Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita sekarang berada dalam jaman smart technology, suatu masa yang di
dalamnya teknologi informasi yang memberikan keleluasaan luar biasa bagi
knowledge workers untuk berkreasi. Kreativitas knowledge workers di dalam
menerapkan pengetahuan mereka ke dalam penciptaan produk dan jasa baru
dipacu sangat pesat oleh smart technology. Berbagai macam transakasi bisnis,
kemitraan bisnis, bahkan bisnis baru dapat diciptakan secara brilian melalui
pemnafaatan smart technology. Kondisi demikian mengakibatkan terjadinya
perubahan atas perubahan itu sendiri. Perubahan terjadi sekarang menjadi bersifat
konstatn, pesat, radikal, dan pervasif.
Lingkungan bisnis yang memiliki karakteristik perubahan seperti itu
menuntut organisasi untuk fleksibel dalam beradapatasi dengan perubahan agar
organisasi tersebut berkemampuan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Di samping itu, organisasi juga dituntut untuk mampu menciptakan
perubahan yang diperlukan agar mampu berkembang di dalam lingkungan bisnis
Continuous improvement mindset terdiri dari paradigma improvement
berkelanjutan, keyakinan dasar terhadap improvement berkelanjutan, dan nilai-
nilai dasar yang melandasi improvement berkelanjutan. Di dalam lingkungan
bisnis yang turbulen, personel perusahaan dituntut untuk senantiasa melakukan
improvement berkelanjutan terhadap sistem dan proses yang digunakan untuk
menghasilkan value bagi customer. Di samping itu, personel perusahaan perlu
memiliki keyakinan yang kuat bahwa kelangsungan hidup organisasi perusahaan
sangat tergantung pada kemampuan organisasi tersebut untuk berubah. Untuk
mewujudkan improvement terhadap sistem dan proses, personel organisasi
perusahaan perlu memiliki nilai-nilai dasar yang membimbing mereka di dalam
mengambil keputusan

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud continuous immprovement mindse?
2. Bagaimana mewujudkan continuous immprovement mindset?
3. Bagaimana dampak continuous immprovement mindset?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. CONTINUOUS IMMPROVEMENT MINDSET


Continuous improvement mindset terdiri dari paradigma improvement
berkelanjutan, keyakinan dasar terhadap improvement berkelanjutan, dan nilai-
nilai dasar yang melandasi improvement berkelanjutan. Di dalam lingkungan
bisnis, personel perusahaan dituntut untuk senantiasa melakukan improvement
berkelanjutan terhadap sistem dan proses yang digunakan untuk menghasilkan
value bagi customer. Di samping itu, personel perusahaan perlu memiliki
keyakinan yang kuat bahwa kelangsungan hidup organisasi perusahaan sangat
tergantung pada kemampuan organisasi tersebut untuk berubah. Untuk
mewujudkan improvement terhadap sistem dan proses, personel organisasi
perusahaan perlu memiliki nilai-nilai dasar yang membimbing mereka di dalam
mengambil keputusan.
Keyakinan Dasar untuk Meujudkan Paradigma Improvement
Berkelanjutan karena lingkungan bisnis dalam kompetisi global telah mengalami
perubahan dramatis, yang ditandai dengan persaingan yang semakin tajam dan
perubahan yang semakin pesat, radikla, berkelanjutan, dan pervasif, maka perlu
diperlukan paradigma improvement berkelanjutan untuk menghadapinya.
Paradigma improvement berkelanjutan perlu diwujudkan ke dalam keyakinan
dasar yang kuat yang harus ditanamkan kepada seluruh personel perusahaan
bahwa :

1. Harus Mengetahui Fakta

Continuous improvement mengharuskan personel mengetahui dimana mereka


sekarang berada, kemana mereka ingin menuju di masa yang akan datang, dan
kemajuan yang telah mereka capai dalam mewujudkan tujuan mereka. Dengan
demikian untuk mewujudkan improvement berkelanjutan, personel perlu
mengumpulkan dan menganalisis berbagai fakta tentang :

3
 kondisi proses dan sistem yang digunkan untuk menghasilkan customer
value,
 ke arah mana proses dan sistem tersebut ditingkatkan kualitasnya,
 kemajuan yang telah dicapai dalam peningkatan proses dan sistem yang
diinginkan.

Personel harus mengumpulkan fakta-fakta tersebut untuk memahami


suara proses dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan customer value.
Dalam proses pengumpulan dan penganalisisan fakta tentang proses dan sistem,
pada dasarnya personel mempelajari tiga hal yang berbeda

 fakta tentang apa yang menurut pikiran mereka terjadi


 fakta tentang apa yang mereka terjadi
 fakta tentang apa yang akan terjadi.

2. Alasan dan Belajar

Fakta yang dikumpulkan tentang proses dan sistem yang digunakan untuk
menghasilkan customer value kemudian digunakan sebagai pengetahuan dari
personel untuk bekerja lebih baik – yaitu belajar dari fakta untuk melakukan
improvement. Fakta yang dikumpulkan dari proses dan sistem digunakan untuk
mencari dasar alasan mengapa suatu penyimpangan terjadi (apakah karena bersifat
kebetulan atau karena ada penyebabyang perlu mendapatkan perhatian yang lebih
serius). Dengan cara ini, personel dapat belajar untuk memahami maslah ke penyebab
terjadinya, dan berdasarkan fakta, mereka mealkukan improvement terhadap proses
dan sistem. Belajar merupakan rasa haus untuk mengetahui lebih banyak, yang jika
digabungkan dengan pengumpulan fakta dan penggunaan fakta untuk memecahkan
masalah yang terjadi akan merupakan landasan yang kuat untuk melakukan
improvement terhadap proses dan sistem.

3. Selalu Ada Cara Yang Lebih

Ide selalu ada yang lebih baik merupakan suatu komitmen tidak sekadar
mejadi terbaik, namun lebih dari itu, untuk menjadi lebih baik, dan tidak berhenti

4
untuk mencapai yang lebih baik. Dalam paradigma improvement berkelanjutan,
terkandung keyakinan dasar bahwa tujuan personel adalah untuk mencapai tingkat
kinerja yang selalu lebih baik. Dalam perusahaan bisnis, tujuan improvement adalah
lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah

Untuk merangsanng improvement berkelanjutan, Motorola merumuskan formula


berikut ini :

 hapuskan rasa puas


 tetapkan tujuan heroik yang memaksa pemikiran baru
 naikkan batas tujuan jika telah mendekati tujuan. Untuk menumbuhkan semangat
improvement berkelanjutan, kritik terhadap proses dan sistem yang sedang
digunakan untuk menghasilkan customer value tidak hanya dapat diterima, namun
lebih dari itu, sangat dirangsang.

4. Harus Selalu Berusaha Untuk Sempurna, Orang Tidak Akan Pernah Mencapai
Kesempurnaan Tersebut.

Komitmen terhadap kualitas dapat diibaratkan sebagai Suatu perlombaan


tanpa garis akhir Kebutuhan dan keinginan customers senantiasa berubah dan
berkembang. Kompetisi selalu mengubah batas-batas customer value. Dengan
demikian, personel senantiasa harua melakukan improvement berkelanjutan
terhadapo proses dan sistem untuk menjadikan sempurna produk dan jasa yang
dihasilkan, meskipun kesempurnaan tersebut tidak akan dicapai.

5. Value Untuk Mewujudkan Pradigma Improvement Berkelanjutan.

Untuk mewujudkan paradigma improvement berkelanjuta, harus ditanamkan


personal value yang cocok dengan paradigma tersebut :

 kejujuran,
 kerendahan hati,
 kerja keras,
 kesabaran,
 keterbukaan,

5
 keberanian.

6. Kejujuran

Kejujuran adalah kemampuan orang untuk mengatakan kenyataan


sebagaimana adanya. Untuk memungkinkan orang untuk melakukan improvement,
orang harus mampu melihat penyimpangan yang terjadi sebagaimana kondisi yang
diperlihatkan oleh fakta yang dikumpulkan. Biasanya sepanjang fakta tentang proses
dan sistem yang dikumpulkan tidak berkaitan dengan kepentingan seseorang, orang
tersebut dapat memiliki kemampuan untuk melihat fakta tersebut sebagaimana
adanya. Namun jika misalnya fakta tentang penyimpangan tersebut berkaitan dengan
kepentingan orang tersebut (misalnya akan mempengaruhi kinerjanya, dan fakta
tenatng kinerja ini akan mempengaruhi penghargaan keuangan yang akan
diterimanya), kejujuran orang akan diuji. Jika anggota organisasi tidak memiliki
personal value yang menjunjung tinggi kejujuran, improvement berkelanjutan tidak
akan dapat terwujud.

7. Kerendahan Hati

Diperlukan kerendahan hati dalam belajar, karena dalam belajar orang harus
mengakui bahwa ia tidak tahu dan ia perlu belajar lebih banyak. Dalam belajar orang
dapat menjadikan siapa saja gurunya, baik dari personel yang baru masuk kerja
sampai yang sudah pensiun, dari personel bawahan sampai kawan sekerja, dari
personel kantor sampai personel pabrik. Diperlukan kerendahan hati untuk
menjadikan siapa saja guru kita dalam melakukan improvement berkelanjutan.
Bahkan pesaingpun perlu dihormati, karena kalau perusahaan dapat mencapai suatu
improvement, pesaingpun dapat mencapainya. Diperlukan kerendahan hati untuk
mengakui keunggulan pesaing.

8. Kerja Keras

Continuous improvement memerlukan penghargaan tinggi terhadap kerja


keras yang tidak kenal lelah. Improvement berkelanjutan memerlukan semangat

6
untuk bereksperimen, dan eksperimen selalu mengandung kemungkinan gagal.
Penghargaan tertinggi terhadap kerja keras dapat mencegah terjadinya keputusasaan
karena kegagalan.

9. Kesabaran

Kesabaran adalah kemampuan seseorang untuk menerima kelainan yang


terjadi dalam diri orang tersebut untuk jangka waktu panjang. Di dalam paradigma
improvement berkelanjutan, orang di dorong untuk melakukan eksperimen dalam
improvement terhadap proses dan sistem. Setiap eksperimen mengandung
kemungkinan gagal. Personel harus memiliki kemampuan untuk menerima
kegagalan, karena kemampuan ini yang mengantarkan mereka menuju keberhasilan
eksperimen menghasilkan improvement. Kesabaran adalah kemampuan seseorang di
dalam menerima kegagalan dalam jangka panjang.

10. Keterbukaan terhadap Hal yang baru

Keterbukaan terhadap hal baru merupakan nilai yang perlu dijunjung tinggi
oleh seluruh personel perusahaan, untuk menjadikan mereka senantiasa mampu
membaca setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis yang meraka hadapi.
Nilai keterbukaan terhadap hal yang baru memingkinkan organisasi perusahaan
melakukan penggeseran paradigma, jika kondisi lingkungan memerlukan
penggeseran tersebut. Pergeseran paradigma merupakan awal improvement yang
akan diimplementasikan oleh perusahaan. Keterbukaan terhadap sesuatu yang baru
dilandasi oleh kejujuran dalam melihat kenyataan, keberanian, kerendahan hati,
luasnya wawasan, dan pengetahuan (knowledge) yang dikuasai oleh personel
perusahaan.

11. Keberanian

Keberanian adalah keteguhan hati seseorang dalam mempertahankan


pendirian, keyakinan, prinsip, visinya ; keteguhan hati dalam mengambil posisi.
Keberanian juga berarti juga kemampuan untuk merubah pikiran ; kemampuan untuk

7
mengatakan, Saya tidak tahu, namun saya akan mencari jawabnya; kemampuan untuk
mengetahui bahwa dirinya tidak sempurna ; kemampuan untuk tetap belajar, tidak
puas dengan sukses yang telah dicapai ; kemampuan untuk melatakkan prinsip diatas
prasangka. Keberanian adalah kapasitas untuk tetap maju dengan adanya ketakutan
dan penderitaan yang menyertainya. Keberanian adalah kapasitas untuk tetap maju
dengan adanya ketakutan dan penderitaan yang menyertainya. Keberanian bukan
berarti bebas dari adanya ketakutan, karena ketiadaan rasa takut merupakan suatu
jenis kerusakan otak.

B. DAMPAK CONTINUOUS IMPROVEMENT MINDSET


Penerapan continuous improvement mindset ke dalam sistem manajemen
sedang mengalami perkembangan yang pesat. Contoh-contoh yang disajikan di
dalam tulisan ini tidak mewakili sistem manajemen yang telah diimplementasikan
berdasarkan mindset tersebut. Berikut ini disajikan beberapa contoh perwujudan
continuous improvement mindset ke dalam sistem manajemen.

1. Organisasi Sebagai Destabilizer

Organisasi masa yang akan datang akan secara ekstensif memanfaatkan


smart technology di dalam menghasilkan produk dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan customer. Smart technology memerlukan knowledge workers untuk
menjadikan teknologi tersebut produktif. konowledge workers memerlukan
organisasi untuk dapat menjadikan knowledge yang dikuasainya produktif dalam
menghasilkan produk dan jasa. Oleh karena itu, konwledge workers memerlukan
organisasi yang memerlukan organisasi yang dapat berfungsi untuk membuat
knowledge produktif. Organisasi yang memenuhi kebutuhan knowledge workers
tersebut adalah organisasi yang berfungsi sebagai detabilizer senantiasa mampu
melakukan creative destruction untuk meningkatkan kualitas proses dan sistem
yang digunakan dalam menghasilkan produk dan jasa. Organisasi perusahaan
harus didesain untuk menghadapi perubahan yang konstan, radikla, pesat, dan
pervasif. Organisasi harus dikelola untuk menghasilkan inovasi. Dan inovasi
merupakan penghancuran secra kreatif apa yang telah dibangun, mapan, biasa,

8
dan nyaman apakah hal itu berupa produk, proses, jasa, hubungan manusia dan
hubungan sosial, ketrampilan, atau organisasi itu sendiri.

Organisasi yang mampu memenuhi tuntutan knowledge workers tersebut


adalah yang memiliki karakteristik berikut ini :

 Didesain dengan struktur yang fleksibel untuk menghadapi perubahan lingkungan


bisnis. Struktur datar (flat) dan virtual organization merupakan struktur yang fit
dengan lingkungan bisnis yang turbulen.
 Dipimpim oleh leader yang memiliki kemampuan untuk menciptakan dan
mengelola perubahan.
 Dijalankan oleh personel yang berdaya (empowered).

2. Peran Manajer

Continuous improvement mindset mengubah peran manajer yang semula


sebagai boss yang bertanggung jawab untuk mempertahankan status quo dan
mengendalikan bawahannya, menjadi bertanggung jawab untuk menantang status
quo dan menjadi coach bagi personel lainuntuk menjadikan knowledge yang
dikuasai oleh personel produktif. oleh karena itu smart technology yang
digunakanoleh knowledge workers tidak menentukan apa yang dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya kepada knowledge workers, maka pekerja ini
menikmati kesempatan berkreasi luar biasa mudahnya. Pekerjaan yang bersifat
kreatif tidak dapat diawasi sebagaimana pekerjaan-pekerjaan yan secara berwujud
dapat diamaati, seperti pengoperasianmesin-mesin mekanik. Pekerjaan kreatif
hanya dapat diawasi melalui perumusan visi organisasi dan melalui penanaman
values ke dalam didri personel.

3. De-Jobbed Organization

Continuous improvement mindset menuntut knowledge workers bekerja


berdasarkan kreativitasnya. Perusahaan akan berpindah dari perubahan yang satu
ke perubahan yang lain, mengikuti trend perubahan lingkungan bisnis yang
turbulen. Dalam kondisi seperti ini, tidak mungkin perusahaan menyusun

9
deskripsi pekerjaan untuk personelnya. Di samping itu, pekerjaan kreatif tidak
dapat dibuatkan jod description. Oleh karena itu, organisasi masa yang akan
datang akan berubahmenjadi de-jobbed organization – suatu organisasi yang
pekerjaannya tidak dibuatkab deskripsi pekerjaan di dalam menghasilkan produk
dan jasa.

4. Teamwork

Organisasi harus dikelola berdasarkan kerja tim untuk menghadapi


perubahan. Perusahaan perlu membentuk dua macam tim : tim masa depan dan
tim masa kini. Tim masa depan bertanggung jawab untuk menghasilkan inovasi,
sedangkan tim inovasi bertanggung jawab untuk mengelola inovasi yang
dihasilkan oleh tim masa depan. Teamwork akan menjadi bentuk organisasi
pekerjaan yang cocok untuk menghadapi improvement berkelanjutan.

5. Cross-Functional Approach

Cross-functional approach merupakan pendekatan organisasional di


dalam memberikan layanan kepada customer. Dalam pendekatan ini pekerjaan
diorganisasi menurut proses yang digunkan oleh perusahaan di dalam
menghasilkan value bagi customer. Setiap proses ditunjuk case manager yang
bertanggung jawab atas layanan jasa kepada customer. Setiap proses dilaksanakan
oleh sebuah tim yang dipimpin oleh case manager. Anggota tim berasal dari
berbagai fungsi, namun di dalam tim mereka bekerja bersamaan untuk
menghasilkan value bagi customer melalui proses tertentu. Oleh karena tim
dipimpin oleh case manager, fokus tim dapat dipusatkan terhadap layanan kepada
customer. Oleh karena kebutuhan customer senantiasa mengalami perubahan,
cross function team dengan cepat dapat memberikan respon terhadap perubahan
tersebut, karena anggota tim tidak lagi terikat pada organisasi fungsionalnya,
namun berorientasi kepada pemuasan kebutuhan customer.

10
6. Kualitas, Keandalan, Kecepatan, Efisiensi Biaya

Improvement berkelanjutan mempunyai tujuan meraih kesempatan


(opportunity ) dengan efisiensi biaya. Peraih kesempatan akan datang
mendatangkan pendapatan, sedangkan efisiensi biaya akan mengakibatkan
penurunan biaya. Peraih kesempatan dan penurunan biaya tersebut akan dapat
dicapai berjangka panjang jika melalui tahap-tahap urut berikut ini :

 peningkatan kualitas

 peningkatan keandalan

 peningkatan kecepatan

 peningkatan efisiensi biaya. Perusahaan tidak akan mencapai penurunan


biaya dalam jangka panjang jika tidak dilandasi dan dimulai dari
peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas akan mengakibatkan
perusahaan dapat diandalkan oleh customers. Peningkatan kualitas dan
keandalan akan meningkatkan kecepatan penyediaan produk dan jasa bagi
customers. Efisiensi biaya dicapai berdasarkan peningkatan kualitas,
keandalan, dan kecepatan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Continuous improvement mindset terdiri dari paradigma improvement
berkelanjutan, keyakinan dasar terhadap improvement berkelanjutan, dan nilai-
nilai dasar yang melandasi improvement berkelanjutan. Di dalam lingkungan
bisnis, personel perusahaan dituntut untuk senantiasa melakukan improvement
berkelanjutan terhadap sistem dan proses yang digunakan untuk menghasilkan
value bagi customer. Di samping itu, personel perusahaan perlu memiliki
keyakinan yang kuat bahwa kelangsungan hidup organisasi perusahaan sangat
tergantung pada kemampuan organisasi tersebut untuk berubah. Untuk
mewujudkan improvement terhadap sistem dan proses, personel organisasi
perusahaan perlu memiliki nilai-nilai dasar yang membimbing mereka di dalam
mengambil keputusan.

B. Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan
makalah ini mengenai Continuous improvement mindset. Penulis menyarankan
kepada semua pembaca untuk mempelajari Continuous improvement mindset.
diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki suatu wawasan agar dapat
diterapkan

DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/39247413-Continuous-improvement-mindset.html

12
https://sso.ugm.ac.id:8443/cas/login?service=http%3A%2F%2Fgamel.fk.ugm.ac.id%2Flogin%2
Findex.php

https://goodmaterialku.blogspot.com/2016/06/continuous-improvement-1-konsep-
dasar.html?m=1

https://dokumen.tips/documents/continous-improvement-mindset.html

http://ujiansma.com/continuous-improvement-mindset

13

Anda mungkin juga menyukai