LATAR BELAKANG
B. PEMBAHASAN
1
sangat mengkhawatirkan. Bisa dilihat sekarang ini bahwa kerusakan terjadi dimana-
mana baik di perairan, daratan sampai dengan atmosfer bumi. Kerusakan yang terjadi
pada alam tentunya akan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan manusia.
2
sebagaimana peruntukkannya. Ada dua faktor yang bisa menyebabkan adanya
kerusakan ini, yakni faktor manusia dan faktor alam. Berikut penjelasannya :
1. Faktor manusia
Dalam hal ini, manusia memiliki peranan yang sangat besar atas terjadinya
kerusakan Lingkungan. Memang, banyak kemajuan dan perkembangan dari segi
teknologi yang diciptakan oleh manusia. Sayangnya perkembangan tersebut justru
memberikan dampak yang buruk terhadap alam.
2. Faktor alam
Kerusakan lingkungan karena faktor alam beberapa diantaranya adalah letusan
gunung berapi, tsunami, gempa bumi, tanah longsor dan lain sebagainya. Dimana
aktivitas alam tersebut mampu menimbulkan kerusakan seperti merobohkan
bangunan, membahayakan penerbangan, merusak areal perkebunan dan pertanian dan
lain sebagainya.
Untuk menanggulangi kerusakan lingkungan tersebut, ada banyak sekali upaya
pelestarian lingkungan hidup yang bisa dilakukan. Pada dasarnya, upaya ini harus
dilakukan dengan kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pemerintah.
Gambar lingkungan alam yang semakin rusak dari waktu ke waktu memang memaksa
manusia untuk menanggulanginya sesegera mungkin.
Terkait yang akan penulis bahas tentang permasalahan lingkungan yang akan
diangkat adalah pencemaran udara. Pencemaran udara dapat saja terjadi dari sumber
pencemar udara, seperti: pembakaran batu bara, bahan bakar minyak, dan pembakaran
3
lainnya yang mempunyai limbah berupa partikulat (aerosol, debu, abu terbang, kabut,
asap, dan jelaga), selain kegiatan pabrik yang berhubungan dengan pengampelasan,
pemulasan, dan pengolesan (grinding), penumbukan dan penghancuran benda keras
(crushing), pengolahan biji logam, dan proses pengeringan. Kegiatan pembongkaran
dan pembukaan lahan dan penumpukan sampah atau pembuangan limbah yang tidak
memenuhi syarat sebagaimana yang akan dibahas dalam hasil penelitian mengenai
TPA Rasau Jaya.
Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kota yang berkembang relatif
cukup pesat, ditandai dengan pertumbuhan penduduk setiap tahun dan pertumbuhan
jumlah permukiman serta intensitas kegiatan kotanya yang cukup tinggi sehingga
menghasilkan volume sampah yang besar pula, mengingat pola hidup yang konsumtif.
Peningkatan volume sampah hendaknya diiringi pula dengan sarana dan prasarana
yang dapat mengelola dan mengolah sampah yang dihasilkan. TPA Rasau Jaya
merupakan satu – satunya TPA di Kabupaten Kubu Raya dan hingga saat ini masih
menggunakan sistem open dumping. Menurut SK SNI 03-3241-1994 disebutkan
bahwa dengan adanya tata cara pemilihan lokasi TPA dapat meminimalisir dampak
lingkungan dari TPA tersebut. Berdasarkan kondisi eksisting TPA serta tingkat
pelayanan persampahan di Kabupaten Kubu Raya serta belum tersedianya lokasi TPA
yang baru, diperlukan upaya rehabilitasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan TPA
dan memperkecil masalah yang ditimbulkan.Ketersediaan lahan TPA yang semakin
menyempit, mempengaruhi masa pakai TPA apabila tidak terkendalinya penanganan
sampah di Kabupaten Kubu Raya.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kapasitas lahan TPA menampung
jumlah timbunan sampah Kabupaten Kubu Raya dari daerah terlayani (4 kecamatan
dari 9 kecamatan yakni Kec. Sungai Raya, Kec. Kakap, Kec. Sui Ambawang, dan
Kec. Rasau Jaya) dalam kurun waktu 9 tahun kedepan terhitung mulai dari tahun 2015
hingga 2023 dengan tingkat pelayanan eksisting 30 % tanpa ada penambahan tingkat
pelayanan hingga 2023, dan dapat menampung sampah 5 tahun ke depan dengan
4
asumsi tingkat pelayanan 50% sesuai dengan Memorandum Program Sanitasi
Kabupaten Kubu Raya. Berikut terpapar kondisi TPA Rasau Jaya (28/2/19).
Dapat dilihat bahwa kondisi dari TPA Rasau Jaya sudah tidak lagi dalam
kondisi yang memungkinkan untuk terus ditimbunnya sampah dari TPS yang akan
dikirimkan ke TPA Rasau Jaya. Kondisi TPA ini sangat yang memprihatinkan lahan
yang sempit ditambah dengan tidak adanya pengolahan sampah seringkali sampah
yang dibuang pada TPA ini menjadi over kapasitas yang menyebabkan sampah
menggunung, sehingga memang perlu diperlukan pembenahan lokasi TPA dengan
perluasan area, atau memindahkan TPA di lokasi alternatif lainnya untuk
menempatkan sampah dari empat kecamatan itu. Volume sampah dengan luas lahan
sudahlah tidak seimbang, sehingga sangat diperlukan lahan alternatif lainnya untuk
dijadikan TPA.
5
Akibat yang timbul dari penumpukan Over Kapasitas sampah di TPA Rasau
Jaya
Permasalahan sampah yang telah dihasilkan warga Kubu Raya harus menjadi
perhatian khusus Pemkab Kubu Raya. Hal ini ditunjukkan dari membludaknya
volume sampah yang semakin meningkat tajam di kawasan Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Kubu Raya yang berada di Jl. Rasau Jaya Umum kilometer 24.
TPA yang telah dipersiapkan dari tahun 1995 di Kubu Raya ini dengan lahan
seluas 2,4 Ha, meskipun lahan warga sekitar di sekitar area TPA telah dibeli Pemkab
Kubu Raya untuk pelebaran TPA ini, namun hingga sekarang belum bisa diperlebar
karena tanah di sekitar TPA tersebut berlahan gambut dan belum ada akses jembatan
untuk akses mobil pengangkut sampah masuk. Sementara itu laju arus volume sampah
yang dihasilkan oleh masyarakat sebesar 200 meter kubik per harinya..
Penumpukan sampah yang melebihi batas tersebut telah menimbulkan
berbagai macam efek negatif kepada masyarakat setempat. Salah satunya adalah
tercemarnya air parit yang mereka gunakan. Dapat dilihat pada saat kondisi hujan
yang menyebabkan sampah-sampah tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap serta
mengakibatkan sampah melumber hingga ke parit. Hal tersebut yang menyebabkan
air parit menjadi tercemar. Padahal, air parit tersebut digunakan masyarakat untuk
keperluan sehari-hari, seperti mandi, mencuci,dll.
6
Tak dapat dipungkiri, bahwa pencemaran air yang disebabkan oleh sampah
dari TPA Rasau Jaya akan menimbulkan bibit penyakit bagi masyarakat setempat.
Jika penimbunan masih saja dilakukan terus menerus akan mengakibatkan dampak
yang sangat besar dengan hitungan tahun untuk kedepannya. Dalam hal ini,
pemerintah Kabupaten Kuburaya semestinya memikirkan agar sampah-sampah yang
ada dapat dikelola untuk dimanfaatkan sebagai bahan lain seperti yang diketahui
bahwa PemKab Kuburaya memiliki mesin pencacah sampah namun saat ini masih
belum dapat dimanfaatkan dengan benar.
7
sebagai akibat dari ketersediaan lahan yang terbatas dan kondisi lingkungan yang
tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia tentang pemilihan lokasi TPA. Bahwa
seharusnya yang turut andil dalam menyelesakan permasalahan sampah ini adalah
ketegasan pemerintah setempat kepada masyarakat sebagaimana yang terdapat dalam
Pasal 5 dan 6 UU No. 18 Tahun 2008. Yang dimana pemerintah seharusnya dapat
memberikan penyelesaian dalam permasalahan tersebut. Sebagaimana tugas dan
wewenang pemerintah kab/kota adalah:
8
C. PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis lakukan, maka
penulis menyarankan sebagai berikut:
9
D. DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmtluntan/article/view/13999
10