Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PENGERTIAN DAN MISI AJARAN ISLAM”

Disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Studi Islam

Dosen Pengampu : Melani Albar, M.Pd.I

Oleh :

Febri Darussalam (201664260056)

Ririn Nurhidayati (201664260031)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG

OKTOBER 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya lah makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang menjadi tauladan bagi kita semua.

Makalah ini penulis buat sebagai tugas makalah pada mata kuliah Pengantar
Studi Islam yang dibimbing oleh dosen kami Bapak Melani Albar, M.Pd.I.
Dalam pembahasan ini penulis fokus menelaah pada “Pengertian dan Misi
Ajaran Islam”, semoga dapat bermanfaat untuk kita.

Dalam pembahasan ini penulis tidak secara langsung meneliti materi ini,
tetapi mendapat pengetahuan dari artikel-artikel, dan internet. Maka dari itu, apa
yang penulis sajikan ini semoga dapat diterima atau dipahami oleh pembaca.
Karena penulis merasa isi dari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang.

Penyusun

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian atau definisi Agama Islam .................................................5
B. Pengertian Visi dan Misi secara Umum .............................................. 6
C. Penjabaran atau Pembahasan Visi dan Misi Ajaran Islam ................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 21
B. Hasil Diskusi ........................................................................................
Daftar Pustaka……………………………………………………………...22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dan universal, ia berlaku sepanjang waktu,
kapanpun dan di manapun (al-Islâm shâlih li kul zamân wa al-makân), Islam
berlaku untuk semua orang dan untuk seluruh dunia. Dalam agama islam terdapat
ajaran-ajaran yang dapat mengantarkan manusia menuju kehidupan yang lebih
baik. Karena islam diturunkan bukan hanya sebagai pelengkap hidup manusia saja
tetapi juga mengemban beberapa misi untuk mengantarkan manusia menuju
kebahagiaan di dunia dan ahirat. Berikut dalam ini akan dijelaskan tentang
pengrtian agama islam dan misi ajaran islam.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian atau definisi Agama Islam itu?
b. Bagaimna Visi dan Misi secara Umum ?
c. Bagaimana Penjabaran atau Pembahasan Visi dan Misi Ajaran Islam?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama Islam


Harun Nasution mendefinisikan agama sebagai ajaran-ajaran yang
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui para Rosulnya. 1 Mohammad Daud
Ali mendefinisikan agama sebagai kepercayaan kepada tuhan yang dinyatakan
dengan mengadakan hubungan dengan dia melaui upacara, penyembahan,
permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasar ajaran
agama itu.2
Sedangkan M.Quraisyihab menyadari akan kerumitan dalam hal ini. Ia
mengatakan bahwa agama adalah satu kata yang sangat mudah diucapkan dan
mudah juga untuk menjelaskan maksudnya, tetapi sangat sulit memberikan
batasan atau definisi yang tepat yang bisa diterima semua pihak.3
Islam adalah kata turunan(jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan,
kepatuhan (kepada kehendak Allah), berasal dari kata salama yang artinya patuh
atau menerima, berakar dari huruf sin, lam, mim, (S-L-M). Kata dasarnya adalah
salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercatat. Jadi secara singkat
Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan
dan kepatuhan. Islam juga sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan
kepada manusia mengenai semua aspek kehidupannya.4
Sedangkan agama islam menurut istilah adalah agama yang diturunkan Allah
kepada para Rosul- rosulnya dan disempurnakan pada Rosul Muhammad SAW.
yang berisi undang-undang dan metode kehidupan yang mengatur dan
mengrahkan begaimana manusia berhubungan dengan allah, menusia dengan
manusia, dengan manusia, dan manusia dan alam semesta, agar kehidupan

1
. Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, ( Jakarta: UI press, 1979), cet.
III, Hal.10
2
. Moh. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Raja Grafindo persada, 1998, Hal.40-45
3
. M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (bandung: mizan, 1997), Hal.209
4
Prof. Dr. Amin Syukur, M.A, Pengantar Studi Islam, (Semarang: PT. Lembkota, 2006), Hal.32

5
manusia terbina dan dapat meraih kesuksesan atau kebahagiaan hidup di dunia
dan ahirat.5

B. Pengertian Visi dan Misi Secara Umum6

1. Pengertian Visi

Pengertian Visi adalah serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-


cita atau nilai inti sebuah organisasi, perusahaan atau instansi. Visi merupakan
tujuan masa depan sebuah instansi, organisasi, atau perusahaan. Visi juga
adalah pikiran-pikiran yang ada di dalam benak para pendiri. Pikiran-pikiran
tersebut adalah gambaran tentang masa depan yang ingin dicapai.

Selain itu, visi juga adalah Pandangan mengenai arah sebuah


manajemen. Mau dibawa ke arah mana manajemen tersebut? Agar bisa
membangun kesuksesan, maka perlu ada arah jelas mengenai laju perusahaan
atau instansi.

Jika dirangkum, definisi atau pengertian visi adalah sebagai berikut:

a. Visi adalah suatu tulisan yang menyatakan Cita-cita suatu perusahaan,


instansi, atau organisasi di masa depan.
b. Visi adalah suatu tulisan singkat, fokus, dan jelas, yang merupakan arah
sebuah perusahaan, instansi, atau organisasi.
c. Visi adalah sebuah gagasan tertulis mengenai tujuan utama pendirian
sebuah perusahaan, instansi, atau organisasi.

2. Pengertian Misi
Jika visi adalah gagasan mengenai tujuan utama, maka Misi
Adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mencapai visi tersebut.
Selain itu, misi juga merupakan deskripsi atau tujuan mengapa perusahaan,

5
. Ajat Sudrajat, dkk, Din Al- islam, Pendidikan Agama Islam Diperguruan Tinggi Umum,
(Yogyakarta: UNY press, 2008), Hal.34
6
https://salamadian.com/pengertian-contoh-perbedaan-visi-dan-misi/

6
organisasi atau instansi tersebut berada di tengah-tengah masyarakat dan dapat
diterima serta dijalankan oleh masyarakat.

Misi juga bisa dikatakan sebagai Penjabaran sebuah visi. Jika visi hanya
dituliskan dalam satu kalimat saja, maka misi akan dijabarkan dengan beberapa
kalimat yang mudah untuk dipahami pembaca atau siapa saja yang melihatnya.

Jika diambil kesimpulan, maka pengertian atau definisi Misi adalah:

a. Misi adalah penjabaran-penjabaran dari sebuah visi perusahaan, instansi,


atau organisasi.
b. Misi adalah langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus dilalui
sebuah perusahaan, instansi, atau organisasi untuk mencapai visi utama.
c. Misi adalah langkah-langkah yang bisa diambil untuk merangsang adanya
pencapaian visi utama.
C. Penjabaran atau Pemecahan Visi dan Misi
(1) Islam Rahmatan Lil ‘alamin7
(2) َ‫س ْلنَاك اِال َرح َمةً لل َعا لَميْن‬
َ ْْ ‫َوما اَ ِر‬
“Kami tidak mengutus engkau, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat
bagi semesta alam.”(QS. Al-Anbiya:107)
Rasulullah SAW. diturunkan, bukan hanya untuk rahmat bagi semesta kaum
muslim atau mukmin saja. Islam diturunkan untuk membawa rahmat bagi
semesta alam,apapun suku, agama, golongan dan warna kulitnya. Dengan
tujuan tersebut, mafhum muwafaqohnya, hendaknya islam tampil dengan wajah
yang ramah, menarik, dan menyelamatkan. Sekiranya wajah islam itu garang,
menakutkan dan memusuhi, tentu tidak akan banyak warga mau memeluknya
sebagai agama baru.
Dalam menerapkan atau mewujudkan Islam Rahmatan lil ‘aalamiin
hendaknya memenuhi sejumlah karakter. Sebagaimana diwujudkan dalam
pelaksanaan misi ajaran islam. Yaitu: Islam mengharamkan pembunhan orang
tanpa adanya sebab. Seperti pada firman Allah SWT. :

1) Menegakkan Keadilan8
7
M. Romahurmuzy, 2017. Penerbit: MADANI “ISLAM Rahmatan Lil ‘alamin”. Jakarta. Hal. 2

7
Islam menjadikan hubungan antar bangsa dalam pola yang saling
melengkapi, saling memahami dan saling mengenal, bukan saling berseteru
dan berperang. Dalam firman Allah SWT :

‫خ ل َ ق ْ ن َا ك ُ مْ ِم ْن ذ َ ك ٍَر َو أ ُن ْ ث َ ٰى َو َج ع َ ل ْ ن َا ك ُ مْ ش ُ ع ُ و ب ًا َو ق َ ب َ ا ئ ِ َل ل ِ ت َع َ ا َر ف ُ وا ۚ إ ِ َّن‬ َ ‫اس إ ِ ن َّ ا‬ ُ َّ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ال ن‬


‫ع ن ْ د َ َّللاَّ ِ أ َت ْ ق َ ا ك ُ مْ ۚ إ ِ َّن َّللاَّ َ عَ ل ِ ي مٌ َخ ب ِ ي ٌر‬
ِ ْ‫أ َكْ َر َم ك ُ م‬

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-


laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Tuntutan mengenai keadilan, di mana-mana terdengar di dunia ini. Para


penegak hukum di minta supaya menjalankan tugasnya sebagaimana yang
telah ditetapkan oleh negaranya. Para buruh pun meminta kepada majikannya
supaya diperlakukan adil. Bahkan anak-anak pun dalam suatu keluarga
meminta kepada orang tuanya supaya diperlakukan adil. Agar masalah ini tidak
terus-menerus bergejolak dalam masyarakat, maka agama Islam memberikan
arah dan tuntunan kepada semua pihak, terutama kepada para penegak hukum.
Allah berfirman: “Sesunggubnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan bukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil
Sesunggubnya Allab memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesunggubnya Allah Maha Mendenga lagi Maha Melihat.”(An-Nisa: 58)

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar


penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapak dan kaum kerabat. Jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih
tabu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-

8
Hasan,M. Ali. 2000. “Studi Islam Al-Qur’an dan As-Sunnah”. PT.Rajagrafindo Persada:
Srigunting. Jakarta. Hal.41

8
kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (An-Nisa: 135)

Dalam pandangan Islam semua manusia sama di hadapan hukum, dan


tidak melihat kepada status sosial anggota masyarakat. Orang kaya dan orang
miskin, orang lemah dan orang kuat sama saja dalam pandangan hukum.
Demikian juga Islam tidak mengenal suku bangsa dan warna kulit dan yang
dilihat adalah takwanya kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:

“seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan


bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesunggubuya orang paling mulia
di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesunggubmya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat:
15).

Dalam hadist Nabi juga ditegaskan: "Semua kamu dari Adam, dan Adam
dari tanah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab dan Non-Arab, kecuali dengan
takwa" (Al-Hadits)

Demikian ayat dan Hadits yang membicarakan tentang keadilan, tentu


masih ada lagi ayat-ayat lain, yang pada prinsipnya semua menekankan agar
keadilan itu berlaku dalam semua bidang kehidupan manusia dalam arti yang
luas, seperti mu'amalah (transaksi).

(2). Islam Menjamin Kebebasan dalam Memeluk Suatu Keyaqinan.9


Tidak ada paksaan atas sesorang untuk memeluk sebuah kepercayaan atau
madzhab. Allah ta’ala berfirma :

ِ ‫َال إ ِ كْ َر ا ه َ ف ِ ي الد ِ ي ِن ۖ ق َ د ْ ت َ ب َ ي َّ َن ال ُّر شْ د ُ ِم َن ال ْ غ َي ِ ۚ ف َ َم ْن ي َ كْ ف ُ ْر ب ِ ال ط َّ ا غ ُ و‬


ِ‫ت َو ي ُ ْؤ ِم ْن ب ِ اَّللَّ ِ ف َ ق َ د‬
ٌ ‫ك ب ِ ال ْ ع ُ ْر َو ة ِ ال ْ ُو ث ْ ق َ ٰى َال ا ن ْ ف ِ صَ امَ ل َ هَ ا ۗ َو َّللاَّ ُ س َ ِم ي عٌ ع َ لِ ي م‬
َ َ ‫ا سْ ت َ ْم س‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah


jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah

9
M. Romahurmuzy, 2017. “ISLAM Rahmatan Lil ‘alamin”. Penerbit: MADANI :Jakarta. Hal. 4

9
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Jadi, menegakkan Islam dengan cara kekerasan, apalagi sampai


menimbulkan kerusakan adalah tindakan yang tidak dibenarkan. Ketegasan
dalam beragama tidak sama dengan kekerasan. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Ibnu Majah dan Daruquthni, Nabi Muhammad SAW bersabda :

َ‫ض َر َر َوال‬
َ َ‫ ال‬: ‫سلم قَا َل‬ َ ‫صلى هللاُ َعليْه َو‬ َ ‫س ْو ُل هللا‬ َ َْ‫سعيْد ا َ ْل ُجدْري َر‬
ُ ‫ي هللاُ َع ْنهُ َعنهُ أَن َر‬ َ ‫َع ْن أبي‬
)‫طني َو َمَْ الك‬ْ ُ‫(ر َوا هُ ه ْبنُ َما َجه َوالدَ ُر ق‬
َ ‫ار‬
َ ‫ضر‬
َ

ًْ dari sahabat Abu Said al-khudry.r.a., bahwasanya Rasulullah SAW.


bersabda: “tidak boleh melakukan hal yang berbahaya(kepada diri sendiri) dan
tidak boleh menimbulkan bahaya kepada orang lain.” (HR. Ibnu Majah,
Daruqthni da malik). Oleh karena itu, hendaknya dalam dalam berdakwah kita
mengutamakan amar ma’ruf bi ma’ruf (mengajak kebaikan dengan cara
kebaikan) bukan amar ma’ruf bi munkar (mengajak kebaikan dengan cara yang
munkar).

(3) Islam menegaskan bahwa dakwah harus dilakukan dengan penuh hikmah
dan nasehat yang baik, jauh dari pernyataan kasar, tekanan dan kekerasan.10
Seperti firman Allah :

Surat An-Nahl Ayat 125

َ ِ‫ح س َ ن َ ةِ ۖ َو َج ا ِد ل ْ هُ مْ ب ِ ال َّ ت ِ ي ه‬
‫ي أ َ ْح س َ ُن ۚ إ ِ َّن‬ َ ْ ‫ال‬ ِ‫ك ب ِ ال ْ ِح كْ َم ةِ َو ال ْ َم ْو ِع ظ َ ة‬
َ ِ ‫َر ب‬ ‫س َ ب ِ ي ِل‬ ‫ا د ْ ع ُ إ ِ ل َ ٰى‬
‫أ َ عْ ل َ م ُ ب ِ ال ْ مُ هْ ت َ دِ ي َن‬ ‫ب ِ َم ْن ضَ َّل ع َ ْن س َ ب ِ ي ل ِ هِ ۖ َو ه ُ َو‬ ُ ‫أ َ عْ ل َ م‬ ‫ك ه ُ َو‬
َ َّ ‫َر ب‬

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

10
M. Romahurmuzy, 2017. “ISLAM Rahmatan Lil ‘alamin”. Penerbit: MADANI :Jakarta. Hal. 5

10
Bahkan Allah SWT juga menggambarkan bagaimana akhlak Nabi
Muhammad SAW. :

َ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمن‬


ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬
‫ب ال ْنفَضُّوا ِم ْن‬ ًّ َ‫َّللاِ ِل ْنتَ لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْنتَ ف‬
َ ‫ظا َغ ِلي‬ َّ
‫ْف َع ْن ُه ْم َوا ْست َ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِي األ ْم ِر فَإِذَا‬
ُ ‫َح ْولِكَ فَاع‬
َّ ‫َعزَ ْمتَ فَت ََو َّك ْل َعلَى‬
َّ ‫َّللاِ ِإ َّن‬
ُّ‫َّللاَ ي ُِحب‬
َ‫ْال ُمت ََو ِكلِين‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.”
Selain dari nash-nash al-qur’an, Nabi SAW telah banyak mencontohkan
kepada kita bagaimana seharusnya umat Islam bersikap sebagai muslim yang
ber-akhlaqul karimah dan menjauhkan diri dari segala bentuk kekerasan.
Dalam sebuah kisah diceritakan ada seorang Yahudi yang disewa oleh orang
kafir untuk menyakiti Nabi SAW. dimana setiap harinya seorang yahudi
tersebut meludahi Rasulullah, sampai suatu hari Beliau tidak menemukan
seorang Yahudi yang yang biasanya meludahi beliau. Beliau SAW pun
mencari tahu kemanakah ia gerangan. Setelah mendengar bahwa orang Yahudi
tersebut sakit, segeralah Nabi SAW pergi ke pasar untuk membelikan oleh-oleh
menjenguk orang Yahudi tersebut. Kagetlah si Yahudi tersebut ketika yang
menjenguk pertama ialah Nabi SAW, padahal seorang yang selama ini selalu ia
ludahi. Sebaliknya, orang kafir yang menyuruhnya untuk menyakiti Nabi SAW
malah datang menjengukpun tidak, pdhal ia sudah berkirim kabar bahwa ia
sedang sakit.

11
(4). Mementingkan Kemaslahatan Umum

Hendaknya dipahami, bahwa apa pun perintah yang dicantumkan dalam


al-Quran atau hadits adalah untuk kemaslahatan umat demikian juga halnya
dengan larangan-larangan dalam agama, harus dipandang dari segi ini.
Diperintah atau dilarang semua bertujuan untuk kebaikan, untuk menata
masyarakat supaya aman, tenteram dan damai. Sebagian orang memahami
bahwa perintah agama itu merupakan beban dan larangan serta menupakan
kekangan yang membelenggu.

Apabila kita telah dapat memahami, bahwa Allah tidak mempunyai


kepentingan sama sekali dari perbuatan hamba-Nya, tetapi untuk kepentingan
hamba-Nya semata-mata, maka manusia ini akan menerima segala ketentuan
dari Allah itu dengan penuh kesadaran dan penuh arti, sehingga pengamalan
ajaran Islam itu dapat dilaksanakan, walaupun berlebih kurang sebagaimana
kita lihat dalam kenyataan. Berkenaan dengan kemaslahatan umum ini, yaitu
suatu kemaslahatan yang dianggap paling pokok adalah:

1. Memelihara Agama

2. Memelihara Jiwa.

3. Memelihara harta

4. Memelihara akal.

5. Memelihara keturunan/kehormatan

Pada umumnya, kelima pokok yang disebutkan di atas sangat diperhatikan


oleh masyarakat dunia, walaupun titik beratnya tidak merata dan sama. Namun
kelima bidang itu tetap mendapat porsi sorotan.

1. Memelihara Agama

Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa manusia memerlukan agama,


apakah manusia itu masih berada dalam alam primitif atau sudah berada pada
zaman kemajuan/modern seperti sekarang ini. Agama bukanlah suatu beban,

12
tetapi merupakan kebutuhan hidup manusia, sama halnya seperti makanan dan
minuman. Bagi umat Islam, tentu tidak ada pilihan lain kecuali agama Islam,
yaitu agama yang terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad dimana pada
hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu telab ku cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telab Kuridlai Islam itu jadi agama bagimu... (Al-
Maidah. 3).

Apabila orang berpikir logis dan memandang, bahwa agama yang


diturunkan oleh Allah kepada hamba-Nya ini merupakan suatu rentelan wahyu-
Nya mulai dari Rasul pertama sampai terakhir, maka orang itu, pasti memilih
yang terakhir yang dianggap paling sempurma dari agama yang diturunkan
sebelumnya. Disamping itu, karena agama Islam diturunkan untuk sejagat raya,
bukan untuk kelompok atau bangsa tertentu.

Di dalam al-Quran pun isinya tidak pemah menafikkan, bahwa wahyu


Allah tidak pernah diturunkan kepada para Rasul sebelum Nabi Muhammad.
Bagi umat Islam, di samping pilihan hati nuraninya memilih agama Islam, juga
ada suatu penegasan dari Allah, bahwa agama yang diridlai-Nya adalah Islam,
bukan agama yang lain dari Islam. Bagi manusia yang percaya, bahwa Allah
itu ada dan firman-Nya juga ada disampaikan kepada Rasul-Nya, tentu tidak
akan ada pilihan lain kecuali berpegang kepada wahyu-Nya itu, yaitu yang
tersebut dalam surat Al-Maidah: 3

Apabila ajaran Islam ini telah menjadi keyakinan para pemeluknya, maka
perlu dijaga dari berbagai kemungkinan ancaman orang-orang yang ingin
merusak akidah, ibadah dan akhlak umat. Ancaman lain tanpa disadari, orang
bisa saja berbuat mencampur-adukkan kebenaran dengan kebatilan, seperti
upacara agama yang dicampur-adukkan dengan adat istiadat yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Agama Islam juga tidak boleh memaksa penganut agama
lain untuk meninggalkan agamanya dan kemudian masuk agama Islam. Allah
berfirman:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu barang siapa yang ingkar

13
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 256).

Perlu juga dipahami, bahwa ancaman dari luar terhadap agama Islam,
dapat berupa: pendirian gereja ditempat pemukiman umat Islam, padahal
dilihat dari segi jumlah jamaahnya belum pantas mendirikan gereja tersebut.
Contoh lain, seperti mendirikan bioskop dekat dengan masjid. Secara umum
dapat dikatakan, bahwa apa pun bentuk kegiatan atau sikap dari pihak luar
Islam yang dapat mengganggu ketenteraman beragama, perlu dicegah dan
diadakan tindakan preventif. Cara pencegahannya, dapat berbentuk peraturan-
peraturan atau hukum, sehingga tidak begitu mudah orang mengadakan
pelanggaran. Kemudian apabila terjadi pelanggaran, maka akan diselesaikan
dengan ketentuan hukum yang bedlaku, tidak dengan kekerasan.

2. Memelihara Jiwa

Jiwa (An-nafs) dalam bahasa Indonesia, barang kali dana diterjemahkan


dengan nyawa. Orang dianggap meninggal kalau nyawanya tidak ada lagi.
Dapat juga dipahami dengan jiwa (psikis) dalam ilmu jiwa untuk memelihara
jiwa (nyawa) manusia, perlu disiapkan makanan, minuman dan sebagainya
yang diperlukan manusia itu. Dalam pengertian yang luas, bahwa semua
keperluan manusia yang menyebabkan dia hidup, supaya dipersiapkan. Begitu
juga hal-hal yang mungkin mempertahankan ia hidup, disediakan obat-obatan
dan rumah sakit.

Singkatnya semua bentuk ikhtiar yang dapat menyelamatkan jiwa manusia


diupayakan untuk mengadakannya, yang sudah barang tentu tidak mendahului
atau menentang ketentuan dari Allah, mengenai umur manusia itu. Untuk
menjaga keselamatan jiwa manusia, di dalam agama Islam disyari'atkan
qishash, yaitu hukum bunuh bagi orang yang membunuh berencana.

Pada ayat lain disebutkan: “dan janganlah kamu membunuh anak-anak


kamu karena takut kemiskinan Kami akan memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka, dan fanganlah kamu mendekati perbuatan perbuatan yang keji,

14
baik yang tampak di antaranya mau pun yang tersembuny!, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allab (membunuhnya melainkan
dengan sesualu (sebab) yang benar. Demikian itu telah diperingatkan oleb
Allab kepadamu supaya memabami (nya).(Al-An'aam:151)

Dalam surat Al-Isra': 31 Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu membunub anak-anak kamu takut kemiskinan. Kamilah


memberi rezeki kepada mereka dan juga padamu. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah suau dosa yang besar. (Al-Isra': 31)

Firman Allah: “... serahkanlah kepada anak yatim (apabila sudah dewasa)
semua barta mercka dan jangan kamu tukarkan yang baik dengan yang buruk
dan jangan kamu makan harta mereka bersama-sama dengan hartamu. Sungguh
yang demikian itu merupakan dosa yang besar. (An-Nisa: 2).

Kita lihat dalam ayat tersebut dijelaskan agak rinci, agar terhindar dari
kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan ada pihak-pihak yang dirugikan,
yaitu anak yatim yang seharusnya tanpa penegasan dari Allah, manusia harus
dapat memahami kedudukan anak yatim tersebut Mengenai sanksi bagi pencuri
ditegaskan dalam firmanNya:

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan


keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allab Dan Allab Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Maidah:
38)

4. Memelihara Akal

“Sebagaimana diketahui, bahwa yang membedakan manusia dengan


makhluk lainnya, adalah akalnya. Akal merupakan karunia dari Allah SWT.
dan dari karunia ini, manusia disuruh memikirkan tentang kejadian alam
semesta ini. Ada dua hal yang dapat kita petik dari perintah Allah tersebut
Pertama, manusia akan menemukan siapa pencipta sebenarnya dari semua yang
maujud ini dan hal ini menyangkut dengan ketauhidan (akidah). Setelah
manusia memikirkan dengan cermat tentang kejadian alam ini, pada suatu

15
ketika ia pasti menemukan yang dicarinya, yaitu Allah Maha Pencipta segala-
segalanya. Kedua, dari hasil temuan manusia itu, juga clapat mengambil
manfaat, terutama untuk kepentingan hidup di dunia ini. Allah memang sudah
menyiapkan bahan-bahannya, dan manusia diminta untuk memikirkannya dan
kemudian mengolahnya, dan inilah tugas manusia sebagai khalifah di bumi.

Dalam al-Quran cukup banyak ayat yang mengisyaratkan, supaya manusia


berpikir, sebagaimana firman Allah berikut:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam


dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu, Dia
bidupkan bumi sesudab mati (kering) nya dan Dia sebarkan di buni itu segala
jenis bewan di pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumt, sungguh (terdapat) tanda-tanda keEsaan dan kebesaran Allah bagi kaum
yang memikirkan (Al-Baqarah: 164)

Demikian juga ayat-ayat yang terdapat pada berhagai surat yang pada
intinya menyuruh manusia itu berpikir, kemudian mengolah hasil pikirannya
itu untuk dimanfaatkan terutama bagi kepentingan mnanusia Karena begitu
pernting peranan akal dalam kehidupan manusia di dunia ini, Allah
mensyariatkan, supaya akal itu dipelihara dan di jaga dengan haik, jangan
sampai rusak sehingga tidak dapat berpikir dengan haik. Salah satu caranya
adalah dengan melarang meminum minuman keras, Allah berfirman :

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada


keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaamya (Al-Baqarah: 219)

Firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, sesunggubnya (meminuam


khamar, berjudi,(berkorban untuk) berbala, mengadu nasib dengan panah,
adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka taubatilah perbuatan-
perbuatan itu, agar kamu mendapat keuntungan. Sesungguhnya setan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum khamar dan berjudi itu. Dan menghalangi kamu dari

16
mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu). (Al-Maidah:90-91)

Mengenai minuman yang memabukkan ini Nabi Muhammad SAW


bersabda "Tiap-tiap yang memabukkan itu adalah khamar dan tiap-tiap khamr
adalah haram" (HR. Bukhari, Muslim, Abd Daud) Allah telah mengutuk
khamar, peminumnya, penyajinya, tempat pembuatannya, pembawanya dan si
penerimanya". (HR. Abd Daud)

5. Memelihara Keturunan/Kehormatan

Keturunan itu dipelihara menurut ketentuan agama agar jelas siapa orang
tua (ibu-bapak) dan siapa pula anak-anaknya. Hal ini dapat diketahui dengan
jelas, apabila ada ketentuan hukum yang mengatur tentang keluarga atau rumah
tangga, yaitu melalui perkawinan yang disahkan oleh agama Islam. Pengesahan
suatu perkawinan harus berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul-Nya, tidak
berdasarkan Islam adat istiadat yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Untuk menjaga kemurnian keturunan dalam Islam, diharamkan zina dan


untuk menjaga agar keturunan menjadi orang-orang yang baik, dicari calon
pasangan yang tua beragama, walaupun masalah kecantikan, kekayaan dan asal
keturunan juga dipentingkan, karena ke arah itulah kecenderungan hati
manusia. Ayat-ayat yang berkenaan dengan ini, adalah firman Allah: “Dan
janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu keji dan seburuk-buruk
jalan. (Al-Isra': 32).

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap
seseorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya, mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu
beriman kepada Allah dan hari Akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang


berzina atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak
dikawini melainkan oleh laki- laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan

17
yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mu'min. Dan orang yang
menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berzina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu)
delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat
selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik, kecuali orang-
orang yang bertobat sesudab itu dan memperbaiki (dirinya), maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.” (An-Nuur:2-5).

Untuk menjaga kehormatan atau nama baik keluarga, Islam memberikan


sanksi hukum bagi orang yang menuduh atau mencemarkan nama baik suatu
keluarga, sebagaimana ditegaskan pada di atas Demikianlah kelima pokok
kemaslahatan yang telah disebutkan di atas, dianggap paling penting (dlaruriyat
karena hal itu benar-benar menjadi sendi kehidupan manusia yang mesti ada
untuk kemaslahatan mereka. Apabila sendi-sendi itu ticdak ada, maka akan
terganggu keharmonisan hidup manusia itu dan akan terjadi kerusakan,
kegoncangan dalam dirinya atau dalam rumah tangganya di samping
kemaslahatan atau kebutuhan yang sifatnya dlaruriyat schagaimana telah
dikemukakan di atas, ada dua hal lagi yang dipandang ada maslahatnya bagi
manusia, yaitu: Hajiyat dan Tahsiniyat. Adapun yang dimaksud dengan Hajiyat
ialah sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk menghilangkan kesulitan
dan meringankan beban, serta untuk memudahkan manusia itu dalam
bermua'malat. Apabila hal itu tidak terpenuhi, tidak berarti dapat merusak
keharmonisan hidup manusia, scbagaimana halnya dengan yang dlaruriyat,
tetapi manusia akan mengalami kesulitan atau kesukaran dalam hidupnya.
Untuk itu Islam juga memberikan kelonggaran/dispensasi dalam berbagai
amaliyah (Ibadah) dan bidang-bidang lainnya.

Dalam bidang ibadah umpamanya, seseorang dibenarkan tidak berpuasa


(rukbshab) karena sakit atau dalam jalanan. Orang boleh mengqashar dan
menjama' shalat, kalau dalam perjalanan (musafir). Masih banyak lagi
rukhshah lainnya dalam másalah ibadah.

Dalam masalah mu'amalat, dibolehkan jual beli salam jual beli yang
dilakukan oleh anak kecil (walaupun yang dibolehkan yang nilainya tidak

18
besar), jual beli tanpa ijab kabul sebagaimana yang berlaku dalam masyarakat
pada saat ini Sebagai dasar pegangan dalam hal ini adalah firman Allah: “Allab
tidak berkebendak untuk menyulitkan kamu.” (Maidah:6)

“...Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran


bagimu.. (A-Baqarah: 185).

Adapun yang dimaksud dengan tahsiniyat ialah suatu yang dituntut oleh
norma atau tatanan hidup manusia, seperti berpakaian sopan, herperilaku baik
yang tingkat kebutuhannya, tidak seperti yang dlaruriyat atau hajiyat. Sebagai
contoh, seorang laki-laki shalat yang telah tertutup auratnya (pusat dan lutut),
walaupun dadanya terbuka. tentu shalatnya itu sah, Tetapi dipandang kurang
pantas menghadap Allah dalam keadaan demikian.

Seseorang yang memiliki harta yang banyak, dipandang kurang baik,


kalau orang itu kikir yang tidak mau bersedekah. Seseorang yang mengerjakan
shalat wajib lima waktu dan tekun, masih dipandang kurang baik apabila ia
tidak menambah shalat sunat lainnya.

Adapun hukum-hukum dlaruriyat (primer), semuanya harus dilaksanakan,


kecuali ada hukum dlaruriyat yang harus diutamakan atau didahulukan dari
hukum dlaruriyat lainnya. Umpamanya: Jiwa manusia terpaksa dikorbankan,
karena jihad untuk mempertahankan agama. Dalam hal ini memelihara agama,
lebih utama daripada memelihara jiwa. Contoh lain, dalam keadaan tidak ada
air, seseorang dibolehkan meminum khamar untuk menyelamatkan jiwa,
karena memelihara jiwa, lebih utama dari pada memelihara

(3) Memperbaiki Akhlak11


Sesungguhnya Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT dengan bekal
akhlak yang mulia dan menjadi teladan yang luhur. Tidak lain karena
Rasulullah diutus di Bumi untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.
Menata dan meningkatkan peradaban hidup manusia. Sabda Rasululah :
َ ‫ان َما بُعثْتُ الُ تَمم َمك‬
ْ ‫َارم ا‬
‫الجْ الَ ْق‬

11
M. Romahurmuzy, 2017. “ISLAM Rahmatan Lil ‘alamin”. Penerbit: MADANI :Jakarta. Hal.
207

19
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq(budi pekerti)
yang luhur.”
Salah satu upaya menjadi orang yang berakhlak mulia dalam menata
peradaban hidup manusia adalah dengan bersikap proporsional dalam
menempatkan segala sesuatu.
Apabila manusia mau menggali kembali warisan akhlak yang mulia
sebagaimana yang telah diwariskan dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
SAW. niscaya akan mendapati betapa indahnya Islam itu. Sungguh
menyedihkan, tatkala menyaksikan banyak dari kaum muslimin yan terjerat
kasus Narkoba, pelecehan seksual, perampokan, bahkan pembunuhan kerap
terdengar di berbagai media yang tentunya membuat hati miris.
Seyogyanya, pendidikan akhlak kepada generasi muda dimulai semenjak
mereka berada dalam masa kanak-kanak, baik dalam lingkungan keluarga
maupun dalam sebuah lembaga pendidikan. Meskipun, pada akhirnya
kesemuanya tadi kembali pada hidayah Allah ‘azza wa jalla. Namun
setidaknya, telah ada upaya dengan penuh kesanggupan dari diri kita yang terus
diiringi dengan doa kepada Allah Ta’ala.
Tentunya umat Islam tidak berjaya jikalau melepaskan ajaran Islam dalam
kehidupan mereka. Makanya, mereka harus kembali menghidupkan Islam
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. dan para sahabatnya.
Imam Malik pernah meriwayatkan, yang artinya “tidaklah berjaya akhir dari
ummat ini melainkan berpegang dengan apa yang dipegang generasi
pertama.”

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama islam menurut istilah adalah agama yang diturunkan allah kepada
para rasul- rasul-Nya dan disempurnakan pada Muhammad Rasulullah, yang
berisi undang-undang dan metode kehidupan yang mengatur dan mengrahkan
begaimana manusia berhubungan dengan Allah, menusia dengan manusia, dan
menusia dan alam semesta, agar kehidupan manusia terbina dan dapat meraih
kesuksesan atau kebahagiaan hidup di dunia dan ahirat. Visi dan Misi, adalah
dua kata yang saling berkaitan. Visi adalah tujuan utama yang harus dan akan
dicapai oleh suatu kelompok atau organisasi. Maka Misi adalah langkah-
langkah yang kita tempuh untuk melakukan atau berproses untuk mencapai
visi tersebut.
(4) Jadi, visi didalam ajaran Islam diantaranya Islam Rahmatan Lil ‘alamin.
َ‫س ْلنَاك اِال َرح َمةً للعَا لَميْن‬
َ ْْ ‫“ َوما ا َ ِر‬Kami tidak mengutus engkau, wahai Muhammad,
melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.”(QS. Al-Anbiya:107) dan visi
yang berikutnya ialah Memperbaiki Akhlak. Yaitu Sesungguhnya Rasulullah
SAW diutus oleh Allah SWT dengan bekak akhlak yang mulia dan menjadi
teladan yang luhur. Tidak lain karena Rasulullah diutus di Bumi untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia. Menata dan meningkatkan
peradaban hidup manusia. Sabda Rasululah :
َ ‫ان َما بُعثْتُ الُ تَمم َمك‬
ْ ‫َارم ا‬
‫الجْ الَ ْق‬
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq(budi pekerti)
yang luhur.”
Misi-misi islam termuat di dalam isi-isi dari visi-visi islam, serta ada
banyak sekali yang bisa dilakukan untuk mewujudkan visi-visi ajaran Islam,
seperti yang telah diajarkan oleh Tauladan kita Nabi Muhammad SAW.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4590033009607805970#editor/target
=post;postID=7836260611348550804;onPublishedMenu=editor;onClosedMenu=
editor;postNum=0;src=link

M. Romahurmuzy, 2017. “ISLAM Rahmatan Lil ‘alamin”. Penerbit: MADANI


:Jakarta.

Hasan,M. Ali. 2000. “Studi Islam Al-Qur’an dan As-Sunnah”. PT.Rajagrafindo


Persada: Srigunting. Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai