9 J.E. TATENGKENG
A
o
5
PUSTAKA JAYA
Seni yaitu gerakan sukma
•S
RINDU DENDAM
oleh
J.E. Tatengkeng
S6ri: P J . 115
Cetakan pertama 1934. Mulai cetakan kedua diterbitkan oleh
Badan Penerbit P U S T A K A J A Y A — Yayasan J A Y A
R A Y A , Jakarta, 1974
H A K CIPTA DILINDUNGI U N D A N G - U N D A N G
A L L RIGHTS R E S E R V E D .
Gambar jilid oleh Sriwidodo
Dicetak ol6h F . N . Percetakan Negara, Jakarta
DAFTAR ISI
5
Perasaan seni
Gadis belukar 33
Mengembara 34
Kupinta lagi 36
Berikan daku belukar 37
Tempat berlindung 38
Ajarkanlah 39
Panggilan pagi Minggu 40
Melati 41
O, kata 43
Rindu Dendam : Akhir kata 47
6
Buah tangan
MULA ICATA
9
Pada waktu petang,
Kududuk di pantai.
Dan kulihat sepasang pipit riang terbang
Akupun tepekurlah dan bertanya:
O, pipit, betapa manis hidupmu.
Selalu bersama, tak pernah bercerai.
Katakan padaku, hai pipit.
Kamu melukiskan Kasih dan Cinta.... ?
10
DI PANTAI, WAKTU PETANG
12
LUKISAN
Musafir
Mudik menghilir.
Tak ketentuan tempat pergi.
Sedang tak ada tempat berdiri.
Pengembara
Laut dan udara.
Terkatung-katung di ombak rawan.
Tergantung-gantung di angan awan.
Penyelam
Penilik alam
Haus dahaga akan kebenaran.
Kecewa melihat dunia keliaran.
Sebegini
Sukmaku seni
Merindu, mencari ketentuan hati.
Kebenaran, Damai dan Kasih sejati.
SERUMPUN BAMBU
Bibir melekat.
Kurasa panas
"Kata" kudapat,
A d i n d a lepas.
15
BUIAN T E R A K C
16
DI LERENG GUNUNG
Di lereng gunung,
Aku termenung.
Duduk di sisi
Kekasih hati.
18
KUSUKA KATAKAN
20
KUNCUP
Terlipat Melambai
Terikat, Melombai,
Engkau mencari Engkau beringin
Trang matahari. Digerak aagin.
Terhibur
Terlipur
Engkau bermalam
Di pinggir kolam.
Mengeram Terbuka
Mendendam Bersuka,
Engkau ditimbim Engkau berkembang
Sejuknya embun. Memanggil kumbang.
Terputih
Tersuci
Kembang di dahan
Memuji Tuhan.
21
ANAKKU
Ya, kekasihku....
Engkau datang menghintai hidup.
Engkau datang menunjukkan muka.
Tapi sekejap matamu kututup.
Melihat terang anakda tak suka.
Mulut kecil tiada kubidca,
Tangis teriakmu tak diperdengarkan.
Alamat hidup wartakan suka.
Kau diam, anakku, kami kautinggalkan.
Sedikitpun matamu tak mengerling.
Memandang ibumu sakit berguling.
Air matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak penghiburan.
Kau diam, diam, kekasihku.
Tak kaukatakan barang pesanan.
Akan penghibur duka di dadaku.
Kekasihku, anakku, mengapa kian?
Sebagai anak melalui sedikit
Akan rumah kami berdua.
Tak anak tak insyaf sakit,
Yang diderita orang tua.
22
Tangan kecil lemah tergantimg,
Tak diangkat memeluk ibumu,
Menyapu dadanya, menyapu jantung,
Hiburkan hatinya, sayangkan ibumu.
2-9-1933
KUSANGKA
Datang malang
Di hidup menjelang.
Kurasa dipalang
Percayapun hilang.
24
DIAMLAH
Hai, penghiburan,
di mana tempatmu?
26
MENGAPA LAGI
Mengapa lagi
Setiap pagi.
Aku bangvui dengan pengharapan.
Sedang di hati hilang ketetapan?
Mengapa lagi
Setiap pagi.
Aku berharap datangnya suka.
Sedang di hati mendendam duka?
Mengapa lagi
Setiap pagi,
Kutunjuk muka yang riang manis,
Sedang di hati mengalir tangis?
Mengapa lagi
Setiap pagi,
Kusempat gelak, kudapat nyanyi.
Sedang di hati lengang dan sunyi?
MENUNGKAN NASIB
Ah, Ibu,
Apa melati 'kan riang kembang.
Kalau kuntum rindu penanam?
28
KUCARI JAWAB
30
NELAYAN SANGIHE
Mengapa termenung.
Apatah direnung?
Mengapa lagumu tersayup-sayup.
Mengapa mata sesekali kaututup?
Ah, mengapa termenung,
Mengapa kaupandang ke kaki gunung?
O, kumengerti.
Kulihat di sana setitik api!
Itukah menarik matamu ke tepi,
Mengharu hati?
O, kulihat tali.
Yang tak terpandang oleh mata,
Menghubung hati,
Kalbu nelayan di laut bercinta....
PERASAAN SENI
32
GADIS BELUKAR
Di tengah manusia,
Aku tersia-sia.
Mencari khabar.
Yang agak benar.
Sungguh sukar.
Hai Gadis belukar.
Hidup di dunia tak berketenluan.
Bagi sukma yang rindu Persatuan.
Kuingin amat,
'kan dapat tempat,
di sisi Gadis belukar lembah.
Agar sukmaku tak 'kan lemah.
Sesudah minum Cinta pancaran...
Di sisimu saja kudapat hiburan
MENGEMSARA
Di barat cemerlang.
Cahaya bintang!
Aku merenang.
Ombak kutentang!
Kata orang,
Di sanalah terang!
Di barat kebenaran dan keadilan,
Di sana kebimbangan tentu hilang....
O, kecewa.
Rupanya dewa.
Sudah berikan padaku bencana,
Kama yang kulihat tak lain: fatamorgana
34
Akupun tidur.
Mencari hibur.
Setelah pagi.
Aku bertanya: Ke mana lagi?
Sukmaku berkata:
Palingkan mata!
Jangan lagi tepekur.
Ke sana, o, di sana, tak lain, di Timur,
Di sana kaudapat
Ciijta dihasrat!
KUPINTA LAGI
Kulihat terang....
Meski tidak benderang
Sehingga gelap.
Lambat laun kan lenyap !
36
BERIKAN DAKU BELUKAR
38
AjARKANiAlt
Katanya:
40
MELATI
Hai Kembang,
Biji-bijian yang suci putih.
Mengapa engkau sembunyi di situ.
Oleh daunan kau diliputi.
Mengapa tunduk di balik batu?
42
o, KATA
Sudah genap.
O, kata
dua patah,
yang dikata dengan nyata,
oleh badan payah patah.
Itu kata
ada berita,
terbesar dari sewarta,
karna oleh kata nyata
Tuhan menang segala titah!
Karna Kata,
aku serta
oleh Allah diberi harta
selamat alam semesta.
Rin6u 6en5am
AKHIR KATA
Kupandang ke dalam,
O, keindahan.
Aku meninjau ke dalam alam,
Yang tak berbatas jauhnya
Langit bercermin dalaninya,
Matahari berpancaran dalamnya
47
Makin tinggi matahari naik,
Makin benderang embim itu memancarkan
terang itu ke luar....
Makin kecil juga ia
Akhirnya lenyap dari pandangan mata.
O, Tuhanku,
Biarlah aku menjadi embunmu.
Memancarkan terangmu.
Sampai aku hilang lenyap olehnya
Soli Deo Gloria!
48