Anda di halaman 1dari 2

Sejarah G.

30 September PKI
Peristiwa G30S/PKI yang terjadi 54 Tahun yang silam adalah sejarah kelam bangsa Indonesia
yang tidak boleh terulang. Dahulu, setiap tanggal 30 September tepat pukul 10 pagi,
film G30S/PKI wajib diputar dan ditonton oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Sebuah pengkhianatan terbesar yang dialami bangsa Indonesia, Gerakan 30 September


1965 yang disebut GESTAPU / PKI atau G30S/PKI. Peristiwa G 30 S PKI terjadi pada malam
hari tepat waktunya saat pergantian dari tanggal 30 September hari Kamis, menjadi 1
Oktober pada hari Jumat tahun 1965 tepat tengah malam dengan melibatkan Pasukan
Cakrabirawa dan Anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Gerakan ini bertujuan menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan menginginkan


pemerintahan Indonesia menjadi pemerintahan komunis. Gerakan 30 S PKI dipimpin oleh
ketua saat itu, yaitu Dipa Nusantara Aidit atau sering dikenal dengan nama DN. Aidit. DN.
Aidit gencar memberikan hasutan kepada seluruh masyarakat supaya mendukung PKI
dengan iming-iming Indonesia akan lebih maju dan sentosa. DN. Aidit menurut pakar sejarah
pada masa rezim Presiden Soeharto merupakan dalang utama gerakan 30 S PKI.

Gerakan 30 S PKI bergerak atas satu komando yang dipimpin oleh Komandan Batalyon I
Cakrabirawa, Letnan Kolonel Untung Syamsuri. Gerakan ini dimulai dari Jakarta dan
Yogyakarta, gerakan ini mengincar Dewan Jendral dan Perwira Tinggi. Awal mula gerakan
ini hanya bermaksud menculik dan membawa para Jendral dan perwira tinggi ke Lubang
Buaya. Namun, ada beberapa prajurit Cakrabirawa yang memutuskan untuk membunuh
Dewan Jendral dan perwira tinggi. Jendral yang dibantai oleh PKI diantaranya Jendral Ahmad
Yani dan Karel Satsuit Tubun. Sisa Jendral dan perwira tinggi meninggal dunia secara
perlahan karena luka penyiksaan di Lubang Buaya.

Para Pahlawan Dewan Jendral dan Perwira Tinggi yang meninggal dunia atas kekejaman
Gerakan 30 S PKI dan ditemukan di sumur Lubang Buaya adalah :

1. Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani (Meninggal Dunia di rumahnya, Jakarta Pusat.
Rumahnya sekarang menjadi Museum Sasmita Loka Ahmad Yani)

2. Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono

3. Mayor Jendral Raden Soeprapto

4. Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan

5. Mayor Jendral Siswondo Parman

6. Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun (Meninggal dunia di rumahnya)

7. Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo


8. Kolonel Katamso Darmokusumo (Korban G30S/PKI di Yogyakarta)

9. Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto (Korban G30S/PKI di Yogyakarta)

10. Ade Irma Suryani Nasution (Putri Abdul Haris Nasution, meninggal di kejadian ini)

11. Kapten Lettu Pierre Andreas Tendean (Meninggal di kediaman Jendral Abdul Haris
Nasution)

Atas kejadian yang membuat luka Bangsa Indonesia, rakyat menuntut kepada Presiden
Soekarno supaya membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan rasa terpaksa
akhirnya Partai PKI yang menjadi kekuatan bagi Presiden Soekarno dalam aksi “Ganyang
Malaysia” di bubarkan. Selanjutnya Presiden Soekarno memberikan mandat pembersihan
semua struktur pemerintahan nya kepada Mayor Jendral Soeharto yang terkenal dengan
Surat Perintah 11 Maret 1966.

Para peserta upacara yang saya hormati

"Di sini kita mengenang gugurnya pahlawan revolusi yakni dengan pengkhianatan 1
Oktober 1965 dini hari. Ini harus dihayati bahwa pemberontakan ideologi komunis terhadap
Pancasila. Pengkhianatan yang sangat biadab terhadap pahlawan kita,"

Ini penting, bukan hanya kita tapi bagi bangsa Indonesia, komunis adalah bahaya laten,
musuh bersama yang harus kita hancurkan.

Sebagai bangsa yang memiliki sejarah kental dengan ideologi komunisme, sudah
selayaknya Indonesia memerangi paham tersebut dengan menjunjung tinggi ideologi
pancasila.

"Sehingga bangsa yang paham sejarah, kita harus selalu waspada terhadap komunisme.
Oleh karena itu dengan mengenang, yang dilandasi oleh jiwa dan tekad kepahlawanan
yang ditunjukkan pahlawan revolusi. Maka kita wajib melestarikan agar menjaga keutuhan
NKRI.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai