Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR EKONOMI

NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL (Balance Of Payment)

Oleh

Sarniati (A021191033)

Nur Isra (A021191035)

Annisa Maulida (A021191195)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti halnya manusia yang membutuhkan manusia lainnya untuk dapat
memenuhi kebutuhannya, sebuah negara juga membutuhkan negara lain untuk dapat
memenuhi segala keperluan dan kebutuhan masyarakatnya. Sekuat atau seadidaya
apapun sebuah negara, negara tersebut tidak akan mampu menghasilkan semua
komoditi yang diinginkan oleh warga negaranya, oleh karena itu untuk dapat
memenuhi ketidakmampuan itu sebuah negara melakukan kerja sama dengan negara
lainnya. Untuk dapat menjalankan kerjasama tersebut sebuah negara harus dapat
melakukan sistem perekonomian terbuka. Bentuk kerjasama ini dapat berupa kegiatan
ekspor atau penjualan komoditi ke luar negeri maupun kegiatan impor atau pembelian
komoditi dari luar negeri. Kegiatan ekspor dan impor yang dilakukan oleh suatu
negara dengan negara lain memiliki hambatan, salah satunya yaitu perbedaan mata
uang. Untuk mengatasi hambatan tersebut diperlukam satu sistem yang dapat
menyamakan perbedaan nilai mata uang negara-negara tersebut salah satunya adalah
dengan penentuan kurs pertukaran. Dengan menjalankan sistem ekonomi terbuka
melalui kegiatan ekspor-impor sebuah negara dapat memperluas pasar
perekonomiannya ke negara lain, hal ini akan dapat meningkatkan pendapatan
nasional suatu negara melalui kegiatan impor, dan meningkatkaan kepuasaan warga
negaranya melalui kegiatan ekspor. Kegiatan ekspor-impor yang dilakukan oleh suatu
negara akan dicatat dalam neraca pembayaaran. Melalui neraca pembayaran ini suatu
negara dapat diketahui pertumbuhan ekonominya.
Walaupun memberikan banyak keuntungan bagi suatu negara yang
menjalankan sistem ekonomi terbuka, namun pada kenyataannya sistem ekonomi
terbuka juga menimbulkan masalah-masalah baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Oleh karena itu perlu adanya intervensi pemerintah yang dapat dijalankan
apabila perdagangan luar negeri dan lalu lintas dana menimbulkan efek buruk atas
kegiatan ekonomi negara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalahnya sebagai
berikut
1. Apa yang dimaksud dengan neraca pembayaran, dan bagaimana aliran ke luar dan
aliran masuk dana modal ke suatu negara?
2. Apa itu kurs valuta asing dan bagaimana penentuan kurs pertukaran?
3. Apakah yang dimaksud dengan sistem ekonomi terbukan, dan apa saja yang
menjadi masalah-masalah yang dihadapi dalam perekonomian terbuka?
4. Bagaimana kegiatan ekspor-impor suatu negara dengan negara lain dapat
berjalan?
5. Bagaiman intervensi pemerintah yang dapat mempengaruhi neraca pembayaran
internasional.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Neraca Berjalan dan Neraca Modal


Neraca pembayaran internasional (NPI) atau biasa disebut Balance Of Payment
(BOP) adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai transaksi
perdagangan dan aliran dana yang dilakukan di antara suatu negara dengan negara lain
dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Semua pembayaran dari bukan
penduduk Indonesia diisi di sisi kredit dan menjadi sumber valuta asing yang pada
gilirannya meningkatkan permintaan akan mata uang rupiah. Sebaliknya sisi debit
mencatat pembayaran oleh penduduk Indonesia dan akan meningkatkan permintaan
valuta asing untuk membayar barang dan atau jasa yang diimpor oleh bangsa
Indonesia, sehingga akan meningkatkan penawaran mata uang rupiah.
Neraca pembayaran dapat dibedakan kepada dua bagian yang utama yaitu, neraca
berjalan (current account) atau neraca perdagangan dan neraca modal.

1. Neraca Berjalan
Neraca berjalan mencatat dua jenis transaksi yaitu transaksi barang dan jasa.
Umumnya neraca berjalan mencatat dua kelompok transaksi yaitu baik
transaksi jual beli barang dan transaksi jual beli seperti untuk kegiatan
pariwisata, angkutan, dan jasa-jasa bank, asuransi, serta pembayaran bunga,
dividen, maupun transfer bantuan antar negara. Pada umumnya neraca
berjalan mencatat transaksi-transaksi berikut:
a. Ekspor dan impor barang tampak
Transaksi ini meliputi hasil-hasil sektor pertanian, barang-barang produksi
industri, dan barang-barang yang diproduksi oleh sektor pertambangan dan
berbagai jenis ekspor dan impor barang tampak lainnya. Apabila nilai
neraca perdagangan positif itu berarti bahwa ekspor barang-barang tampak
adalah melebihi impornya, sebaliknya jika negatif berarti impor melebihi
ekspor.
b. Ekspor dan impor jasa (barang tak tampak)
Transaksi meliputi pembayaran biaya pengangkutan dan asuransi dari
barang-barang tampak yang diekspor dan diimpor, perbelanjaan para
pelancong, dan pendapatan investasi (yang meliputi keuntungan, bungan
ke atas modal yang diinvestasikan, dan dividen). Neraca perdagangan tak
tampak- yaitu nilai bersih impor dan ekspor jasa-jasa, dinamakan neraca
jasa. Jika nilai neracanya positif berarti negara tersebut lebih banyak
menjual jasa-jasanya ke luar negeri daripada membelinya dari negra-
negara lain. Apabila nilainya negatif berarti bahwa negara itu lebih banyak
membeli jasa pihak-pihak luar dari menjual jasanya ke luar negeri.
c. Pembayaran pindahan neto ke luar negeri
Meliputi pembayaran pindahan yang dilakukan oleh pihak pemerintah
maupun pihak swasta. Transaksi ini meliputi pembayaran di mana
penerimanya tidak perlu membayar dalam bentuk uang atau jasa. Contoh-
contoh dari pembayaran pindahan adalah bantuan uang satuan negara Arab
ke Afghanista, atau bantuaan bahan makanan AS ke penderita kelaparan di
Afrika.

2. Neraca Modal
Neraca modal meliputi dua golongan transaksi, yaitu aliran modal jangka
panjang dan aliran modal keuangan swasta.
a. Aliran modal jangka panjang
Meliputi dua jenis aliran modal yaitu aliran modal resmi dan investasi
langsung oleh pihak swasta ke negara-negaara lain. Aliran modal resmi
adalah pinjaman dan pembayaran di antara adan-badan pemerintah di
suatu negara dengan negara-negara lain sedangkan investasi langsung
swasta adalah penanaman modal langsung, yaitu investasi berupa
mendirikan perusahaan-peruhasaan-terutama perindustrian. Modal yang
dibelanjakan diperoleh dari negara asal perusahaan tersebut. Perbedaan di
antara modal jangka panjang yang diterima dari luar negeri dengan yang
dibayarkan ke luar negeri disebut neraca modal jangkaa panjang.
Apabila nilainya positif, berarti ada lebih banyak modal jangka panjang
yang diterima dari luaar negeri dari yang dibayrkan ke luar negeri. Aliran
seperti ni dapat memperkukuh neraca pembayaran dan meningkatkan
perbelanjaan pembangunan pemerintah dan investasi sektor swasta.
b. Modal swasta dan kesilapan-ketinggalan
Dua akun penting dalam neraca pembayaran meliputi akun “modal
swasta” dan kesilapan-ketinggalan” modal swasta adalah aliran-aliran
modal dalam bentuk tabungan atau investasi keuangan yang dapat dengan
cepat ditukarkan kembali kepada valuta yang asal atau valuta lainnya.
Aliran keuangan ini dinamakan juga “hot money” karena dana tersebut
dapat mengakir dari satu negara ke negaraa lain dengan mudah dan dalam
waktu yang cepat. Uang tersebut meliputi uang yang diinvestasikan di
pasaran uang dan pasaran modal untuk memperoleh keuntungan dari
investasi tersebut.
Akun kesilapan dan ketinggalan merupakan akun yang menaksir besarnya
aliran uang yang tidak dapat dicatat. Dalam setiap neraca pembayaran
perlu ada akun kesilapan dan ketinggalan untuk memastikan agar
perhitungan aliran keluar masuk adalah seimbang.

3. Faktor Penentu Aliran Modal


Berikut adalah faktor utama yang menentukan aliran modal antar-negara yaitu:
a. Perubahan kurs devisa, menimbulkan kerugian dan keuntungan kapital
(capital gains and losses). Faktor ini memberikan pengaruh jangka
pendek, apabila maskyarakat memperkirakan akan terjadi devaluasi rupiah
yaitu penurunan nilai rupiah terhadap AS$, maka akan ada aliran modal
masuk dalam bentuk US$ untuk diinvestasikan di Indonesia, sebaliknya
jika apresiasi yang terjadi aliran modal akan keluar dari Indonesia.
b. Harapan atas perubahan suku bungan nominal, modal masuk ke negara
yang menawarkan suku bunga yang tinggi jadi dana modal dapat ditransfer
dari satu negara ke negara lain karena perbedaan hasil yang dapat
diperoleh dari sejumlah penanaman modal.
c. Perbedaan hasil yang diharapkan (expected rate of return), investasi dapat
dilakukan di berbagai negara dengan harapan keuntungan yang lebih tinggi
daripada tingkat keuntungan di dalam negeri, sehingga dana modal akan
mengalir ke luar negeri (capital ouflow).

4. Data Neraca Pembayaran Internasional Indonesia


Neraca transaksi berjalan dikatakan dalam keadaan defisit bila nilai impor
semua macam barang dan jasa lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor semua
macam barang dan jasa. Sebaliknya dikatakan dalam keadaan surplus bila nilai
impornya lebih rendah daripada nilai ekspor. Berikut tampak neraca
perdagangan barang dan jasa sejak tahun 2014 sampai triwulan 1 tahun 2016.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (JUTA USD)


2014-2016
ITEMS 2014 2015 2016.1)

I. Transaksi berjalan -27,51 -17,654 -4,668


A. Barang 6,983 13,289 2,799
- Ekspor 175,293 148,365 33,189
- Impor -168,310 -135,076 -30,410
1. Barang dagang umum 5,474 12,560 2,471
- Ekspor, fob 173,76 147 32,837
- Impor, fob -168,286 -134,406 -30,366
a. Nonmigas 17,304 19,023 3,278
- Ekspor, fob 145,008 130,541 29,888
- Impor, fob -127,704 -111,518 -26,611
b. Migas -11,830 -6,463 -807
- Ekspor, fob 28,752 16,424 2,948
- Impor, fob -40,582 -22,887 -3,755
2. Barang lainnya 1,509 730 308
- Ekspor, fob 1,533 1.100 352
- Impor, fob -24 -670 -44
B. Jasa-jasa -10,010 -8,301 -1,133
- Ekspor 23,531 22,228 5,743
- Impor -33,541 -30,529 -6,877
C. Pendapatan primer -29,703 -28,151 -7,547
- Penerimaan 2,130 2,828 521
- Pembayaran -31,832 -30,979 -8,068
D. Pendapatan sekunder 5,220 5,508 1,234
- Penerimaan 9,374 10,362 2,478
- Pembayaran -4,154 -4,853 -1,245
II. Transaksi Modal 27 17 1
- Penerimaan 27 17 1
- Pembayaran 0 0 0
III. Transaksi Finansial 44,916 16,894 4,173
- Aset -10,786 -20,783 -612
- Kewajiban 55,702 37,678 4,785
1. Investasi Langsung 14,733 9,943 2,208
a. Aset -10,388 -9,269 -1,005
b. Kewajiban 25,121 19,213 3,213
2. Investasi Portofolio 26,067 19,750 4,410
a. Aset 2,587 *968 *167
b. Kewajiban 23,480 17,718 4,577
- Sektor publik 15,380 17,369 4,919
- Sektor swasta 8,100 349 -342
3. Derivatif finansial -156 20 -94
4. Investasi lainnya 4,272 -9,819 -2,350
a. Aset -3,427 -11,212 77
b. Kewajiban 7,699 1,393 -2,427
- Sektor publik -4,209 -469 -119
- Sektor swasta 11,907 1,862 -2,308
IV. Total (I+II+III) 17,433 -743 -493
V. Selisih perhitungan bersih -2,184 -355 207
VI. Neraca keseluruhan (IV+V) 15,249 -1,098 -287
VII. Cadangan devisa dan yang -15,249 1,098 287
terkait
A. Transaksi cadangan -15,249 1,098 287
devisa
B. Kredit dan pinjaman IMF 0 0 0
C. Exceptional Financing 0 0 0
Memorandum 111,862 105,931 107,543
- Posisi cadangan devisa
Dalam Bulan Impor dan 6,4 7,4 7,7
Pembayaran Utang Luar Negeri
Pemerintah
- Transaksi berjalan (%PDB) -3,09 -2,05 -2,14
Catatan:
1. Berdasarkan BPM6, namun 3. Terdiri dari Bank dan Non
penggunaan tanda “+”dan “-“ Bank
mengikuti BPM5 4. Negatif berarti surplus dan
2. Terdiri dari pemerintah dan positif berarti defisit
Bank Sentral *Angka sementara
**Angka sangan sementara
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Neraca Pembayaran Indonesia, Realisasi Triwulan I, 2016

Neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2014 sampai awal tahun 2016 selalu
defisit artinya penerimaan ekspor lebih kecil bila dibandingkan dengan pembayaran
impornya. Nilai ekspor pada triwulan I 2016 mencapai US$ 33,189 juta, sedangkan
nilai impor barang pada tahun yang sama mencapai US$-30,410 juta, sehingga
didapatkan nilai surplus neraca perdagangan barang sebesar US$ 2,779 juta.
Adapun ekspor-impor barang dibedakan menjadi ekspor-impor minyak dan gas
bumi (migas) serta ekspor-impor non-migas. Pada Tri wulan I, tahun 2016 ekspor
non-migas lebih besar daripada impor non-migas, sehingga menghasilkan nilai
surplus dalam neraca perdagangan barang non-migas sebesar US$ 3,287. Sementara
itu ekspor-impor migas menghasilkan nilai defisit US$ 807 juta pada periode yang
sama, karena nilai ekspor migas senilai US$ 2,948 juta, dan nilai impor mencapai
US$ 3,755 juta.
Neraca perdagangan jasa juga menunjukan angka defisit sebesar US$ 1,133 juta,
yang berarti ekspor jasa dari Indonesia lebih kecil dibanding dengan impor jasa dari
luar negeri ke Indonesia.
Neraca pendapatan primer juga merupakan bagian dari neraca perdagangan di
samping neraca barang dan jasa. Neraca pendapatan primer mencangkup aliran laba
atau pendapatan investasi atau pendapatan investasi langsung ke luar negeri dan
pembayaran bunga utang. Defisit pendapatan investasi langsung menyumbang hampir
64% dari defisit secara remitansi tenaga kerja, sedangkan pembayaran remitansi
tenaga kerja asing di Indonesia relatif stabil dalam periode triwulan 1 tahun 2016.
Pada neraca modal mencangkup transaksi modal dan transaksi finansial, tampak
semuanya bernilai positif. Ini berarti aliran modal/kapital di Indonesia (FDI) lebih
besar dibandingkan dengan aliran modal keluar dari Indonesia. Secara keseluruhan
pda awal tahun 2014 Neraca Pembayaran Internasional Indonesia mengalami surplus
sebesar US$ 15,249 juta, tahun 2015 mengalami defisit sebesar US$ 1,029 juta, awal
tahun 2016 defisit US$ 287 juta.
Prospke NPI Indonesia tahun 2016 diprakirakan oleh Bank Indonesia akan
membaik. Permintaan dalam negeri akan meningkat seiring dengan membaiknya
pertumuhan ekonomi dan percepatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh
pemerintah. Dengan demikian akan terjadi peningkatan impor barang dan jasa dari
luar negeri. Di pihak lain ekspor non-migas dari Indonesia akan meningkat pula
seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia.
Namun, diperkirakan masih terdapat defisit neraca perdagangan yang sedikit
meningkat tetapi masih di bawah batas aman (3% dari PDB) dibanding dari triwulan
sebelumnya. Walaupun demikian Bank Indonesia menyakini bahwa kondisi neraca
perdagangan internasional Indonesia akan terus membaik sejalan dengan percepatan
reformasi struktural termasuk implementasi, berbagai paket kebijakan pemerintah
dala memperbaiki iklim investasi dan daya saing ekonomi Indonesia.
Pada transaksi modal dan finansial, diprakirakan modal asing akan masuk ke
Indonesia dalam jumlah yang lebih besar akibat membaiknya fundamental ekonomi
Indonesia. Perbaikan pada transaksi modal dan finansial diprakirakan akan melebihi
defisit neraca perdagangan, sehingga secara keseluruhan neraca pembayaran
internasional Indonesia sedikit membaik. Bertambahnya devisa atau atau valuta asing
kerap kali terjadi akibat dari dari adanya aliran devisa lewat penanaman modal
langsung (Foreign Direct Investment/FDI) oleh para investor luar negeri.
INVESTASI ASING DAN DOMESTIK DI INDONESIA
2011-2012 (Rp Triliyun)
No 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-
1 Domestic 24,00 27,5 34,1 41,7 47,8 rata
Direct tumbuh
Investment (%)
2 Laju 14,58 24,00 22,29 14,63 18,87
Pertumbuhan
DDI (%)
3 Foreign Direct 46,2 65,5 71,2 78,7 92,5 -
Investment
4 Laju 41,77 8,70 0,11 0,18 12,69
Pertumbuhan
FDI (%)
5 Total 70,2 83,3 105,3 120,4 140,3 -
investment
6,00 Laju 18,66 0,26 0,14 0,17 4,81
Pertumbuhan
TI (%)

Tabel tersebut menyajikan jumlah investasi asing maupun domestik di


Indonesia. Adapun yang menaambah jumlah valuta asing adalah investasi asing
langsung (FDI) atau jumlah pinjaman atau utang luar negeri.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa investasi asing di Indonesia pada tahun 2015
mencapai Rp92,5 triliun. Sedangkan investasi langsung domestik atau dalam negeri
hanya mencapai Rp 47,8 triliun. Secara keseluruhan total investasi pada tahun 2015
mencapai Rp 140,4 triliun, namun bila dilihat laju pertumbuhannya, investasi
langsung asing lebih lambat dibanding laju pertumbuhan investasi langsungg
domestik.
Aliran dana investasi langsung ini dicatat pada neraca aliran modal dan neraca
pembayaran internasional.

B. Ekspor Impor
1. Pengertian Ekspor Impor
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor
pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari
dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar
umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim
maupun penerima. Kegiatan ekspor dilakukan oleh eksportir, yaitu perusahaan-
perusahaan perdagangan baik yang berbadan hukum, termasuk BUMN, maupun
perusahaan yang tidak berbadan hukum, seperti usaha perseorangan atau koperasi
yang memiliki SIUP atau izin instansi/departemen/teknis terkait untuk
melaksanakan kegiatan perdagangan ekspor komoditi.
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke
dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting
dari perdagangan internasional.
Kegiatan demikian itu akan menghasilkan devisa bagi negara. Devisa
merupakan masuknya uang asing kenegara kita dapat digunakan untuk membayar
pembelian atas impor dan jasa dari luar negeri.
Adapun manfaat dari adanya kegiatan ekspor dan impor yang dilakukan
oleh negara antara lain:
1. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Pendapatan negara akan bertambah karena adanya devisa.
3. Meningkatkan perekonomian rakyat.
4. Mendorong berkembangnya kegiatan industri

2. Produk Ekspor dan Impor Indonesia


Secara umum produk ekspor dan impor dapat dibedakan menjadi dua
yaitu barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan
gas adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas
adalah barang-barang yang bukan merupakan minyak bumi dan gas seperti hasil
perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan
berupa minyak bumi dan gas. Adapun produk ekspor yang sering diekspor oleh
Indonesia antara lain sebaga berikut:
a) Hasil Pertanian. Contohnya karet, kopi kelapa sawit, cengkeh, teh, lada,
kina, tembakau dan cokelat.
b) Hasil Hutan. Contohnya kayu dan rotan. Ekspor kayu atau rotan tidak
boleh dalam bentuk kayu gelondongan atau bahan mentah, namun dalam
bentuk barang setengah jadi maupun barang jadi, seperti mebel.
c) Hasil Perikanan. Hasil perikanan yang banyak di ekspor merupakan hasil
dari laut. Produk ekspor hasil perikanan, antara lain ikan tuna, cakalang,
udang dan bandeng.
d) Hasil Pertambangan. Contohnya barang tambang yang di ekspor timah,
alumunium, batu bara, tembaga dan emas.
e) Hasil Industri. Contohnya semen, pupuk, tekstil, dan pakaian jadi.
f) Jasa. Dalam bidang jasa, Indonesia mengirim tenaga kerja keluar negeri
antara lain ke Malaysia dan negara-negara timur tengah.

Sedangkan produk yang sering diimpor oleh Indonesia antara lain barang-
barang konsumsi, bahan baku, bahan penolong, dan bahan modal. Barang-barang
konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, seperti makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging.
Bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang
diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan
pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan
bermotor.
Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti
mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. Produk impor
Indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai
dan buah-buahan. Produk impor Indonesia yang berupa hasil peternakan antara
lain daging dan susu.
Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lain
adalah minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barng industri
antara lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia, kendaraan. Dalam
bidang jasa, Indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.

3. Kebijakan Perdagangan Internasional dalam Ekspor Impor


Pada perdagangan ekspor dan impor tidak lepas dari kepentingan suatu
bangsa. Yang perlu diketahui bersama, kebijakan ekspor ini sebenarnya bertujuan
untuk melindungi produksi dalam negeri. Oleh karena itu, ada beberapa kebijakan
perdagangan internasional yang dikembangkan pemerintah.

a. Kebijakan Perdagangan Internasional di Bidang Ekspor


1. Diskriminasi Harga. Diskriminasi harga mempunyai sebuah
pengertian suatu tindakan dalam penetapan harga barang yang berbeda
untuk satu negara dengan negara yang lain. Dalam barang yang sama,
harga yang diberikan antara negara satu lebih mahal dari pada negara
yang lainnya. Hal ini dilakukan dengan dasar perjanjian untuk perang
tarif.
2. Pemberian Premi (Subsidi). Dalam rangka memajukan ekspor adalah
dengan cara memberikan subsidi. Subsidi ini bermacam-macam mulai
dari penghapusan pajak, bantuan produksi dan sebagainya. Hal ini
bertujuan untuk memberikan daya saing di luar negeri.
3. Dumping. Untuk menetapkan harga ekspor lebih murah dari pada
harga dalam negeri yang dilakukan oleh pemerintah biasa disebut
dengan dumping. Cara ini bisa dilakukan oleh pemerintah jika harga
pasar dipengaruhi oleh pemerintah.
4. Politik Dagang Bebas. Ketika masing-masing pemerintahan yang
melakukan ekspor maupun impor sudah bisa memberikan kebebasan
harga maka politik dagang bebas bisa dilakukan. Kebebasan yang
dilakukan dalam hal ini akan memberikan sebuah keuntungan yaitu
barang dengan kualitas yang tinggi namun harganya murah.
5. Larangan Ekspor. Larangan ekspor memiliki pengertian sebuah
kebijakan yang dilakukan negara untuk melarang ekspor ke luar negeri.
Biasanya alasan yang digunakan adalah ekonomi, politik dan yang
lainnya. Contohnya larangan ekspor kayu gelondongan ke luar negeri,
larangan pengiriman minyak bumi ke Irak. Hal tersebut tentunya
larangan yang bernuansa politik. Larangan tersebut dilakukan bukan
atas dasar dari negara itu tersendiri namun akibat dari campur tangan
negara yang berkepentingan seperti PBB dan juga Amerika serikat
yang sedang menjalankan embargo ekonomi.

b. Kebijakan Perdagangan Internasional di Bidang Impor


Berikut ini beberapa kebijakan perdagangan internasional untuk impor:
1. Kuota. Kuota mempunyai arti jumlah yang sudah ditetapkan dalam
kegiatan pada suatu masa tertentu. Sedangkan makna kuota dalam impor
adalah total dari jumlah barang yang bisa diimpor dalam masa tertentu.
Jumlah yang akan diimpor harus tidak akan mengganggu produksi dari
dalam negeri. Ketika perdagangan dilakukan dengan bebas maka kuota ini
tidak bisa dilakukan lagi.
2. Tarif. Tarif atau peraturan tarif yang dilakukan oleh pemerintah adalah
memberikan tarif yang tinggi. Sehingga nantinya barang yang di impor
akan lebih mahal. Hal ini untuk memberikan kesan bahwa barang di negeri
sendiri lebih murah dibanding impor.
3. Subsidi. Ada sebuah kemungkinan jika barang impor akan bisa lebih
murah dari pada barang dalam negeri sendiri. Untuk menekan biaya
produksi dalam negeri, pemerintah bisa memberikan subsidi kepada
produsen dalam negeri. Sehingga nantinya barang produksi dalam negeri
akan menjadi lebih murah.
4. Larangan Impor Barang. Untuk melarang impor barang tertentu bisa
menggunakan berbagai alasan. Hal ini untuk membalas kepada negara
tertentu karena kita tidak boleh mengekspor barang ke negara tersebut.
Bisa dengan alasan barang tersebut tidak baik untuk masyarakat.

4. Kondisi Ekspor dan Impor Indonesia


a) Ekspor pada Tahun 2018
Nilai ekspor Indonesia Desember 2018 mencapai US$14,18 miliar atau
menurun 4,89 persen dibanding ekspor November 2018. Demikian juga
dibanding Desember 2017 menurun 4,62 persen.
Ekspor nonmigas Desember 2018 mencapai US$12,43 miliar, turun 8,15
persen dibanding November 2018. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas
Desember 2017, turun 7,01 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2018
mencapai US$180,06 miliar atau meningkat 6,65 persen dibanding periode
yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$162,65
miliar atau meningkat 6,25 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Desember 2018 terhadap November
2018 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$278,7 juta (56,25
persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada perhiasan/permata
sebesar US$84,9 juta (27,41 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–
Desember 2018 naik 3,86 persen dibanding periode yang sama tahun 2017,
demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 20,47 persen, sementara
ekspor hasil pertanian turun 6,40 persen.
Ekspor nonmigas Desember 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu
US$1,67 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,48 miliar dan Jepang US$1,16
miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,70 persen. Sementara ekspor
ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,33 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–
Desember 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$30,37 miliar (16,87
persen), diikut Jawa Timur US$19,07 miliar (10,59 persen) dan Kalimantan
Timur US$18,56 miliar (10,31 persen).

b) Impor pada Tahun 2018


Nilai impor Indonesia Desember 2018 mencapai US$15,28 miliar atau
turun 9,60 persen dibanding November 2018, namun naik 1,16 persen jika
dibandingkan Desember 2017.
Impor nonmigas Desember 2018 mencapai US$13,31 miliar atau turun
5,14 persen dibanding November 2018, sebaliknya meningkat 6,16 persen jika
dibanding Desember 2017.
Impor migas Desember 2018 mencapai US$1,97 miliar atau turun 31,45
persen dibanding November 2018, demikian juga apabila dibandingkan
Desember 2017 turun 23,33 persen.
Penurunan impor nonmigas terbesar Desember 2018 dibanding November
2018 adalah golongan bahan kimia organik sebesar US$174,4 juta (27,07
persen), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan buah-buahan
sebesar US$69,8 juta (68,90 persen).
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-
Desember 2018 ditempat oleh Tiongkok dengan nilai US$45,24 miliar (28,49
persen), Jepang US$17,94 miliar (11,30 persen), dan Thailand US$10,85
miliar (6,83 persen). Impor nonmigas dari ASEAN 19,85 persen, sementara
dari Uni Eropa 8,86 persen.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi,
bahan baku/penolong, dan barang modal selama Januari–Desember 2018
mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya
masing-masing 22,03 persen, 20,06 persen, dan 19,54 persen.

C. Kurs
1. Pengertian Kurs
Kurs merupakan harga mata uang dari suatu negara yang diukur dengan mata
uang negara lain. Nilai kurs sendiri sangatlah penting disaat mengambil keputusan
untuk berbelanja ataupun membeli barang dari luar negeri.Karena dengan kurs
kita bisa menerjemahkan harga dari barang di berbagai macam negara kedalam
mata uang dari negara kita. Kurs juga sering disebut sebagai perbandingan nilai
didalam pertukaran mata uang yang berbeda.Sehingga mempunyai perbandingan
nilai diantara kedua mata uang tersebut dan kemudian perbandingan ini yang
disebut juga dengan kurs.
Di suatu negera yang menetapkan sistem kurs tetap maka perubahan kurs
ditetapkan oleh pemerintah. Kebijakan negara secara resmi menaikkan kurs mata
uangnya terhadap mata uang asing disebut revaluasi. Namun jika sebaliknya
kebijakan pemerintah menurunkan kurs mata uang terhadap mata uang asing
disebut devaluasi.

2. Jenis- Jenis Kurs


Adapun macam-macam kurs antara lain sebagai berikut.
a) Kurs beli adalah kurs yang dipakai oleh bank, penukaran uang asing
(money changer), dan para pedagang valuta asing untuk membeli valuta
asing.Secara singkat, kurs beli dapat dikatakan sebagai harga beli mata
uang valuta asing oleh bank, penukaran uang asing (money changer), dan
para pedagang valuta asing.
Sebagai contoh, jika kita ingin menukarkan US$100 yang kita miliki
dengan rupiah, maka kurs yang kita gunakan adalah kurs beli.
b) Kurs Jual
Kurs jual adalah kurs yang dipakai oleh bank, penukaran uang asing
(money changer), dan para pedagang valuta asing untuk menjual valuta
asing.Secara singkat, kurs jual dapat dikatakan sebagai harga jual mata
uang valuta asing oleh bank, penukaran uang asing (money changer), dan
para pedagang valuta asing.
Sebagai contoh, jika kita ingin menukarkan rupiah dengan dolar
Singapura, maka kurs yang kita gunakan adalah kurs jual.
c) Kurs Tengah
Kurs tengah adalah kurs di antara kurs jual dan kurs beli. Kurs tengah
didapatkan dengan cara menjumlah kurs jual dan kurs beli lalu dibagi dua.

3. Sistem Kurs
a) Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Sistem Kurs Tetap adalah suatu situasi bahwa nilai kurs mata uang dalam
negeri di tetapkan berapa besar nilainya oleh pemerintah negara tersebut.
Dalam sistem ini, pemerintah dalam mengatur nilai mata uangnya dalam
harga tertentu telah melakukan berbagai langkah dan kebijakan yang ia
tetapkan.
b) Sistem Kurs Bebas/Mengambang (Floating Exchange Rate)
Dalam sistem ini, besarnya suatu nilai pertukaran kurs diserahkan kepada
mekanisme pasar dengan syarat yaitu tanpa adanya campur tangan
pemerintah. Besarnya tingkat permintaan dan penawaran terhadap mata
uang menentukan tinggi rendahnya kurs mata uang tersebut.
c) Sistem Kurs mengambang Terkendali (Managed Floating Rate)
Sistem ini merupakan gabungan dari dua sistem yaitu sistem kurs tetap dan
kurs bebas. Nilai kurs dapat bergerak secara bebas naik atau turun, namun
dala menghindari gejolak yang akan terjadi dalam nilai kurs ini pemerintah
akan melakukan intervensi. Pemerintah ikut andil dalam melakukan
intervensi saat harga kurs mencapai batas-batas tertentu.Campur tangan
atau intervensi yang dilakukan oleh pemerintah berupa:
 Dirty floating (mengambang kotor)
Yaitu suatu kondisi jika pemerintah secara langung melakukan
intervensi dengan menjual atau membeli suatu valuta asing.
 Clean floating (mengambang bersih)
Yaitu suatu kondisi apabila intervensi yang dilakukan secara tidak
langsung oleh pemerintah, contohnya yaitu dengan mengatur tingkat
suku bunga.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kurs


Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai kurs, biasanya seperti:
a) Kontrol dari pemerintah.

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat berpengaruh pada


keseimbangan nilai tukar dalam berbagai macam hal, kontrol tersebut biasanya
untuk:

 Upaya untuk menghindari hambatan-hambatan perdagangan


internasional.
 Upaya untuk menghindari hambatan-hambatan terhadap nilai tukar
valuta asing.
 Melakukan intervensi dalam pasar uang, dengan cara menjual mata
uang dan membeli mata uang. Beberapa alasan melakukan
intervensi di pasar uang, biasanya seperti Memperlancar perubahan
nilai tukar mata uang domestik, Membuat kondisi nilai tukar
domestik pada batasan yang teleh ditentukan, dan Tanggapan
terhadap hambatan yang sifatnya sementara.
Mempengaruhi variabel-variabel makro misalnya terhadap inflasi, tingkat
pendapatan dan tingkat suku bunga.

b) Tingkat Inflasi

Perdagangan internasional dalam bentuk barang maupun jasa manjadi


dasar paling utama pada pasar valuta asing. Perubahan harga-harga dalam
negri terhadap harga luar negri akan dipandang sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi Kurs. Misalnya sebagai mitra dagang Indonesia salah satunya
Amerika mengalami inflasi yang lumayan tinggi maka harga barang-barang
Amerika yang di inpor ke Indonesia akan mengalami kenaikan, jadi secara
otomatis permintaan terhadap barang-barang tersebut akan menurun. Tingkat
inflasi juga dapat berpengaruh pada nilai tukar mata uang, jika terjadi inflasi
pada suatu negara maka akan menyebabkan menurunnya nilai mata uang
negara tersebut.

c) Aktivitas dari neraca pembayaran.

Neraca pembayaran akan berpengaruh terhadap nilai tukar. Neraca


pembayaran aktif dapat meningkatkan nilai mata uang nasional, dengan
meningkatnya permintaan debutir asing. Jika saldo pembayaran pasif maka
akan menimbulkan penurunan nilai tukar mata uang nasional, sehingga debutir
yang ada dalam negeri akan menjual menggunakan mata uang negara asing
untuk membayar kewajiban-kewajiban ekstenal mereka. Dampak neraca
pembayaran diukur terhadap nilai tukar yang sudah ditentukan oleh tingkat
keterbukaan ekonomi. Pengaruh dari pembatasan inpor, perubahan tarif, kuota
perdagangan, subsidi akan mempengaruhi neraca perdagangan.

d) Perbedaan suku bunga di berbagai negara.

Jika mengalalami perubahan terhadap tingkat suku bunga di suatu negara


maka akan mempengaruhi arus modal internasional. Jika suku bunga
mengalami kenaikan maka akan meningkatkan masuknya modal asing. Suku
bunga dapat berpengaruh pada operasi pasar valuta asing maupun pasar uang.
Saat melakukan aktivitas transaksi, maka bank akan mempertimbangkan
perbedaan suku bungan yang ada dipasar modal nasional dan pasar modal
global dengan pandangan yang berasal dari laba. Biasanya mereka yang lebih
memilih untuk mendapatkan pinjaman yang murah di pasar uang asing,
dimana tingkatan bunganya lebih rendah dan tempat mata uang asing pada
pasar kredit domestik jika tingkatan bunganya lebih tinggi.

Di sisi lainnya, kenaikan nominal suku bunga pada suatu negara akan
menurunkan permintaan terhadap mata uang domestik sebagai tanda terima
kredit yang mahal untuk berbisnis. Biasanya dalam mengambil pinjaman
pengusaha akan menaikkan biaya produksi yang ada, maka menyebabkan
tingginya harga barang yang ada di dalam negri. Hal seperti ini relatif dapat
mengurangi nilai mata uang nasional terhadap suatu negara.

e) Ekspektasi.

Ekspetasi nilai tukar di masa depan-pun akan berpengaruh terhadap nilai


tukar valuta asing. Pasar valas akan bereaksi sangat cepat terhadap setiap info
yang berdampak dimasa depan. Misalnya seperti info tentang akan
melonjaknya inflasi di Amerika, hal seperti ini mungkin akan menyebabkan
perdagangan vals menjual mata uang dollar, sebab memprediksi nilai tukar
mata uang dollar menurun di masa depan, reaksi seperti ini akan langsung
menekan nilai tukar mata uang tersebut di dalam pasar.
f) Tingkat dari pendapatan relatif.

Pertumbuhan terhadap harga-harga luar negri dapat menjadi salah satu


faktor yang mempengaruhi permintaan maupun penawaran pasar mata uang
asing. Laju pertumbuhan pendapatan dalam negri biasanya akan melemahkan
kurs mata uang asing. Jika pendapatan rill dalam negri maka akan
meningkatkan permintaan terhadap mata uang asing relatif dibandingkan
dengan supply ketersediaan.

5. Pengaruh Kurs Terhadap Bisnis


a) Pengaruh Kurs Terhadap Importir
Jika seseorang memiliki bisnis dalam penjualan produk yang
membutuhkan impor bahan baku dari luar negeri, tentu saja nilai tukar akan
menentukan keuntungan yang akan seseorang dapatkan.Namun, dalam kondisi
rupiah yang melemah terhadap mata uang asing yang umumnya berupa dolar,
itu akan membuat perusahaan orang tersebut mengeluarkan uang lebih banyak
dari biasanya.Jika ada kondisi seperti ini, maka perusahaannya akan
mengalami kerugian jika tidak menaikkan harga jual produk.
b) Pengaruh Kurs Terhadap Eksportir
Perubahan nilai tukar lebih sering menguntungkan bagi pebisnis yang
melakukan kegiatan ekspor.Nilai tukar dolar yang sering menguat
menyebabkan harga jual produknya diekspor ke luar negeri semakin banyak
dijual dengan harga tinggi karena konsumen membayar dengan dolar. Tentu
ini sangat menguntungkan.
c) Pengaruh Kurs Terhadap Hutang Piutang
Apabila nilai tukar rupiah terus melemah terhadap mata uang asing, ini
akan merugikan pengusaha yang memiliki utang luar negeri. Karena nilai
utang juga akan lebih tinggi.
d) Pengaruh Kurs Terhadap Pemilik Dolar
Saat ini ada banyak orang kami yang mengumpulkan dolar. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan nilai tukar yang lebih tinggi daripada ketika dia
membeli dolar. Taktik ini sebenarnya sah dan dapat diterapkan sebagai setoran
perusahaan.

6. Perhitungan Kurs
a) Perhitungan Kurs Jual
Cermat Indra Kusuma berencana akan berlibur ke Austria. Karena Austria
merupakan negara yang tergabung dalam Uni Eropa maka mata uang yang
berlaku adalah euro. Jadi, Cermat Indra Kusuma harus menggunakan mata
uang euro selama di sana. Pergilah Cermat Indra Kusuma ke bank untuk
menukarkan sejumlah rupiah yang dimilikinya dengan euro.
Pada saat menukarkan uangnya, kurs jual euro saat itu: 1 EUR = 14.500
IDR (misalnya). Sementara kurs beli euro: 1 EUR = 14.000 IDR (misalnya).
Karena Cermat Indra Kusuma ingin menukarkan rupiahnya dengan euro, kurs
juallah yang menjadi acuan perhitungannya. Jadi, euro yang akan diperoleh
Cermat Indra Kusuma apabila ingin menukarkan Rp60 juta adalah sekitar
€4.137,9 (60.000.000 IDR/14.500 IDR).

b) Perhitungan Kurs Beli


Puas dengan liburannya di Austria, Cermat Indra Kusuma kembali ke
Indonesia. Rupanya masih ada €200 yang tidak dipakainya. Cermat Indra
Kusuma kemudian berencana menukarkan euronya agar nilainya bisa
dimanfaatkan. Pergilah Cermat Indra Kusuma ke money changer yang ada di
bandara. Karena yang ditukarkan adalah euro ke rupiah, kurs belilah yang
berlaku sebagai acuannya.
Pada saat penukaran, ternyata kurs beli euro mengalami sedikit perubahan:
1 EUR = 14.050 IDR (misalnya). Jadi, rupiah yang didapat Cermat Indra
Kusuma dari penukaran dengan mengacu pada kurs beli adalah Rp2.810.000
(200 EUR x 14.050 IDR).

Daftar Pustaka
Suklino,S.2011.Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Suparmoko, M dan Eleonora Sofilda.2014.Pengantar Ekonomi Makro.Tanggerang:
CV WACANA MULIA

Anda mungkin juga menyukai