Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN.

I
DENGAN HALUSINASI VISUAL DI RUANG KESWARA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
CI Pembimbing : Hj. Arimbi Nurwiyanti Putri S. Kep., Ners

Nama : Diah Mitra Hutasoit


NIM : 1708194
Ruang : Keswara

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


PRODI DIII KEPERAWATAN
KAMPUS DAERAH DI SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan Pada Klien An. I Dengan Halusinasi Visual Di Ruang Keswara Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat ini tepat pada waktunya. Proposal ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas praktik belajar klinik mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
dari berbagai pihak sehingga memperlancar penulisan proposal ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyusun
proposal ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Namun kami masih menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini memiliki banyak
kekurangan, baik dari segi penulisan, bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu, besar
harapan kami, pembaca dapat memberi kritik dan saran yang bersifat membangun dan
memperbaiki laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat diterima dan kita semua dapat mengambil manfaat
didalamnya.

Bandung, 08 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 1
1.4 Studi literature ............................................................................................................ 1
1.5 Sistematika penulisan ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ..........................................................................................................
2.1 Pengertian Halusinasi ................................................................................................ 3
2.2 Rentang respon halusinasi ........................................................................................ 5
2.3 Faktor predisposisi halusinasi ................................................................................... 6
2.4 Faktor presipitasi halusinasi ...................................................................................... 6
2.5 Tanda dan gejala Halusinasi ................................................................................... 10
2.6 Masalah keperawatan yang di kaji .......................................................................... 11
2.7 Diagnosa pada Halusinasi ....................................................................................... 11
2.8 Rencana asuhan keperawatan Halusinasi .............................................................. 12
BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................................................
3.1 Asuhan keperawatan pada klien dengan Halusinasi ................................................ 20
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 36
4.2 Saran ....................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan Jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
Halusinasi penglihatan adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan. Isi dari
halusinasi dapat berupa apa saja (seperti bentuk, warna, dan hilatan cahaya), tetapi biasanya
orang atau tokoh-tokoh seperti manusia. Misalnya, seseorang merasa ada orang berdiri di
belakangnya meskipun tidak ada siapa-siapa. Terkadang seseorang mungkin mengalami
persepsi yang salah dari salah satu tokoh yang berkaitan dengan agama (seperti setan). Jadi
Halusinasi penglihatan adalah melihat gambaran yang tidak jelas atau samar- samar tanpa
stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Bagaimana Rentang respon halusinasi?
3. Apa saja Faktor predisposisi dan faktor presifitasi
4. Apa saja tanda dan gejala halusinasi ?
5. Bagaimana Rencana Tindakan Keperawatan Halusinasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Halusinasi.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Rentang Respon Halusinasi
3. Untuk Mengetahui Faktor Predisposisi Dan Faktor Presipitasi.
4. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala Halusinasi.
5. Untuk Mengetahui Rencana Tindakan Keperawatan Halusinasi
1.4 Studi Literatur
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif berbentuk
studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data
dengan cara sebagai berikut :
a. Studi dokumentasi
Mempelajari data-data status kesehatan klien dengan catatan-catatan yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan.
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan secara langsung dan spesifik mengkaji perasaan klien melalui metode
komunikasi terapeutik

1
2

c. Observasi
Pengumpulan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung melalui komunikasi
terapeutik yang menjadi subjek asuhan keperawatan.
d. Wawancara dan partisipasi aktif
Merupakan kegiatan aktif penulis melakukan langsung asuhan keperawatan dengan
menanyakan data yang diperlukan pada klien, keluarga dan tenaga kesehatan yang
terkait.
e. Studi perpustakaan
Merupakan kegiatan untuk mendapatkan teori konsep dan model yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran singkat mengenai isi dari makalah ini, maka penulis akan
menguraikan secara singkat mengenai sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Mencakup latar belakang pemilihan kasus, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI
Merupakan tinjauan pustaka teoritis yang terdiri dari teori-teori yang ada relavasinya
dengan jelas dan singkat berkaitan dengan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
jiwa.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi dalam
pembahasan menguraikan tentang kesenjangan antara konsep dan pelaksanaan tiap tahapan
asuhan keperawatan.
BAB IV : PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran dari pembahasan asuhan keperawatan jiwa dengan
kasus gangguan jiwa persepsi sensori halusinasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan
dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan
salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu
manifestasi yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan
pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif
Halusinasi Dengar  Mendengar suara menyuruh  Mengarahkan telinga pada sumber
(Auditory-hearing voices or melakukan sesuatu yang suara
sounds) berbahaya  Bicara atau tertawa sendiri
 Mendengar suara atau bunyi  Marah-marah tanpa sebab
 Mendengar suara yang  Menutup telinga
mengajak bercakap-cakap  Mulut komat-kamit
 Mendengar seseorang yang  Ada gerakan tangan
sudah meninggal
 Mendengar suara yang
mengancam diri klien atau
orang lain atau suara lain
yang membahayakan
Halusinasi Penglihatan  Melihat seseorang yang  Tatapan mata pada tempat
(Visual-seeing persons or sudah meninggal, melihat tertentu
things) makhluk tertentu, melihat  Menunjuk kea rah tertentu
bayangan, hantu atau  Ketakutan pada objek yang dilihat
sesuatu yang menakutkan,
cahaya, monster yang
memasuki perawat

3
4

Halusinasi Penghidungan  Mencium sesuatu seperti  Ekspresi wajah seperti mencium


(Olfactory-smelling odors) bau mayat, darah, bayi, sesuatu dengan gerakan cuping
feses, atau bau masakan, hidung, mengarahkan hidung pada
parfum yang menyenangkan tempat tertentu
 Klien sering mengatakan
mencium bau sesuatu
 Tipe halusinasi ini sering
menyertai klien demensia,
kejang atau penyakit
serebrovaskular
Halusinasi perabaan Klien mengatakan ada  Mengusap, menggaruk-garuk,
(Tactile-feeling bodily sesuatu yang meraba-raba permukaan kulit.
sensations) menggerayangi tubuh  Telihat menggerak-gerakkan
seperti tangan, binatang badan seperti merasakan sesuatu
kecil, makhluk halus rabaan
 Merasakan sesuatu di
permukaan kulit, merasakan
tersengat aliran listrik
Halusinasi pengecapan Klien seperti sedang  Seperti mengecap sesuatu
(Gustatory-experiencing merasakan makanan  Gerakan mengunyah, meludah
tastes) tertentu, rasa tertentu atau atau muntah
mengunyah sesuatu
Cenesthetic & Kinestetic Klien melaporkan bahwa  Klien terlihat menatap tubuhnya
hallucinations fungsi tubuhnya tidak dapat sendiri dan terlihat merasakan
terdeteksi misalnya tidak sesuatu yang aneh tentang
adanya denyutan di otak, tubuhnya
atau sensasi pembentukan
urine dalam tubuhnya,
perasaan tubuhnya
melayang diatas bumi
5

B. RENTANG RESPON
Rentang respon neurobiologis menurut Stuart dan Sundeen,1998)

Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif


Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan Pikir/Delusi
(pikiran kotor)
Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi
Emosi Konsisten Reaksi emosi berlebih Perilaku Disorganisasi
dengan pengalaman atau kurang
Perilaku sesuai Perilaku aneh dan
tidak biasa
Hubungan social Menarik diri Isolasi Sosial

1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan
dapat memecahkan masalah tersebut dengan respon adaptif:
a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dan pengalaman ahli
d) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
e) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
2) Respon Psikososial
Respon psikososial meliputi:
a) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-
benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
c) Emosi berlebihan atau berkurang
d) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
e) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
3) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang
dari norma-norma social budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social
6

b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada
c) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
e) Isolasi social adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dari diterima sebagai
ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam nyawa

C. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun
demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote,
peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka
peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmitter.
Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi
skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara lain anak
yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
7

3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama


sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial,
tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak percaya
diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa
malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan
penanganan gejala.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut videback faktor biologi yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah
faktor genetic,neurotomi,neurokimia serta imunovirologi.
1. Genetik
Secara genetic ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan 6 yang
mempredisposisikan individu mengalami skizofrenia. Sedangkan Buchanan dan carpeter
(2000) dalam dalam stuart (2009) menyebutkan bahwa kromosom yang berperan dalam
menurunkan skizofrenia adalah kromosom6.sedangkan kromosom lain yang juga berperan
adalah kromosoni 4, 8, 15, dan 22,cracdock et al (2006 dalam stuart, 2009). Penelitian lain
juga menemukan gen GAD 1 yang tanggung jawab memproduksi GABA (Asam Gama Amino
Butirat), dimana pada klien skizofrenia tidak dapat meningkat secara normal sesuai
perkembangan pada daerah frontal,dimana bagian ini berfungsi dalam proses berfikir dan
pengambilan keputusan hung et al (2007) dalam stuart (2009).
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak kembar yang
menujukan anak kembar identik beresiko mengalami skizofrenia sebesar 50% sedangkan
pada kembar non identik/fraternal beresiko 15% mengalami skizofrenia, angka ini meningkat
sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia videback (2008) dalam stuart
(2009) semua penelitian ini menunjukan bahwa faktor genetic hanya sebagian kecil penyebab
terjadinya skizofrenia dan ternyata masih ada faktor lain yang juga berperan sebagai faktor
penyebab terjadinya skixofrenia.
8

2. Neuroanatomi
Keadaan patologis yang terjuadi pada lobus temporalis dan frontalis berkorelasi dengan
terjadinya tanda-tanda positif negative dan skizofrenia. Copel (2007) menyebutkan bahwa
tanda-tanda positif skizofrenia.seperti psikosis disebabkan karena fungsi otak yang
abnormal pada lobus temporalis .sedangkankan tanda-tanda negatif seperti tidak ada
kemauan atau motivasi dan anhedonia disebabkan oleh fungsi otak yang abnormal pada
lobus frontalis.
Hal ini sesuai sadock dan sadock (2007 dalam towsen,2009) yang menyatakan bahwa
fungsi utama lobus frontalis adalah aktivasi motorik,intelektual,perencanaan konseptual, aspek
kepribadian,aspek produksi bahasa . sehingga apabila terjadinya gangguan pada lobus
frontalis, maka akan terjadi perubahan pada aktivitas motorik, gangguan intelektual,
perubahan kepribadian dan juga emosi yang tidak stabil.sedangkan fungsi utama dan lobus
temporalis adalah pengaturan bahasa,ingatan dan juga emosi. Sehingga gangguan yang
terjadi pada kortek temporalis dan nucleus-nukleus limbic yang berhubungan pada lobus
temporalis akan menyebabkan timbulnya gejala halusinasi.
3. Neurokimia
Penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas hipotesis disregulasi pada
skizorfenia,gangguan terus menerus dalam satu atau lebih neurotrasmiter dan
neuromodulator mekanisme pengaturan homeostatic menyebabkan neurotransmisi tidak stabil
atau tidak menentu.teori ini menyatakan bahwa area mesolimbik overaktif
terhadap dopamine,sedangkan apa area prefrontal mengalami hipoaktif sehingga terjadio
keseimbangan antara system neurotransmitter dopamine dan serotonin serta yang lain (Stuart,
2009) pernyataan memberi arti bahwa neurotransmitter mempunyai peranan yang penting
menyebabkan terjadinya skizofrenia.
4. Imunovirologi
Sebuah penelitian untuk menerntukan “Virus Skizofrenia” telah berlangsung (Torrey et
al, 2007 Dalam et al, 2008). Bukti campuran menunjukkan bahwa paparan prenatal terhadap
virus influenza terutama selama trimester pertama, mungkinn menjadi salah satu faktor
penyebab skizofren pada beberapa orang tetapi tidak pada orang lain. Infeksi virus lebih sering
terjadi pada tempat-tempat keramaian dan musim dingin dan awal musim semi dan dapat
terjadi inutero atau pada anak usia dini pada beberapa orang yang rentan (Stuart, 2009).

E. PATHWAY
9
10

F. TANDA DAN GEJALA


1. Bicara sendiri
2. Senyum sendiri
3. Ketawa sendiri
4. Menggerakkan bibir tanpa suara
5. Pergerakkan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain
8. Berusaha untuk menghindari orang lain
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
13. Sulit berhubungan dengan orang lain
14. Ekspresi muka tegang
11

15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah


16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
17. Tampak tremor dan berkeringat
18. Perilaku panic
19. Agitasi dan kataton
20. Curiga dan bermusuhan
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
22. Ketakutan
23. Tidak dapat mengurus diri
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang

G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI


1. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
4. Harga diri rendah kronis

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepsi: halusinasi
12

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN
TGL
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 2 3 4 5 6
Gangguan Sensori Tujuan Panjang: Setelah dilakukan
1. Identifikasi halusinasi: isi 1., Dengan identifikasi dapat halusinasi
persepsi : Setelah dilakukan tindakan tindakan keperawatan frekuensi, waktu terjadi, situasi perawat dapat mengetahui asal
Halusinasi keperawatan selama ...x selama ...x pertemuan pencetus, perasaan, respon pasien menjadi halusinasi
pertemuan diharapkan diharapkan pasien
2. Jelaskan cara mengontrol
pasien : Pasien mampu halusinasi: hardik, obat,
2. Pasien lebih mengenal halusinasi
Pasien mampu mengontrol mengontrol bercakap-cakap, melakukan dam mudah umtuk mengontrol
halusinasinya halusinasinya dengan kegiatan. halusinasi
kriteria: 3. Latih cara mengontrol
Tujuan pendek: 1. Mengenal Halusinasi halusinasi dengan menghardik3. Hardik dapat menenangkan pasien
Setelah dilakukan tindakan Mengontrol halusinasi sehingga pasien dapat mengontrol
keperawatan selama ...x
2. Mempraktekan cara
4. Masukan pada jadual kegiatan halusinasi
pertemuan diharapkan mengontrol halusinasi untuk latihan menghardik 4. Pasien akan fokus pada kegiatan
pasien: dengan menghardik dan halusinasi dapat dikontrol
1. Dapat mengidentifikasi
3. Menyusun jadwal
halusinasi: isi, frekuensi, kegiatan harian
waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan,
respon
13

2. Dapat menjelaskan cara


mengontrol halusinasi:
hardik, obat, bercakap-
cakap, melakukan
kegiatan.
3. Mengetahui cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik
4. Dapat menyusun jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik
Tujuan Panjang 1. Mengevaluasi kegiatan
1. Evaluasi kegiatan menghardik.
1. Pasien semangat dan percaya diri
Setelah dilakukan tindakan pertama yaitu Beri pujian bahwa dirinya dapat sembuh
keperawatan selama 2x menghardik
pertemuan : 2. Mengontrol 2. Pasien dapat lebih disiplin dalam
Pasien mampu berlatih halusinasinya dengan
2. Latih cara mengontrol minum obat
kegiatan pertama, dan cara minum obat halusinasi dengan obat
kedua yang akan dilatihnya
3. menyusun jadual (jelaskan 6 benar: jenis, guna,
kegiatan harian untuk dosis, frekuensi, cara,
Tujuan Pendek: berlatih menghardik dan kontinuitas minum obat)
Setelah dilakukan tindakan minum obat 3. Masukan pada jadual kegiatan
3. Pasien bisa mengtahui jadwal
keperawatan selama 2x untuk latihan menghardik dan menghardik dan minum obat,
pertemuan: minum obat
14

1. Dapat mengevaluasi diharapkan pasien dapat tepat


kegiatan pertama waktu
2. Dapat mengetahui cara
mengontrol halusinasi
dengan obat
3. Dapat menyusun jadwal
harian
Tujuan Panjang: 1. mengevaluasi kegiatan
1. Evaluasi kegiatan latihan
1. memberikan dampak positif pada
Setelah dilakukan tindakan pertama dan kedua menghardik & obat. Beri pujian pasien
keperawatan selama 2x
2. mempraktekan cara
2. latih cara mengontrol
pertemuan: mengontrol halusinasi halusinasi dengan bercakap-
2. bercakap-cakap dapat mengurangi
klien mampu berlatih dengan bercakap-cakap cakap saat terjadi halusinasi halusinasi karena pasien akan lebih
kegiatan pertama, kedua
3. menyusun jadual fokus untuk berbicara dengan
dan ketiga yang akan kegiatan harian untuk perawat sehingga halusinasi
dilatihnya berlatih menghardik,
3. masukan pada jadual kegiatan berkurang
minum obat dan untuk latihan menghardik,
Tujuan pendek: bercakap-cakap minum obat dan bercakap-
3. pasien akan mengetahui jadwal
1. Dapat mengevaluasi cakap tersebut dan lebih mengenal waktu
kegiatan pertama, dan untuk kegiatan tersebut
kedua
2. Dapat mempraktekan cara
mengontrol halusinasi
dengan bercakap cakap
15

3. Dapat menyusun jadwal


harian berlatih menghardik,
minum obat dan bercakap-
cakap
Tujuan panjang 1. mengevaluasi kegiatan
1. Evaluasi kegiatan latihan
1. Dapat memberi dampak positif bagi
Setelah dilakukan tindakan pertama, kedua dan menghardik, obat dan pasien sehingga pasien dapat
keperawatan selama 2x ketiga bercakap-cakap. Beri pujian mengontrol halusinasi
pertemuan: 2. mempraktekan cara
2. latih cara mengontrol
klien mampu berlatih mengontrol halusinasi halusinasi dengan melakukan
2. Dengan kegiatan tersebut waktu
kegiatan pertama, kedua, dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 pasien akan terisi sehingga pasien
ketiga dan kegiatan ke kegiatan kegiatan) tidak akan melamun dan halusinasi
empat yang akan dilatihnya
3. menyusun jadual dapat berkurang
kegiatan harian untuk
3. masukan pada jadual kegiatan
3. Pasien lebih mengetahui waktu
Tujuan Pendek: berlatih menghardik, untuk latihan menghardik, untuk kegiatan tersebut
Setelah dilakukan tindakan minum obat, bercakap- minum obat,bercakap-cakap
keperawatan selama 2x cakap dan melakukan dan kegiatan harian.
pertemuan: kegiatan
1. Dapat mengevaluasi
kegiatan pertama, kedua
dan ketiga
2. Dapat mempraktekan cara
mengontrol halusinasi
16

dengan melakukan
kegiatan
3. Dapat menyusun jadual
kegiatan harian untuk
berlatih menghardik, minum
obat, bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan

SP keluarga
DIAGNOSA PERENCANAAN
TGL
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 2 3 4 5 6
Gangguan sensori Tujuan panjang: Setelah dilakukan .....x
1. Diskusikan masalah yang
1. Kekuarga dapat mengetahui kondisi
persepsi: Setelah dilakukan .....x pertemuan diharapka dirasakan dalam merawat pasien
halusinasi pertemuan diharapkan: keluarga mampu pasien
Keluarga dapat mendiskusikan masalah
2. Jelaskan pengertian, tanda,
2. Keluarga pasien dapat mengetahui
mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam gejala dan proses terjadinya halusinasi lebih banyak
yang dirasakan dalam merawat pasien dengan halusinasi (gunakan bookleat)
merawat pasien kriteria: 3. Jelaskan cara merawat
3. Keluarga dapat mengetahui cara
Tujuan pendek: 1. mendiskusikan masalah halusinasi merawat pasien sehinga keluarga
1. Keluarga pasien dapat dalam merawat pasien lebih di mandirikan
mendiskusikan masalah 4. Keluarga adalah orang yang
dalam merawat pasien berharga, ketika pasien diberi pujian
17

2. Keluarga pasien dapat


2. menjelaskan pengertian,
4. Anjurkan membantu pasien oleh keluarga dapat menimbulkan
menjelaskan pengertian, tanda, gejala dan proses sesuai jadual dan memberi efek positif
tanda, gejala dan proses terjadinya halusinasi pujian
terjadinya halusinasi 3. menjelaskan cara
3. Keluarga pasien dapat merawat halusinasi
menjelaskan cara merawat
4. membantu menyusun
halusinasi jadual harian pasien
4. Keluarga pasien dapat
membantu menyusun
jadual harian pasien
Tujuan panjang: Setelah dilakukan .....x
1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Dapat terpantau oleh perawat.
Setelah dilakukan .....x pertemuan diharapka dalam merawat/ melatih pasien Sehingga bila ada keselahan dalam
pertemuan diharapkan: keluarga mampu: menghardik dan memberikan merawat kita bisa meluruskan
Keluarga dapat
1. mengevaluasi kegiatan obat. Beri pujian
mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
2. Jelaskan cara bercakap-cakap
2. Keluaarga dapat terlatih untuk
dalam merawat pasien pasien dengan dan melakukan kegiatan untuk mengontrol halusinasi pasien ketika
dengan menghardik menghardik mengontrol halusinasi di rumah
2. menjelaskan 6 benar
3. Latih dan sediakan waktu
Tujuan pendek: cara memberikan obat bercakap-cakap dengan
3. Menimbulkan efek positif, dengan
Setelah dilakukan .....x
3. mempraktekan cara pasien terutama saat keluarga, pasien akan lebih
pertemuan diharapka memberikan / halusinasi semangat sembuh
keluarga mampu: membimbing minum
obat
18

1. Keluarga pasien dapat


4. membantu menyusun
4. Anjurkan mambantu pasien
4. Keluarga lebih mengetaui kesukaan
mengevaluasi kegiatan jadual kegiatan pasien sesuai jadual dan memberikan pasien jadi ktika membuat jadwal
keluarga dalam merawat pujian kegiatan pasien lebih giat
pasien dengan menghardik
2. Keluarga pasien dapat
menjelaskan 6 benar cara
memberikan obat
3. Keluarga pasien dapat
mempraktekan cara
memberikan / membimbing
minum obat
4. Keluarga pasien dapat
membantu menyusun
jadual kegiatan pasien
Setelah dilakukan .....x Setelah dilakukan .....x
1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pertemuan diharapka pertemuan diharapka dalam merawat/ melatih pasien merawat dan melatih pasien dapat
keluarga mampu: keluarga mampu: menghardik, memberikan obat terpantau
1. Keluarga pasien dapat
1. Mengevaluasi kegiatan & bercakap-cakap. Beri pujian
Mengevaluasi kegiatan dalam merawat
2. Jelaskan follow up ke
dalam merawat menghardik menghardik dan RSJ/PKM, tanda kambuh,
dan memberikan obat memberikan obat rujukan 2. Mengetahui ketika pasien kambuh
2. Keluarga pasien dapat sehingga segera dirujuk ke rsj
Menjelaskan cara sebelum pasien bertambah parah
19

bercakap-cakap untuk
2. Menjelaskan cara
3. Anjurkan membantu pasien
3. Dapat memberi efek positif
mengontrol halusinasi bercakap-cakap untuk sesuai jadual dan memberikan
3. Keluarga pasien dapat mengontrol halusinasi pujian
Melatih dan menyediakan
3. Melatih dan
waktu untuk bercakap- menyediakan waktu
cakap saat terjadi halusinasi untuk bercakap-cakap
4. Keluarga pasien dapat saat terjadi halusinasi
Membantu menyusun
4. Membantu menyusun
jadual kegiatan pasien jadual kegiatan pasien
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang Rawat : Keswara Tanggal Dirawat: 28 Okttober 2019


I. Identitas
a. Identitas Klien
Inisial : An. I (L)
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Status : Anak
Suku : Sunda
Alamat : Kp.C RT 02 RW 02 Dsn. S Kec.K
Informan :

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.I
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Hubungan dengan klien : Ibu Angkat
Alamat : Kp.C RT 02 RW 02 Dsn. S Kec.K

II. Alasan Masuk / Keluhan Utama


Pada saat pengkajian pada tanggal 28 oktober 2019, keluarga klien mengatakan bahwa
klien suka marah-marah, bicara sendiri, sering melamun, sering menyendiri dan juga tertawa
sendiri. Klien juga tidak tidur selama 2 hari. Keluarga klien mengatakan bahwa klien suka
melihat seorang perempuan dan mendengar bisikan dalam halusinasinya.
Pada saat dikaji tanggal 29 oktober 2019, klien mengatakan “ saya dibawa kesini karena
orangtua saya tidak percaya bahwa saya selalu melihat perempuan bernama Nurul. Dia selalu
datang ketika saya sedang sendiri. Saya senang melihat Nurul dan berencana untuk menikah
dengannya“. Selama interaksi berlangsung, klien tampak mengalihkan perhatiannya pada satu
titik dan ketika ditanya oleh perawat ia mengatakan bahwa ia sedang melihat perempuan.

20
21

Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Presepsi Halusinasi


III. Faktor Predisposisi
1. Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Saat
dirumah, klien mendapatkan penolakan dari kaka tirinya yang sering mengatainya
dengan kata-kata kasar. Hal ini membuat klien menjadi kurang nyaman berada dirumah
dan akhirnya klien lebih memilih mengurung diri di kamar.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
2. Klien mengatakan bahwa tidak ada diantara anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
3. Klien menceritakan tentang pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu :
“Orang tua kandung saya sudah bercerai sejak tahun 2010 ketika umur saya masih 9
tahun. Saat itu juga saya langsung tinggal dengan orang tua angkat saya. Namun,
hubungan saya dengan orangtua kandung saya berhenti semenjak saya bersama
orangtua angkat saya. Hal ini akhirnya membuat saya sedih dan merasa bahwa dan
merasa bahwa orangtua kandung saya sudah tidak peduli dengan saya. Selain sedih
saya juga malu karena menjadi beban untuk orangtua angkat saya dalam segala hal
mulai dari membiayai dan mencukupi keperluan sehari-hari maupun biaya pendidikan.
Padahal selain saya, masih ada kakak tiri saya yang juga perlu dibiayai.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
4. Riwayat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat gangguan
jiwa
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
5. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan
Klien mengatakan orang tua kandungnya sudah bercerai pada tahun 2010 dan ia tinggal
dengan orang tua angkat. Hubungan klien dengan orang tua kandung kurang baik.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
IV. Fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data sebagai berikut bahwa tekanan darah klien
110/70 mmHg, Nadi 84x/menit, suhu 36,4ºC dan pernapasan 19x/menit. Tinggi badan klien
adalah 155 cm dan berat badan klien 39 kg. saat dikaji dan dilakukan pemeriksaan fisik klien
mengatakan tidak ada masalah dalam keadaan fisiknya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
V. Psikososial
1. Genogram (minimal 3 generasi)
22

Penjelasan : klien tinggal dengan kedua orangtua angkat dan satu kakak tiri. Dalam hal
komunikasi, klien sedikit terhambat karena kedua orangtua klien sibuk bekerja dan begitu juga
kakak tiri klien yang kurang harmonis hubungannya dengan klien yang menyebabkan klien
menjadi sering diam di kamar dan akhirnya melamun sehingga klien kurang terbiasa dan
kurang percaya diri dalam memulai komunikasi. Selain itu dalam pengambilan keputusan
didalam keluarga selalu dilimpahkan kepada kepala keluarga dan pola asuh yang diterapkan
menurut klien adalah otoriter. Yang berakibat klien menjadi tidak berani dalam menyampaikan
pendapatnya karena klien merasa dirinya bukan siapa-siapa terlebih lagi dengan penolakan
yang ia terima dari keluarganya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya dan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai
b. Identitas
Klien adalah seorang anak angkat. Dengan statusnya sebagai anak angkat, Klien merasa
minder dan merasa ia menjadi beban bagi keluarganya. Apalagi dengan penolakan yang
ia terima drai keluarganya.
c. Peran
Klien sebagai yang tidak bekerja dan tidak sekolah, hal ini membuat klien malu dan
merasa hanya menjadi beban bagi kedua orang tuanya.
d. Ideal Diri
23

Klien berharap ingin mendapat pekerjaan dan tidak menjadi beban bagi kedua orang
tuanya saat sudah kembali ke rumah.
e. Harga Diri
Dengan kondisi saat ini, klien merasa bahwa ia hanya menjadi beban bagi kedua orang
tuanya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
Klien mengatakan bahwa ibunya (angkat) adalah seorang yg berarti dalam hidupnya, selain
itu juga menjadikan ibu angkatnya sebagai tempat mengadu, bicara, minta bantuan , namun
karena ibu angkatnya bekerja sehingga hanya memiliki waktu terbatas. Klien juga mengatakan
bahwa ia tidak mengikuti organisasi/kelompok apapun dalam masyarakat. Hal ini membuat
klien menjadi tidak bersosialisasi dengan lingkungan. Klien mengatakan bahwa ia tidak
percaya diri untuk berbiicara
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
Klien adalah seorang yg memiliki keyakinan/agama islam . Pandangan dan keyakinan klien
akan gangguan jiwa adalah suatu sakit mental yg pada suatu saat nanti akan sembuh.
Pandangan masyarakat di sekitar daerah klien adalah penyakit harus segera mendapatkan
perawatan intens di rumah sakit khususnya rumah sakit jiwa. Kegiatan ibadah klien baik di
rumah maupun di rumah sakit adalah sama yaitu 5 kali dalam sehari dan selain itu suka
melakukan ngaji setelah sholat sehingga klien menerima dengan ikhlas tentang penyakitnya
dan terus berdoa supaya klien segera disembuhkan oleh Tuhan Nya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

VI. Status Mental


1. Penampilan
Saat dilakukan pengkajian, klien tampak rapih,bersih, baju yg di pakai sesuai sehingga klien
tampak nyaman dengan dirinya sendiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2. Pembicaraan
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak pembicaraan, klien cenderung berbicara lambat.
Secara objektif, menurut penilaian bahwasanya klien berbicara lambat karena masih ragu
dalam menceritakan masalahnya kepada orang lain.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Aktivitas Motorik
24

Saat dilakukan pengkajian, klien terlihat lesu dan juga klien tampak tidak bergairah, klien
tampak malas-malasan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Presepsi Halusinasi
4. Alam Perasaan
Pada saat dikaji klien tampak dalam alam perasaan yang gembira karena kllien melihat
seorang perempuan yang disukai oleh klien dan ingin menikahinya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Presepsi Halusinasi
5. Afek
Pada saat dikaji klien menunjukan afek yang labil, dimana saat klien melihat halusinansinya
tersenyum dan saat halusinasinya menghilang ekspresi wajahnya berubah.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Presepsi Halusinasi
6. Interaksi Selama Wawancara
Selama berinteraksi, kontak mata klien kurang. Klien tampak tidak mau menatap lawan
bicara. Klien kadang melihat ke salah satu titik dan sesekali tersenyum.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Presepsi Halusinasi
7. Persepsi
Klien mengatakan bahwa ia sering melihat seorang wanita bernama Nurul, terutama saat ia
sedang sendiri. Klien senang saat ia melihat Nurul berharap menikahinya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Presepsi Halusinasi
8. Proses Pikir
Saat dilakukan pengkajian, klien tampak selalu mengulang pembicaraan mengenai
persepsinya melihat seorang wanita yang ingin ia nikahi.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Presepsi Halusinasi
9. Isi Pikir
Isi pikir klien mengenai halusinasi yang dialaminya yaitu obsesi. Dimana pikiran yang selalu
muncul walaupun klien berusaha menghiraukannya. Klien juga mengalami waham Bizzare
dimana klien meyakini sesuatu yang tidak sesuai kenyataan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Presepsi Halusinasi
10. Tingkat Kesadaran
Klien tidak memiliki masalah dalam orientasi waktu, tempat, maupun orang.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
11. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang: klien masih ingat kejadian dimana orang tuanya
bercerai
b. Gangguan daya ingat jangka pendek: klien masih ingat mengenai liburan klien yang
dilakukan satu bulan yang lalu
25

c. Gangguan daya ingat saat ini: klien mampu menceritakan mengenai aktivitas yang klien
lakukan mulai dari bangun tidur
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.

d. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Klien mampu berkonsentrasi dan juga mampu menghitung hitungan sederhana. Hal ini dapat
dinilai saat klien diberi soal hitungan. Klien dapat menjawab seluruh soal dengan benar.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
e. Kemampuan Penilaian
Saat dilakukan pengkajian klien dapat melakukan kegiatan sederhana tanpa bantuan orang
lain.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
f. Daya Tilik Diri
Selama melakukan wawancara , klien tampak mengingkari penyakit yang di derita. Klien masih
mempertahankan halusinasinya mengenai seorang perempuan dan ingin menikahi wanita
tersebut
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Dalam melaksanakan kegiatan makan, tampak klien hanya memerlukan bantuan minimal.
2. BAB / BAK
Dalam melaksanakan BAB maupun BAK, klien dapat melakukannya sendiri dengan
bantuan minimal.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
3. Mandi
Dalam melaksanakan mand, klien bisa melakukannya dengan bantuan minimal dari
perawat.
4. Bepakaian/berhias
Dalam
5. Istirahat dan Tidur
Klien istirahat sesuai jadwal yang ditentukan siang dari jam 13.00 WIB – 15.30 WIB dan
malam dari sekitar 9 jam.
6. Penggunaan Obat
Dalam penggunaan obat klien dapat melakukannya dengan bantuan minimal dari perawat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
26

Dalam kebutuhan persiapan pulang klien membutuhkan perawatan lanjutan dan perawatan
lanjutan.
8. Kegiatan di dalam rumah
Klien sudah siap dalam melaksanakan kebutuhan persiapan pulang seperti memperiapkan
makanan, manjaga kerapihan rumah, dan mencuci pakaian
9. Kegiatan di dalam rumah
Klien dapat produktif dengan melaksanakan kegiatan diluar rumah seperti mengikuti
organisasi/ komunitas yang ada di masyarakat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.

VIII. Mekanisme Koping


Mekanisme koping yang dilakukan klien, ada yang termasuk dalam adaptif dan ada yang
maladaftif. Mekanisme koping adaptif yang klien lakukan olahraga dan berbicara dengan
orang lain di rumah sakit. Sedangkan mekanisme koping di rumah adalah aktivitas
konstruktif. Kemudian, mekanisme koping maladaptive yang klien lakukan di rumah adalah
dengan menghindar.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
IX. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Masalah dengan pendidikan, spesifik klien mengatakan bahwa ia berhenti sekolah saat kleas
4 SD karena malas belajar. Klien menjadi sulit dalam mencari pekerjaan karena terbatasnya
kemampuan klien. Hal ini membuat klien merasa dirinya tidak lebih baik dari orang lain yang
akhirnya membuat klien malu.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah
X. Pengetahuan Kurang Tentang
Pada saat pengkajian, klien mengatakan kurang memahami tentang menejeman koping
disaat ada stressor. Itulah kenapa klien mengatakan saat halusinasi dating, klien kurang
mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu, klien juga mengatakan kurang
mengetahui mengenai obat – obatan yang dikonsumsi dan apa tujuannya hal ini membuat
klien menjadikan minum obat sebagai rutinitas bukan kebutuhan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
XI. Aspek Medik
Diagnosis Medik : Skizhopernia Paranoid

Terapi Medik : Leodomer 2 X 1 ampul


Diazepam 2 x 1 ampul
Respiredone 2 mg
27

Diazepam 5 mg
XII. Daftar Masalah Keperawatan
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
2. Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial
28

ANALISA DATA
No. Data Senjang Masalah
1. DS:
“saya melihat seorang perempuan”
”perempuan itu sangat cantik”
“perempuan itu namanya Nurul”
“dia selalu dating ketika saya sedang sendiri”
“saya senang melihat Nurul dan saya mau Gangguan Persepsi Sensori
menikahinya” Halusinasi Penglihatan

DO:
- Klien tampak mengalihkan ke satu sisi
- Kontak mata kurang
- Klien tampak tidak menatap lawan bicara
2. DS:
“Saya malu karena saya hanya anak angkat”
“Saya malu telah merepotkan dan menjadi
beban”
“Saya tidak percaya diri dengan keadaan saya Gangguan Konsep Diri Harga Diri
Rendah
DO:
- Klien tampak malu
- Kontak mata kurang
- Bicara lambat dan pelan
3. DS:
“Saya lebih suka menyendiri”

DO: Gangguan Isolasi Sosial


- Klien tampak diam
- Klien tidak mau memulai pembicaraan
- Klien tidak mau mengikuti kegiatan
29

Perencanaan

Tanggal No Diagnosis
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
DX Keperawatan
1. Gangguan Tujuan Umum: Setelah ± 4 X Pasien Pasien tidak
Sensori - Mengenali halusinasi pertemuan, klien SP 1: mengetahui apa yang
Persepsi yang dialaminya dapat menyebutkan: 1. Identifikasi halusinasi: isi, dialaminya data ini.
Halusinasi - mengontrol - isi, waktu, frekuensi, waktu terjadi, Jadi perawat
halusinasinya frekuensi, situasi situasi pencetus, membantu pasien
- mengikuti program pencetus, perasaan dan respon mengenalkan tentang
pengobatan perasaan dan 2. Jelaskan cara mengontrol apa yang sedang
respon halusinasi: hardik, obat, dialami sehingga
Tujuan Khusus: - cara mengontrol bercakap – cakap, pasien mengerti
Setelah dilakukan halusinasi: Hargik, melakukan kegiatan dengan keadaanya.
pertemuan ± 10 X obat, bercakap – 3. Latih cara mengontrol Cara yang digunakan
diharapkan klien: cakap, melakukan halusinasi dengan perawat ialah dengan
- Mengenal halusinasi kegiatan menghardik menghardik suara
baik itu isi, waktu, - melatih cara 4. Masukan pada jadwal suara itu agar cepat
frekuensi, situasi mengontrol kegiatan untuk latihan hilang
pencetus dan halusinasi dengan menghardik
perasaan saat terjadi menghardik
- Mengontrol - memasukan pada
halusinasi dengan jadwal kegiatan
30

cara menghardik
halusinasi yang
timbul, pengobatan,
bercakap – cakap
dengan orang lain
dan melakukan
kegiatan
Keluarga mampu: Setelah ± 2 x Keluarga Mengkaji masalah
Merawat pasien di pertemuan, keluarga SP1: yang dihadapi
rumah dan menjadi mampu: 1. Diskusikan masalah yang keluarga dalam
sistem pendukung dirasakan dalam merawat merawat pasien
yang efektif untuk pasien halusinasi, dapat
pasien 2. Jelaskan pengertian, membantu
tanda dan gejala, proses pemahaman pada
terjadinya halusinasi keluarga tentang
3. Jelasakan cara merawat halusinasi sehingga
halusinasi keluarga mampu
4. Latih cara merawat menghadapi pasien
halusinasi: hardik saat terjadi halusinasi
5. Annjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
31

1. Gangguan Setelah ± 2 x Pasien Klien mampu


Sensori pertemuan pasien SP 2: memperlihatkan
Persepsi mampu: 1. Evaluasi kegiatan perkembangannya
Halusinasi 1. Mengevaluasi menghardik, beripujian dengan cara latian
pertemuan 2. Latih cara mengontrol berbicara dengan
sebelumnya. halusinasi dengan obat orang lain sehingga
2. Latihan cara (jelaskan 6 benar: jenis, menghilangkan
mengontrol guna, dosis, frekuensi, halusinasinya dan
halusinasi dengan cara, continuitas minum untuk
obat. obat pendokumentasian
3. Masukan pada 3. Masukan pada jadwal
jadwal harian kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum
obat
Setelah ± 2 x Keluarga Mengkaji
pertemuan, keluarga SP 2: kemampuan keluarga
mampu 1. Evaluasi kegiatan dalam merawat
menyelesaikan keluarga dalam merawat pasien, latihan akan
kegiatan yang sudah atau melatih pasien membiasakan diri,
dilakukan, menghardik. Beri pujian meningkatkan
memperagakan cara 2. Jelaskan 6 benar cara kemampuan
merawat pasien pemberian obat meningkatkan
32

3. Latih cara memberikan keluarga dalam


atau membimbing minum merawat pasien
obat
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
1. Gangguan Setelah ± 2 x Pasien Kegiatan yang lalu
Sensori pertemuan klien SP 3: dapat
Persepsi mampu: 1. Evaluasi kegiatan latihan memperlihatkan
Halusinasi 1. Menyebutkan menghardik dan obat. Beri perkembangan
kegiatan yang pujian pasien,
sudah dilakukan 2. Latihan cara mengontrol memaksimalkan
2. Membuat jadwal halusinasi dengan aktivitas, dapat
kegiatan sehari bercakap – cakap saat meningkatkan gejala
hari dan mampu terjadi halusinasi halusinasi dan
memperagakannya 3. Masukan pada jadwal membantu pasien
kegiatan untuk latihan agar tidak terjadi
menghardik, minum obat halusinasi yang
dan bercakap - cakap berkelanjutan
Setelah ± 2 x Keluarga Meningkatkan
pertemuan keluarga SP 3: kemampuan keluarga
mampu 1. Evaluasi kegiatan dalam merawat
menyebutkan keluarga dalam merawat
33

kegiatan yang sudah atau melatih pasien pasien secara


dilakukan, menghardik dan mandiri
memperagakan cara memberikan obat. Beri
merawat pasien pujian
serta mampu 2. Jelaskan cara bercakap –
membuat RTL cakap dan melakukan
kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
3. Melatih dan sediakan
waktu bercakap – cakap
dengan pasien terutama
saat halusinasi
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
34

Implementasi Dan Evaluasi

Tindakan Keperawatan Evaluasi


Tanggal: 31 Oktober 2019 Tanggal: 31 Oktober 2019
Data S:
DS: “Saya senang tela belajar cara menghardik”
“saya selalu melihat perempuan bernama “Kami merasa lebih tenang ketika ad acara
Nurul” dalam mengatasi masalah anak kami selain
“Nurul adalah perempuan yang cantic” obat”
“Saya ingin menikahi Nurul”
“Kami bingung mengenai cara menangani O:
masalah anak kami” - Klien tampak kooperatif
- keluarga tampak mendukang
DO: - klien masih tampak mengalihkan
- Kontak mata kurang perhatian ke satu sisi
- selama interaksi, klien selalu mengalihkan
perhatian pada satu titik A:
- Keluarga tampak bingung Ganguan persepsi sensori persepsi
halusinasi penglihatan teratasi sebagian
Diagnosis Keperawatan:
Gangguan Sensori Persesi Halusinasi P: Latihan Menghardik 2 x 1 sehari

Implementasi:
1. Mengidentifikasi halusinasi: isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan dan respon
2. Jelaskan cara mnegontrol halusinasi
dengan: hardik, obat, bercakap – cakap,
melakukan kegiatan
3. Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
4. Memasukan latihan menghardik
5. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat klien
35

RTL: Lanjut ke SP 2
Tanggal: 02 November 2019 Tanggal: 02 November 2019
Data S:
DS: “saya mau belajar menghardik supaya
“Saya sudah mengerti cara menghardik” halusinasi saya hilang”
“ Tetapi saya tidak melakukan karena lupa”
“Saya lupa tentang langkah – langkahnya” O:
- Klien tampak cemas mengenai
Diagnosis Keperawatan: halusinasinya
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi - Klien tampak masih mengalihkan
perhatiannya
Implementasi: 1. Evaluasi kegiatan
menghardik A: Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Penglihatan Teratasi Sebagian
RTL: Ulangi SP 1
Tanggal: 04 November 2019
Data
DS:
“Saya masih melihat bayangan perempuan”
“ saya telah berusaha menghiraukannya
tapi sulit”

“Saya bingung bagaimana cara


mengatasinya”
DO :
-klien tampak cemas mengenai halusinas

Diagnosis Keperawatan:
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Implementasi: 1. Evaluasi kegiatan


menghardik

RTL: Ulangi SP 1
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah yang kami buat adalah bahwa yang namanya gangguan jiwa ialah
sebuah gangguan fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu atau sebuah
hambatan dan melaksanakan peran sosial. Halusinasi terbagi menjadi beberapa bagian
didalam bagian itu terdapat macam-macam yaitu halusinasi pendengaran, penglihatan,
perabaan, penghidungan, perasa. Sedangkan Halusinasi pendengaran merupakan gangguan
persepsi sensori pada klien skizofemia. Skizofemia itu sendiri merupakan suatu gangguan
psikotik yang ditandai dengan sebuah gangguan utama pikiran, presepsi dan juga emosi. Dan
biasanya tanda gejala dari halusinasi itu sendiri berupa bicara sendiri, senyum sendiri, ketawa
sendiri, menarik diri dari orang lain, dan beberapa lain sebagainya.
4.2 SARAN
Saran dari makalah yang telah dibuat adalah bahwa kita sebagai manusia yang memiliki
jiwa yang sehat harus senan tiasa untuk tetap bersyukur dan tetap berpikir cerdas dengan akal
sehat dalam setiap menentukan masalah serta apa yang dijalani didalam hidup ini, karena
segala ujian serta cobaan selalu ada jalan untuk menghadapinya walaupun terkadang sebuah
tangisan menghiasi namun kebahagiaan dari senyuman teman-teman akan merubah
kesedihan dari masalah yang dialami menjadi kebahagiaan yang sejati. Tidak lupa sebagai
pelajar dan mahasiswa harus tetap menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman walaupun
sedikit namun itu akan berarti untuk kehidupan mendatang.

36
DAFTAR PUSTAKA

Eka, Prabowo. 2014. Knsep Dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika
Mukhripah, Damayanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Jaya, Kusnadi. 2015. Keperawatan Jiwa. Tanggerang : Bina Rupa Aksara
Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing

37

Anda mungkin juga menyukai