DISUSUN OLEH
NURFAIDAH
PO714241161031
JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
A. Tinjauan tentang Shoulder Impingement .......................................................................... 3
1. Defenisi Shoulder Impingement ........................................................................ 3
2. Anatomi Biomekanik Shoulder Joint ................................................................. 4
3. Etiologi Shoulder Impingement ....................................................................... 10
4. Patofisiologi Shoulder Impingement ............................................................... 11
5. Gambaran Klinis Shoulder Impingement ........................................................ 11
B. Tinjauan tentang Pengukuran Fisioterapi ....................................................................... 12
1. Shoulder Pain Disability Index (Spadi) ........................................................... 12
2. Pengukuran nyeri Menggunakan VAS ............................................................ 14
3. Pengukuran ROM menggunakan Goniometer ................................................. 15
4. Pengukuran Kekuatan Otot menggunakan Manual Muscle Testing (MMT) .. 16
C. Tinjauan tentang Intervensi Fisioterapi ........................................................................... 17
BAB III PROSES FISIOTERAPI .................................................................................. 25
A. Identitas UmumPasien ....................................................................................................... 25
B. Anamnesis Khusus ............................................................................................................. 25
C. Vital Sign ............................................................................................................................ 25
D. Inspeksi/Observasi ............................................................................................................. 26
E. Pemeriksaan Gerak Fungsi Dasar .................................................................................... 26
F. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran ........................................................................... 27
G. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi ............................................................................ 29
H. Problematik Fisioterapi ..................................................................................................... 30
I. Tujuan Intervensi Fisioterapi ............................................................................................ 30
J. Program intervensi Fisioterapi ......................................................................................... 31
K. Evaluasi Fisioterapi............................................................................................................ 33
L. Home Programe.................................................................................................................. 33
iii
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 35
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 35
B. Saran .................................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 35
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
dengan rasa sakit di area sendi bahu. Pasien datang dengan rasa sakit saat mengangkat
lengan atau ketika berbaring di sisi yang sakit. Nyeri bahu adalah keluhan
muskuloskeletal ketiga yang paling umum dalam praktek ortopedi, dan shoulder
impingement adalah salah satu diagnosis yang mendasari lebih umum. Pada tingkat
mekanis
Menurut data, nyeri bahu adalah nyeri yang kedua yang paling umum pada keluhan
Nyeri bahu adalah keluhan umum dengan prevalensi dari 20% sampai 33% pada
populasi dewasa. Nyeri bahu juga menduduki peringkat ke tiga dari keluhan
muskuloskeletal setelah nyeri punggung dan lutut dengan tidak melihat faktor usia.
Prevalensi terbesar pada nyeri bahu adalah Subacromial Impingement Syndrome sekitar
Pada saat beraktifitas terkadang tanpa disadari kita melakukan gerakan- gerakan yang
merugikan bagi tubuh. Hal tersebut apabila tidak segera diperbaiki akan menimbulkan
bahu.Hal ini dapat memicu terjadinya kelelahan dan kelemahan pada otot-otot
rotatorcuff, rotator cuff adalah kumpulan otot yang penting dalam menjaga stabilitas
1
rotatorcuff berdampak pada sendi bahu yang akan menjadi lebih mobile dan kurang
mengakibatkan peradangan. Oleh karena adanya peradangan pada tendon maka akan
nyeri pada bahu yang menghambat untuk melakukan aktivitas di lengan kiri .terjadi
modalitas fisioterapi. Salah satu teknik manual terapi pada kondisi Shoulder
Impingement berupa traksi static dan modalitas fisioterapi berupa intervensi SWD,
dengan latihan stabilisasi pada rotator cuff muscle untuk terapi latihannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang timbul akibat adanya jepitan atau penekanan pada tendon (ujung otot) atau
bursa (bantalan sendi) di sendi bahu bagian atas (Flex, 2014). Kisner (2012)
fungsional.
kondisi peradangan yang terjadi pada tendon otot supraspinatus. Dapat juga
3
2. Anatomi Biomekanik Shoulder Joint
Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint)
yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat
Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk
humerus (upper arm bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup
secara secara sinkron. Pada sendi glenohumeral sangat luas lingkup geraknya
karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis
4
Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu, maka
bila dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi persendian
a. Sendi glenohumeral
Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas
sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar sehingga
5
mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas
glenoidalisnya.
dorso lateral, sliding ke ventro medial (4) gerakan internal rotasi terjadi
1982).
2000).
1) M. Supraspinatus
2) M. Infraspinatus
6
M. infraspinatus berorigo di fossa infraspinata scapulae,
3) M. Teres minor
humeri.
4) M. Subscapularis
7
b. Sendi sternoclavicular
gerak depresi 70°, serta protraksi 30° dan retraksi 30°. Sedangkan gerak
kearah ventral dan slide kearah ventral, (2) gerak retraksi terjadi roll
clavicula kerah dorsal dan slide kearah dorsal, (3) gerak elevasi terjadi roll
kearah cranial dan slide kearah caudal, gerak fleksi shoulder 10° (sampai
fleksi 90°) terjadi gerak elevasi berkisasr 4°, (4) gerak depresi terjadi roll
c. Sendi acromioclavicula
dari acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi
dengan gerak pada sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala maka
8
menyebabkan elevasi clavicula, elevasi tersebut pada sendi sterno
d. Sendi Suprahumeral
terhadap trauma dari atas dan sebaliknya mencegah dislokasi ke atas dari
caput humeri. Ligamen ini juga menjadi hambatan pada waktu abduksi
e. Sendi scapulothoracic
lateral yang dalam klinis disebut down ward-up wardrotasi juga gerak
dilakukan secara pasif oleh terapis pada saat pemeriksaan maupun terapi.
9
Ada 3 macam joint play movement: (1). Traction/traksi, (2). Compression/
1) Gliding
Gliding yaitu gerakan permukaan sendi dimana hanya ada satu titik
kontak pada satu permukaan sendi yang selalu kontak dengan titik
kontak yang baru (selalu berubah) pada permukaan sendi laannya. Arah
gliding searah dengan gerakan tulang. Untuk sendi bahu arah gliding
glenoidal).
2) Traksi
Traksi adalah gerakan translasi tulang yang arah geraknya tegak lurus
3) Kompresi
Kompresi adalah gerakan translasi tulang yang arahnya tegak lurus tetapi
bahu
10
b. Adanya peradangan
c. Adanya bone spur atau pembentukan tulang baru terjadi akibat adanya
mekanisme patofisiologis di mana struktur yang berbeda dari sendi bahu masuk
Gejala khas adalah nyeri yang timbul saat lengan diangkat maupun ketika
Proses ini berjalan secara kronis. Timbulnya gejala dikaitkan dengan beban
aktivitas yang memicu timbulnya proses impingement tersebut, dan juga usia
penderita.
a. Adanya nyeri
c. Keterbatasan gerak
11
B. Tinjauan tentang Pengukuran Fisioterapi
Shoulder pain and disability index (SPADI) Adalah suatu kuesioner untuk
individu yng terdiri dari dua dimensi, yaitu untuk rasa nyeri dan untuk
atas SPADI membutuhkan waktu 5-10 menit untuk satu orang pasien dan
Beri tanda pada baris yang mewakili pengalaman pasien selama minggu
gangguan.
Lingkari nomor yang menggambarkan rasa sakit pasien dimana 0 = tidak sakit
12
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
Keterangan = × 100 = ⋯ %
50
Skala Ketidakmampuan
pertolongan.
Pertanyaan Poin
8.
Saat mengambil sesuatu dari saku belakang ? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
13
2. Pengukuran nyeri Menggunakan VAS
sensasi berbahaya yang progresif. Nyeri mungkin hadir dengan atau tanpa
trauma, dan disfungsi fisik, atau dari disfungsi sistemik lainnya, dan pasien
intensitas, kualitas, dan karakteristik temporal dan fisik kaitannya dengan nyeri
VAS digunakan untuk mengukur kwantitas dan kwalitas nyeri yang pasien
rasakan, dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri mulai dari “tidak nyeri,
gambar. Pasien menandai garis dengan mmberikan sebuah titik yang mewakili
keadaan nyeri yang dirasakan pasien saat ini, dalam 24 jam terakhir.
14
Visual Analog Scale (VAS) Parameter
melalui gerakan aktif dan pasif pada sendi atau serangkaian sendi dengan
fungsi dalam banyak kasus. Respon dimonitoring pada saat istirahat, selama
15
Istilah Goniometers berasal dari dua kata Yunani, gonio berarti sudut dan
goniometry digunakan untuk mengukur jumlah total gerak yang terdapat pada
sendi tertentu. Goniometer dapat digunakan baik ntuk mengukur ROM aktif
maupun pasif.
Kekuatan otot adalah gaya yang diusahakan otot atau sekelompok otot
untuk mengatasi tahanan (resistance) dalam satu kali upaya maksimal atau satu
untuk menentukan otot atau gerakan yang dipengaruhi dan level weakness
yang terjadi. MMT adalah sebuah metode untuk menilai fungsi dan kekuatan
16
menghasilkan suatu gerakan terkait gaya gravitasi dan tahannan manual
Nilai Keterangan
Nilai 0 Otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi visual (tidak
ada kontraksi)
Nilai 1 Otot ada kontraksi, baik dilihat secara visual atau palpasi, ada
1. SWD
a. Pengertian
17
c) Frekuensi 40,68 MHz (jarang digunakan) dengan panjang gelombang
7,5 meter.
11 meter.
kulit.
Pulsed SWD sebagai salah satu efek terapi baru bagi SWD. Dalam
susu, dan ternyata pada hapusan susu tersebut terlihat suatu bentuk
18
“untaian kalung”. Kemudian bentuk tersebut juga terjadi pada cairan
output rata-rata adalah jauh lebih rendah yaitu antara 0,6 – 80 watt
efek-efek biologis.
1. Efek Fisiologis
temperatur 1º C
b) Reaksi general
c) Consensual efek
19
Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari
luas
matrik jaringan.
2. Efek terapeutik
metabolisme)
20
jaringan,hal tersebut dimaksudkan sebagai persiapan terapi
latihan.
efek fisiologi.
Indikasi
Dipengaruhi oleh:
Kontraindikasi
Pacemaker
daerah pelvis
Infeksi akut dan demam (suhu tubuh lebih besar dari 37,5°C)
21
Gangguan sensibilitas
Maligna
2. Traksi
Posisi pasien tidur terlentang di atas bed dan lengan yang sakit berada
ventro kranial. Lengan bawah pasien rilek disangga lengan terapis, lengan
Posisi pasien tidur terlentang di atas bed dan lengan yang sakit berada
di sisi bed. Tangan terapis yang sesisi diletakkan pada lengan atas pasien
bagian ventral sedekat mungkin dengan sendi bahu. Lengan kiri pasien
disangga oleh lengan terapis yang lain. Kemudian dilakukan gerakan ke arah
pengulangan 4x.
Posisi pasien tidur terlentang di atas bed dan lengan yang sakit berada
di sisi bed. Tangan terapis yang berlainan sisi diletakkan pada lengan atas
22
pasien dari sisi lateral sedekat mungkin dengan sendi bahu. Lengan kiri
pasien disangga oleh lengan terapis yang lain. Kemudian mendorong kaput
Posisi pasien tidur terlentang di atas bed dan lengan yang sakit berada
di sisi bed. Kedua lengan terapis memegang humerus kiri sedekat mungkin
dengan sendi bahu. Kemudian dilakukan traksi ke arah antero lateral. Traksi
3. Mobilisasi Skapulotorasik
Persendian skapulotorasik bukanlah sendi sejati, tetapi jaringan lunak dan otot
protraksi, retraksi, rotasi keatas dan kebawah, dan winging scapula untuk
Posisi Pasien : jika terjadi keterbatasan gerak yang signifikan, mulai dengan
anda. Sanggah berat lengan pasien dengan meletakkannya diatas lengan bawah
untuk mengontrol arah gerakan dengan jari tangan inferior anda, pegang bagian
23
Gaya mobilisasi : gerakkan scapula kearah yang diinginkan dengan
Active Ressisted Exercise dimana gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot
yang bersangkutan dan mendapat bantuan dari luar.Apabila kerja otot tidak
24
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas UmumPasien
1. Nama : Ny.Y
2. Umur : 51 tahun
4. Pekerjaan : IRT
5. Agama : Islam
6. Alamat : Badoka
B. Anamnesis Khusus
4. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pada bulan bulan februari 2019, pasien pada
C. Vital Sign
Pernapasan : 20 x/menit
25
Suhu : 360C
D. Inspeksi/Observasi
1. Statis
2. Dinamis
Shoulder
Terbatas Feel
Adduksi Tidak ada nyeri Tidak nyeri, Hard end feel Tidak ada
nyeri
Endorotasi Nyeri Ringan, Rom Nyeri ringan, Soft end feel Nyeri
Terbatas
feel
26
F. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran
1. Pengukuran Fisioterapi
8+6+6+7+6
× 100 = 39%
50
7 + 7 + 5 + 2 + 2 + 7 + 10 + 7
× 100 = 58,75%
80
39% + 58,75 %
× 100 = 0,566
130
Hasil :
Interpretasi:
27
3) Range Of Motion (ROM)
EKSTENIS/FLEKSI o
S = 30 – 0 – 140
o o
S = 50o – 0o – 170o
ABDUKSI/ADDUKSI o
F = 160 – 0 – 60
o o
F = 170o – 0o – 75o
EKSOROTASI/ENDOROTASI o
R = 60 – 0 – 75
o o
R = 90o – 0o – 80o
M. Supraspinatus 4
M. Infraspinatus 4
M. Subscapularis 4
M. Teres Minor 4
Interpretasi :
5) Palpasi
a. Tendon Supraspinatus
Hasil : Nyeri
b. Tendon Infraspinatus
28
c. Tendon subscapularis
d. Sulcus bicipitalis
2. Pemeriksaan Spesifik
Hasil : Nyeri
Hasil : (-)
Hasil : Positif
Hasil : Nyeri
1. Diagnosa Fisioterapi
2. Problematic Fisioterapi
29
a. Anatomical impairment
b. Activity Limitation
c. Participation Rectriction
H. Problematik Fisioterapi
Penyakit/kondisi :
30
a. Mengurangi nyeri
e. Persiapan pasien :
kooperatif
g. Dosis
Intensitas : 50 watt
Waktu : 8 menit
31
a. Tujuan : untuk mereduksi dan mensejajarkan bahu
b. Prosedur pelaksanaan :
glenohumeral,
3. Mobilisasi Skapulotorasik
b. Prosedur pelaksanaan
32
b. Posisi pasien : pasien dalam keadaan terlentang
berlawanan.
e. Dosis :
F: setiap hari
I: toleransi pasien
T: 8 kali repetisi
K. Evaluasi Fisioterapi
1. Evaluasi sesaat
Pasien merasa lelah dan kesakitan pada saat dan setelah latihan
2. Evaluasi berkala
mulai berkurang.
L. Home Programe
33
2. Saat dirumah dapat melakukan latihan dengan menggunakan tongkat.
dinding.
BAB IV
34
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahu yang timbul akibat adanya jepitan atau penekanan pada tendon (ujung otot)
fungsional pada sendi bahu kiri. Adapaun Rencana intervensi fisioterapi yang
3. Mobilisasi Skapulotorasik
dengan menerapkan intervensi yang aktif dan terapi latihan diberikan agar gerak
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
35
https://www.scribd.com/document/368233827/makalah-impingement
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5729225/
https::www.scribs.com/document/389188470/MODALITAS-ELEKTROTERAPI
Aras, Djohan dkk,2016. The New Concept Of Physical Therapist Test and
Publishing.Makassar.
EGC.Jakarta
Kisner, Carolyn, and Lynn, Colby, 2013; Terapi Latihan Dasar edisi 6, VOL 1. EGC.
Jakarta
36