semula, membimbing dlm
Perawatan Luka pengetahuan
Kesehatan fisik/psikologis, menopang,
mperbaiki hubungan,
memberdayakan supaya
mandiri scr fisik&psikologis

Masalah fisik tertangani, namun


Adanya keseimbangan antara
secara mental masih merasa
bantuan fisik dengan bantuan
malu dan inferior Akibat :
psikologis
penggunaan alat minim

Penerimaan akan Kondisi Penerimaan akan Kondisi


Fisik Diri yang Kurang Fisik Diri yang Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan adalah

penelitian perbandingan atau komparasi. Penelitian perbandingan adalah

penelitian yang membandingkan dua variabel yang sama dalam populasi

yang berbeda (Amirin, 1986). Penelitian ini merupakan penelitian yang

dilakukan untuk melihat dampak dari suatu perlakuan, subjek telah

mendapat perlakuan dari variabel bebasnya, dan penelitian ini bermaksud

untuk melihat sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel

tergantungnya, dan perbedaan ketika tidak diberi perlakuan. Dalam hal ini

peneliti akan membandingkan penerimaan kondisi fisik korban gempa yang

mendapat pendampingan dengan yang tidak mendapat pendampingan.

B. IDENTIFIKASI VARIABLE

Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variable bebas dan

variable tergantung :

Variabel bebas : Status pendampingan

Variabel tergantung : Penerimaan Diri

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Penerimaan Diri

Penerimaan diri adalah suatu sikap menerima kondisi diri apa

adanya dengan wajar yang ditunjukkan pada sikap dan perasaan yang

wajar, tidak berlebihan. Pengenalan diri secara utuh akan kondisi diri

dan tidak menutupi maupun menyangkal keadaan dirinya yang menjadi

cacat.

Penerimaan diri akan kondisi fisik penyandang cacat tubuh terdiri

dari beberapa aspek, diantaranya :

1. Pengetahuan tentang fisik dirinya sendiri

Sejauh mana individu mengenal dan memahami kondisi fisiknya,

kecacatannya, dan juga meliputi kebutuhan-kebutuhan apa saja

yang diperlukan atau diperhatikan dengan kondisinya tersebut.

2. Pemahaman yang realistis atas kemampuan diri

a. Tingkat kemampuan dalam menyadari dan mengerti akan

potensi-potensi yang dimiliki, setelah menjadi cacat.

b. Sejauh mana individu dapat bersikap dengan tepat, tidak

berlebihan atau sangat kurang, sesuai dengan kondisi diri saat

ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

3. Kepuasan, secara fisik, terhadap dirinya sendiri

a. Tingkat penerimaan diri dengan sungguh akan penampilan

fisiknya, meliputi penilaian maupun perasaaannya, terkait

dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat.

b. Tingkat penilaian positif seseorang akan kondisi diri. Perasaan

senang, rasa puas, yang ditunjukkan pada sikap menerima akan

kondisinya, kelebihan maupun kekurangannya.

Dalam penelitian ini, pengukuran penerimaan diri dibatasi pada self

report atau pandangan subjek terhadap diri sendiri dalam penerimaan

dirinya terhadap kondisi dirinya yang menjadi cacat. Skor skala yang

didapat dari pengukuran menunjukkan penerimaan diri penyandang

cacat korban gempa yang mendapat pendampingan maupun yang tidak

mendapat pendampingan. Semakin tinggi skor yang didapatkan, maka

semakin tinggi penerimaan diri akan kondisi fisiknya menurut

pandangan subjek demikian juga sebaliknya.

2. Pendampingan

Pendampingan psikologis adalah suatu bentuk bantuan yang

diberikan kepada mereka yang mengalami krisis. Krisis yang dimaksud

adalah suatu kejadian yang membuat seseorang mengalami goncangan

batin seperti depresi dan kesedihan, hal ini yang biasa terjadi pada

mereka yang menjadi cacat akibat dari suatu kejadian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Pendampingan psikologis ini merupakan salah satu program Pusat

Rehabilitasi Yakkum dibawah unit Psikososial yang bergerak dalam

penanganan mental, seperti penerimaan diri, penyandang cacat setelah

terjadi suatu kecelakaan agar mereka dapat mandiri dan berfungsi penuh

di lingkungan masyarakatnya.

Pendampingan ini hanya bisa diberikan oleh mereka yang sudah

terlatih dengan pengawasan dan bimbingan dari ahlinya yaitu Psikolog,

sehingga hasil dampingan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu

Psikologi.

Fungsi atau tujuan dari pendampingan adalah untuk membimbing

agar bisa kembali atau mendekati keadaan semula, membina agar tidak

salah dalam menerima dan mengolah informasi akan diri dan

memberfungsikan kembali walau dengan kondisi telah menjadi cacat.

D. SUBJEK PENELITIAN

Pemilihan subjek penelitian menggunakan metode purposive

sample yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan pada ciri-ciri atau

sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat

dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Penggunaan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mereka

yang merupakan korban bencana alam gempa bumi pada pertengahan tahun

2006 silam yang tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya. Kriteria subjek


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

penelitian meliputi umur remaja akhir (17 tahun keatas) sampai dewasa dari

berbagai golongan (pelajar, pekerja, petani), pria maupun wanita yang

mengalami kecacatan karena gempa Yogyakarta.

Pada usia 17 tahun keatas adalah dari masa remaja akhir (pubertas,

adolesenci = Lat. Adolescere = adultus = menjadi dewasa), hingga sampai

pada masa dewasa. Tugas perkembangan untuk masa remaja akhir adalah

menerima peran dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat

sendiri, mendapatkan kebebasan secara emosional, dan belajar bertanggung

jawab baik secara diri sendiri maupun sosial (Havinghurst, dalam Monks

2002). Dengan adanya peran ini maka seseorang yang berumur diatas 17

tahun memiliki hak untuk memilih kehidupan nya sendiri, berhak untuk

memilih tanpa tergantung dari orang tua, mampu berdiri sendiri dan

bertanggung jawab akan segala keputusannya.

Jenis-jenis kecacatan yang dimaksud adalah kelumpuhan atau

disebut paraplegia. Kecacatan ini disebabkan oleh rusaknya sumsum tulang

belakang akibat tertimpa benda berat. kelumpuhan atau layuh di beberapa

bagian tubuh namun memiliki tingkat keparahan dibawah paraplegia yaitu

paraparese yang meliputi layuh (lemas atau lemah) pada bagian tertentu

atau hampir keseluruhan anggota gerak bagian bawah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

E. PROSEDUR PENELITIAN

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan berbagai usaha, yaitu :

a. Penyusunan instrumen angket

Hal-hal yang dilakukan peneliti dalam menyusun instrument adalah :

1) Menentukan aspek yang akan menjadi dasar dalam pembuatan

instrumen (item).

2) Membuat item berdasarkan aspek yang telah ditentukan dalam

bentuk pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable.

3) Mengkonsultasikan item yang telah dibuat kepada pembimbing.

b. Mengujicobakan skala atau melakukan try out pada individu yang

memiliki karakteristik sama dengan subjek penelitian yaitu

penyandang cacat fisik yang sampai saat ini kecacatannya masih

sangat dirasakan atau terlihat secara indera, yang merupakan korban

bencana alam gempa bumi yang tinggal di kabupaten Bantul, Imogiri

dan sekitarnya. Mereka yang telat menerima bantuan secara fisik dan

non fisik. Uji coba ini dilaksanakan dari awal Februari 2009 sampai

bulan Mei 2009. Lamanya pengambilan data penelitian disebabkan

alamat dan letak geografis dari masing-masing responden yang tidak

berdekatan satu sama lain, dan beberapa alamat yang tidak tertera

secara lengkap dan jelas. Skala yang disebar sebanyak 80 eksemplar,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

akan tetapi tidak semua yang bisa dianalisis dikarenakan ada

beberapa skala yang gugur. Skala yang gugur antara lain 12 (dua

belas) eksemplar yang tidak memiliki kelengkapan jawaban, 8

(delapan) eksemplar yang tidak kembali, sehingga angket yang bisa

di analisis berjumlah 60 (enam puluh) eksemplar.

c. Melakukan pengujian validitas serta reliabilitas terhadap skala

penerimaan diri yang telah diujicobakan. Pengujian dilakukan

menggunakan program komputasi SPSS for windows versi 17.0.

2. Tahap Pengumpulan Data

Akan diperoleh item-item yang telah diujicobakan kepada subjek

penyandang cacat fisik korban gempa. Penelitian ini menggunakan

metode try out terpakai, sehingga hanya dilakukan satu kali pengambilan

data, yaitu bersama dengan try out.

F. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

1. Alat Pengumpul Data/ Instrumen

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode skala, yaitu alat atau cara pengumpulan data dengan

menggunakan pernyataan yang disusun dengan cara tertentu mengenai

suatu obyek yang yang hendak diungkap dari subyek.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Ada tiga alasan mengapa skala dijadikan sebagai metode

pengumpulan data (Suryabrata, 2006):

a. Subyek merupakan pribadi yang paling mengetahui dan memahami

tentang dirinya sendiri.

b. Implikasi dari hal tersebut adalah bahwa apa yang dikemukakan

atau jawaban yang dinyatakan subyek kepada peneliti merupakan

kondisi sebenarnya dan dapat dipercaya.

c. Interpretasi subyek tentang pertanyaan atau pernyataan yang

diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud oleh

peneliti.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala penerimaan diri. Skala penerimaan diri ini bersifat tertutup dan

anonim. Tertutup berarti berisi pertanyaan-pertanyaan yang

jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, dalam hal ini

menggunakan skala Likert yang dimodifikasi yang terdiri atas empat

kategori jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Jawaban ini digunakan agar

subyek dapat menentukan pilihannya secara tegas dan tidak ragu-ragu.

Apabila tersedia jawaban di tengah, dapat timbul kecenderungan untuk

memilih jawaban yang netral, khususnya oleh mereka yang ragu-ragu

atas jawabannya (Hadi, 1991). Bersifat anonim bertujuan agar subyek

lebih terbuka dalam memberikan informasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

2. Penskoran

Skor merupakan harga suatu jawaban terhadap pertanyaan dalam

tes (Azwar, 2003). Penskoran jawaban dalam penelitian ini tergantung

dari jenis pernyataan seperti yang tertulis dalam tabel 1 berikut ini:

Tabel 1
Skor untuk Item Favorable dan Unfavorable

Skor Jawaban
Alternatif Jawaban
Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

3. Blue Print

Skala kebermaknaan hidup ini terdiri dari 78 item, yang terdiri atas 39

item favorable dan 39 item unfavorable. Di bawah ini akan disajikan

blueprint skala penerimaan diri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Tabel 2
Blue Print Skala Perbedaan Penerimaan Diri

Nomor Item
Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable

1, 7, 13, 19, 25, 31, 4, 10, 16, 22, 28,

Pengetahuan 37, 43, 49, 55, 61, 34, 40, 46, 52, 58,
26
Fisik 67, 73, 64, 70, 76,

(13) (13)

3, 9, 15, 21, 27, 33, 6, 12, 18, 24, 30,

39, 45, 51, 57, 63, 36, 42, 48, 54, 60,
Realistis 26
69, 75 66, 72, 78

(13) (13)

5, 11, 17, 23, 29, 35, 2, 8, 14, 20, 26, 32,

41, 47, 53, 59, 65, 38, 44, 50, 56, 62,
26
71, 77 68, 74
Kepuasan Diri

(13) (13)

Jumlah 39 39 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

G. PERTANGGUNGJAWABAN MUTU

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya (Azwar, 2003). Suatu tes atau instrument dikatakan memiliki

validitas yang tinggi apabila alat tes memberikan hasil yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran.

Tes validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi, yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap

isi tes yang mana akurasi data tergantung pada sejauh mana isi skala

mencakup data yang komprehensif dan relevan dengan tujuan

penelitian (Azwar, 2003). Analisis rasional terhadap isi item dilakukan

oleh dosen pembimbing guna memeriksa kualitas item sebagai dasar

untuk diseleksi.

2. Seleksi Item

Seleksi item diawali dengan melakukan uji coba terhadap item –

item yang telah dibuat untuk mendapatkan item – item yang dianggap

baik dan layak. Uji coba dilakukan pada individu yang memiliki

karakteristik yang sama dengan subyek, yaitu para penyandang cacat

korban gempa yang bertempat tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya.

Jumlah item yang diuji cobakan sebanyak 78 item.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan komputasi

koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan kriteria yang relevan,

yaitu distribusi skor itu sendiri dan akan menghasilkan koefisien korelasi

item total atau corrected item total correlation (r ix ). Semakin baik daya

diskriminasi sebuah item, maka koefisien korelasinya semakin mendekati

angka 1,00. Pemilihan item terbaik dalam penelitian ini menggunakan

koefisien korelasi sebesar 0,3. Dengan demikian, item-item yang memiliki

corrected item total correlation < 0,3 dapat disisihkan, sedangkan item-

item yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3 dinyatakan

sebagai item yang lolos seleksi dan dapat digunakan sebagai alat

penelitian. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 54 item yang lulus seleksi,

sedangkan 24 item yang lain tidak lulus seleksi. Item-item tersebut

merupakan item-item yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3.

Sebaran item setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Tabel 3
Spesifikasi Item setelah Uji Coba

Nomor Item
Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable

1, 13, 19, 31, 37, 43, 10, 16, 28, 34, 40,
Pengetahuan
49, 67, 73, 46, 58, 64, 70 18
Fisik
(9) (9)

3, 9, 15, 27, 45, 51, 12, 18, 24, 30, 36,

Realistis 57, 63, 75 42, 48, 54, 78 18

(9) (9)

5, 11, 17, 23, 29, 59, 2, 14, 26, 32, 38,

65, 71, 77 44, 50, 68, 74 18


Kepuasan Diri
(9) (9)

Jumlah 27 27 54

3. Reliabilitas

Reliabilitas berarti keajegan, keterandalan, kestabilan, dan

konsistensi dari hasil ukur atau kecermatan dari suatu pengukuran

(Azwar, 2003). Azwar juga mengungkapkan bahwa konsep reliabilitas

adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas alat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

ukur sendiri mengacu pada sejauhmana konsistensi hasil pengukuran

apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subyek yang

sama.

Tinggi rendahnya reliabilitas dapat dilihat dari tingginya nilai

koefisien reliabilitas yang mendekati nilai 1 (satu). Pengukuran

reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan penghitungan

reliabilitas koefisien alpha (α) dari Cronbach menggunakan program

SPSS for windows versi 17.0. Reliabilitas dalam skala 78 item yang

digunakan pada uji coba adalah α = 0,969. Reliabilitas skala 54 item

yang terseleksi adalah α = 0,969. Reliabiltas skala uji coba dan

penelitian dapat dikatakan baik karena hampir mendekati nilai 1 (satu).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengambilan data penelitian dilakukan mulai tanggal 3 Februari 2009

hingga 30 Mei 2009. Skala yang disebarkan sejumlah 60 eksemplar. 30

eksemplar untuk subjek yang mendapatkan pendampingan psikologis, dan 30

eksemplar untuk subjek yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis.

Dari 60 eksemplar yang disebar semua dapat dianalisis karena memenuhi

persyaratan kelengkapan jawaban.

Skala penelitian ini diberikan kepada mereka yang merupakan korban

gempa bumi Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006 yang lampau. Subjek penelitian

adalah mereka yang menjadi korban terparah, yaitu menjadi lumpuh.

Kelumpuhan yang dialami pada kedua kaki yang tidak hanya berpengaruh

pada mobilitas pada kaki namun juga berpengaruh pada sistem pencernaan

dan hal lain seperti rasa sakit. Subjek penelitian bertempat tinggal di daerah

Bantul, Imogiri dan Klaten yang merupakan daerah terparah akibat dampak

gempa.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan

diri. Skala ini dibuat berdasarkan pada aspek-aspek dalam penerimaan diri,

terutama dalam penerimaan diri dari sudut pandang secara fisik. Skala ini

nantinya akan mengukur sejauh mana perbedaan mereka yang mendapatkan

52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

pendamping dan yang tidak dalam menerima diri mereka ketika mereka telah

menjadi cacat.

B. DESKRIPSI SUBJEK

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah para korban gempa

Yogyakarta tahun 2006 silam. Subjek penelitian adalah mereka yang menjadi

kurban gempa yang telah menjadi lumpuh atau dengan kata lain paraplegi.

Paraplegia adalah kelumpuhan pada 2 anggota gerak manusia (bagian

kaki) yang dikarenakan putusnya atau cederanya saraf-saraf pada sumsusm

tulang belakang akibat terhantam benda keras, seperti tertimpa bangunan atau

tembok.

Pasien yang menderita paraplegia akan mengalami kesulitan dalam

menggerakkan kedua kakinya, pasien juga akan mengalami kesulitan dalam

BAB maupun BAK. Secara fisik, pasien juga akan mengalami rasa sakit yang

teramat sangat yang akan muncul setiap waktu.

Para korban sebagai subjek penelitian bertempat tinggal di daerah Bantul,

Imogiri, dan Klaten. Subjek penelitian adalah mereka yang menderita

paraplegia dengan umur diatas 17 tahun dengan pertimbangan adalah

seseorang diatas usia tersebut termasuk dalam masa dewasa awal yang lebih

mandiri dan mempunyai hak memilih dibandingkan usia sebelumnya sehingga

subjek dapat memberikan jawaban yang akan dikaitkan dengan kemampuan

dirinya saat ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Tabel 4
Deskripsi Subjek Penelitian

Jenis Pendampingan Non Pendampingan


Kelamin

Pria 15 15

Wanita 15 15

30 30

C. UJI ASUMSI ANALISIS DATA

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam suatu penelitian dilakukan untuk menguji

apakah data penerimaan diri yang diperoleh berdistribusi normal atau

tidak. Penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov

dari SPSS for windows versi 17.0. Pengambilan keputusan didasarkan

pada besaran probabilitas (p). Apabila p > 0,05 maka distribusi dinyatakan

normal. Sebaliknya, apabila p < 0,05 maka distribusi dinyatakan tidak

normal. Hasil uji normalitas tercantum dalam tabel 5

Tabel 5
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

Pendampingan Tanpa Pendampingan

Kolmogorov Smirnov 0,140 0,127

Asymp. Sig (p) 0,138 2,00


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Dari hasil pengujian terhadap korban penyandang cacat karena

gempa yang mendapatkan pendampingan diperoleh nilai Kolmogorov

Smirnov 0,140 dengan probabilitas 0,138 (p > 0,05). Sedangkan korban

penyandang cacat karena gempa yang tidak mendapatkan pendampingan

memiliki nilai Kolmogorov Smirnov 0,127 dengan probabilitas 2,00 (p >

0,05). Oleh karena nilai p korban penyandang cacat karena gempa yang

mendapat pendampingan maupun tidak lebih besar dari 0,05 maka

diketahui bahwa distribusi data pada kedua sampel adalah normal atau

memenuhi persyaratan uji normalitas.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa apakah

data sampel memiliki varian yang sama. Uji homogenitas dalam penelitian

ini menggunakan program SPSS for windows versi 17.0. Pengambilan

keputusan

didasarkan pada nilai probabilitas (p). Jika p > 0,05 maka data berasal dari

populasi yang memiliki varian yang sama. Sebaliknya, jika nilai p < 0,05

maka data berasal dari populasi yang mempunyai varian yang tidak sama.

Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai p sebesar 3,611.

Oleh karena p > 0,05 maka dapat diketahui data berasal dari populasi yang

mempunyai varians yang sama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

D. UJI HIPOTESIS

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Independent Sample

t-test dari program SPSS for windows versi 17.0. Independent Sample t-

test adalah suatu pengujian menggunakan distribusi t terhadap signifikansi

perbedaan nilai rata-rata tertentu dari dua kelompok sampel.

Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi “Penerimaan akan kondisi

diri penyadang cacat akibat korban gempa yang mendapat pendampingan

lebih tinggi dan lebih baik jika dibandingkan dengan yang tidak

mendapatkan pendampingan, di mana penyandang cacat yang didampingi

memperoleh pengetahuan dan dorongan baik secara mental maupun fisik”.

Tabel 6
Ringkasan Hasil Uji-t Skor Penerimaan Diri antara yang mendapat
pendampingan dan yang tidak pendmpingan

Perlakuan N Mean Mean dif t p Ket

Pendampingan 30 176 P < 0,05


43,033 18,584 0,000
Non-pendampingan 30 133 Significant

Ho : tidak ada perbedaan tingkat penerimaan diri antara korban gempa

paraplegia yang mendapat pendampingan ataupun yang tidak

mendapat pendampingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Ha : ada perbedaan tingkat penerimaan diri antara korban gempa

paraplegia yang mendapat pendampingan ataupun yang tidak

mendapat pendampingan.

Pengujian hipotesis berdasarkan nilai probabilitas :

Jika p > 0,05, maka Ho diterima

Jika p < 0,05, maka Ho ditolak

Dari hasil analisis didapat t = 18,584 dengan probabilitas 0,000.

Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain ada

perbedaan tingkat penerimaan diri korban gempa paraplegia yang

mendapatkan pendampingan dengan yang tidak mendapatkan

pendampingan.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa penerimaan kondisi fisik

diri mean untuk subjek yang mendapatkan pendampingan psikologis

adalah sebesar 176 dan mean untuk subjek yang tidak mendapatkan

pendampingan psikologis sebesar 133, dimana mean subjek yang

mendapatkan pendampingan psikologis lebih besar daripada mean subjek

yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

E. Analisis Tambahan (kategorisasi)

Kategorisasi ini dibuat untuk mengetahui tingkat penerimaan diri

penyandang cacat paraplegia yang mendapatkan pendampingan psikologis

dengan yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis.

Tujuan dari kategorisasi ini menurut Azwar (2000) adalah untuk

menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara

berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.

Kontinum jenjang yang digunakan terbagi atas tiga kategori, yaitu rendah,

sedang dan tinggi.

Norma kategorisasi skor yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 7
Norma Kategorisasi Skor

Rentang Kategorisasi Keterangan Kategorisasi

X < (µ – 1,0σ) Rendah

(µ – 1,0σ) ≤ X < (µ + 1,0σ) Sedang

(µ + 1,0σ) ≤ X Tinggi

Keterangan :

µ : mean teoritis

σ : satuan deviasi standar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Skala penerimaan diri penyandang cacat paraplegia korban gempa

yang mendapatkan pendampingan psikologis dan yang tidak mendapatkan

pendampingan psikologis ini terdiri dari 54 item, dengan penghitungan

sebagai berikut :

X minimum : 54 (untuk skor jawaban sangat tidak setuju)

X maksimum : 216 (untuk skor jawaban sangat setuju)

Range / luas jarak sebaran : 216 – 54 =162

σ / satuan deviasi standar : 162 : 6 = 27

µ / mean teoritis : 54 + 216 = 135


2
Dari perhitungan tersebut maka diperoleh kategorisasi skor

penerimaan diri penyandang cacat paraplegia adalah sebagai berikut :

Tabel 8
Kategorisasi Skor Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Penyandang Cacat
Paraplegia

Rentang Kategorisasi Keterangan Kategorisasi

X < (135 – 1,0 . 27) Rendah

(135 – 1,0 . 27) ≤ X < (135 + 1,0 . 27) Sedang

(135 + 1,0 . 27) ≤ X Tinggi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Kategorisasi skor penerimaan diri penyandang cacat paraplegia

untuk masing-masing kelompok yang mendapatkan pendampingan maupun

kelompok yang tidak mendapatkan pendampingan dapat dilihat pada tabel 8.1

dan tabel 8.2, berikut ini :

Tabel 8.1
Kategorisasi Skor Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Penyandang Cacat
Paraplegia yang Mendapatkan Pendampingan

Rentang Kategori Keterangan Kategori Frekuensi %

X < 108 Rendah 0 0%

108 ≤ X < 162 Sedang 2 6%

162 ≤ X Tinggi 28 94 %

Tabel 8.2
Kategorisasi Skor Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Penyandang Cacat
Paraplegia yang Tidak Mendapatkan Pendampingan Psikologis

Rentang Kategori Keterangan Kategori Frekuensi %

X < 108 Rendah 0 0%

108 ≤ X < 162 Sedang 30 100 %

162 ≤ X Tinggi 0 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

F. PEMBAHASAN

Hasil analisis data penelitian menunjukkan perolehan nilai t = 18,584

dengan probabilitas 0,000. Probabilitas < 0,05. Hal tersebut berarti adanya

perbedaan penerimaan kondisi fisik diri oleh penyandang paraplegia yang

mendapatkan pendampingan psikologis dengan yang tidak mendapatkan

pendampingan psikologis.

Hasil analisis perolehan mean untuk penderita paraplegia yang

mendapatkan pendampingan psikologis sebesar 176 dan mean untuk

penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis

sebesar 133. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan diri akan kondisi fisik

penyandang cacat paraplegia korban gempa yang mendapatkan

pendampingan psikologis lebih baik dibandingkan dengan penyandang cacat

yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis, sehingga dalam hal ini

pendampingan psikologis sangat berpengaruh cukup besar dalam

meningkatkan penerimaan diri akan kodisi fisiknya, terutama mereka yang

mengalami kecacatan karena suatu kecelakaan.

Kecelakaan akibat gempa yang merampas kebebasan seseorang ketika

menjadi lumpuh atau cacat, hal tersebut berakibat pada sikap penolakan

dalam dirinya. Percaya diri yang kurang akibat dari kondisi kecacatannya,

sehingga menurunkan semangat dan rasa percaya diri seseorang, mereka

kesulitan, menerima kondisi dirinya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan

dari Dwiamalia (2005) yang mengemukakan bahwa penyandang kecacatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

fisik cenderung mengalami perasaan inferioritas, yaitu kecenderungan

merasa diri kekurangan, tidak mampu dan gagal.

Penderita kelumpuhan atau paraplegia memiliki masalah yang

komplek dan cacat ini bersifat permanen sehingga mengharuskan

penderitanya harus banyak tidur ditempat tidur ataupun tergantung dengan

alat Bantu. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita paraplegia adalah

infeksi saluran kencing, infeksi saluran pernapasan, peradangan ginjal,

timbulnya luka tekan atau decubitus, hingga masalah seksualitas. Melihat

dampak yang dialami oleh penderita paraplegia dapat dibayangkan betapa

mereka harus berusaha keras untuk dapat menerima kondisi dirinya tersebut.

Banyaknya masalah fisik yang dialami penderita paraplegia, berakibat

pada munculnya permasalahan secara psikologis, seperti rasa malu, percaya

diri yang kurang, dan tidak merasa berharga. Hal tersebut ditegaskan pula

oleh Sharma (2005) yang berpendapat bahwa secara mental, individu yang

mengalami spinal cord injury dapat mengalami permasalahan psikologis

seperti kecemasan, depresi, rasa takut, rasa marah, sikap permusuhan dan

perasaan tidak berdaya.

Hal tersebut didukung oleh Perry (1990), bahwa sebagai akibat dari

kecacatan karena kecelakaan atau penyakit, seseorang akan mengalami

trauma atau krisis yang ditunjukkan dengan adanya kecemasan, kesulitan

dalam berpikir jernih, penyangkalan-penyangkalan diri, perubahan perilaku

maupun emosi, serta muncul depresi. Dampak ini muncul sebagai akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

dari ketidaktahuan penyandang cacat mengenai langkah yang harus diambil

dengan kondisi tubuhnya saat ini.

Berbagai permasalahan yang dihadapi penderita paraplegia untuk

dapat menerima kondisi fisiknya sangatlah tidak mudah. Secara umum, para

korban gempa penderita paraplegia mengalami kondisi dan perasaan yang

sama, namun beberapa dari mereka sudah mampu untuk bisa mandiri dan

mulai menata kehidupannya yang baru dengan kondisi mereka yang

sekarang. Hal tersebut terkait juga dengan bantuan-bantuan yang diberikan,

misalnya pendampingan yang dilakukan oleh salah satu lembaga sosial

masyarakat yang bergerak dalam program penanganan gempa kepada

beberapa penderita paraplegia korban gempa.

Pendampingan psikologis bertujuan agar orang yang didampingi

mampu berfungsi secara penuh dengan diberikan dukungan dan arahan

untuk mencapai perilaku dan sikap yang positif seperti mampu menerima

kondisi dirinya dan tidak hanya menyesalinya dari waktu ke waktu.

Wiryasaputra (2006) berpendapat bahwa pada hakikatnya, pendampingan

secara psikologis merupakan semangat, sikap, kepedulian, dan tindakan

membantu orang yang sedang krisis. Krisis adalah keadaan dimana

seseorang mengalami masa-masa yang sulit (Thomas C. Oden, 1986; dalam

Wiryasaputra, 2006).

Pendampingan ini diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan dan

dari latar belakang psikologi, sehingga tidak semua orang dapat melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

pendampingan kepada orang lain secara psikologi. Hal tersebut ditegaskan

dalam Wiryasaputra (2006) bahwa yang dapat melakukan pendampingan

secara psikologi hanya mereka yang ahli di bidang psikologi atau mereka

yang sudah dipersiapkan untuk mendampingi.

Permasalahan penderita paraplegia terkait dengan kondisi fisik

maupun psikologis yang dapat digambarkan sebagai penderitaan yang

menghancurkan hampir semua aspek kehidupan individu. Oleh sebab itulah,

mengapa individu perlu penolong untuk keluar atau untuk membantu dalam

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya.

Penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan secara

psikologis belum tentu tidak mendapatkan pendampingan sama sekali.

Keluarga dan masyarakat juga termasuk dalam kategori pendamping, namun

isi dan bagaimana melakukan pendampingan itulah yang membedakan

keduanya antara pendampingan seorang ahli dengan yang tidak. Pada

umumnya pendampingan yang hanya dilakukan oleh keluarga terbatas pada

pengalaman dari setiap individu saja dan bahkan dimungkinkan mereka

dapat membantu anggota keluarganya yang terkena musibah menjadi orang

yang produktif dan yang mandiri, namun hal tersebut hanya sedikit.

Banyak faktor yang mempengaruhi pendampingan yang dilakukan

oleh masyarakat maupun keluarga, salah satunya mereka sangat tergantung

dan dipengaruhi budaya yang ada. Afrida (2007) menjelaskan bahwa

kepercayaan masyarakat setempat terhadap kecacatan mempengaruhi sikap


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

terhadap penyandang cacat. Misalnya, dalam kenyataan yang ditemui

dilapangan, kecacatan masih dianggap sebagai suatu aib dan memalukan,

sehingga terkadang penyandang cacat disembunyikan dari masyarakat,

sehingga permasalahan pada penyandang cacat, paraplegia, tidak hanya

sebatas problem medis, fisik maupun psikologis, namun juga dipengaruhi

oleh sosial masyarakat. Hal tersebut akan mempengaruhi sedikit maupun

banyak akan berhasil atau tidaknya suatu pendampingan sehingga orang

yang didampingi dapat menerima kondisi dirinya secara penuh, apa adanya.

Penerimaan diri membutuhkan proses dan cara yang sesuai agar

individu memperoleh penerimaan diri secara utuh terhadap kondisi dirinya.

Menerima bukan hanya sebatas terima karena tidak adanya pilihan yang

lain, namun ditunjukkan dengan sikap mau menerima dan bertanggung

jawab secara penuh akan keputusannya tersebut dan mau berkembang untuk

kemajuan dirinya. Hal tersebut senada dengan pendapat Gea (2002) yang

menyebutkan penerimaan diri adalah suatu sikap memandang diri sendiri

sebagaimana adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa

senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya.

Penerimaan diri tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah

satunya adalah aspek pengenalan diri. Pentingnya penderita paraplegia

untuk mengenal kelebihan maupun kekurangan dalam dirinya. Melalui

pengenalan diri, individu juga akan dibantu untuk memahami perilakunya

yang nantinya akan berpengaruh terhadap penerimaan diri, dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

memahami perilakunya maka ia akan menyukai dirinya dan merasa orang

lain juga akan menyukai kualitas dirinya (Hurlock, 1973).

Pengetahuan akan kondisi diri baik pengetahuan yang melekat secara

fisik pada diri dari kondisi paraplegia tentang bagaimana merawat dan apa

saja kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhannya sehari-hari,

seperti ketersediaan alat kursi roda atau terapi-terapi yang bisa dilakukan

oleh dirinya, kegiatan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan, dan

bagaimana memaksimalkan potensi lingkungan untuk perkembangan

dirinya. Ciri-ciri apa saja yang muncul dan kondisi seperti apa saja yang

akan muncul ketika seseorang dalam kondisi seperti ini. Bersamaan dengan

pengetahuan akan dirinya tersebut maka akan memunculkan penerimaan

dirinya (Schultz, 1991).

Selain itu perlunya mengetahui sampai pada kondisi lingkungan fisik

diluar dirinya, seperti kondisi georafis ruangannya apakah mendukungnya

dalam melakukan mobilitas, jika belum harus seperti apa. Kondisi tempat

tidur yang harus disesuaikan dengan kondisi diri untuk mencegah timbulnya

luka baru. Pengenalan akan kondisi fisik seseorang dan lingkungannya akan

membantu untuk mawas diri dalam merencanakan kegiatan yang efektif

dalam rangka menimbulkan sikap mandiri dan bertanggung jawab akan

tindakannya sebagai individu dengan kecacatannya.

Pengenalan akan diri membantu individu tersebut untuk dapat

mengenali kelebihan dan keterbatasannya sehingga keputusan yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

diambilpun akan sesuai dengan kemampuan dirinya saat ini. Adanya

pengenalan diri akan mendukung individu tersebut untuk memahami dan

melihat kemampuan diri secara lebih realistis akan potensi-potensi yang

dimilikinya.

Penerimaan diri dapat diperoleh ketika mereka secara sadar menerima

kemampuan dalam dirinya dan mau bersikap realistis akan kondisinya

tersebut. Realistis berarti bersikap wajar, apa adanya, dan tidak berlebihan.

Kebanyakan dari mereka yang mengalami kecacatan yang baru merasa

ketakutan yang berlebih akan kondisi dirinya sehingga mereka tidak

semakin maju namun menjadi semakin putus asa dan tidak berharga.

Hurlock (1999) secara psikologis masalah penyandang cacat tubuh adalah

kecenderungan mereka tidak dapat menerima kondisi dirinya secara realistis

dan cenderung menganggap dirinya kurang berharga. Selalu ingin dibantu

dan tidak berusaha untuk bangkit dan mandiri akan menjadikan mereka

menjadi lebih tidak berharga karena merasa tidak bisa melakukan apa-apa.

Rasa puas akan kondisi dirinya juga merupakan suatu bukti seseorang

dapat menerima kondisi dirinya. Setiap orang tidak ingin menjadi cacat, hal

serupa juga banyak dikeluhkan oleh sebagian besar korban gempa yang

mengalami kelumpuhan atau paraplegia, hingga sekarang. Mereka masih

merasa malu dan mengeluh kenapa mereka menjadi seperti saat ini, berharap

bisa berjalan kembali hingga mendatangi pengobatan-pengobatan alternatif

hingga menghabiskan tenaga, waktu dan materi yang dipunyai.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Kepuasan adalah sikap mau menerima perubahan yang terjadi pada

dirinya dengan tidak diikuti perasaan malu, rendah diri maupun rasa

bersalah (Chaplin, 1999). Hal yang sudah terjadi jangan disesali namun

harus diterima dengan lapang dada dan tetap mengusahakan yang terbaik

bagi perkembangan dirinya.

Pengetahuan diri, sikap realistis dan kepuasan diri, hal inilah yang

menjadi aspek dalam meningkatkan penerimaan diri penyandang cacat

paraplegia. Pendampingan mengarahkan individu untuk bisa menerima

kondisi diri dengan cara pengenalan secara utuh, tidak berlebihan dalam

menanggapi kecacatannya, lebih peka dalam menggunakan potensi-potensi

yang dimiliki dengan lebih maksimal dan efektif, dan individu dapat merasa

puas akan kondisi dirinya saat ini, walaupun dengan kondisi telah menjadi

lumpuh atau paraplegia.

Hasil penelitian tambahan menunjukkan perolehan kategori skor

penerimaan diri pada penyandang cacat paraplegia yang mendapat

pendampingan adalah 94% dalam kategori skor penerimaan diri yang tinggi,

dan 6% dalam kategori skor penerimaan diri yang sedang. Kategori skor

penerimaan diri untuk penyandang cacat paraplegia yang tidak

mendapatkan pendampingan adalah 100% dalam kategori skor penerimaan

diri yang sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari kedua kelompok

subjek tersebut tidak ada yang memiliki kategori skor penerimaan diri yang

rendah. Hal itu berarti baik kelompok yang mendapat pendampingan

maupun yang tidak mendapatkan pendampingan telah menjalani proses


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

adaptasi yang cukup lama terhadap kondisi kecacatannya, namun bedanya

hanya jika dengan pendampingan maka penerimaan diri individu tersebut

akan lebih optimal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan

bahwa penderita paraplegia yang mendapat pendampingan memiliki

tingkat penerimaan diri yang tinggi, dibandingkan dengan penderita

paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan. Hasil analisis didapat

t = 18,584 dengan probabilitas 0,000. Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan

Ha diterima.

Hasil analisis tambahan diperoleh untuk kategorisasi penyandang

paraplegia yang mendapatkan pendampingan. Subjek yang memiliki

penerimaan diri yang tinggi sebanyak 96% dan subjek yang memiliki

penerimaan diri yang sedang sebanyak 6%. Sedangkan untuk kategori

penyandang paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan adalah

subjek yang memiliki penerimaan diri yangsedang sebanyak 100%.

Hal tersebut membuktikan bahwa dengan adanya pendampingan

psikologis dapat meningkatkan sebagian besar penderita untuk memiliki

penerimaan diri yang tinggi, sehingga seseorang penderita mampu

menerima dirinya apa adanya, merasa bangga akan dirinya dan terus

mengusahakan kemajuan dan perkembangan dirinya.

70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

B. SARAN

1. Bagi Klien dan Keluarga

Bagi mereka yang telah mendapatkan pendampingan,

disarankan mereka lebih banyak menimba dan menggali potensi

yang dimiliki dengan melakukan kegiatan yang sekiranya dapat

untuk sebagai pengembangan diri, seperti bekerja maupun kursus

ketrampilan. Berpikir dan bertindak realistis akan kemampuan diri

dalam memilih kegiatan yang ingin dilakukan.

Bagi mereka yang tidak mendapatkan pendampingan,

disarankan untuk tetap beraktivitas sesuai dengan kondisi guna

meningkatkan kemampuan diri yang berguna untuk meningkatkan

juga akan kebanggan diri yang telah menjadi lumpuh namun tetap

bisa berkarya. Menimba pengalaman dari mereka yang mendapat

pendampingan mengenai bagaimana caranya agar bisa menerima

akan kondisi fisik yang telah menjadi cacat.

Bagi keluarga klien, disarankan mereka lebih memberikan

kesempatan yang bebas bagi klien penderita paraplegia untuk

berkembang dengan mandiri dan memberi dukungan dalam bentuk

semangat dan dorongan agar mereka semakin hari semakin memiliki

harapan untuk hidup dan berkembang kearah yang lebih baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

2. Bagi Pusat Rehabilitasi Yakkum

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyandang

cacat yang mendapatkan pendampingan psikologis, penerimaan

dirinya lebih baik, maka peneliti menyarankan supaya pendampingan

tetap dilakukan. Pendampingan ini diperlukan untuk membangkitkan

semangat terutama dalam meningkatkan penerimaan akan kondisi

dirinya yang telah menjadi cacat. Selain itu, pendampingan juga

berguna sebagai fungsi kontrol pasien baik ketika di dalam centra

maupun diluar centra, masyarakat.

3. Bagi Pemerintah dan lembaga sosial untuk masyarakat

Penanganan akan permasalahan bencana sangat banyak, baik

dari segi fisik maupun non-fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pasien yang mendapatkan bantuan secara non-fisik misalnya

pendampingan psikologis, penerimaan dirinya lebih baik

dibandingkan yang tidak mengalami, maka dari itu peneliti

menyarankan agar pemerintah maupun lembaga sosial masyarakat

melengkapi programnya dengan program pendampingan psikologis

bagi kliennya, supaya mereka dapat menerima kondisi dirinya

dengan lebih baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Pustaka

Afrida, R. 2007. Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat. Majalah Kesehatan


untuk Pekerja Kesehatan Indonesia. Aceh : PT. Aceh Medika Grafika.

Amirin, Tatang M., 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta : Penerbit CV.
Rajawali

ANIMA, Media Psikologi Indonesia, Vol XIII No. 51 April – Juni 1998

Cruickshak, W.M. 1980. Psychology of Exceptional Children and Youth. London


: Prentice Hall Inc

Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi : Terma Tehnis Psikologi


(Terjemahan). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Departemen Sosial RI. 1995. Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh, Direktorat


Rehabilitasi Penderita Cacat. Jakarta: Departemen Sosial

Dianawati, Zamralita dan Ninawati. 2005. Perasaan Inferior dan Kompensasi


Remaja Penyandang Cacat Fisik. Arkhe No.2 Hal 119-136

Dijk, D. Van Aufdemkampe, G., Langeveld, S.V. 1999. The QA Pressure


Measurement System : An Accurancy and Reability Study. Spinal Cord 35,
halaman 58-60

Fallon, Bernadette. (1985). Jadi Anda Lumpuh......... Yogyakarta: Proyek


Rehabilitasi Bethesda, Yogyakarta

Gardner, James. E. 2002. Memahami Gejala Masa Remaja (ed. Hadisubrata).


Jakarta : Mitra Utama.

Gea, Wulandari, dan Babari. 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta : Elex
Media Computindo.

Guning, Edison. 2006. BERITA GEMPA BUMI No : 66/NSC/V/ 2006. Ka.


Humas BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA PUSAT GEMPA
BUMI NASIONAL. Diambil 30 Maret 2010, dari
http:/www.bmg.go.id/SMS BMG.

73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Handayani, M.M. dkk. 1998. Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri Terhadap


Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri. Jurnal Psikologi. Thn XXV
no.2. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Hjelle L.A., and Ziegler D.J. 1981. Personality The Oriens Basic Assumption,
Reasearch and Application. Tokyo : McGraw Hill.

Hurlock, Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Hurlock, Elizabeth. 2002. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. (terjemahan. Iswidayanti, dkk). Jakarta: Erlangga

Jersild, A. T. 1963. The Psychology of Adolescence. New York : The Macmillan


Company.

Kirana, C. 1987. Hubungan Konsep Diri dengan Motif Berwirausaha pada


Penyandang Cacat Fisik yang Sedang Menjalani Rehabilitasi Vokasional
di R.C. Prof. Dr. Soeharso, Surakarta. Skripsi Sarjana. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Latipun. 2001. Psikologi Konseling (3 rd). Malang : Universitas Muhammadiyah


Malang

Mangunsong, Friada, dkk. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa,
cetakan pertama. Jakarta. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia

Monks, F. J., 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai


bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Parry, G. 1990. Coping With Crises. British Psychological Society and Routledge
Ltd.

Powell, M. 1979. Orthopoedic Nursing. E & S. London

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2006. Pengenalan Gempa


Bumi dan Gempa Bumi Merusak. Diambil 30 Maret 2010, dari
http:/merapi.vsi.esdm.go.id

Ratnawati. 1998. Hubungan Antara Penerimaan Diri Terhadap Penampilan Fisik


dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Reed, Kathlyn L (1991). Quick Reference To Occupational Therapy. Educational


or Information Services Librarian Houston Academy of Medicine-Texas
Medical Center Houston. Texas: An Aspen Publication. Aspen Publisher,
Inc. Gaithersburg, Maryland

Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan : Model-Model Kepribadian Sehat.


Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Sharma, V., 2005. Spinal Cord Injury and Emotional Problem. Nursing Journal of
India. January 2005: 96;1. Hal: 12

Siswojo (1986). Aspek-Aspek Psikologi Penderita Cacat Jasmani di RS Surakarta;


Kumpulan Paper Pada Penataran Peningkatan Tenaga Teknisi Ortorik dan
Prostetik di RS Orthopedi

Unger, R., Crawford, M. 1992. Women and Gender: A Feminist Psychology. New
York: McGraw Hill.

Werner, David (2002). Anak-Anak Desa Yang Menyandang Cacat. Pedoman bagi
Para Petugas Kesehatan Masyarakat, Petugas Rehabilitasi dan Keluarga:
Yayasan Bhakti Luhur, Malang

Wiryasaputra, Totok S (2006). Ready To Care : Pendampingan dan Konseling


Psikologi. Yogyakarta: Galang Press
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 1

SKALA UJI COBA

ANALISIS DATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item 1 Item 2 Item 3 Item 5 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16
Subjek1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4
Subjek3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4
Subjek4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
subjek 5 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3
subjek 6 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4
Subjek 7 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3
Subjek 8 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4
Subjek 9 4 3 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3
Subjek 10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 11 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3
Subjek 12 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
Subjek 13 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3
Subjek 14 3 4 3 3 4 4 3 2 4 4 3 3
Subjek 15 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 16 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
Subjek 17 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3
Subjek 18 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4
Subjek 19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
Subjek 20 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item 17 Itam 18 Item 19 Item 23 Item 24 Item 26 Item 27 Item 28 Item 29 Item 30 Item 31 Item32

Subjek1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek2 4 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 4
Subjek3 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4
Subjek4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
subjek 5 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4
subjek 6 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3
Subjek 7 4 3 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3
Subjek 8 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3
Subjek 9 4 3 4 4 3 4 2 4 4 2 4 4
Subjek 10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
Subjek 11 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3
Subjek 12 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4
Subjek 13 3 2 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4
Subjek 14 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3
Subjek 15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
Subjek 16 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3
Subjek 17 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3
Subjek 18 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3
Subjek 19 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3
Subjek 20 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item34 Item36 Item37 Item38 Item40 Item42 Item43 Item44 Item45 Item46 Item48 Item49
Subjek1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek2 3 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4
Subjek3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4
Subjek4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
subjek 5 3 1 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
subjek 6 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
Subjek 7 3 1 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4
Subjek 8 2 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4
Subjek 9 4 2 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4
Subjek 10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 11 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4
Subjek 12 3 2 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3
Subjek 13 3 1 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3
Subjek 14 2 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3
Subjek 15 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
Subjek 16 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3
Subjek 17 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4
Subjek 18 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4
Subjek 19 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4
Subjek 20 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item50 Item51 Item54 Item57 Item58 Item59 Item63 Item64 Item65 Item67 Item68 Item70
Subjek1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3
Subjek3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
Subjek4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
subjek 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
subjek 6 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
Subjek 7 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3
Subjek 8 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3
Subjek 9 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4
Subjek 10 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 11 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4
Subjek 12 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
Subjek 13 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
Subjek 14 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
Subjek 15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 16 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4
Subjek 17 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3
Subjek 18 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4
Subjek 19 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4
Subjek 20 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item71 Item73 Item74 Item75 Item77 Item78


Subjek1 3 3 3 4 3 3 164
Subjek2 3 3 3 4 4 4 184
Subjek3 3 3 4 4 3 4 196
Subjek4 3 3 3 3 3 3 163
subjek 5 3 3 3 4 4 3 173
subjek 6 3 3 3 4 3 3 172
Subjek 7 3 4 3 4 4 4 187
Subjek 8 3 4 3 4 3 3 187
Subjek 9 4 4 3 4 3 3 188
Subjek 10 3 3 3 3 3 3 160
Subjek 11 3 3 3 4 3 3 181
Subjek 12 3 3 3 4 4 3 182
Subjek 13 4 4 4 4 3 4 174
Subjek 14 3 3 3 3 3 3 167
Subjek 15 3 3 3 3 3 3 160
Subjek 16 4 2 4 4 4 4 195
Subjek 17 3 3 3 4 4 3 181
Subjek 18 3 3 3 4 4 4 193
Subjek 19 2 4 4 3 3 3 189
Subjek 20 3 4 3 4 3 3 175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item 1 Item 2 Item 3 Item 5 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16
Subjek 21 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3
Subjek 22 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4
Subjek 23 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3
Subjek 24 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 3
Subjek 25 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4
Subjek 26 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3
Subjek 27 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4
Subjek 28 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 3
Subjek 29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 30 3 4 4 3 2 4 3 3 4 4 3 3
Subjek31 2 2 3 2 2 4 2 2 3 2 3 2
Subjek 32 2 2 4 2 4 2 1 1 4 2 3 2
Subjek 33 4 2 2 2 2 3 2 2 4 2 4 2
Subjek 34 3 1 4 2 3 3 2 2 4 2 3 3
Subjek 35 3 2 3 2 2 3 2 1 4 2 4 4
Subjek 36 4 2 2 2 4 3 2 2 4 2 4 2
Subjek 37 2 3 4 2 4 4 3 1 4 2 3 2
Subjek 38 2 2 4 2 2 4 2 2 3 2 3 2
Subjek 39 4 2 3 3 3 3 2 2 4 1 3 3
Subjek 40 2 2 3 2 4 3 2 2 4 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item 17 Itam 18 Item 19 Item 23 Item 24 Item 26 Item 27 Item 28 Item 29 Item 30 Item 31 Item32

Subjek 21 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 4 3
Subjek 22 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3
Subjek 23 3 3 3 4 4 2 3 2 3 3 3 4
Subjek 24 4 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 4
Subjek 25 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3
Subjek 26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 27 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3
Subjek 28 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3
Subjek 29 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
Subjek 30 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
Subjek31 3 3 2 3 4 2 2 2 2 2 3 2
Subjek 32 2 3 3 3 2 2 2 3 2 1 4 2
Subjek 33 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2
Subjek 34 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 4 2
Subjek 35 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2
Subjek 36 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2
Subjek 37 4 3 2 3 1 2 2 2 2 1 4 2
Subjek 38 2 2 4 3 3 2 2 1 2 2 3 2
Subjek 39 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 3 2
Subjek 40 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item34 Item36 Item37 Item38 Item40 Item42 Item43 Item44 Item45 Item46 Item48 Item49
Subjek 21 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 2 4
Subjek 22 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4
Subjek 23 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
Subjek 24 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3
Subjek 25 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 26 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3
Subjek 27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
Subjek 28 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4
Subjek 29 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3
Subjek 30 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
Subjek31 3 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 3
Subjek 32 3 1 3 2 2 4 4 1 2 4 1 3
Subjek 33 2 1 4 2 1 3 4 1 2 2 1 3
Subjek 34 2 2 4 2 1 3 3 2 3 4 3 3
Subjek 35 2 1 4 2 2 3 2 2 2 2 2 4
Subjek 36 4 1 4 2 2 2 4 1 2 4 1 4
Subjek 37 2 3 4 1 1 2 3 1 1 2 1 4
Subjek 38 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 2 3
Subjek 39 3 2 2 2 3 4 3 1 1 4 1 3
Subjek 40 3 2 2 2 2 3 3 1 2 3 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item50 Item51 Item54 Item57 Item58 Item59 Item63 Item64 Item65 Item67 Item68 Item70
Subjek 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 22 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 23 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3
Subjek 24 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3
Subjek 25 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4
Subjek 26 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
Subjek 27 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek 28 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3
Subjek 29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
Subjek 30 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subjek31 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 2
Subjek 32 3 4 2 4 3 2 3 3 2 2 2 3
Subjek 33 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2
Subjek 34 3 4 3 4 4 2 3 3 2 3 1 3
Subjek 35 2 3 4 4 4 2 3 3 2 4 2 3
Subjek 36 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 2 3
Subjek 37 3 3 3 4 3 2 2 4 2 4 2 1
Subjek 38 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 2 4
Subjek 39 2 3 3 4 3 2 4 3 2 3 2 2
Subjek 40 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item71 Item73 Item74 Item75 Item77 Item78


Subjek 21 3 3 3 3 3 3 169
Subjek 22 3 3 3 3 3 3 173
Subjek 23 3 3 3 3 3 3 167
Subjek 24 2 3 3 4 3 3 169
Subjek 25 3 3 3 3 4 4 175
Subjek 26 3 3 4 3 3 3 169
Subjek 27 3 4 3 3 3 3 167
Subjek 28 2 3 3 4 3 3 178
Subjek 29 3 3 3 3 3 3 169
Subjek 30 3 3 3 3 4 4 174
Subjek31 2 3 2 4 2 3 135
Subjek 32 2 4 2 4 4 3 140
Subjek 33 3 4 2 4 2 3 131
Subjek 34 2 4 2 4 2 2 145
Subjek 35 2 3 1 4 2 4 138
Subjek 36 2 4 2 3 2 3 140
Subjek 37 2 4 1 4 2 4 137
Subjek 38 2 2 2 3 2 3 130
Subjek 39 2 3 2 3 2 3 136
Subjek 40 2 3 2 3 2 3 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item 1 Item 2 Item 3 Item 5 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16
Subjek 41 4 1 3 2 3 4 2 2 4 2 3 3
Subjek 42 1 2 3 2 2 4 2 2 4 2 4 3
Subjek 43 3 2 4 2 3 3 3 1 3 2 3 1
Subjek 44 4 2 3 2 3 4 3 2 4 2 3 3
Subjek 45 1 2 4 2 2 4 2 1 4 2 4 2
Subjek 46 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2
Subjek 47 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 4 3
Subjek 48 4 2 4 3 4 3 2 2 4 2 4 3
Subjek 49 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2
Subjek 50 3 2 3 2 2 4 2 1 3 2 3 3
Subjek 51 2 2 4 2 4 3 2 1 4 2 4 2
Subjek 52 3 2 4 2 2 3 2 2 3 2 3 2
Subjek 53 3 3 2 2 3 4 2 2 3 1 2 3
Subjek 54 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2
Subjek 55 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2
Subjek 56 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2
Subjek 57 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2
Subjek 58 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2
Subjek 59 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3
Subjek 60 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item 17 Itam 18 Item 19 Item 23 Item 24 Item 26 Item 27 Item 28 Item 29 Item 30 Item 31 Item32

Subjek 41 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2
Subjek 42 2 4 4 3 4 2 3 3 2 2 3 2
Subjek 43 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 3 3
Subjek 44 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2
Subjek 45 2 1 4 2 1 1 3 2 2 1 4 2
Subjek 46 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2
Subjek 47 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 4 2
Subjek 48 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 4 2
Subjek 49 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
Subjek 50 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2
Subjek 51 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2
Subjek 52 2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 4 2
Subjek 53 2 1 3 2 3 1 2 3 2 2 2 2
Subjek 54 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 1
Subjek 55 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 3
Subjek 56 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2
Subjek 57 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2
Subjek 58 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2
Subjek 59 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3
Subjek 60 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item34 Item36 Item37 Item38 Item40 Item42 Item43 Item44 Item45 Item46 Item48 Item49
Subjek 41 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3
Subjek 42 4 3 4 2 1 2 3 2 2 4 2 3
Subjek 43 2 2 4 1 2 3 2 1 2 3 1 4
Subjek 44 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 4 3
Subjek 45 3 2 3 2 1 4 4 1 2 4 2 3
Subjek 46 2 1 3 2 2 2 3 1 2 2 1 3
Subjek 47 2 2 3 2 3 2 3 1 3 3 2 3
Subjek 48 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3
Subjek 49 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 3
Subjek 50 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3
Subjek 51 3 2 2 2 2 4 4 1 1 2 1 4
Subjek 52 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 3
Subjek 53 2 2 3 2 3 2 2 1 3 3 1 3
Subjek 54 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Subjek 55 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 3
Subjek 56 2 1 3 2 3 3 3 1 3 3 2 3
Subjek 57 3 2 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3
Subjek 58 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
Subjek 59 2 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3
Subjek 60 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item50 Item51 Item54 Item57 Item58 Item59 Item63 Item64 Item65 Item67 Item68 Item70
Subjek 41 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2
Subjek 42 3 3 4 4 4 2 3 3 2 2 2 4
Subjek 43 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3
Subjek 44 3 3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 2
Subjek 45 2 4 4 4 2 2 4 4 2 4 2 1
Subjek 46 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2
Subjek 47 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3
Subjek 48 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1 2
Subjek 49 2 3 1 3 2 2 3 2 2 2 2 3
Subjek 50 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3
Subjek 51 2 4 2 4 3 2 3 3 2 2 1 2
Subjek 52 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2
Subjek 53 2 3 3 3 2 2 3 3 2 4 2 2
Subjek 54 3 2 2 3 1 2 3 2 3 3 1 2
Subjek 55 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3
Subjek 56 2 3 3 4 2 1 2 2 2 2 2 2
Subjek 57 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3
Subjek 58 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
Subjek 59 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2
Subjek 60 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 1 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Item71 Item73 Item74 Item75 Item77 Item78


Subjek 41 2 2 2 4 2 3 135
Subjek 42 2 3 2 4 2 4 150
Subjek 43 2 3 2 3 2 3 131
Subjek 44 2 3 2 3 2 2 145
Subjek 45 2 3 2 4 2 4 138
Subjek 46 2 3 2 4 2 3 126
Subjek 47 2 3 2 3 2 3 140
Subjek 48 2 3 2 3 2 3 136
Subjek 49 2 2 2 3 3 3 123
Subjek 50 2 3 2 3 2 3 137
Subjek 51 2 3 2 4 2 3 131
Subjek 52 2 3 2 3 2 3 126
Subjek 53 2 3 2 4 1 2 127
Subjek 54 2 2 2 4 3 2 121
Subjek 55 3 3 1 3 2 3 122
Subjek 56 2 2 2 2 3 3 125
Subjek 57 2 2 2 3 2 2 125
Subjek 58 3 2 2 3 2 3 126
Subjek 59 2 3 3 3 2 3 131
Subjek 60 2 2 3 3 2 3 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANGKET
PENELITIAN

Disusun Oleh :

Bonaventura Bhuwana Yudistira

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

FAKULTAS PSIKOLOGI

YOGYAKARTA

2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yogyakarta, Januari 2009

Yth, Bapak/ Ibu/ Saudara/ i

Di tempat

Dengan hormat,

Assalamu’alaikum wr.wb. Puji dan syukur kami panjatkan kepada


Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan memberikan karunia-Nya yang
berlimpah kepada kita semua.

Saya adalah mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata


Dharma Yogyakarta yang sedang menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Kuisioner
ini disusun dalam rangka memperoleh data untuk menyelesaikan skripsi. Oleh
karena itu, saya memohon bantuan bapak ibu sekalian untuk meluangkan
waktu sejenak guna mengisi kuisioner ini.

Saya sangat berharap supaya bapak dan ibu sekalian mengisi


kuisioner dengan lengkap, sesuai dengan keadaan, perasaan dan pikiran
saudara. Setiap orang dapat mempunyai pandangan yang berbeda sehingga
setiap orang dapat menjawab yang paling sesuai menurut keadaannya sendiri.
Tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban akan dijamin
kerahasiaannya. Termasuk kelngkapan data pribadi yang saudara isi.

Demikian harapan saya, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan


dan kerjasama yang telah diberikan.

Hormat saya,

Bhuwana Yudistira
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jenis Kecacatan :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Usia :

Pendampingan : Ya / Tidak Jika jawabannya Ya, dengan ...............

Petunjuk Pengisian Kuisioner

Dibawah ini terdapat 78 pernyataan.

Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengisi setiap
pernyataan yang sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada
salah satu alternatif jawaban dibawah ini.

SS = SANGAT SESUAI, apabila pernyataan sangat sesuai dengan diri anda

S = SESUAI, apabila pernyataan sesuai dengan diri anda

TS = TIDAK SESUAI, apabila pernyataan tidak sesuai dengan diri anda

STS = SANGAT TIDAK SESUAI, apabila pernyataan sangat tidak sesuai


dengan diri anda

Mohon semua pernyataan diisi dengan lengkap, jangan sampai ada yang terlewatkan.
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KUISIONER

No Pernyataan SS S TS STS

1 Cedera pada tulang belakang akan menyebabkan fungsi bagian


tubuh di bawah luka akan menjadi berkurang

2 Saya malu dengan kondisi fisik saya saat ini

3 Saat ini, saya perlu mempertimbangkan kondisi ketika


melakukan suatu kegiatan

4 Saya tidak mengetahui secara jelas kenapa fungsi kendali bagian


bawah tubuh menjadi berkurang.

5 Saya tidak merasa malu untuk menunjukkan siapa saya

6 Saat ini saya merasa masih mampu melakukan banyak aktivitas,


sama seperti sebelum menjadi lumpuh

7 Kelumpuhan yang saya derita berdampak pada fungsi gerak


tubuh bagian luka pada tulang punggung kebawah

8 Saya jarang bersosialisasi karena saya takut jika di ejek karena


kecacatanku

9 Kesembuhan adalah harapanku namun saat ini saya tetap akan


beraktivitas sesuai dengan kemampuan yang ada

10 Sepengetahuan saya, lumpuhnya kedua kakiku akan berdampak


pada tidak berfungsinya bagian tubuhku yang lain, seperti pada
tangan

11 Saya tidak merasa sungkan untuk menunjukkan diri dan


bersosialisasi dengan orang lain.

12 Tujuan hidupku adalah menyembuhkan diri bagaimanapun


caranya seperti sedia kala tanpa ada cacat sedikitpun.

No Pernyataan SS S TS STS

13 Saya membutuhkan tangan saya untuk melakukan berbagai hal,


contohnya beraktivitas menggunakan kursi roda

14 Bagi saya menjadi orang cacat sama saja dengan menjadi orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang tidak berharga

15 Saya perlu mempertimbangkan ruang gerak saya karena


keadaan tubuh saya tidak seperti dulu lagi

16 Saat ini saya tidak membutuhkan kedua tangan saya, tapi saya
sangat membutuhkan kedua kaki saya untuk berjalan

17 Saya tetap menganggap diri saya berharga walau saya telah


menjadi lumpuh

18 Saya bebas dalam melakukan segala aktivitas apa pun, tanpa


terhalang oleh kondisi diriku saat ini

19 Saya harus banyak menterapi kaki saya agar tidak menjadi kaku
dan mengecil

20 Saya merasa malas merawat kaki saya, karena saya merasa


sudah tidak ada gunanya lagi

21 Saya perlu sadar diri ketika memilih suatu pekerjaan mengingat


kemampuan dan potensi yang terbatas

No Pernyataan SS S TS STS

22 Saya membutuhkan tangan saya untuk melakukan berbagai hal,


contohnya beraktivitas menggunakan kursi roda

23 Wujud penerimaan dalam diriku adalah saya tetap merawat


kedua kaki saya yang telah menjadi lumpuh

24 Saya akan lakukan pekerjaan yang saya inginkan tanpa perlu


pertimbangan

25 Saya sering melakukan terapi karena bermanfaat untuk


mengurangi nyeri pada kaki.

26 Saya menyesal kenapa hal ini menimpa diri saya dan bukan
orang lain

27 Saya sadar bahwa terapi tidak akan menyembuhkan kelumpuhan


namun hanya merawat agar tidak bertambah parah

28 Saya tidak tahu bagaimana mengurangi rasa nyeri yang timbul


pada kedua kaki

29 Sekarang ini saya tidak merasa menyesal atas apa yang terjadi
pada diriku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30 Saya melakukan terapi yang agar kondisiku bisa sembuh sepeti


sedia kala.

31 Sepengetahuan saya, mengurangi terlalu lama tiduran maupun


duduk adalah usaha untuk menjaga agar tidak timbul luka baru

32 Saya sudah merasa menjadi orang yang gagal karena kondisiku


yang sudah menjadi lumpuh ini

33 Saya tahu bahwa saya tidak lagi dapat menikmati kehidupan


seks yang seperti dulu lagi

34 Saya merasa tidak ada kaitannya antara banyak tidur dengan


terlalu timbulnya luka baru (dikubitus)

35 Saya masih memiliki keyakinan bahwa diriku bisa lebih


berkembang walau dengan kondisi fisik yang sekarang

36 Saya berharap besok kehidupan seksualku akan kembali normal


seperti sedia kala

37 Saya melatih kedua tangan saya dengan latihan angkat beban


supaya kuat menopang tubuh saya

38 Saya masih belum bisa menerima kondisi yang menimpaku saat


ini

39 Saya sadar akan kekuranganku, maka dari itu saya perlu


kehadiran dan uluran tangan orang lain

40 Saya tidak tahu bagaimana melatih tangan saya supaya berguna


bagi kehidupanku

41 Kondisi fisik yang saya alami saat ini tetap saya anggap sebagai
anugerah dari Tuhan

42 Saya merasa kuat sehingga saya tidak perlu bantuan dari orang
lain

43 Saya harus selalu menjaga kebersihan tubuh saya supaya


terhindar dari penyakit dan mempercepat sembuhnya luka tekan

44 Saya akan bisa bersyukur jika saya sudah sembuh dari kondisiku
yang sekarang

45 Saya tidak berharap banyak bahwa kedua kaki saya akan


sembuh lagi

46 Saya rasa kebersihan tidak terkait dengan tumbuhnya luka


dikubitus (luka tekan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47 Saya masih dapat bersyukur dengan keadaan saat ini, karena


masih diberi kesempatan untuk hidup baru

48 Saya memiliki keyakinan yang tinggi bahwa kedua kakiku bisa


pulih seperti sedia kala

49 Perlu bagi saya untuk menyiapkan peralatan rawat luka jika


sekali-kali timbul luka

50 Saya merasa tidak ada gunanya bersyukur dengan keadaan


seperti ini, saya masih tetap saja lumpuh

51 Saya perlu mempertimbangkan peluang (pekerjan atau kegiatan)


yang ada dengan kemampuan yang ada pada diriku saat ini

52 Saya tidak perlu repot-repot sedia P3K, jika luka saya tinggal
pergi ke RS

53 Saya bersyukur karena bagian tubuhku yang lain masih dapat


digunakan untuk melakukan aktivitas

54 Saya akan menerima semua peluang yang ada, tanpa perlu


mempertimbangkan kemampuanku

55 Saya harus terampil merawat luka dikubitus secara rutin untuk


mengurangi dampak timbulnya luka

56 Saya sering merasa marah sendiri karena melihat kondisiku


yang sekarang

57 Sulitnya beraktivitas dengan kondisi saat ini, membuatku


merasa perlu menggunakan alat bantu untuk mendukungku
dalam beraktivitas

58 Saya tidak melakukan apa pun, ketika timbul luka dikubitus,


karena saya tidak tahu bagaimana melakukan perawatan

59 Walaupun saya menjadi cacat, saya tidak mengeluh karenanya

60 Sebenarnya tanpa alat bantu pun saya bisa melakukan aktivitas


apa saja dengan sendirinya

61 Saya perlu alat bantu untuk mempermudah saya dalam


melakukan aktivitas keseharian

62 Seringkali saya membandingkan kondisi kecacatanku dengan


penyandang cacat lain

63 Mengingat bahwa aktivitasku yang terbatas, maka saya perlu


untuk meminta pertolongan orang lain pada aktivitas tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64 Saya merasa enggan menggunakan alat bantu karena


menghambatku untuk bisa sembuh dan berjalan kembali

65 Saya percaya akan kemampuanku, sehingga saya tidak perlu


merasa iri terhadap kemampuan orang lain

66 Saya rasa saya tidak perlu meminta pertolongan orang lain,


karena saya dapat untuk melakukan apa saja dengan sendirinya

67 Aktivitas “angkat pantat” penting dilakukan untuk


menghindarkan dari timbulnya luka tekan

68 Saya tidak merasa bangga menjadi diri yang sekarang

69 Kini saya harus selalu disiplin dalam “buang air”, karena tubuh
saya tidak lagi mampu mengontrol hal tersebut

70 Saya tidak mengetahui bagaimana cara menghindari timbulnya


luka tekan (dikubitus)

71 Saya merasa bangga menjadi diriku apa adanya walau orang lain
mencemooh

72 Saya berharap lama-lama kebiasaan buang air akan terkendali


seperti dulu kembali

73 Saya tahu kelumpuhan ini berpengaruh pada kemampuan


seksual

74 Saya selalu mengeluh akan nasib yang menimpa diri saya

75 Saya merasa tangan dan pikiran perlu dikembangkan, karena


keduanya adalah hal yang penting bagi masa depan saya

76 Saya tidak banyak tahu akan dampak kelumpuhan terhadap


kehidupan seksual saya saat ini

77 Saya tidak pernah mengeluh dan selalu memandang segi positif


dari kejadian yang menimpa diriku

78 Saya merasa tangan dan pikiran saya tidak begitu penting


dibandingkan kesembuhan pada kedua kaki saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Anlisis Data awal

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.969 .967 78

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00001 220.08 847.569 .398 .969

VAR00002 220.38 830.308 .756 .968

VAR00003 219.87 849.304 .423 .969

VAR00004 220.50 847.508 .406 .969

VAR00005 220.43 836.182 .764 .968

VAR00006 220.45 859.879 .163 .969

VAR00007 219.90 859.549 .236 .969

VAR00008 220.53 838.931 .691 .968

VAR00009 220.03 846.202 .465 .968

VAR00010 219.75 851.852 .428 .969


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00011 220.43 835.741 .701 .968

VAR00012 220.72 832.986 .693 .968

VAR00013 219.80 852.603 .359 .969

VAR00014 220.42 819.298 .877 .967

VAR00015 219.95 851.642 .417 .969

VAR00016 220.33 834.938 .713 .968

VAR00017 220.33 828.531 .793 .968

VAR00018 220.42 852.891 .373 .969

VAR00019 220.12 843.664 .542 .968

VAR00020 220.32 838.932 .609 .968

VAR00021 219.87 857.440 .280 .969

VAR00022 221.55 881.811 -.387 .970

VAR00023 220.28 837.495 .699 .968

VAR00024 220.27 845.792 .486 .968

VAR00025 220.23 849.707 .367 .969

VAR00026 220.57 824.724 .814 .968

VAR00027 220.45 843.303 .654 .968

VAR00028 220.57 850.860 .437 .969

VAR00029 220.55 836.557 .810 .968


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00030 220.75 833.953 .712 .968

VAR00031 219.95 845.269 .528 .968

VAR00032 220.50 833.373 .761 .968

VAR00033 220.15 859.113 .214 .969

VAR00034 220.35 841.791 .630 .968

VAR00035 220.30 841.061 .649 .968

VAR00036 220.98 847.949 .411 .969

VAR00037 220.13 850.490 .432 .969

VAR00038 220.55 833.065 .758 .968

VAR00039 220.30 865.603 .024 .969

VAR00040 220.57 835.470 .680 .968

VAR00041 220.10 836.363 .686 .968

VAR00042 220.18 850.830 .397 .969

VAR00043 219.97 840.406 .634 .968

VAR00044 220.88 827.630 .741 .968

VAR00045 220.67 842.836 .561 .968

VAR00046 220.20 840.298 .560 .968

VAR00047 220.08 847.535 .451 .968

VAR00048 220.78 833.461 .671 .968


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted

VAR00049 219.88 849.901 .517 .968

VAR00050 220.30 834.722 .734 .968

VAR00051 220.12 852.410 .457 .968

VAR00052 220.07 856.334 .265 .969

VAR00053 219.78 851.020 .457 .968

VAR00054 220.18 847.813 .516 .968

VAR00055 220.08 857.535 .262 .969

VAR00056 220.78 843.393 .651 .968

VAR00057 219.80 853.519 .367 .969

VAR00058 220.22 845.257 .542 .968

VAR00059 220.62 833.291 .853 .968

VAR00060 219.93 856.131 .362 .969

VAR00061 219.82 859.373 .227 .969

VAR00062 220.63 834.677 .735 .968

VAR00063 220.22 854.817 .358 .969

VAR00064 220.10 855.244 .407 .969

VAR00065 220.50 838.559 .737 .968

VAR00066 220.10 855.142 .339 .969

VAR00067 220.07 844.267 .541 .968


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted

VAR00068 220.58 828.349 .794 .968

VAR00069 219.98 853.373 .332 .969

VAR00070 220.30 841.095 .584 .968

VAR00071 220.62 842.817 .689 .968

VAR00072 221.05 867.879 -.034 .970

VAR00073 220.12 854.342 .353 .969

VAR00074 220.60 833.431 .792 .968

VAR00075 219.77 851.470 .402 .969

VAR00076 220.62 850.817 .415 .969

VAR00077 220.45 832.930 .761 .968

VAR00078 220.05 853.845 .419 .969

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

223.17 866.955 29.444 78


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Analisis Data Baru

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.969 .968 54

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00001 151.22 543.969 .414 .969

VAR00002 151.52 531.068 .749 .968

VAR00003 151.00 546.237 .416 .969

VAR00005 151.57 535.233 .774 .968

VAR00009 151.17 543.802 .456 .969

VAR00010 150.88 547.562 .446 .969

VAR00011 151.57 534.724 .714 .968

VAR00012 151.85 532.164 .713 .968

VAR00013 150.93 549.182 .342 .969

VAR00014 151.55 521.811 .882 .968


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00015 151.08 548.790 .386 .969

VAR00016 151.47 534.151 .724 .968

VAR00017 151.47 529.304 .795 .968

VAR00018 151.55 549.031 .368 .969

VAR00019 151.25 541.106 .553 .969

VAR00023 151.42 536.586 .699 .968

VAR00024 151.40 543.498 .477 .969

VAR00026 151.70 526.112 .820 .968

VAR00027 151.58 541.061 .659 .968

VAR00028 151.70 547.095 .443 .969

VAR00029 151.68 535.813 .811 .968

VAR00030 151.88 532.884 .736 .968

VAR00031 151.08 542.722 .529 .969

VAR00032 151.63 532.982 .769 .968

VAR00034 151.48 540.288 .620 .969

VAR00036 152.12 544.376 .425 .969

VAR00037 151.27 547.453 .416 .969

VAR00038 151.68 532.627 .770 .968

VAR00040 151.70 534.451 .693 .968

VAR00042 151.32 547.305 .395 .969


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00043 151.10 539.786 .606 .969

VAR00044 152.02 527.644 .766 .968

VAR00045 151.80 540.773 .562 .969

VAR00046 151.33 538.972 .554 .969

VAR00048 151.92 532.179 .701 .968

VAR00049 151.02 546.932 .501 .969

VAR00050 151.43 534.250 .737 .968

VAR00051 151.25 549.038 .436 .969

VAR00054 151.32 544.830 .516 .969

VAR00057 150.93 550.470 .329 .969

VAR00058 151.35 542.909 .537 .969

VAR00059 151.75 533.208 .853 .968

VAR00063 151.35 551.045 .335 .969

VAR00064 151.23 550.860 .404 .969

VAR00065 151.63 537.762 .726 .968

VAR00067 151.20 541.451 .557 .969

VAR00068 151.72 528.681 .810 .968

VAR00070 151.43 539.267 .589 .969

VAR00071 151.75 540.665 .696 .968

VAR00073 151.25 550.699 .330 .969


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00074 151.73 533.046 .801 .968

VAR00075 150.90 548.702 .369 .969

VAR00077 151.58 533.332 .749 .968

VAR00078 151.18 550.322 .393 .969

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

154.30 560.247 23.670 54


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 2

UJI NORMALITAS

Dan

UJI HOMOGENITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Uji Normalitas

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.

penerimaan pendampingan .140 30 .138 .954 30 .213


*
non-pendampingan .127 30 .200 .960 30 .310

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

penerimaan Based on Mean 3.611 1 58 .062

Based on Median 2.329 1 58 .132

Based on Median and with 2.329 1 48.009 .134


adjusted df

Based on trimmed mean 3.426 1 58 .069


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 3

UJI

HIPOTESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

penerimaan pendampingan 30 176.03 10.284 1.878

non-pendampingan 30 133.00 7.423 1.355

ndependent Samples Test

Levene's Test for Equality of


t-test for Equality of Means
penerimaan Variances

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference

Equal variances assumed 3.611 .062 18.584 58 .000 43.033 2.316

Equal variances not 18.584 52.768 .000 43.033 2.316


assumed

Anda mungkin juga menyukai