Anda di halaman 1dari 10

A.

LATAR BELAKANG

Evaluasi terhadap pengelolaan sampah dibutuhkan sebagai masukan


mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki agar terlaksana pengelolaan sampah
yang berwawasan lingkungan. Hal ini menjadi semakin penting untuk
direalisasikan karena adanya UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Kegiatan pembuangan sampah akhir di suatu lahan TPA pada
umumnya mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Agar kualitas
lingkungan tetap terjaga dan dampak yang timbul dapat diminimalisir, maka
lahan TPA harus berada di lokasi yang tepat kemudian dirancang, dibangun,
serta dioperasikan sesuai fungsinya. Permasalahan muncul sebagai akibat
dari ketersediaan lahan yang terbatas dan kondisi lingkungan yang tidak
memenuhi Standar Nasional Indonesia tentang pemilihan lokasi TPA. Tujuan
dari penelitian ini adalah menganalisis lokasi TPA Rasau Jaya serta
mengevaluasi kelayakan lokasi TPA Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Tentang Lingkungan

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup menyebutkan pengertian lingkungan adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain (Pasal 1 ayat 1).
Secara Umum Lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi
perkembangan dan tingkah laku makhluk hidup. Segala sesuatu yang ada disekitar
manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung
maupun tidak langsung juga merupakan pengertian lingkungan.
Lingkungan alam sendiri terdiri dari beberapa unsur yakni unsur hayati
(Biotik), unsur sosial budaya dan unsur fisik (Abiotik). Seiring dengan berjalannya
waktu, kerusakan lingkungan hidup sudah menjadi gejala sosial dan fenomena yang

1
sangat mengkhawatirkan. Bisa dilihat sekarang ini bahwa kerusakan terjadi dimana-
mana baik di perairan, daratan sampai dengan atmosfer bumi. Kerusakan yang terjadi
pada alam tentunya akan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan manusia.

2. Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup merupakan bahaya yang


senantiasa mengancam kehidupan dari waktu ke waktu. Ekosistem dari suatu
lingkungan dapat terganggu kelestariannya karena pencemaran dan perusakan
lingkungan. Istilah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup seringkali
dicampuradukkan, padahal diantara keduanya memiliki realitas sendiri-sendiri,
sebagai berikut :
- Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
- Perusakan lingkungan adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup.
Perbedaan itu memang tidak terlalu prinsipil karena setiap orang yang
melakukan perusakan lingkungan, otomatis ia juga melakukan pencemaran begitu pun
sebaliknya. Perbedaannya hanya terletak pada intensitas perbuatan yang dilakukan
terhadap lingkungan dan kadar akibat yang diderita oleh lingkungan hidup akibat
perbuatan tersebut. Pencemaran lingkungan menimbulkan kerugian yang dapat terjadi
dalam bentuk kerugian ekonomi dan sosial (economic and social in jury), serta
gangguan sanitair (sanitary hazard).
Sampai saat ini, masalah yang banyak dihadapi diseluruh dunia adalah
pencemaran. Berdasarkan UU No 23 (1997), pencemaran lingkungan adalah
dimasukkannya atau masuknya energi, zat, makhluk hidup, dan lainnya ke dalam
suatu lingkungan oleh kegiatan manusia. Akibatnya adalah adanya penurunan kualitas
hingga pada tingkat tertentu yang membuat lingkungan hidup tidak dapat berfungsi

2
sebagaimana peruntukkannya. Ada dua faktor yang bisa menyebabkan adanya
kerusakan ini, yakni faktor manusia dan faktor alam. Berikut penjelasannya :

1. Faktor manusia
Dalam hal ini, manusia memiliki peranan yang sangat besar atas terjadinya
kerusakan Lingkungan. Memang, banyak kemajuan dan perkembangan dari segi
teknologi yang diciptakan oleh manusia. Sayangnya perkembangan tersebut justru
memberikan dampak yang buruk terhadap alam.

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh manusia


diantaranya adalah terjadinya banjir akibat buang sampah sembarangan, sistem
drainase yang buruk dan lain sebagainya. Terjadinya pencemaran baik pencemaran
air, udara, suara dan tanah akibat banyaknya industri juga membuat alam menjadi
rusak. Hutan yang gundul, kebakaran hutan, pemburuan liar, serta eksploitasi sumber
daya alam dengan berlebihan juga merupakan beberapa kerusakan yang disebabkan
karena faktor manusia. Saking banyaknya kerusakan karena faktor manusia, tidak
mengherankan jika banyak pula artikel lingkungan hidup yang mengulas tentang
fenomena ini.

2. Faktor alam
Kerusakan lingkungan karena faktor alam beberapa diantaranya adalah letusan
gunung berapi, tsunami, gempa bumi, tanah longsor dan lain sebagainya. Dimana
aktivitas alam tersebut mampu menimbulkan kerusakan seperti merobohkan
bangunan, membahayakan penerbangan, merusak areal perkebunan dan pertanian dan
lain sebagainya.
Untuk menanggulangi kerusakan lingkungan tersebut, ada banyak sekali upaya
pelestarian lingkungan hidup yang bisa dilakukan. Pada dasarnya, upaya ini harus
dilakukan dengan kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pemerintah.
Gambar lingkungan alam yang semakin rusak dari waktu ke waktu memang memaksa
manusia untuk menanggulanginya sesegera mungkin.

Terkait yang akan penulis bahas tentang permasalahan lingkungan yang akan
diangkat adalah pencemaran udara. Pencemaran udara dapat saja terjadi dari sumber
pencemar udara, seperti: pembakaran batu bara, bahan bakar minyak, dan pembakaran

3
lainnya yang mempunyai limbah berupa partikulat (aerosol, debu, abu terbang, kabut,
asap, dan jelaga), selain kegiatan pabrik yang berhubungan dengan pengampelasan,
pemulasan, dan pengolesan (grinding), penumbukan dan penghancuran benda keras
(crushing), pengolahan biji logam, dan proses pengeringan. Kegiatan pembongkaran
dan pembukaan lahan dan penumpukan sampah atau pembuangan limbah yang tidak
memenuhi syarat sebagaimana yang akan dibahas dalam hasil penelitian mengenai
TPA Rasau Jaya.

3. Permasalahan yang terkait dengan TPA Rasau Jaya

Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kota yang berkembang relatif
cukup pesat, ditandai dengan pertumbuhan penduduk setiap tahun dan pertumbuhan
jumlah permukiman serta intensitas kegiatan kotanya yang cukup tinggi sehingga
menghasilkan volume sampah yang besar pula, mengingat pola hidup yang konsumtif.
Peningkatan volume sampah hendaknya diiringi pula dengan sarana dan prasarana
yang dapat mengelola dan mengolah sampah yang dihasilkan. TPA Rasau Jaya
merupakan satu – satunya TPA di Kabupaten Kubu Raya dan hingga saat ini masih
menggunakan sistem open dumping. Menurut SK SNI 03-3241-1994 disebutkan
bahwa dengan adanya tata cara pemilihan lokasi TPA dapat meminimalisir dampak
lingkungan dari TPA tersebut. Berdasarkan kondisi eksisting TPA serta tingkat
pelayanan persampahan di Kabupaten Kubu Raya serta belum tersedianya lokasi TPA
yang baru, diperlukan upaya rehabilitasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan TPA
dan memperkecil masalah yang ditimbulkan.Ketersediaan lahan TPA yang semakin
menyempit, mempengaruhi masa pakai TPA apabila tidak terkendalinya penanganan
sampah di Kabupaten Kubu Raya.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kapasitas lahan TPA menampung
jumlah timbunan sampah Kabupaten Kubu Raya dari daerah terlayani (4 kecamatan
dari 9 kecamatan yakni Kec. Sungai Raya, Kec. Kakap, Kec. Sui Ambawang, dan
Kec. Rasau Jaya) dalam kurun waktu 9 tahun kedepan terhitung mulai dari tahun 2015
hingga 2023 dengan tingkat pelayanan eksisting 30 % tanpa ada penambahan tingkat
pelayanan hingga 2023, dan dapat menampung sampah 5 tahun ke depan dengan

4
asumsi tingkat pelayanan 50% sesuai dengan Memorandum Program Sanitasi
Kabupaten Kubu Raya. Berikut terpapar kondisi TPA Rasau Jaya (28/2/19).

Dapat dilihat bahwa kondisi dari TPA Rasau Jaya sudah tidak lagi dalam
kondisi yang memungkinkan untuk terus ditimbunnya sampah dari TPS yang akan
dikirimkan ke TPA Rasau Jaya. Kondisi TPA ini sangat yang memprihatinkan lahan
yang sempit ditambah dengan tidak adanya pengolahan sampah seringkali sampah
yang dibuang pada TPA ini menjadi over kapasitas yang menyebabkan sampah
menggunung, sehingga memang perlu diperlukan pembenahan lokasi TPA dengan
perluasan area, atau memindahkan TPA di lokasi alternatif lainnya untuk
menempatkan sampah dari empat kecamatan itu. Volume sampah dengan luas lahan
sudahlah tidak seimbang, sehingga sangat diperlukan lahan alternatif lainnya untuk
dijadikan TPA.

5
Akibat yang timbul dari penumpukan Over Kapasitas sampah di TPA Rasau
Jaya

Permasalahan sampah yang telah dihasilkan warga Kubu Raya harus menjadi
perhatian khusus Pemkab Kubu Raya. Hal ini ditunjukkan dari membludaknya
volume sampah yang semakin meningkat tajam di kawasan Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Kubu Raya yang berada di Jl. Rasau Jaya Umum kilometer 24.
TPA yang telah dipersiapkan dari tahun 1995 di Kubu Raya ini dengan lahan
seluas 2,4 Ha, meskipun lahan warga sekitar di sekitar area TPA telah dibeli Pemkab
Kubu Raya untuk pelebaran TPA ini, namun hingga sekarang belum bisa diperlebar
karena tanah di sekitar TPA tersebut berlahan gambut dan belum ada akses jembatan
untuk akses mobil pengangkut sampah masuk. Sementara itu laju arus volume sampah
yang dihasilkan oleh masyarakat sebesar 200 meter kubik per harinya..
Penumpukan sampah yang melebihi batas tersebut telah menimbulkan
berbagai macam efek negatif kepada masyarakat setempat. Salah satunya adalah
tercemarnya air parit yang mereka gunakan. Dapat dilihat pada saat kondisi hujan
yang menyebabkan sampah-sampah tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap serta
mengakibatkan sampah melumber hingga ke parit. Hal tersebut yang menyebabkan
air parit menjadi tercemar. Padahal, air parit tersebut digunakan masyarakat untuk
keperluan sehari-hari, seperti mandi, mencuci,dll.

6
Tak dapat dipungkiri, bahwa pencemaran air yang disebabkan oleh sampah
dari TPA Rasau Jaya akan menimbulkan bibit penyakit bagi masyarakat setempat.
Jika penimbunan masih saja dilakukan terus menerus akan mengakibatkan dampak
yang sangat besar dengan hitungan tahun untuk kedepannya. Dalam hal ini,
pemerintah Kabupaten Kuburaya semestinya memikirkan agar sampah-sampah yang
ada dapat dikelola untuk dimanfaatkan sebagai bahan lain seperti yang diketahui
bahwa PemKab Kuburaya memiliki mesin pencacah sampah namun saat ini masih
belum dapat dimanfaatkan dengan benar.

Kajian Hukum dan Dasar Literatur

Lingkungan hidup yang terganggu keseimbangannya perlu dikembalikan


fungsinya sebagai kehidupan dan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat
dan keadilan antargenerasi dengan cara meningkatkan perlindungan dan penegakan
hukum.

Penegakan hukum lingkungan berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan


kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga
bidang hukum, yaitu administratif, pidana, dan perdata. Dengan demikian, penegakan
hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaan terhadap peraturan dan
persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individual
melalui pengawasan dan penerapan (atau ancaman) sarana administratif, kepidanaan,
dan keperdataan.

Evaluasi terhadap pengelolaan sampah dibutuhkan sebagai masukan mengenai


hal-hal yang perlu diperbaiki agar terlaksana pengelolaan sampah yang berwawasan
lingkungan. Hal ini menjadi semakin penting untuk direalisasikan karena adanya UU
No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Kegiatan pembuangan sampah
akhir di suatu lahan TPA pada umumnya mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan. Agar kualitas lingkungan tetap terjaga dan dampak yang timbul dapat
diminimalisir, maka lahan TPA harus berada di lokasi yang tepat kemudian
dirancang, dibangun, serta dioperasikan sesuai fungsinya. Permasalahan muncul

7
sebagai akibat dari ketersediaan lahan yang terbatas dan kondisi lingkungan yang
tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia tentang pemilihan lokasi TPA. Bahwa
seharusnya yang turut andil dalam menyelesakan permasalahan sampah ini adalah
ketegasan pemerintah setempat kepada masyarakat sebagaimana yang terdapat dalam
Pasal 5 dan 6 UU No. 18 Tahun 2008. Yang dimana pemerintah seharusnya dapat
memberikan penyelesaian dalam permasalahan tersebut. Sebagaimana tugas dan
wewenang pemerintah kab/kota adalah:

- menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;


- menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kab/kota;
- menetapkan dan melaksanakan kebijakan RPPLH kab/kota;
- menetapkan dan melaksanakan kebijakan AMDAL dan UKL-UPL;
- menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah
kaca pada tingkat kab/kota;
- mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan;
- mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;
- mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kab/kota.

Kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan yang terjadi, tentunya akan


menimbulkan kerugian tentu tak hanya kepada satu orang saja melainkan tidak kenal
batas negara. Oleh karena itu, aspek penegakan hukum memerlukan perhatian dan
aksi pemberdayaan secara maksimal.

8
C. PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas diketahui bahwa kapasitas lahan


TPA menampung jumlah timbunan sampah Kabupaten Kubu Raya dari daerah
terlayani (4 kecamatan dari 9 kecamatan yakni Kec. Sungai Raya, Kec. Kakap, Kec.
Sui Ambawang, dan Kec. Rasau Jaya) dalam kurun waktu 9 tahun kedepan terhitung
mulai dari tahun 2015 hingga 2023 dengan tingkat pelayanan eksisting 30 % tanpa
ada penambahan tingkat pelayanan hingga 2023, dan dapat menampung sampah 5
tahun ke depan dengan asumsi tingkat pelayanan 50% sesuai dengan Memorandum
Program Sanitasi Kabupaten Kubu Raya, serta pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh TPA Rasau Jaya sangatlah berdampak besar bagi kehidupan
masyarakat. Pencemaran air dan udara yang diakibatkan oleh lebih nya muatan dari
TPA Rasau Jaya tersebut akan berdampak pada pola kehidupan masyarakat..

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis lakukan, maka
penulis menyarankan sebagai berikut:

a. Bagi pemerintah agar memperhatikan dan memperbaiki pengolaan TPA


Rasau Jaya . TPA dengan pengelolaan open dumping cederung merusak
dan memerlukan lahan yang banyak. AMDAL di lingkungan TPA juga
perlu diperhatikan. Diperlukan pembinaan oleh pemerintah terhadap peran
serta masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
b. Bagi masyarakat agar lebih menjaga lingkungannya dengan tidak
membuang sampah sembarangan. Peran serta masyarakat dapat dimulai
dari skala individual rumah tangga yaitu dengan mereduksi timbulan
sampah rumah tangga.

9
D. DAFTAR PUSTAKA

Buku Hukum Lingkungan Dalam Sistem Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup di Indonesia oleh Muhammad Erwin, SH. M.Hum

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmtluntan/article/view/13999

UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

10

Anda mungkin juga menyukai