DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
JURUSAN KEPERAWATAN
2019/2020
i
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum .Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan semua
ridho serta hidayah-Nya sehingga kami dapat membuat Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Maternitas pada Ny. Y dengan diagnose medis “Pre Eklamsia”.
Menyadari bahwa banyak pihak yang terkait dan terlibat dalam penyusunan asuhan
keperawatan ini, maka penulis tidak dapat lepas dari bantuan, dorongan, dukungan dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan
ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terimaksih kepada :
Ibu Siswari Yuniarti, SST, S.Pd, M.Kes, selaku dosen pembimbing Keperawatan
Maternitas
Ibu Lilik Hidayati, S.Keb.Bd, selaku kepala ruangan Merpati RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Penyusun menyadari Asuhan Keperawatan yang penulis buat ini tidak luput dari kesalahan,
oleh karena itu penulis mohon kepada para masyarakat pembaca untuk memakluminya. Tak
hanya itu makalah kami takkan sempurna tanpa data – data atau info yang nyata, karena
kesempurnaan hanya milik Allah Yang Maha Kuasa.
Semoga asuhan keperawatan yang telah penyusun buat berguna bagi masyarakat
pembaca Aamiin.
Wassalamu’alaikum .Wr.Wb
Surabaya, 5 November 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................2
2.1. Definisi........................................................................................................3
2.2 Etiologi.........................................................................................................3
2.3 Klasifikasi.....................................................................................................3
2.5 Patofisiologi..................................................................................................5
2.6 Pathway.......................................................................................................6
2.8 Komplikasi...................................................................................................8
2.10 Penatalaksanaan….....................................................................................11
2.11. Pathway...................................................................................................14
2.12 Daftar pustaka..........................................................................................27
BAB V PENUTUP.............................................................................................60
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihatderajat kesehatan perempuan.
AKI merupakan salah satu target yang telahdi tentukan dalam tujuan pembangunan millennium
yaitu tujuan ke 5,meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua kategori kematian
ibu yaitu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu kematian yang diakibatkan
langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan kematian yang disebabkan oleh penyebab
tidak langsung yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan
bukan oleh kehamilan atau persalinannya. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012,angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas)sekitar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun
2007 yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama kematian ibu adalah perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. ProfilKesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir
30% kematian ibu di Indonesia padatahun 2010 disebabkan oleh HDK. Penyakit hipertensi
dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul
dalam kehamilan atau pada masa nifas. Pada tahun 2014 penyebab kematian ibu adalah
preeklamsia-eklampsia 31,25%, perdarahan 18,75%, dan infeksi 12,5% dapat diketahui bahwa
setiap tahunnya penyebab utama kematian Ibu secara langsung masih sama.
1
1.2.2 Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Kasus dengan diagnose medis Pre Eklamsia?
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Klien
Memberikan informasi pada klien dan masyarakat tentang masalah keperawatan yang
terjadi yang berhubungan dengan Pre Eklamsia
1.4.2 Bagi Penyusun
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang di dapat dalam perkuliahan
dan pada lahan praktik klinik keperawatan
1.4.3 Bagi Lahan Praktik
Sebagai referensi pendamping literatur yang telah ada
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
Pre-eklamsia adalah suatu hipertensi atau tekanan darah tinggi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria (Walyani, 2015, P. 3).
Pre-eklamsia Berat adalah tekanan darah yang tinggi (hipertensi) 160/110 mmHg
atau lebih (Maryunani, 2016, P. 127).
2.2 ETIOLOGI
Bathamley (2011, H.194) mengemukakan bahwa faktor risiko preeklamsia
adalah sebagai berikut :
a. Primigravida atau > 10 tahun sejak kelahiran terakhir
b. Kehamilan pertama dengan pasangan baru
c. Riwayat preeklamsia sebelumnya
d. Kehamilan kembar
e. Kondisi medis tertentu seperti ipertensi esensial, penyakit ginjal, diabetes melitus
f. Adanya proteinuria saat mendaftar untuk pemeriksaan ( > 1+ pada lebih dari satu
pemeriksaan atau > 0,3 g/24 jam)
g. Umur ≥ 40 tahun
h. Obesitas ( IMT > 35 )
i. IVF ( In Virto Fertilisation)
j. Hipertensi kronik
k. Molahidatidosa.
2.3 KLASIFIKASI
Menurut (Nurafi & Kusuma, 2006 P. 186) klasifikasi pre-eklamsia dibagi menjadi dua
yaitu :
2.3.1 Pre-eklamsia Ringan
- Terdapat tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.
- Terdapat edema yang umum yang bisa terjadi pada muka, jari tangan, kaki atau
kenaikan berat badan 1 kg atau lebih perminggu.
- Proteinuria + 1 sampai + 2
2.3.2 Pre-eklamsia Berat
- Terdapat tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
- Terdapat proteinuria lebih dari + 3 hingga + 5
- Terjadi oliguria < 400 cc / 24 jam
- Gangguan cerebral, penglihatan, nyeri kepala, nyeri epigastrium
- Edema paru disertai dengan sianosis
- Enzim hati meningkat dan terjadi ikterus
- Perdarahan retina
- Trombosit < 100. 000 / mm
2.4.6 Hipertensi (sistolik > 160 dan atau diastolik > 110) dan proteinuria (> 5 g/dl)
2.4.7 Nyeri di kuadran kiri atas
2.4.8 Perubahan penglihatan
3
2.5 PATOFISIOLOGI
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya hanya dapat dilalui 1 sel darah
merah saja. Jadi jika arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan
naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edem yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruang interstisial mungkin disebabkan oleh spasme arteriola sehingga
terjadi perubahan pada glomerulus.
Perubahan pada organ ibu hamil dengan preeklamsi berat (PEB) adalah sebagai berikut :
2.5.1 Otak
Aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas normal.
2.5.2 Plasenta dan rahim
Aliran darah menurun menyebabkan gangguan plasenta sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gangguan janin sering
terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang sehingga terjadi
partus prematurus.
2.5.3 Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran keginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, akibatnya terjadi retensi
garam dan air. Penurunan filtrasi gomerulus hingga 50 % dapat terjadi oliguria &
anuria.
2.5.4 Paru-paru
Kematian ibu dalam preeklamsia – eklamsia biasanya disebabkan karena edema paru
yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa karena terjadinnya aspirasi
pneumonia atau abses paru.
2.5.5 Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Dapat dicurigai
tejadinya PEB. Gejala preeklamsia berat yang mengarah pada eklamsia adalah
adanya skotoma, diplopia, ambliopia. Hal ini disebabkan adanya perubahan darah
dalam pusay penglihatan korteks serebri atau retina.
2.5.6 Keseimbangan air dan elektrolit
Pada PEB dan eklampsia, kadar gula darah naik sementara. Asam laktat dan asam
organik lainnya naik sehingga cadangan alkali turun.
4
2.6 PATHWAY
perfusi uteroplasenta
Gang. Pertumbuhan
Iskemia plasenta Suplai O2
dan nutrisi janin
Endoteliosis Mengaktifkan
angiotensin I- II Lahir premature Resiko tinggi cedera
Endotheliosis Glumerulus
janin
perdarahan
Proteinuria Menghasilkan aldosteron
Retensi Na dan Air volume darah Hipertensi
Perpindahan cairan ke ruang interstitial kelelahan
Sumber: Lily Yulaikha (2009)
penurunan volume dalam Gangguan perfusi jaringan
Edema
pembuluh darah
5
Factor ibu: Preeklamsi Factor janin: Letak
presbo
Post partum
SEKSIO CESARIA
Pengeluaran lochea
6
2.7 PENATALAKSANAAN
2.7.1 Penanganan preeklamsia berat pada kehamilan ≤ 37 minggu. Jika janin belum
menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru :
- Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr IM kemudian disusul
dengan injeksi tambahan 4 gr IM selama tidak ada kontraindikasi
- Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai PE ringan.
- Ibu dirawat, diperiksa, monitor janin, timbang BB. Awasi timbulnya gejala
- Jika tidak ada perbaikan lakukan terminasi kehamilan dengan indikasi partus
arau tindakan lain tergantung keadaan
2.7.2 Preeklamsia berat pada kehamilan ≥ 37 minggu :
Penderita di rawat inap.
- Tempatkan di kamar isolasi
- Diet rendah garam dan tinggi protein
- Injeksi Sulfas magnesikus 8 gr IM, 4 gram digluteus kanan dan 4 gram dikiri
- Infus dekstrose 5 % dan RL
- Berikan obat antihipertensif : injeksi katapres 1 ampul IM selanjutnya berikan
tablet katapres 3 x ½ tablet perhari
- Diuretik diberikan bila ada edema. Dapat disuntikkan lasix 1 ampul
- Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua dilakukan induksi partus
dengan atau sintosinon 10 satuan dalam infus tetes
- Pemberian sulfas magnesikus kalau tidak ada kontraindikasi dosis sama 4 gr
setiap 4 jam dalam 24 jam post partum.
2.7.3 Perawatan mandiri :
- Aromatherapy
- Pijat bagian punggung, leher, bahu, kaki
- Yoga, latihan relaksasi
- Terapi nutrisi : penggunaan vitamin dan suplemen mineral, kususnya Zinc dan
Vitamin B6.
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Robson (2011, h. 32) dalam bukunya disebutkan bahwa
dapat Beragam komplikasi :
2.8.1 Abrusio plasenta
2.8.2 Keterbatasan pertumbuhan intrauteri
2.8.3 Sindrom HELLP (Haemolysis, Elevated Liver Enzymes, low Platelet Count)
2.8.4 Gagal ginjal
2.8.5 Janin lahir prematur
2.8.6 Kegagalan multi organ
2.8.7 Eklampsia
2.8.8 Kematian
7
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin A B., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Srwono Prawirohardjo
https://www.academia.edu/4813239/ASUHAN_KEBIDANAN_PADA_NY._L_DEN
GAN_PREEKLAMPSIA_BERAT Diakses pada 04/11/19
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
9
Diagnosa Medis : P1102 Post SC + Sterilisasi hari ke 3 a/i PEB + Hellp
Syndrome + AKI d.d ACKD
Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Tanggal Lahir : 10-07-1980
Usia : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Madura/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia
Alamat : Sampang
Status Perkawinan : Kawin
Identitas Suami
Nama : Tn. I
Usia : 40 tahun
Suku / Bangsa : Madura / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sampang
Status Perkawinan : Kawin
Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri di area bekas operasi, klien meringis dan mendesis seperti
kesakitan jika merasa cenat cenut
10
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, ataupun penyakit yang
lain hanya penyakit influenza dan demam biasa.
- Terapi/Operasi yang Pernah Dilakukan Sebelumnya
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat operasi apapun sebelumnya.
- Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik terhadap obat, makanan,
minuman, suhu lingkungan ataupun yang lain.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak pernah memiliki kondisi serupa ataupun memiliki riwayat
hipertensi, penyakit jantung, diabetes, maupun penyakit degenerative lainya.
- Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien beserta tinggal di rumah keluarga besar klien, menurut klien keadaan tempat
tinggal dan lingkungan sekitar rumahnya bersih dan cukup ventilasi.
- Riwayat Latar Belakang Budaya
Klien mengatakan tidak memiliki pantangan apapun terkait kesehatannya baik dalam
masa kehamilanya hingga masa nifasnya saat ini..
- Dukungan Keluarga
Klien keluarganya mendukung penuh terhadap kondisinya saat ini dan bersyukur ibu
dan bayi dapat lahir dengan selamat. Akan tetapi sedikit tampak bingung saat ditanya
tentang suaminya.
- Riwayat Psikososial
Klien mengatakan cemas pada kondisinya saat ini dan tampak seperti tegang saat
ditanya mengenai kondisinya.
Tgl Usia Kehamilan Jenis Penolong Anak, BBL Keadaan anak sekarang Menyusui Masalah
dan Abortus Premature Aterm Persalinan Nakes Non JK BBL; Hidup meninggal Ya tidak kehamilan
bln nakes Lk Pr Normal Cacat
partus
11
Tekanan Darah = 130/70 mmHg
Suhu = 36,7oC
RR = 20 x/menit
SPO2 = 97%
HR = 88 x/menit
TB = 153 cm
BB = 52 kg
IMT = 24 kg/m2
d) Kepala dan Leher
- Kepala : simetris, tidak ada lesi , warna rambut hitam. Klien mengeluh terkadang
pusing dan mata berkunang-kunang.
- Mata : Tidak tampak adanya pembesaran pada mata, sklera putih, konjungtiva
puucat/ anemis, saat direspon dengan cahaya pupil mengecil dan isokor, terdapat mata
panda.
- Hidung : simetris, tidak terdapat sekret, keadaan septum normal, napas teratur
18x/menit, tidak tampak adanya lesi
- Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada perdarahan pada gusi, pucat, dan tidak ada
lesi di mulut
- Telinga : simetris, lubang telinga bersih, tidak ada nanah, tidak menggunakan alat
bantu dengar
- Leher : tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak teraba pembesaran kelenjar
thyroid maupun limfe
e) Dada
- Jantung : S1&S2 tunggal, tidak terdengar murmur maupun gallop, CRT <2 detik
- Paru-paru : Suara napas vesikuler, tidak terdengar suara napas tambahan, tidak tampak
adanya retraksi dada
- Payudara : simetris, puting menonjol, payudara teraba keras, puting tampak kotor, ASI
tidak keluar. Bayi berada di ruang kuf (ruang bayi rsud dr sutomo) dan sementara diberi
susu formula.
f) Eliminasi
BAK : klien mengatakan BAK diantar keluarga ke kamar mandi dengan konsistensi
kuning jernih, berbau khas dan frekuensinya lebih dari 4 kali/hari. Tidak terpasang dower
kateter. Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam berkemih.
- BAB : klien mengatakan belum BAB sejak setelah operasi tanggal 25/10/19.
g) Istirahat dan Kenyamanan
- Pola tidur : klien mengatakan tidur sekitar 7 jam dan merasa bugar setelah tidur
- Pola tidur saat ini : klien sering merasa lelah dan mengantuk, juga sering terbangun untuk
minum obat dan sering merasa nyeri saat bergerak tidur.
h) Mobilisasi dan Latihan
- Tingkat mobilisasi : klien mengatakan sering kelelahan setelah operasi ini, hanya
bergerak seperlunya saja misalnya saat makan karena merasa nyeri di perut saat bergerak
12
- Latihan senam : klien mengatakan tidak pernah atau melakukan atau mengikuti latihan
senam selama kehamilan
i) Nutrisi dan Cairan
- Asupan nutrisi : klien makan 3x sehari dengan porsi sedang, klien tidak mengeluh ada
perubahan nafsu makan, dan selalu makan biskuit dan camilan.
- Asupan cairan : klien mengatakan minum kurang lebih 600 ml / 24 jam
j) Abdomen
Terdapat luka bekas SC dengan panjang lebih kurang 10 cm, tidak ada tanda infeksi.
- Pigmentasi
- Terdapat nyeri abdomen (bekas sc) dengan skala nyeri 3, klien mengatakan terasa seperti
akan robek, nyeri muncul saat bergerak dan nyeri hilang saat diam.
k) Perineum dan Genital
- Vagina : tidak nampak bagian abnormal
- Kebersihan : tampak bersih
- Keputihan : terdapat flek dan berwarna merah kecoklatan
- Lochea : klien mengatakan 4 kali ganti pebalut, saat dikaji lochea berwarna merah
kehitaman
l) Ekstremitas otot
- Ekstremitas atas
Edema : tidak didapatkan edema pada ekstremitas atas
- Ekstremitas bawah
Edema : didapatkan edema pada ekstremitas bawah
Varises : tidak didapatkan varises pada ekstremitas bawah
- Kekuatan otot
5 5
5 5
- Pemeriksaan Penunjang
14
ANALISA DATA
T : hilang timbul
DO : Luka
Klien meringis dan mendesis
seperti kesakitan jika merasa
cenat cenut Menekan ujung Syaraf
15
Nyeri Akut
28.10.2019
Menyusui Tidak Efektif
DS : Sectio Caesaria
DO :
Prolactin meningkat
Oksitosin inadekuat
Inefektif laktasi
Kurang pengetahuan
perawatan payudara
16
Menyusui Tidak efektif
28.10.2019
DO :
28.10.19
- DS : Klien mengeluh Resiko Cidera Ibu
terkadang pusing dan
mata berkunang-kunang. PEB
DO :
17
DIAGNOSA KEPERAWATAN
MASALAH MASALAH
DITEMUKAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TERATASI
TANGGAL PARAF TANGGAL PARAF
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik 28/10/2019 Perawat
(pembedahan) d.d adanya bekas
luka post SC daerah abdomen
2. Menyusui Tidak efektif b. d 28/10/2019 Perawat
ketidakadekuatan reflex
oksitosin d.d Asi tidak keluar
3. Ansietas b.d krisis situasional 28/10/2019 Perawat 29/11/2019 Perawat
d.d klien tampak tegang
4. Resiko cedera pada ibu b.d 28/10/19 Perawat 29/11/2019 Perawat
penyakit penyerta
18
19
PERENCANAAN KEPERAWATAN
PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN & KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL
1 Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan tindakan Observasi
fisik (pembedahan) d.d keperawatan selama 2 x 24
adanya bekas luka post SC jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi local, 1. Untuk memantau
daerah abdomen nyeri menurun dengan karakteristik, durasi, tingkatan nyeri
frekuensi, kulaitas, 2. Untuk mengetahui
Kriteria Hasil: intesitas nyeri tingkatan nyeri
2. Identifikasi skala nyeri 3. Untuk mencegah faktor
1. Tidak mengeluh nyeri 3. Identifikasi faktor yang yang memperberat
2. Wajah meringis memperberat nyeri nyeri
menurun 4. Monitoring efek samping 4. Mencegah adanya efek
3. Klien tidak gelisah penggunaan analgesik samping yang
4. HR dalam batas mengancam kesehatan
normal 80-100 kali Terapeutik 5. Teknik distraksi dan
per menit relaksasidapat
5. Berikan teknik non
menurunkan nyeri
farmakologis untuk
6. Lingkungan yang
mengurangi nyeri
nyaman dapat
6. Kontrol lingkungan yang
membantu mengurangi
memperberat nyeri
nyeri
Edukasi
7. Agar klien dan
7. Jelaskan strategi pereda keluarga mengerti cara
nyeri mengatasi nyeri jika
Kolaborasi sewaktu-waktu nyeri
8. Kolaborasi pemberian timbul kembali
8. Pemberian analgesic
analgetik dapat membantu
mengurangi nyeri
̶̶ Ajarkan perawatan
payudara post partum
(memerah ASI, pijat
payudara, pijat oksitosin)
Selama dilakukan
Observasi
asuhan keperawatan, 1. Memantau tekanan
4. diharapkan masalah resiko 1. Monitor tanda- darah ibu
Resiko cedera pada ibu b.d cidera dapat teratasi dengan tanda vital
penyakit penyerta kriteria hasil : Terapeutik
2. Pasang bed plank pasien agar
̶̶ Kejadian cidera tidak jatuh 2. Menghindari pasien
menurun 3. Jauhkan benda-
̶̶ Tekanan darah cedera
benda berbahaya terutama
membaik benda tajam
̶̶ Pola istirahat/tidur Edukasi
membaik 4. Anjurkan keluarga tidak 3. Menghindari risiko
menggunakan kekerasan
untuk menahan gerakan pasien cidera
pasien
4. Menghindari trauma
pada pasien
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
NO
TANGGAL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
DX
1. 28/10/2019
08.50
Perawat
1. Mengidentifikasi kesiapan
12.00
dan kemampuan menerima informasi
25
4. Ajarkan perawatan payudara post partum
Perawat
(memerah ASI, pijat payudara, pijat
oksitosin)
12.17
R : Klien tampak menyimak
Jika merasa nyeri payudara bisa Perawat
mengompres hangat dingin. Kemudian
dilakukan pemijatan oksitosin sejajar dengan
12.28
putting pada bagian punggung dilakukan
menuju ke atas hingga ke bawah selama 10-
15 menit
09.05
09.10
1. Memonitor tanda-tanda
vital
Perawat
R: Klien kooperatif
Tekanan Darah = 130/70 mmHg
Suhu = 36,7oC
RR = 20 x/menit
SPO2 = 97%
4 28-10-19
HR = 88 x/menit
09.10
Perawat
08.01
09.13
EVALUASI KEPERAWATAN
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan kasus Preeklamsia Berat (PEB)
di Ruang Merpati RSUD Dr.Soetomo pada tanggal 28 Oktober 2019 sampai dengan tanggal 01
November 2019 ditemukan beberapa persamaan dan kesenjangan antara teori yang ada dengan
data yang didapatkan.
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian Ny. M dengan PEB yang masuk rumah sakit (VK IRD) pada
tanggal 25 Oktober 2019 dan langsung di lakukan tindakan SC, pada keluhan utama klien
mengatakan terasa nyeri di luka bekas operasi Sectio Caesarea. Hal ini sesuai dengan teori
tentang nyeri akut yang berhubngan dengan agen injuri fisik ( pembedahan). Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik ditemukan luka bekas operasi SC di perut sepanjang kurang lebih 10 cm, luka
terlihat masih basah tetapi terawat, tidak ada pus ketika ditekan.
Pada konsep dasar teori yang akan muncul pada klien dengan gangguan mobilitas
fisik ada beberapa diagnosis keperawatan yang mungkin muncul menurut Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia, yaitu:
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan) d.d adanya bekas luka post SC daerah
abdomen
2. Menyusui Tidak efektif b. d ketidakadekuatan reflex oksitosin d.d Asi tidak keluar
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan) d.d adanya bekas luka SC di perut
Dari hasil pengkajian ditemukan data yang mendukung untuk menegakan diagnosis
nyeri akut yang dirasakan klien. Diagnosis ini ditegakan sebagai diagnosis aktual karena
memiliki data yang mendukung sesuai dengan teori yakni klien merasakan nyeri pada luka
bekas SC dengan skala nyeri 3, wajah klien tampak meringis dan keadaan luka masih baru
dan luas luka lebih kurang 10 cm.
4.4 Implementasi
4.5 Evaluasi
5.1 Kesimpulan
2) Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan aktual yang muncul pada kasus Nyeri akut b.d agen injuri
fisik (pembedahan) d.d adanya bekas luka post SC daerah abdomen
3) Intervensi Keperawatan
Intervensi direncanakan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dan
disusun dengan tujuan dan kriteria hasil yang beracuan dengan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia dengan metode SMART.
4) Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5) Evaluasi Keperawatan
Diagnosis risiko teratasi pada 29 Oktober 2019 dan aktual teratasi pada tanggal 1
November 2019 sehingga Intervensi dihentikan.