Anda di halaman 1dari 88

BAB I

1.1 Struktur Rumah Sakit Menggala

Struktur Organisasi BLUD Menggala Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 20 tahun 2008 tentang struktur Organisasi SKPD

Kabupaten Tulang Bawang sebagai berikut :

DIREKTUR
Dr. Hi. LUKMAN PURA, Sp. Pd.MHSM,

Kabag TU Kabid Keperawatan


Anuari, SH.,MH H. Berti, SKM.,M.Kes

Kasubag Bina Program Kasi Mutasi dan promosi keperawatan


Diana Purwitasari, SKM Dedy Nugroho Iswahyudi, S.Kep

Kasubag umum dan Keuangan Kasi Logistik keperawatan


Andrew Marthin, SE,Akt.,Msi Tamsil Putra, SE

Kabid Pelayanan Kabid Rekam Medik


Dr. Tatik Srihartati Hari Yanto, SKM.,MH

Kasi Mutu Pelayanan Kasi Hukum dan Humas


Dr. Bagus anggoro dwiputro Ns. I nyoman jana, S.Kep.M.kes.,ETN

Kasi Pengembangan dan Pemeliharaan Saran Kasi Rekam Medik


Suwanto, SKM Pepen Nurhayadi, SKM

Ketua Komite Medik


Dr.Ansorulloh.Sp.THT-KL.,M.Kes

Ketua Komite Keperawatan


Resnawati Purba, S.Kep

1
1.2 Visi, Misi, Dan Motto Rumah Sakit Menggala

Visi :

“Rumah Sakit Terpercaya, Pilihan Utama Masyarakat Lampung”

Misi :

 Mengembangkan kompetensi SDM (Skill, Knowledge dan Attitude).

 Memberikan pelayanan yang berkualitas standar nasional, dengan aplikasi pelayanan

tepat waktu/on time delivery, jujur dan konsisten.

 Memantapkan dan mengembangkan sistem-sistem.

 Mengembangkan sarana dan prasarana dalam rangka menunjang pelayanan yang

professional.

 Menjadi pusat rujukan utama dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan

Anak.

Motto :

“ KESEMBUHAN ANDA KE BANGGAN KAMI “

2
1.3 Pelayanan Rumah Sakit

Pelayanan rumah sakit ditunjukkan untuk : pasien/penderita dan keluarganya, orang

sehat, masyarakat luas, dan institusi (asuransi, pendidikan, dunia usaha, kepolisian

dan kejaksaan). Pelayanan terhadap pasien meliputi : pemeriksaan, penegakan

diagnosis, tindakan terapeutik (pengobatan), tindakan pembedahan, penyinaran dan

lain-lain.

Bentuk pelayanan rumah sakit dibagi atas pelayanan dasar, pelayanan spesialistik

dan sub spesialistik dan pelayanan penunjang. Bentuk pelayanan ini akan sangat

ditentukan juga oleh tipe rumah sakit.

Pelayanan dasar rumah sakit : rawat jalan (politeknik/ambulatory), rawat inap

(inpatient care), dan rawat darurat (emergency care). Rawat jalan merupakan

pertolongan kepada penderita yang masih cukup sehat untuk pulang ke rumah.

Rawat inap merupakan pertolongan kepada penderita yang memerlukan asuhan

keperawatan terus-menerus (continuous nursing care) hingga sembuh. Rawat darurat

merupakan pemberian pertolongan kepada penderita yang dilaksanakan dengan

segera.

Rawat darurat dilakukan dengan prinsip-prinsip : revive, review dan repair. Setiap

pasien masuk rawat darurat khusus di rumah sakit kemungkinan dapat melalui 3

bagian sebelum masuk ke ruang rawat inap, atau kembali kerumah sendiri. Bagian-

bagian ini adalah : ruang triage, ruang tindakan dan ruang observasi.

Pelayanan medis spesialistik dan sub spesialistik meliputi :

3
a. Pelayanan spesialis bedah, terdiri dari 8 spesialis yakni : bedah syaraf, bedah

tumor, bedah urologi, bedah umum dan digestive, bedah orthopedic, bedah anak,

bedah plastik dan rekonstruksi , bedah torax dan kardiovaskuler.

b. Pelayanan spesialis penyakit dalam terdiri dari 8 (delapan) sub spesialis yakni

gastro enterologi, metabolisme/endokrin, cardiology, tropical medicine,

rheumatologi, pulmonologi, ginjal dan hematology.

c. Pelayanan spesialis kebidanan dan penyakit kandungan terdiri dari 7 (tujuh) sub

spesialis yakni obstetric dan gynocologi umum, perinatologi, endokrinologi,

onkologi, obstetric dan gynocolgi social, reproduksi dan rekonstruksi.

d. Pelayanan spesialis kesehatan anak terdiri dari 14 (empat belas) sub spesialis

yakni hematologyk pulmonologi , gastroenterologyk alergi immunologi, gizi,

penyakit infeksi, pencitraan, nephrology, neonatology, endokrinologi, cardiologi,

tumbuh kembang, dan pediatric gawat darurat.

e. Pelayanan spesialis telinga, hidung dan tenggorokan terdiri dari 6 (enam) sub

spesialis, yakni : otology, audiologi-vestibular, faring-laringologi, rhinologi,

onkologi THT dan bronkho-esofagologi.

f. Pelayanan spesial mata, terdiri dari 5 sub spesialis, yakni : glaucoma, external eye

disease, retina/uvea, tumor dan trauma rekonstruksi.

g. Pelayanan spesialis neurology, terdiri dari 6 (enam) sub spesialis, yakni : neuro

muscular, neuro fisiologi, neurologi anak, neuro opthalmologi, neuro radiologi dan

neuro restorasi.

4
h. Pelayanan spesialis kulit dan kelamin, terdiri dari 7 (tujuh) sub spesialis, yakni :

allergi immunologi, kosmetik, mikologi, dermatologi, penyakit hubungan seksual,

umum dan MH (Morbus Hansen).

i. Pelayanan spesialis anaesthesi, terdiri dari 6 (enam) sub spesialis, yakni : thorax &

cardiovascular anaesthesia, neuro anaesthesia, regional analgesia, obstetric

anaesthesia and labor painless, pain clinic and palliative care, dan intensive cara unit.

j. Pelayanan medis spesialis rehabilitasi medik.

k. Pelayanan medis spesialis gizi klinik.

Pelayanan bedah (operasi) dilakukan di instalasi bedah sentral. Instalasi bedah

sentral merupakan pusat seluruh kegiatan pembedahan pasien di rumah sakit. Oleh

karena itu, ada prinsip-prinsip yang harus dipatuhi di dalam bedah sentral ini, yaitu :

cukup nyaman bagi tim, mencegah infeksi dan kontaminasi, dan membuat barrier

antara hal-hal yang sifatnya bersih dengan yang kotor.

Selain itu juga di rumah sakit terdapat pelayanan penunjang, yaitu : penunjang

diagnostic (radiology dan laboratorium), penunjang terapi (farmasi, gizi, rehabilitasi

media dan kamar bedah). Pelayanan penunjang medis spesialistik, terdiri dari :

a. Pelayanan spesialis radiology, yang terbagi atas : sub spesialis radiology anak, sub

spesialis C. Tomografi, sub spesialis radiology, dan sub spesialis angiografi.

b. Pelayanan spesialis patologi klinik.

c. Pelayanan spesialis parasitologi klinik.

d. Pelayanan spesialis mikrobiologi klinik.

5
e. Pelayanan spesialis patologi anatomi.

A. Jenis Pelayanan Rumah Sakit

Dari bentuk pelayanan rumah sakit tersebut di atas, maka jenis pelayanan rumah

sakit dikelompokkan atas :

a. Kelompok pelayanan medis, meliputi 6 (enam) jenis pelayanan, yakni : (1)

pelayanan rawat jalan, (2) pelayanan rawat darurat, (3) pelayanan rawat inap, (4)

pelayanan bedah sentral, (5) pelayanan rawat intensif, dan (6) pelayanan rehabilitasi

medik.

b. Kelompok pelayanan penunjang medis, mencakup 3 (tiga) jenis pelayanan, yakni :

(1) pelayanan radiology dan imaging, (2) pelayanan laboratorium, dan (3) pelayanan

farmasi.

c. Kelompok penunjang non medik, mencakup 6 (enam) jenis pelayanan, yakni (1)

pelayanan gizi rumah sakit, (2) pelayanan pemulasaran jenazah, (3) pelayanan

binatu, (4) pelayanan pemeliharaan dan perbaikan sarana, (5) pelayanan pelatihan

dan pelatihan, dan (6) pelayanan sosial.

6
1.4 Dokter BLUD RS Menggala

A. Dokter Poli

NO POLIKLINIK DOKTER

1. Spesialis Penyakit Dalam Dr. Hi. Lukman Pura, Sp.PD.,MHSM

Dr. Munirulanam, Sp.PD

2. Spesialis Anak Dr. Dyah Mutia, Sp.A.,M

Dr. Lia Kamelia, Sp.A.M.Kes

3. Spesialis Bedah Dr. Ahmad Zaki Muzaki, Sp.B

Dr. Hengky, Sp.B.,M.Kes

4. Spesialis Bedah Dan Dr. Hasan Basri, Sp.OG


Penyakit Kandungan

5. Spesialis THT Dr. Ansorulloh, Sp.THT-KL.M.Kes

6. Spesialis Mata Dr. Ferdiansyah, Sp.M.Kes

7. Instansi Laboraturium Dr. Feby Levarina, Sp.PK.,M.kes

Dr. Tangkahan Hutagaol,


Sp.PK.,M.kes

8. Instansi Radiologi Dr. Anse Diana V. Messah, Sp.Rad

9. Gigi Dan Mulut Dr. Nurasi

Drg. Ryan Pandu Digjaya

Drg. Nurmi Hanifah

10. Gizi Tim Gizi RSUD

11. Dots / Pal Dr. Tatik / Tim PAL

7
B. Dokter Umum

NAMA

1. Dr. Tatik Sri Hartati

2. Dr. Bagus Anggoro DP

3. Dr. Susi Ariyanti

4. Dr. Muningtya P. Alam

5. Dr. Hermawan Susanto

6. Dr. Tabrani Putra

7. Dr. Elfita Linda

8. Dr. Angga B. Suyuthie

9. Dr. Rama Rapina

10. Dr.Diajeng Ariwidyowati

11. Dr. Yulia Tri Sudarti

12. Dr. Eva Kusumaningsih

13. Dr. Melvi Silvia

14. Dr. Risa Nourma Aziza

8
15. Dr. Dewi Agustina

16. Dr. Yessy Tiara

17. Dr. Ririsma Libra Jayanti

18. Dr. Cahyo Wisnugroho

19. Dr. Nidie Putri Irmansti

20. Dr. Wita

1.5 Wilayah Rumah Sakit Menggala

A. Letak Geografis

Tulang Bawang. Berada di jalan utama jalur timur yaitu Jl. Lintas Timur

Sumatera no 01, Kampung Baru Tulang Bawang. Kami senantiasa berusaha

memberikan pelayanan terbaik dengan tenaga-tenaga professional guna membantu

pemerintah daerah dalam menciptakan masyarakat yang sehat.RSUD Menggala

kabupaten Tulang Bawang berkomitmen untuk senantiasa mengupayakan

keberhasilan klinik, keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan dengan melakukan

9
perbaikan yang berkesinambungan dari waktu ke waktu sesuai perkembangan

teknologi dan kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat yang berada di

kabupaten Tulang Bawang

B. Sejarah

Berawal dari dibentuknya Rumah Sakit Mini Menggala yang diresmikan oleh

Plt. Gubernur Lampung Bp. Drs. Tursandy Alwi pada tanggal 25 Juni 2003 berlokasi

di bekas bangunan Puskesmas Menggala. Saat itu jumlah tenaga hanya 37 orang,

tanpa dokter spesialis. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan dan makin

kompleksnya jenis penyakit yang harus ditangani selanjutnya RS Mini Menggala

mengontrak 3 (tiga) dokter spesialis dasar, yaitu Spesialis Kebidanan, Spesialis

Penyakit Dalam dan Spesialis Anak dari Jakarta dan Bandung.

Tahun 2004 RS Mini Menggala meningkat statusnya menjadi RSUD tipe C

berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 1283/Menkes/SK/XII/2004 dengan

Nomor Registrasi 1808015 dan diberi nama “Rumah Sakit Umum Daerah

Menggala”.Tanggal 12 Januari 2006 pindah ke gedung baru di Jalur Lintas Timur

Sumatera, dengan diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI saat itu Ibu DR. Dr. Siti

Fadillah Supari, Sp.JP.(K

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Anemia aplastik

A. Pengertian

10
Anemia aplastik adalah salah satu jenis kelainan darah yang disebabkan

oleh kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah. Pada kondisi ini,

sumsum tulang tidak dapat memproduksi salah satu atau seluruh sel darah,

termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Menurut The International Agranulositosis and Aplastic Anemia Study (

IAAS) disebut bahwa anemia aplastik apabila kadar hemoglobin < 10 g/dl atau

hematokrit < 30, hitung trombosit < 50.000/m3, hitung leukosit < 3500/m3 atau

granulosit < 1.5x10/1. Konsep anemia aplastik pertama kali diperkenalkan pada

tahun 1998 oleh Paul Ehrlich.

Sel darah memiliki peran yang berbeda-beda, sel darah merah memiliki

peran sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh, sel darah putih bertugas

melawan infeksi, sedangkan trombosit berfungsi untuk mencegah pendarahan.

Penyakit ini merupakan penyakit langka yang bisa terjadi pada pria dan wanita

disegala usia.

Seseorang yang mengalami Anemia aplastik sering kali merasa

lemas,kurang bertenaga, dan beresiko mengalami infeksi serta pendarahan

secara berlebihan.Anemia aplastik bisa terjadi secara bertahap dalam hitungan

minggu dan bulan.

Ada lebih dari 400 jenis anemia yang telah diteliti. Diantara lebih dari 400 jenis

anemia tersebut, ada anemia aplastik yang merupakan jenis anemia paling

serius. Anemia aplastik sendiri pun memiliki dua jenis yang berbeda, yaitu

anemia aplastik yang didapat.

Jika Anemia aplastik terjadi pada seseorang dengan kadar darah yang sangat

rendah, kondisi ini bisa berdampak fatal dan mengancam nyawa.

Berdasarkan penyebabnya, Anemia aplastik dibagi menjadi dua tipe,yaitu:

11
 Anemia aplastik keturunan, Kondisi ini disebabkan oleh kelainan

genetik yang lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Penderita

penyakit ini juga beresiko terkena penyakit lain, seperti leukimia.

 Anemia aplastik bukan keturunan, Kondisi ini sering terjadi pada

orang dewasa karena sistem imun yang terganggu. Gangguan itu bisa

disebabkan oleh radiasi atau kemoterapi pada pengobatan kanker, racun

kimiawi, virus HIV atau Epstein-Barr, atau karena pengaruh pengobatan

tertentu.

Gejala yang muncul pada anemia aplastik tergantung pada jenis sel darah yang

terpengaruh. Gejala yang terlihat ketika jumlah sel darah merah berkurang

adalah kelelahan, sesak napas, pusing, kulit pucat, sakit dada, dan detak jantung

tidak teratur. Apabila produksi sel darah putih berkurang, maka anda akan

mudah mengalami infeksi dan demam. Sedangkan berkurangnya trombosit akan

menyebabkan mudah memar, sering alami pendarahan, dan mimisan. Untuk

mendiagnosis anemia aplastik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes

darah dan biopsi sumsum tulang. Dalam prosedur biopsi sumsum tulang,

Dokter akan menggunakan jarum untuk mengambil sampel dari sumsum

tulang anda. Sampel tersebut akan diperiksa pada mikroskop untuk mengetahui

penyakit yang berhubungan dengan sel darah.

2.2 Etiologi

Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat idiopatik dimana

penyebabnya masih belum bisa dipastikan. Namun ada faktor-faktor yang diduga

7APAT bicara terjadinya penyakit anemia aplastik ini. Faktor-faktor penyebab yang

disetujui antara lain:

a. Faktor genetik

12
Kelompok ini sering dinamakan anem besar besaran aplastik konstitusion dan

sebagian besar diturunkan menurut hukum M endel mencakup:

 Anemia fanconi

 Diskeratosis baaan

 Anemia aplastik konstitusional tanpa kelainan sumsum tulang

 Sindrom aplastik parsial

 Sindrom P7 engar

 Sindrom D ubocitz dan berbaring-berbaring.

Diduga penyakit-penyakit ini memiliki sebenarnya dengan kerusakan sumsum tulang

yang terus lanjut pansitopenia ( definisi sel darah).

b. Zat kimia

Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab anemia aplastik misalnya benen, arsen,

insektisida, dan berbaring-berbaring. Zat-zat kimioa tersebut biasanya terhirup

ataupun(secara kontak kulit) pada seseorang.

c. Obat-obatan

Obat seperti kloramfenikol menyebabkan anemia aplastik, Misalnya pemberian

kloramfenikol pada bayi sejak pagi 2-3 bulan akan menyebabkan anemia aplastik.

Amerika medis juga telah membuat daftar obat-obat yang bisa menimbulkan anemia

aplastik. Obat-obat yang dimaksud anatara lain: Azath ioprine, Karbam azepine, karbon

icanhydrase, Kloramfenikol, Ethosuksimide, Indomethasin, Imunoglobulin limfosit,

Penisilamine, Probenesid,quinacrine, Obat-obat sulfonamid, sulfonilurea. Pengaruh

obatobat pada sumsum tulang dianggap sebagai berikut:

13
 Penekanan bergantung dosis obat, dapat kembali dan jarak sebelumnya ( obat-

obat anti tumor)

 Penekanan tidak bergantung dosis obat ( idiosinkrasi).

d. Infeksi

Infeksi bisa menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen. Infeksi virus

termasuk EBV, CMV, herpes varisela zoster dan virus hepatitis.

E. Kelainan imunologik

Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan mikro bisa menyebabkan anemia

aplastik.

f. Radiasi

Radiasi juga dianggap sebagai penyebab anemia aplastik. Contoh radiasi antara

berbaring piyama sinar X yang berlebihan atau radioaktif yang sedang berlangsung

menyebabkan kerusakan sumsum tulang akut dan kronis juga anemia aplastik.

2.3 Tanda Dan Gejala Anemia Aplastik / Manifestasi Klinis

Secara umum, anemia aplastik memiliki persamaan dengan jenis anemia

lainnya pada beberapa gejala. Berikut ini adalah beberapa gejala dan tanda anemia

aplastik adalah:

 Kelelahan

 Nyeri dada

 Sakit kepala atau pusing

 Kulit pucat

 Sesak napas

14
 Memar yang tidak diketahui penyebabnya

 Sering mengalami mimisan atau gusi berdarah

 Pendarahan yang berlebihan

 Demam Pembesaran kelenjar limfa

 Hepatosplenomegali

Pengidap anemia aplastik dapat mengalami gejala berikut ( saat dalam keadaan defisit

sel darah putih):

 Demam

 Mudah sakit atau mengalami infeksi berulang

Jika jumlah platelet rendah, maka tubuh akan mengalami:

 Mudah memar

 Perdarahan, sepeprti mimisan atau perdarahan gusi

Penyebab

Penyebab Anemia aplastik yaitu kerusakan sumsum tulang belakang. Ada

beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang baik

sementara ataupun permanen. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan anemia aplastik

adalah:

 Radiasi dan kemoterapi, Terapi ini membantu membunuh sel kanker

namun terapi ini juga dapat membunuh sel-sel sehat, termasuk sumsum

tulang belakang.

 Paparan terhadap bahan kimiaberacun, Bahan kimia beracun

misalnya benzene ( kandungan yang biasa terdapat pada bensin) dan

pembunuh serangga (DDT).

15
 Penggunaan obat tertentu, Terdapat beberapa obat rheumatoid arthritis

dan antibiotik yang dapat menyebabkan anemia aplastik.

 Inveksi virus, Infeksi tersebut antara lain hepatitis, HIV, Epstein-Barr

dan Cytomeggalovirus

 Kelainan autoimun, Penyakit autoimun dapat menyerang sel-sel sehat

anda, termasuk sumsum tulang belakang.

 Kehamilan, Anemia aplastik yang terjadi pada kehamilan mungkin

terkait dengan masalah autoimun atau sistem kekebalan tubuh yang

menyerang sumsum tulang selama kehamilan.

 Faktor congenital (kelainan bawaan), Sindrom fanconi yang biasanya

disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali

jari, kelainan ginjal dan sebagainya.

Penyebab anemia aplastik herediter/diturunkan:

 Anemia fanconi

 Sindrom shwachman-diamond

 Diskeratosis kongenital

 Anemia diamond-blackfan

Faktor-faktor resiko

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena anemia aplastik adalah:

Gejala Anemia aplastik

Tanda dan gejala lain pada anemia aplastik adalah mual ( sakit perut) dan ruam

kulit. Juga sesak napas, bengkak atau nyeri diperut atau pembengkakan dikaki yang

disebabkan oleh pembekuan darah.

16
Gejala anemia aplastik juga sering kali ditandai dengan adanya darah dalam urien, juga

Jaundice atau warna kekuningan pada kulit atau putih mata.

2.4 Patofisiologi

Walaupun telah banyak dilakukan penelitian hingga saat ini, patofisiologi

anemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang dapat

menerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu:

 Kerusakan sel induk hematopoietic (stem cell defect)

 Kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang ( environtment defect)

 Proses imunologik yang menekan hematopoiesis (immunologic process)

Kegagalan produksi sel darah bertanggung jawab atas kosongnya sumsum

tulang yang tampak jelas pada pemeriksaan apusan aspirat sumsum tulang atau

specimen core biopsy sumsum tulang.

Secara kuantitatif, sel-sel hematopoietic yang imatur dapat dihitung flow

cytometry. Sel-sel tersebut mengekskresikan protein cytoadhesive yang disebut

CD34.

Ada 3 macam patofisiologi terjadinya anemia aplastik yakni kerusakan langsung

pada sumsum tulang, defek genetik serta kelainan imunitas. [1-7]

Kerusakan Langsung Pada Sumsum Tulang

Kerusakan langsung pada sumsum tulang dapat ditimbulkan oleh paparan radiasi,
benzene dan kemoterapi sitotoksik. Dampak kerusakan ini bersifat dose-dependent dan
transien pada dosis konvensional. [2-5]

Defek Genetik

Sejumlah data telah membuktikan adanya hubungan defek genetik dengan anemia
aplastik. Defek genetik yang dimaksud adalah defek genetik yang menghilangkan
kapasitas sel hematopoietik untuk memperbaiki DNA seperti pada anemia Fanconi
(replication-dependent removal of interstrand DNA cross-links) dan diskeratosis

17
kongenital (telomere maintenance and repair) atau defek genetik yang mengganggu
jalur diferensiasi dan self-renewal seperti pada defisiensi GATA2. [2-5]

Selain itu, kegagalan sumsum tulang pada anemia aplastik dapat disebabkan pula oleh
sindrom yang mempengaruhi regulasi imun contohnya pada mutasi cytotoxic T-
lymphocyte–associated antigen 4 (CTLA-4), defisiensi adenosin deaminase 2
(DADA2). [2-5]

Kelainan Imunitas

Hampir sebagian besar kasus sporadis anemia aplastik tampaknya dimediasi oleh
kelainan pada imunitas. Bukti paling relevan untuk mekanisme ini ialah adanya
perbaikan hitung darah setelah pemberian imunosupresif siklosporin. Selain itu, anemia
aplastik berhubungan pula dengan kelainan imun seperti eosinofilik fasciitis, thymoma
dan seronegatif hepatitis. [2-5]

Patofisiologi gangguan imun terhadap anemia plastik diduga terletak pada sel T
sitotoksik, sel T-regulator, antigen histokompatibilitas dan otoantibodi. [2-5]

Diagnosis Anemia Aplastik

Dokter akan mendiagnosis anemia aplastik melalui pemeriksaan fisik, gejala-gejala


yang dialami, serta peninjauan riwayat kesehatan keluarga pasien. Di samping itu,
dokter akan melakukan tes darah dan biopsi sumsum tulang.

Berikut penjelasannya:

 Tes darah. Pada kondisi normal, kadar sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit berada di batas tertentu. Seseorang diduga mengalami anemia aplastik
jika salah satu atau ketiga sel darah itu berada di bawah batas normal.
 Biopsi sumsum tulang. Pada tahap ini, dokter akan mengambil sampel sumsum
tulang dari tulang panggul untuk diperiksa dengan mikroskop. Sumsum tulang
penderita anemia aplastik hanya mengandung sedikit sel darah.

Pengobatan Anemia Aplastik

Jenis pengobatan terhadap anemia aplastik tergantung kepada kondisi pasien dan
tingkat keparahannya. Berikut adalah jenis-jenis pengobatan pada anemia aplastik:

 Obat-obatan antibiotik. Penderita anemia aplastik sering kesulitan melawan


bakteri atau virus karena kadar sel darah putihnya rendah. Selain itu, anemia
aplastik membuat sistem imun seseorang menjadi sangat lemah. Obat-obatan
antibiotik sangat diperlukan untuk mencegah atau mengatasi infeksi agar infeksi
yang terjadi tidak menjadi semakin parah.

18
 Transfusi darah. Metode ini digunakan untuk mengontrol perdarahan,
mengurangi gejala-gejala yang muncul, serta menyuplai sel darah yang tidak
bisa diproduksi sumsum tulang, agar kadar sel darah kembali normal.
Pengobatan ini berisiko menyebabkan peningkatan kadar zat besi di dalam darah
dan bisa mengganggu fungsi beberapa organ tubuh.
 Transplantasi sel punca. Pada metode ini, dokter akan mencangkok sel punca
yang sehat dari pendonor untuk diberikan ke penderita anemia aplastik melalui
infus. Namun, tidak selamanya pengobatan ini berjalan lancar. Pada beberapa
kasus, tubuh pasien menolak sel punca yang dicangkok dari pendonor. Jika
dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi yang berbahaya.
 Imunosupresan. Metode ini bertujuan mengontrol aktivitas sistem imun yang
merusak sel punca dengan menggunakan obat-obatan, seperti cyclosporine atau
kortikosteroid. Umumnya, metode ini dilakukan jika penderita anemia aplastik
tidak bisa diobati dengan metode transplantasi sel punca.
 Stimulan sumsum tulang. Agar sumsum tulang bisa kembali memproduksi sel
darah yang baru, dokter bisa memberikan obat stimulan seperti sargramostim,
filgrastim, pegfilgrastim, dan epoetin alfa. Metode ini sering dikombinasikan
dengan imunosupresan

Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi sebagai
berikut :

 Terapi Kausal. Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen


penyebab. Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak
diketahui. Akan tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau
penyebabnya tidak dapat dikoreksi
 Terapi suportif. Terapi suportif bermanfaat untuk pengobatan yang dapat
membantu mengatasi gejala anemia aplastik yang muncul, dan terapi ini tidak
untuk menyembuhkan. Tetapi suportif ini seperti, transfusi darah, terapi khelasi
besi untuk mengobati kelebihan zat besi, faktor pertumbuhan, serta antibiotik
untuk mencegah atau mengatasi infeksi agar infeksi yang terjadi tidak menjadi
semakin parah.
 Terapi Definitif. Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan
kesembuhan jangka panjang. Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas
dua jenis pilihan yaitu terapi imunosupresif dan transplantasi sumsum tulang.
 Stimulan sumsum tulang. Pilihan pengobatan ini bertujuan agar sumsum tulang
bisa kembali memproduksi sel darah yang baru. Pemberian obat-obatan stimulan
seperti sargramostim, filgrastim, pegfilgrastim, dan epoetin alfa dapat diberikan.
Metode ini sering dikombinasikan dengan imunosupresan

Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti yang telah dijelaskan di atas penting untuk
Anda untuk mencegah terjadinya gejala yang semakin parah dengan beristirahat yang
cukup, mengurangi olahraga berat untuk menurunkan risiko perdarahan, menjaga
kebersihan diri seperti mencuci tangan secara teratur untuk menghindari terjadinya
infeksi dan penularan penyakit. Semoga bermanfaat.

19
2.5 Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya, anemia aplastik dapat dibedakan menjadi

a. Anemia Aplastik DidapatAnemia aplastik didapat disebabkan oleh bahan-

bahan kimia seperti senyawa benzena, ataupun hipersensitivitas terhadap obat atau

dosis obat yang berlebihan seperti kloramfenikol, fenilbutazon, sulfue, mileran, atau

nitroseurea. Selain itu, anemia aplastik didapat juga disebabkan oleh infeksi seperti

Epstein-Bar, influenzaA, dengue, tuberkulosis, Hepatitis, HIV, infeksi mikobakterial,

kehamilan ataupun sklerosis tiroid (anemia aplastik/hipoplastik).

b. Anemia Aplastik FamilialMeskipun anemia aplastik paling banyak bersifat

idiopatik, namun faktor herediter juga diketahui dapat menyebabkan terjadinya anemia

aplastik yang diturunkan. Beberapa etiologi anemia aplastik yang diturunkan antara lain

pansitopenia konstitusional Fanconi, difisiensi pankreas pada anak, serta gangguan

herediter pemasukan asam folat ke dalam sel.Berdasarkan derajat pansitopenia darah

tepi, anemia aplastik dapat diklasifikasikan menjadi tidak berat, berat atau sangat berat.

Tabel 2. Klasifikasi Anemia Aplastik1,4

A. Anemia Aplastik Berat.

a.Selularitas sumsum tulang < 25 %, atau selularitas < 50% dengan <30% sel –sel

hematopoetik

b. Sitopenia : sedikitnya 2 dari 3 seri sel darah

-Granulosit < 0,5x109/L

-Trombosit < 20x109/L

-Corrected reticulocite < 1%

20
B. Anemia Aplastik Sangat Berat Sama seperti di atas kecuali hitung neutrofil < 200/μL

C. Anemia Aplastik Tidak Berat Sumsum tulang hiposeluler namun sitopenia tidak

memenuhi kriteria berat.

Resiko mortalitas dan morbiditas berkorelasi dengan derajat keparahan sitopenia.

Semakin berat derajat sitopenia tersebut, maka prognosis penyakit semakin buruk.

Sebagian besar kasus kematian pada anemia aplastik disebabkan oleh infeksi jamur,

sepsis bakterial atau pendarahan.

2.6 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi sebagai berikut :

a. Tranfusi darah
b. Atasi komplikasi ( infeksi ) dengan antibiotik. Higine yang baik perlu untuk mencegah
timbulnya infeksi
c. Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trombositopenia berat.
d. Androgen, seperti fluokrimestron testosteron, metandrostenolon, dan nondrolon.
e. Transplatasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan harapan
kesembuhan, tetapi biayanya mahal.

Untuk anemia aplastik sekunder terapi ditujukan terhadap etiologi.


Menghindari atau menghentikan obat-obatan atau kontrak bahan kimia yang dapat
menyebabkan anemia aplastik adalah tindakan yang pertama-tama harus kita lakukan
pada anemia aplastik yang disebabkan oleh obat-obatan. Untuk anemia aplastik yang
disebabkan logam berat dengan diberikan B.A.C. (British Anti Lewisite dimecaprol).
Untuk tipe idiopatik maka terapinya hanya bersifat simtomatik dan pemberian steroid
anabolik dengan maksud merangsang sumsum tulang untuk mampu menjalankan
hemopoisis kembali.

21
2. Penatalaksanaan Keperawatan

a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring

diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.

b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan

subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya

neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir

pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari

yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan

kedua mata ditutup.

c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan

terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi

mental disertai fiksasi visual yang kuat.

d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah

dehidrasi.

e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer

akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau

kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan

berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang

meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan

vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus

menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo

menghilang setelah beberapa hari.

22
f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.

Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk

gangguan vestibular akut.

(http://niarahayu9.blogspot.com)

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan

untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan

kasus vertigo antara lain:

1. Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan mata

b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

c) Pemeriksaan neurologik

d) Pemeriksaan otologik

e) Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus

a) ENG

b) Audiometri dan BAEP

c) Psikiatrik

3. Pemeriksaan tambahan

a) Radiologik dan Imaging

b) EEG, EMG

http://fitrotzinbe.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatan-vertigo.html

23
2.8 Asuhan Keperawatan sesuai teori

1. Pengkajian data keperawatan

a) Aktivitas / Istirahat

Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata,

kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai

nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh,

aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

b) Sirkulasi

Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal,

pucat, wajah tampak kemerahan

c) Integritas Ego

Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan

ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi,

kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme

refresif/dekensif (sakit kepala kronik)

d) Makanan dan cairan

Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,

bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,

saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama

nyeri), penurunan berat badan.

e) Neurosensoris

24
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera

kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius,

tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,

epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore,

perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap

stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.

f) Nyeri/ kenyamanan

Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal

migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis,

nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus

pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti

menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas

vokal.

g) Keamanan

Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala),

gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent

(sakit kepala pada gangguan sinus).

h) Interaksi sosial

Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang

berhubungan dengan penyakit

i) Penyuluhan/ Pembelajaran

25
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan

alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)

b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus

e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan

a) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko

jatuh dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya

2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat energi yang 1. Energi yang besar dapat

dimiliki klien memberikan

26
2. Berikan terapi ringan untuk keseimbangan pada

mempertahankan tubuh saat istirahat

kesimbangan
2. Salah satu terapi ringan

3. Ajarkan penggunaan alat-alat adalah menggerakan bola

alternatif dan atau alat-alat mata, jika sudah terbiasa

bantu untuk aktivitas klien. dilakukan, pusing akan

berkurang.
4. Berikan pengobatan nyeri

(pusing) sebelum aktivitas 3. Mengantisipasi dan

meminimalkan resiko

jatuh.

4. Nyeri yang berkurang dapat

meminimalisasi

terjadinya jatuh.

b) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah

intoleransi aktivitas dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Meyadari keterbatasan energi

27
2) Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas

3) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

4) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

Intervensi Rasional

1. Kaji respon emosi, 1. Respon emosi, sosial, dan


sosial, dan spiritual spiritual mempengaruhi
terhadap aktivitas kehendak klien dalam
melakukan aktivitas
2. Berikan motivasi pada
klien untuk 2. Klien dapat bersemangat
melakukan aktivitas untuk melakukan aktivitas

3. Ajarkan tentang 3. Energi yang tidak stabil dapat


pengaturan aktivitas menghambat dalam
dan teknik melakukan aktivitas,
manajemen waktu sehingga perlu dilakukan
untuk mencegah manajemen waktu
kelelahan.
4. Terapi okupasi dapat
4. Kolaborasi dengan ahli menentukan tindakan
terapi okupasi alternatif dalam melakukan
aktivitas.

c) Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang

nutrisi dapat sedikit teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Klien tidak merasa mual muntah

28
2) Nafsu makan meningkat

3) BB stabil atau bertahan

Intervensi Rasional

1. Kaji kebiasaan makan 1. Kebiasaan makan yang disukai

yang disukai klien dapat meningkatkan nafsu

makan
2. Pantau input dan

output pada klien 2. Untuk memantau status nutrisi

pada klien
3. Ajarkan untuk makan

sedikit tapi sering 3. Mempertahankan status nutisi

pada klien agar dapat


4. Kolaborasi dengan ahli
meningkat atau stabil.
gizi

4. Ahli gizi dapat menentukan

makanan yang tepat untuk

meningkatkan kebutuhan

nutrisi pada klien.

d) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah

gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Klien dapat memfokuskan pendengaran

29
2) Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan

3) Pendengaran adekuat

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat 1. Mengetahui tingkat

pendengaran pada kemaksimalan pendengaran

klien pada klien untuk

menentukan terapi yang


2. Lakukan tes rinne,
tepat.
weber, atau swabah

untuk mengetahui 2. Mengetahui keabnormalan

keseimbangan yang terjadi akibat tinitus

pendengaran saat
3. Mempertahankan keadekuatan
terjadi tinitus
pendengaran

3. Ajarkan untuk
4. Memaksimalkan pendengaran
memfokuskan
pada klien
pendengaran saat

terjadi tinitus

4. Kolaborasi

penggunaan alat

bantu pendengaran

e) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah

koping individu tidak efektif dapat teratsi.

30
Kriteria Hasil :

1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran

2) Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri

Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan klien 1. Mengetahui batas maksimal


dalam kemampuan pendengaran
mempertahankan klien
keadekuatan
2. Klien tidak mengalami depresi
pendengaran
akibat keadaan fisiknya
2. Berikan motivasi
3. Pusing yang terjadi dapat
dalam menerima
memunculkan tinitus
keadaan fisiknya
4. Obat untuk mengatasi tinitus.
3. Ajarkan cara mengatasi
masalah
pendengaran akibat
pusing yang
diderita

4. Kolaborasi pemberian
antidepresan
sedatif, neurotonik,
atau transquilizer
serta vitamin dan
mineral.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan

telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular.

(http://niarahayu9.blogspot.com).Onlinediakses pada 22 oktober 2012.Pukul

23.50 WIB

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih

bahasa.Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

BAB III

3.1 KASUS

32
FOTMAT PENGKAJIAN

DATA BIOGRAFI

Tgl/Jam MRS : 25 Agustus 2018/10.00 WIB

Tgl/Jam Pengkajian : 27 Agustus 2018/09.30 WIB

Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan Alloanamnesa

Diagnosa Medis : Vertigo

I. BIODATA

1. Identitas Klien

Nama Klien : Tn.M

Alamat : Jln cemara Gunung Sakti

Umur : 61 th

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : SD

Pekerjaan : wiraswasta

2. Identitas Penanggung jawab

Nama : Ny.S

Umur : 52 th

Pendidikan : Tamat SMP

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jln Cemara Gunung sakti

Hubungan dengan klien : Istri

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Keluhan Utama

33
Pusing seperti berputar-putar, panas dingin, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kepala

pusing berputar, nyeri kedua pipi hingga sekitar mata, sakit bertambah saat pasien

menunduk dan duduk, badan panas dingin, dan leher terasa cengeng/pegel-pegel.

Kemudian dibawa ke puskesmas dan hasilnya tidak ada perubahan dan akhirnya dibawa

ke RSUD Menggala melalui UGD. Pasien terpasang infus Rl 20tpm, dan diambil

sempel darah, TD : 225/120 mmHg, S : 38°C, RR : 24x/menit.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya Tn.M belum pernah mengalami penyakit ini, namun dulu pernah

menderita penyakit hipertensi dan pernah berobat ke THT untuk operasi sinus

maksilaris.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Didalam keluarga Tn.M tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti

yang Tn.M derita saat ini. Namun untuk hipertensi diduga didapatkan melalui

keturunan, karena ayah dari Tn.M juga mengalami penyakit hipertensi.

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Memiliki riwayat hipertensi

: Pasien (Tn.M)

: Tinggal serumah

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan

34
Kesehatan lingkungan Tn.M cukup terawat dan orang-orang disekitarnya paling

umum memiliki penyakit hipertensi namun untuk penyakit pusing hebat yang diderita

Tn.M tidak ada yang mengalami.

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Klien mengatakan sehat itu sangat berarti bagi kehidupan. Tanpa kesehatan

orang tidak akan bisa melakukan kegiatan sehari-hari, maka keluarga Tn.M selalu

membawa anggota keluarga yang sakit ke tempat dokter untuk diperiksa, bahkan

sampai kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang rutin.

2. Pola Nutrisi/Metabolik

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari

Jenis Nasi putih, sayur, Bubur, kuah, air putih,

gorengan, buah kadang-

kadang, air putih.

Porsi 1 porsi habis ¼ porsi

Keluhan Tidak ada Mual, tidak nafsu

makan, dan lidah terasa

pahit serta tidak makan

selama 3 hari terhitung

saat 1 hari sebelum

masuk RS

Antropometri : BB : 64 kg, TB : 163 cm, IMT : 24,08 Kg/BB

35
Biochemical : Hct : 42 % Hb : 12,8 g/dL

Clinical sign :

Rambut : sedikit lengket, kusam, terdapat ketombe.

Mata : konjugtiva tidak anemis, pupil isokor, sclera tidak ikterik

Kulit : lembab, turgor kurang elastis.

Pasien merasa mual muntah

Dietary history : Pasien tidak memiliki diet khusus. Selain itu pasien suka

makan kangkung dan sayur lodeh.

3. Pola Eliminasi

Eliminasi Alvi (BAB)

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Frekuensi 1x sehari 3 hari sekali

Konsistensi Lunak berbentuk Sedikit Keras

Bau Khas Khas

Warna Kuning Kuning kecoklatan,

tidak ada darah

Keluhan Tidak ada Sulit BAB

Eliminasi Urin

36
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Frekuensi 4-6x/hari 3-5x/hari

Pancaran Kuat Lemah

Jumlah ±200 cc sekali BAK ±200 cc sekali BAK

Bau Khas Amoniak

Warna Kuning jernih Kuning kecoklatan

Perasaan setelah BAK Lega Lega

Keluhan Tidak ada Tidak ada

Total produksi urin ± 800-1200 cc/hari ±600-1000 cc/hari

ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN

Intake Output Analisa

Minum ±1200 cc Urine 1000 cc Intake 1900 cc

Makanan ±200 cc Feses 100 cc Output 1740 cc

Infus 500 cc IWL 10 x 64 kg = 640

cc

Total 1900 cc Total 1740 cc Balance : intake > output

4. Pola Aktifitas dan Latihan

37
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum V

Mandi V

Toileting V

Berpakaian V

Mobilitas ditempat tidur V

Berpindah V

Ambulasi/ROM V

5. Pola Istrahat Tidur

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Jumlah jam tidur siang - ± ½ jam

Jumlah jam tidur malam 8 jam 3-5 jam

Pengantar tidur Tidak ada Ada

(penggunaan obat tidur)

Gangguan tidur Tidak ada sering terbangun karena

nyeri pada pipi,

lingkungan kurang

tenang.

Perasaan waktu bangun Nyaman Masih merasa ngantuk

Kondisi mata Tidak berkantung Berkantung

6. Pola Kognitif – Perseptual

38
Klien dapat berbicara dengan lancar, melihat seperti berputar-putar, menjawab

pertanyaan dengan tepat saat ditanya, penciuman baik, lidah terasa pahit, merasa mual-

mual, dapat mengidentifikasi tes raba, merasa badannya panas dingin. Selain itu klien

juga merasa nyeri.

P : nyeri karena vertigo,

Q :seperti ditarik-tarik,

R: kedua pipi sampai sekitar mata,

S:9

T : saat menundukkan dan duduk

7. Pola persepsi Konsep Diri

a. Gambaran diri/citra tubuh

Pasien tidak suka dengan pusing yang seakan menarik wajahnya.

b. Ideal diri

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat segera pulang.

c. Harga diri

Tn.M mengatakan malu dengan istrinya karena tidak bisa menafkahi istrinya

karena keadaan sakit yang dia alami saat ini.

d. Peran diri

Tn.M mengatakan saya tidak bisa bekerja lagi. Untuk saat ini justru istri saya

yang harus bekerja untuk biaya perawatan di rumah sakit.

e. Identitas diri

Tn.M mengatakan dia sebagai kepala keluarga didalam keluarganya, yang

seharusnya dapat memberikan sandang, papan, dan pangan.

8. Pola Seksual dan Seksualitas

39
Tn.M mengatakan terkadang masih melakukan hubungan dengan istrinya jika

kondisi mereka memungkinkan.

9. Pola Peran dan Hubungan

Hubungan dengan kelurga harmonis dan tidak ada maslah yang mengakibatkan

kekacauan dalam rumah tanggannya. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik

sehingga saat salah satu anggota warga ada yang sakit mereka saling menjenguk.

10. Pola Manajemen dan Koping Stres

Saat terjadi nyeri pasien hanya mampu menahan nyeri dan berusaha untuk tidur.

Karena Tn.M sakit yang berusaha membayar biaya perawatan adalah istrinya.

11. Sistem Nilai dan Keyakinan

Ny.M mengatakan yakin bahwa suaminya dapat sembuh, Ny.S selalu berdoa

agar suaminya lekas diberikan kesembuhan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan/Penampilan Umum

Kesadaran : Composmentis

TTV :

a) TD : 170/100 mmHg

b) Pernafasan :

- Frekuensi : 22x/menit

- Irama : teratur

c) Suhu : 38°C

d) Nadi :

- Frekuensi : 96x/menit

- Irama : teratur

- Kekuatan : kuat

40
2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a. Kepala, Rambut : warna hitam sedikit beruban, rambut lengket, dan kusam, tidak ada

kutu, terdapat ketombe.

b. Mata :

- Palpebra : tidak udem, tidak petosis

- Konjungtiva : konjungtiva tidak anemis

- Pupil : isokor

- Sclera : tidak ikterik

- Reflek terhadap cahaya : +

- Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

c. Hidung : lembab, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung

d. Mulut : bibir lembab, mukosa mulut sedikit kotor, tidak ada sariawan

tidak ada gigi berlubang.

e. Telinga : sedikit kotor, sedikit serumen, kadang-kadang terjadi tinitus.

f. Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi kaku

Kuduk

g. Dada :

1) Paru-paru

-Inspeksi : Bentuk dada simetris

-Palpasi : Vocal premitus getaran kanan kiri sama

-Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru

-Auskultasi : Vesikuler pada seluruh area paru, tidak ada suara nafas tambahan,

inspirasi lebih pendek dari ekspirasi.

41
2) Jantung

-Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

-Palpasi : IC teraba di ICS 5 mid clavicula

-Perkusi : Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal

-Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan.

h. Abdomen :

-Inspeksi : warna sawo matang, jaringan parut tidak

terlihat, umbilicus kotor.

-Auskultasi : 30x/menit

-Perkusi : thympani

-Palpasi : tidak ada nyeri tekan

i. Ekstremitas

Atas

 Kekuatan otot kanan dan kiri :4

 ROM kanan dan kiri : Aktif

 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada perubahan bentuk tulang

 Perabaan Akral : Hangat

 Pitting edema : tidak ada

Analisa : tidak ada kelainan pada ekstremitas.

Bawah

 Kekuatan otot kanan dan kiri :4

 ROM kanan dan kiri : Aktif

 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada perubahan bentuk tulang

 Perabaan Akral : Hangat

 Pitting edema : tidak ada

42
Analisa : tidak ada kelainan pada ekstremitas bawah.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hari/Tanggal/ Jenis Keterangan Hasil

Jam Pemeriksaan

Senin, 27 1. Ro Thorax Tidak ada bercak-bercak, tidak ada fraktur ic

agustus 20182. Ro Sinus Penebalan mukosa sinus maksilaris duplek

09.00 WIB Paranasal

3. EKG Tidak ada kelainan jantung

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hari/Tgl/Jam Jenis Nilai Normal Hasil Keterangan


Pemeriksaan dan satuan
Senin, 27 GDS 100 s/d 150 mg 127 mg Normal
Agustus 2018 Hb 14-18 g/dL 12.8 g/dL Turun
09.00 WIB Leukosit 5000-10000/mm³ 6000/mm³ Normal
Eritrosit 4,5-5,5 juta/mm³ 4800000/ mm³ Normal
Hct 40-43 % 42 % Normal
Eosinofil 1-3 % 0% Turun
Basofil 0-1 % 0% Normal
Batang 2-6 % 0% Turun
Segmen 50-70 % 69 Normal
Limfosit 20-40 % 27 % Normal
Monosit 2-8 % 4% Normal
Trombosit 150000-300000 mm³ 214000 mm³ Normal
MCV 82-92 mikron 3 88 mikron 3 Normal
MCH 27-32 piko gram 31 Piko gram Normal
MCHC 32-37 % 36 % Normal

43
VI. TERAPI MEDIS

Hari/ Tangga Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi &


Jam Kandungan Farmakologi
Senin, Cairan IV :
27/8/2018 - Infus RL 16 tpm Cairan elektrolit Keseimbangan
cairan dan
elektrolit dalam
tubuh

- Ranitidin 25 mg Obat saluran cerna Terapi tukak


lambung,
mengatasi mual

Obat Peroral :

- Captopril 25 mg Antihipertensi
Mengobati
hipertensi ringan
s/d sedang
e)
- Sohobion 100 mg Vitamin B
Terapi defisiensi
Vit B1, B6, & B12

- Mertigo 6 mg Antineoplastik,
Mengobati vertigo
Imunosupresan
dan yang
berhubungan
dengan gangguan
keseimbangan

Obat Parenteral
Obat Topikal

44
VII. ANALISA DATA

No Hari/tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi TTD


1 Senin, DS: Gangguan Agen cedera
27-8-2018 pasien mengatakan pusing rasa biologi
09.30 WIB berputar-putar. nyaman (nyeri
P: nyeri karena vertigo akut)
Q : seperti ditarik-tarik
R : kedua pipi sampai sekitar
mata
S:9
T : Saat duduk / menunduk
DO:
1. TD : 170/100 mmhg
2. S : 380C
3. N : 96x/mnit
4. RR : 22x/mnit
5. Pasien tampak meringis
kesakitan
6. Pasien tampak resah
2 Selasa,28- DS : Resiko nutrisi Tidak
08-2018 Pasien mengatakan nafsu kurang dari adekuatnya
09.30 WIB makan berkurang, mual kebutuhan intake makanan
muntah, dan lidah terasa pahit tubuh
serta tidak makan selama 3 hari
dan hanya minum air putih.
DO :
A : BB : 64kg, TB : 163 cm,
IMT : 24,08 kgBB
B:
Hct : 42 %
Hb : 12,8 g/dL
C:
1. Pasien tampak mual muntah

45
2. Turgor kurang elastis
3. Pasien tampak lemas
4. Konjungtiva tidak anemis
D : Menghabiskan ¼ porsi
makan

3 Rabu, DS : Gangguan Fisiologi


28-8-2018 Pasien mengatakan susah tidur, pola tidur (pusing seperti
09.30 WIB tidur siang ±1/2 jam dan tidur berputar-putar)
malam hanya 3-5 jam dan
mudah terbangun karena nyeri,
perasaan setelah bangun masih
mengantuk
DO :
1. TD : 170/100mmhg
2. S : 38oC
3. N : 96 x/ mnit
4. Mata berkantung
5. Pasien tampak mengantuk

4. kamis, DS : Resiko Jatuh Gangguan


29-8-2018 Pasien mengatakan pusing kesesimbangan
09.30 WIB seperti berputar-putar dan N VIII
tambah parah jika digunakan
untuk menunduk dan duduk.
DO :
1. Kerusakan keseimbangan
2. 170/100 mmHg
3. Agen antihipertensi
4. Tidak familiar terhadap
ruangan
5. Tidak ada pengawasan saat
ke kamar mandi

46
6. Tidak ada pegangan menuju
kamar mandi

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA

1. Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII

2. Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi

4. Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)

5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan

IX. RENCANA KEPERAWATAN

No. Hari/ Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional TTD

47
Tgl/Jam Keperawatan
1. Senin/ Resiko jatuh b.d Setelah 1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi
27Agustus Gangguan dilakukan aktivitas yang kategori aktivitas
2018 keseimbangan N tindakan dijalani pasien yang dijalani pasien.
10.00 VIII keperawatan selama di rumah
2. Karakteristik jalan
WIB selama 2x24 jam sakit. dapat menentukan
masalah resiko 2. Observasi keadaan pasien,
jatuh dapat perilaku jalan memerlukan bantuan
teratasi dengan pasien atau tidak
kriteria hasil sbb3. Observasi 3. Keadaan tempat
: tempat yang yang kurang baik
1. Tidak terjadi biasa dilalui dapat menimbulkan
jatuh atau cidera pasien untuk jatuh
fisik beraktivitas 4. Mengantisipasi
2. Pasien dapat 4. Naikkan terjadinya jatuh saat
beraktivitas dan restrain jika pasien banyak
atau ambulasi perlu bergerak
dengan tenang 5. Dampingi 5. Saat pasien akan
3. Pasien terjaga pasien saat jatuh ada yang
keamanannya berjalan membantu menopang
dalam 6. Beritahu tubuhnya
beraktivitas pasien dan 6. Pasien dan
4. TD : 140/90 keluarga akibat keluarga dapat
mmHg dari jatuh memahami bahaya
5. Pasien dapat 7. Beritahu pada jatuh
mengenali keluarga pasien7. Mengidentifkasi
lingkungan untuk tetap tanda-tanda
diruangan menjaga atau terjadinya jatuh
mengawasi 8. Pasien dapat
aktivitas pasien menggunakan
8. Ajarkan pada perantara untuk
pasien untuk berjalan seperti kursi,
menggunakan bed, dll

48
alat-alat 9. Keselamatan
alternatif dalam pasien saat
beraktivitas beraktifitas terjaga.
9. Kolaborasi
penggunaan alat
bantu untuk
beraktivitas
2. Selasa/28 Hipertermi b.d Setelah 1. Observasi VS1. Tanda-tanda kejang
agustus Ketidakefektifan dilakukan pasien 4 jam demam dapat
2018/ kerja tindakan 2x24 sekali diketahui dari VS
10.00 hipotalamus jam masalah 2. Lakukan 2. Agar tubuh terjadi
WIB hipertermi dapat kompres hangat vasodilatasi dan suhu
teratasi dengan 3. Anjurkan dapat turun
kriteria hasil sbb untuk memakai3. Memudahkan
: baju tipis sirkulasi udara untuk
1. Suhu turun 4. Anjurkan menurunkan suhu
menjadi 36- asupan cairan 4. Dehidrasi dapat
37,5°C oral memperparah
2. Pasien tidak 5. Kolaborasi hipertermi
merasa resah penggunaan 5. Obat penurun suhu
3. RR dalam obat antipiretik tubuh.
batas normal 18-
24x/menit dan
tidak mengalami
distres dalam
pernafasan
3. Rabu,29 Gangguan rasa Setelah 1. Kaji nyeri 1. Mengetahui skala
agustus nyaman (nyeri dilakukan (PQRST) nyeri dan keadaan
2018/ akut) b.d Agen tindakan 2. Kaji keluhan nyeri secara holistik
10.00 cidera biologi keperawatan pasien tiap hari2. Mengetahui tingkat
WIB selama 3x24 jam3. Berikan posisi penurunan nyeri
masalah nyaman sesuai untuk sembuh
keperawatan dengan 3. Posisi yang

49
gangguan rasa kebutuhan nyaman dapat sedikit
nyaman nyeri pasien mengubah persepsi
dapat 4. Ajarkan terapi nyeri yang dirasa
diminimalkan untuk pasien
dengan KH sbb : pengurangan 4. Kebiasaan
1. Pasien sudah nyeri mengubah posisi
tidak meringis (mengubah kepala secara
kesakitan posisi kepala) bertahap dapat
2. Skala nyeri 5. Ajarkan menurunkan nyeri
menjadi 6 tekhnik atau pusing.
3. TD : 140/70 relaksasi 5. Dengan teknik
mmHg 6. Kolaborasi relaksasi dapat
4. S : 36-37,50C dengan mengurangi rasa
5. N : 60- pemberian obat nyeri
100x/menit analgesik dan
6. Obat penghilang
6. RR : 18- mertigo rasa nyeri dan obat
24x/menit untuk vertigo
7. Pasien merasa
nyaman

X. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI

50
N Tgl/jam No. Implementasi Respon klien TTD
Dx
o

1 Senin,27-08-2018 3 Mengkaji nyeri (PQRST) S : pasien mengatakan pusing


10.30 WIB berputar-putar
P : nyeri karena vertigo
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri kedua pipi hingga
sekitar mata
S:9
T : saat duduk/ menunduk
10.45 WIB O : -Pasien tampak meringis
kesakitan
S : pasien mengatakan lebih
nyaman dengan posisi yang
3 Memberikan posisi yang diberikan perawat
nyaman O: -Pasien terlihat lebih
nyaman
-Pasien tampak tenang

S : Pasien mengatakan mau


2 Memberikan kompres air dikompres
hangat O : Suhu 38,3°C
Pasien tampak resah

S : Pasien mengatakan saat


dirumah sakit hanya tidur dan
Mengkaji tingkat aktivitas ke kamar mandi
11.30 WIB 1 yang dijalani pasien O : Pasien tampak ingin
selama di rumah sakit. melakukan aktivitas secara
mandiri

51
S:-
O : suhu 37,9°C
Melakukan pemeriksaan TD : 170/100 mmHg
1, 2, TTV RR : 22x/menit
13.00 WIB 3,4 N : 86x/menit

S : pasien mengatakan mau


melakuakam
Menganjurkan makan O : pasien tampak kooperatif.
5 sedikit tapi sering
13.10 WIB S : klien mengatakan ingin tidur
tapi sulit.
Menjelaskan pentingnya O : klien tampak mengantuk
4 tidur Adanya kantung mata

S : Pasien mengatakan mau


mencobanya
Mengajarkan mengubah O : pasien tampak kooperatif
3 posisi kepala sesering
mungkin sebagai terapi
penghilang pusing
2 Selasa,28-08- 3 Memvalidasi nyeri pada S : pasien mengatakan nyerinya
2018 pasien masih terasa hebat dan seperti
09.00 WIB berputar-putar
O : Wajah pasien tampak
meringis kesakitan
-Qualitas seperti ditarik-tarik

10.00 WIB S : pasien mengatakan sudah


5 Memantau intake dan minum sekitar 3 gelas
output pada pasien O : input cairan ±900 cc

S : Pasien mengatakan ya

52
Memberitahu pada pasien O : Pasien tampak kooperatif
11.30 WIB 1,2, dan keluarga untuk makan
3,4 makanan yang disukai
pasien
S : Pasien mengatakan ya
Melakukan pemeriksaan O : suhu 36,4°C
13.00 WIB TTV TD : 150/90 mmHg
4 RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : pasien mengatakan belum
bisa tidur
Mengobservasi intensitas O : mata pasien masih terlihat
4 tidur pasien berkantung, pasien tampak
mengantuk.

S : Istri pasien mengatakan


sudah melakukan pijatan
3 Memberitahu pada O : Pasien dan keluarga tampak
keluarga untuk resah
15.10 WIB memberikan pijatan yang
nyaman saat memulai S : Pasien mengatakan mau
tidur diajari
O : pasien terlihat kooperatif,
1 Mengajari teknik relaksasi wajah tampak meringis
16.00 WIB kesakitan karena nyeri.

S : Pasien mengatakan sudah


mengerti
1,2, Mengajarkan pada pasien O : Pasien tampak sudah
3,4 untuk menggunakan alat- melakukan dan sudah paham
16.30 WIB alat alternatif dalam
beraktivita S : Pasien mengatakan sedikit
sakit saat diinjeksi

53
O : Ranitidin masuk 25mg/ml
Memberikan injeksi Paracetamol masuk
5 Ranitidin. Menganjurkan 500mg/oral
17.55 WIB untuk minum parasetamol
per oral.

3 Rabu, 29-08-2018 3 Memvalidasi nyeri pada S : Pasien mengatakan masih


10.00 WIB pasien nyeri pada wajahnya dan terasa
berputar-putar serta seperti
ditarik-tarik
O : Pasien tampak bingung dan
kesakitan
Quality : seperti ditarik-tarik
Skala 8
4 Memvalidasi kemampuan S : Pasien mengatakan semalam
tidur pasien bisa tidur tapi dengan bantuan
obat tidur
11.20 WIB O : Pasien tampak segar,
kantung mata tidak ada

Memberitahu pasien S : Pasien mengatakan sudah


tentang makanan yang cukup mengerti atau paham
12.00 WIB 5 banyak mengandung tentang jenis-jenis makanan
karbohidrat dan gizi yang tersebut.
cukup O : pasien tampak mengerti,

13.20 WIB 1,2,3, Melakukan pemeriksaan S : Pasien mengatakan


4 TTV berkenan untuk dilakukan
pemeriksaan TTV
O : suhu 37°C ,
TD : 110/70 mmHg
RR : 22X/menit

54
N : 88x/menit
21.10 WIB 5 Memotivasi pasien untuk S : pasien mengatakan ya
tetap makan sesering O : Pasien tampak kooperatif.
mungkin.

1, 5 Memberikan injeksi S:-


Mecobalamin 500µg O : Pasien tampak kesakitan
saat
diinjeksi
-Mecobalamin masuk
500µg
- Pasien tidak alergi obat
3, 4 Menciptakan lingkungan Mecobalamin
yang nyaman
(membaringkan pasien S : Pasien merasa lebih baik
tanpa bantal ditempat tapi tetap merasa sedikit nyeri
tidur dan membersihkan O : Skala nyeri 7
seprei) Quality : seperti ditarik-tarik
Sprei bersih

XI. CATATAN KEPERAWATAN

55
Hari/Tgl/Jam No.D Evaluasi TTD
x
Senin, 27- 1 S : Pasien mengatakan belum bisa ke kamar mandi karena
08-2018 pusing
14.00 WIB O: Pasien tampak lemah
Kekuatan otot ekstremitas bawah 3
Pasien menggunakan bantuan minimal
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2 S : Pasien mengatakan badannya masih panas


O : Suhu 38°C
N : 86x/menit
RR : 22x/menit
TD : 170/100 mmHg
Akral teraba hangat
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 5)

3 S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri atau pusing


seperti berputar-putar dan mata seakan-akan tertarik
kedalam
O : Pasien tampak bingung, takut, dan cemas
TD : 170/100 mmHg, Suhu 38°C
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)

S : pasien mengatakan masih tidak bisa tidur


O : klien tampak mengantuk, mata berkantung
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
4 P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)

56
S : Pasien mengatakan makan selalu tidak habis
O : makan hanya habis ¼ porsi saja (±150 cc/tiap kali
makan)
5 A : Masalah nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (5,6,7)

Selasa, 28- 1 S : Pasien mengatakan sudah berjalan sendiri ke kamar


08-2018 mandi
20.00 WIB O : kekuatan otot pasien 4
Pasien tampak semangat dalam berjalan meski menahan
nyeri/pusing
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2,5,6,7,8)

2 S : Pasien mengatakan badanya panas lagi


O : Suhu 38,2°C
Nadi 84x/menit
RR : 22x/menit
TD : 140/80 mmHg
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi (2, 5)

3 S : Pasien mengatakan masih nyeri di wajah seperti ditarik-


tarik
O : klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 8
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)

4 S : Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering


terbangun
O : Pasien tampak bingung dan resah
TD : 140/80 mmHg

57
Suhu 38,2 °C
A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,5,6)

5 S : Pasien mengatakan nafsu makan meningkat


O : makan habis ½ porsi, tidak ada mual
A : masalah resiko nutrisi sedikit teratasi
P : pertahankan intervensi

Rabu, 29-08- 1 S : Pasien mengatakan ke kamar mandi minta didampingi


2018 istrinya karena takut jatuh
08.00 WIB O : TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah resiko jatuh teratasi
P : pertahankan intervensi

2 S : Pasien mengatakan badanya sudah tidak panas


O : Suhu 37°C
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah hipertermi teratasi
P : Pertahankan intervensi

3 S : Pasien mengatakan masih nyeri dan pusing, apalagi saat


digunakan duduk atau berdiri
O : Pasien tampak resah, skala nyeri 7
TD : 110/60 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)

58
4 S : Pasien mengatakan sudah dapat tidur meskipun hanya 5
jam
O : Pasien tampak tidak mengantuk lagi, tidak ada kantung
mata
TD : 110/70 mmHg
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
P : Pertahankan intervensi

5 S : Pasien mengatakan jika makan sudah habis 1 porsi dan


tidak mual.
O : Intake meningkat dari ¼ porsi menjadi 1 porsi
A : masalah resiko nutrisi teratasi
P : Pertahankan intervensi

PATHWAY KONSEP

59
Otologi Neurologik Hipertensi Psikiatrik
Fisiologi
-Meniere, -Gangguan Visus (Depresi,
Ansietas
-Parese N VIII -MS Fobia,
Psikosomatis) Gangguan
-Otitis media -Ggn
Serebelum keseimbangan

Menyerang N. III, IV, VI terganggu tekanan


darah Mual, muntah
Telinga bagian naik turun
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dalam mata menjadi kabur
Diteruskan ke
Tinitus keseimbangan terganggu pembuluh darah
telinga

Gangguan persepsi sensori pendengaran


Tidak mampu berfokus pada Pasokan darah
Pikiran ke N.VIII tidak
stabil

Keseimbangan
terganggu
Gangguan proses fikir

Bakteri menginfasi SSP


Intoleransi aktivitas

Menyebar ke N. VIII

Resiko Jatuh
N.VIII terganggu

Sempoyongan

60
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Dilakukan dengan cara wawancara.Menggali informasi dari pasien langsung

(Autoanamnesa) dan informasi dari keluarga pasien (Alloanamnesa) serta dengan data-

data dari rekam medik pasien yang selalu digunakan dalam segala aspek atau tindakan

yang pernah dilakukan terhadap pasien.

Menurut Prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt Vertigo disebabkan karena gangguan

keseimbangan di telinga bagian dalam atau mungkin di otak. Bentuk paling sering dari

vertigo adalah Benign Paroxymal Positional Vertigo (BPPV), yaitu adanya ilusi

gerakan yang disebabkan oleh gerakan kepala secara mendadak atau gerakan kepala ke

arah tertentu. Jenis seperti ini umumnya tidak berat dan dapat teratasi. Pada umunya

penderita akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau

lingkungan yang berputar. Selain itu, kadang ada juga yang disertai gejala mual

muntah, berkeringat, dan gerakan mata yang abnormal. Gejala ini bisa terjadi dalam

satuan menit atau jam, dapat bersifat konstan atau episodik (kadang-kadang). Ada pula

yang merasakan telinga berdenging, gangguan penglihatan, lemah, sulit bicara, atau

kesulitan berjalan(Ikawati, 2010)

Namun pada pasien yang menjadi kasus kelolaan ini mengalami pusing yang

berputar-putar serta bagian sekitar mata seperti ditarik-tarik kedalam. Suhu tubuh yang

61
selalu tinggi dan derajat angkanya naik turun tapi tetap konstan termasuk kedalam

hipertermi. Pasien merasakan tubuhnya menggigil dan banyak mengeluarkan keringat.

Selama sakit nafsu makan pasien turun, hal itu dikarenakan adanya mual muntah yang

dirasa pasien. Lima hari pasien hanya minum air putih dan enggan untuk

mengkonsumsi nasi. Herannya dengan kondisi lemah yang dialami pasien ini masih

dapat melakukan ADL secara mandiri, meskipun nyeri (pusing) yang dialami ini lebih

hebat dari nyeri yang dialami sebelumnya. Pasien juga memiliki riwayat pengobatan

penyakit sinus yang dideritanya sejak beberapa tahun yang lalu.

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan vertigo meliputi :

1. Nistagmus

2. Pemeriksaan neurologis dengan perhatian khusus pada :

a) Posturografi : tes Romberg yang dipertajam, past-pointing test, Manuver Nylen-

Barany atau Dix-Hallpike

b) Tes kalorik

c) Saraf-saraf kranal

d) Fungsi motorik dan sensorik

3. Pemeriksaan penunjang meliputi :

a) Laboratorium : darah lengkap, profil lipid, asam urat, dan hemostasis

b) Foto Rontgen servikal

c) Neurofisiologi sesuai indikasi : EEG (elektroensefalografi), ENG

(elektronistagmografi), EMG (elektromiografi), BAEP (Brainstem Auditory Evoked

Potential) dan audiometri

d) Neuroimaging seperti CT scan, MRI, dan ateriografi untuk mengetahui keadaan lesi

atau tidaknya bagian kepala yang mempengaruhi saraf.

(Dewanto, dkk.2009)

62
Pada pasien kelolaan hanya dilakukan pemeriksaan rontgen dan laboratorium untuk

mendukung diagnosa pada pasien, karena dilihat dari tanda-tanda yang ada pasien

positif menderita vertigo.

B. Diagnosa

Setiap pasien dengan vertigo pasti memiliki keluhan yang berbeda-beda antara

satu dengan yang lainnya. Namun sebagian besar pasien mengalami kejadian yang

sama. Untuk keluhan yang berbeda akan memunculkan diagnosa keperawatan yang

berbeda pula. Berikut adalah diagnosa keperawatan utama pada pasien dengan vertigo

1. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan

cara berjalan dan vertigo.

2. Kerusakan penyesuaian berhubungan dengan ketidakmampuan merubah gaya hidup

yang diperlukan karena sifat vertigo yang tidak dapat diperkirakan

3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan haluaran cairan,

perubahan masukan, dan obat.

4. Kurang perawatan diri : makan, mandi/higiene, berpakaian/berdandan, toileting,

berhubungan dengan disfungsi labirin dan episode vertigo.

5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap, atau perubahan pada status

kesehatan dan efek ketidakmampuan dari vertigo. (Baughman,2000)

Dari berbagai diagnosa diatas hanya ada satu yang sesuai dengan diagnosa keperawatan

pada pasien kasus kelolaan yaitu risiko terhadap cedera. Namun diagnosa lain bertolak

belakang. Karena pada kasus kelolaan muncul diagnosa sebagai berikut :

1. Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII

Diagnosa ini diambil karena pada pasien selalu aktif untuk melakukan ADL

sendiri seperti ke kamar mandi yang dilakukan secara mandiri tanpa ada seseorang yang

63
mengawalnya. Sehingga resiko kemungkinan untuk jatuh sangat besar terkait dengan

kondisi pasien yang lemah dan merasa pusing seperti berputar.

2. Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus

Pada pasien mengalami panas dan keluar keringat dingn serta suhu tubuh pasien

selalu tinggi.

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi

Kemungkinan pada pasien terjadi cedera pada bagian syarafnya karena dari hasil

pemeriksaan Rontgen sinus mengalami penebalan dan kemungkinan dapat menganggu

saraf nervus vestibularis sehingga timbul nyeri tiba-tiba dan terjadi vertigo.

4. Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)

Karena tingkat nyeri yang skalanya tinggi (skala nyeri pasien 9). Sangat

mengganggu pola tidur pasien. Pasienpun susah untuk memulai tidur. Bahkan tidur

malam hanya dirasakan kurang lebih 2 jam saja.

5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.

Timbulnya mual disertai muntah menjadi alasan utama untuk menegakan

diagnosa resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain itu disertai adanya intake

yang tidak stabil karena pasien hanya minum banyak dan tidak makan selama lima hari.

D. Intervensi

64
Sasaran pasien mencakup tetap bebas dari setiap cedera yang berkaitan dengan

ketidakseimbangan dan atau jatuh : menyesuaikan pada modifikasi gaya hidup untuk

mengurang ketidakmampuan dan menguatkan kontrol dan kemandirian,

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, tidak mengalami ansietas yang

berkelanjutan serta mampu untuk melakukan ADL (Baughman, 2000)

Pada rencana keperawatan lebih menekankan pada rencana keperawatan untuk

mengatasi diagnosa yang muncul lebih dominan. Perawat lebih mengutamakan tindakan

mandiri perawat daripada tindakan kolaborasi. Meskipun tindakan mandiri perawat

lebih kecil presentase untuk mencapai keberhasilan, namun jika tetap dilakukan secara

berangsur-angsur akan menciptakan kesembuhan atau sedikit teratasinya keluhan yang

muncul.

Pada pasien kasus kelolaan lebih diutamakan untuk mengatasi resiko jatuh

karena bahaya dari jatuh akan memunculkan komplikasi yang serius pada pasien serta

menambah keluhan yang dirasa pasien. Untuk mengatasi nyeri (pusing) dilakukan

setelah hipertermi dapat teratasi. Karena lebih mudah mengatasi hipertermi daripada

nyeri yang muncul. Untuk mengatasi nyeri (pusing) akan dilakukan proses terapi

sederhana. Gangguan pola tidur akan dilakukan tindakan pemberian lingkungan yang

nyaman dan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akan lebih ditekankan pada

pemberian pendidikan kesehatan pada pasien untuk mengubah kebiasaan makan serta

pemberian motivasi tetap makan karena kesembuhan dimulai dari nutrisi yang baik.

65
E. Implementasi

Pada kasus vertigo sentral, karena disebabkan gangguan vaskuler,

penatalaksanaanya sesuai dengan tatalaksana pada kasus stroke. Pada vertigo

penatalaksanaanya terdiri dari terapi kausal, terapi simtomatik, terapi rehabilitasi yaitu

dengan menggunakan metode Brand-Daroff, serta dilakukan operasi. Prosedur operasi

dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak berhasil. Berikut contoh-contoh obat

antivertigo :

1. Penyekat Kalsium : Flunarisin 5-10 mg diberikan 1x sehari, Sinarisin 25 mg diberikan

3x sehari.

2. Antihistamin : Prometasin 25-50 mg diberikan 3x sehari, Dimenhidrat 50 mg

diberikan 3x sehari.

3. Antikolenergik : Skopolamin 0,6 mg diberikan 3x sehari, Atropin 0,4 mg diberikan 3x

sehar.

4. Monoaminergik : Amfetamin 5-10 mg diberikan 3x sehari, Efedrin 25 mg diberikan

3x sehari.

5. Phenotiazine : Proklorperasin 3 mg diberikan 3x sehari, Klorperasin 25 mg diberikan

3x sehari

6. Benzodiazepin : Diazepam 2-5 mg diberikan 3x sehari.

(Dewanto, 2009.Hal.113-114)

Penatalaksanaan diet diberikan minuman atau makanan rendah natrium yaitu 2000 mg

per hari. Selan itu dianjurkan untuk menghindari alkohol, nikotin, dan kafein.

Sedangkan penatalaksanaan bedah dilakukan 3 cara yaitu : Dekompresi atau pirai

66
kantung endolimfatik, Labirinektomi (penghancuran telinga dalam), dan terakhir

dilakukan pembedahan Seksi saraf vertibular (saraf kranial ke-8). (Baughman, 2000)

Sedangkan pada pasien ini selain diberikan tindakan mandiri perawat pasien juga

diberikan terapi farmakologi. Terapi yang diberikan antara lain :

Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi & Farmakologi


Kandungan
Cairan IV :
- Infus RL 16 tpm Cairan elektrolit Keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh

- Ranitidin 25 mg Obat saluran cerna Terapi tukak lambung,


mengatasi mual
Obat Peroral :

- Captopril 25 mg Antihipertensi Mengobati hipertensi ringan


s/d sedang
b)
- Sohobion 100 mg Vitamin B Terapi defisiensi Vit B1, B6, &
B12

- Mertigo 6 mg Antineoplastik, Mengobati vertigo dan yang


Imunosupresan berhubungan dengan gangguan
keseimbangan
Terapi diatas diberikan menurut keluhan yang dialami pasien dan hanya ada satu obat

antivertigo yaitu mertigo yang menjadi terapi utama penangan vertigo.

67
F. Evaluasi

Pada pasien vertigo yang dikelola setelah dilakukan tindakan keperawatan

berikut dengan kolaborasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat teratasi

meliputi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hipertermi, gangguan pola tidur, dan

resiko jatuh pada pasien dapat diantsipasi. Sedangkan diagnosa yang belum dapat

teratasi adalah masalah nyeri atau pusing yang berputar-putar. Pasien mengatakan

bahwa nyerinya akan hilang sejenak setelah diberikan suntikan, namun setelah itu nyeri

akan kembali dan akan lama dirasakan oleh pasien.

4.1 URAIAN KEGIATAN

68
A.Ruang Perawatan Bangsal Pria

No Materi Status Melihat Status Melakukan


No Tanggal No Tanggal No Tanggal No Tanggal
1 Mengganti 1 6 1 6
cairan infus 2 7 2 7
3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
2 1 6 1 6
Mengantar 2 7 2 7
resep obat 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
3 1 6 1 6
Pemasangan 2 7 2 7
infus 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
4 1 6 1 6
2 7 2 7
Tindakan EKG 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
5 1 6 1 6
pemberian 2 7 2 7
terapi injeksi 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
6 1 6 1 6
Mengikuti visit 2 7 2 7
dr 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
7 1 6 1 6
Transfusi 2 7 2 7
darah 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
8 1 6 1 6
2 7 2 7
Porbedent 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
9 1 6 1 6
2 7 2 7
Up infus 3 8 3 8

69
4 9 4 9
5 10 5 10
10 1 6 1 6
2 7 2 7
TTV 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
11 1 6 1 6
Mengambil 2 7 2 7
Darah Pasiem 3 8 3 8
Untuk Cek 4 9 4 9
LAB 5 10 5 10
12 1 6 1 6
2 7 2 7
Mengantar 3 8 3 8
Resep 4 9 4 9
5 10 5 10
13 1 6 1 6
2 7 2 7
Nebulisisasi 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
14 1 6 1 6
2 7 2 7
Ganti Verban 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
15 1 6 1 6
Pasang NGT 2 7 2 7
3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
16 1 6 1 6
2 7 2 7
Racik Obat 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
17 1 6 1 6
Perbaiki infus 2 8/6/2018 7 2 7
macet 3 9/6/2018 8 27/6/2018 3 8
4 12/6/2018 9 28/6/2018 4 9
5 21/6/2018 10 30/6/2018 5 10
18 1 20/6/2018 6 1 6
2 21/6/2018 7 2 7
Pemasangan 3 8 3 8
cateter 4 9 4 9
5 10 5 10

70
19 1 13/8/2018 6 1 6
2 20/6/2018 7 2 7
Pasang O2 3 21/6/2018 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
20 1 6/6/2018 6 25/6/2018 1 6
TTV 2 8/6/2018 7 27/6/2018 2 7
3 11/6/2018 8 28/6/2018 3 8
4 20/6/2018 9 29/6/2018 4 9
5 21/6/2018 10 5 10

B.Ruang Perawatan Bangsal Wanita

71
No Materi Status Melihat Status Melakukan
No Tanggal No Tanggal No Tanggal No Tanggal
1 Mengantar 1 5/7/2018 6 12/7/2018 1 6
Pasien Operasi 2 6/7/2018 7 17/7/2018 2 7
3 9/7/2018 8 18/7/2018 3 8
4 10/7/2018 9 19/7/2018 4 9
5 11/7/2018 10 23/7/2018 5 10
2 1 6 1 2/7/2018 6 11/7/2018
Mengantar 2 7 2 5/7/2018 7 12/7/2018
resep obat 3 8 3 7/7/2018 8 13/7/2018
4 9 4 9/7/2018 9 14/7/2018
5 10 5 10/7/2018 10 16/7/2018
3 1 2/7/2018 6 9/7/2018 1 6
Mengganti 2 3/7/2018 7 10/7/2018 2 7
cairan infus 3 4/7/2018 8 11/7/2018 3 8
4 6/7/2018 9 12/7/2018 4 9
5 7/7/2018 10 13/7/2018 5 10
4 1 4/7/2018 6 11/7/2018 6
pemberian 2 6/7/2018 7 12/7/2018 7
terapi injeksi 3 7/7/2018 8 13/7/2018 3 8
4 9/7/2018 9 14/7/2018 4 9
5 10/7/2018 10 16/7/2018 5 10
5 1 2/7/2018 6 8/7/2018 1 6
Mengikuti visit 2 3/7/2018 7 9/7/2018 2 7
dr 3 4/7/2018 8 10/7/2018 3 8
4 5/7/2018 9 11/7/2018 4 9
5 6/7/2018 10 12/7/2018 5 10
6 1 2/7/2018 6 18/7/2018 1 6
Tindakan EKG 2 9/7/2018 7 27/7/2018 2 7
3 10/7/2018 8 30/7/2018 3 8
4 16/7/2018 9 4 9
5 17/7/2018 10 5 10
7 1 3/7/2018 6 11/72018 1 18/7/2018 6
2 4/7/2018 7 12/7/2018 2 19/7/2018 7
Porbedent 3 7/7/2018 8 13/7/2018 3 8
4 9/7/2018 9 16/7/2018 4 9
5 10/7/2018 10 17/7/2018 5 10
8 1 4/7/2018 6 12/7/2018 1 6
2 5/7/2018 7 13/7/2018 2 7
Up infus 3 6/7/2018 8 16/7/2018 3 8
4 10/7/2018 9 17/7/2018 4 9
5 11/7/2018 10 18/7/2018 5 10
9 1 3/7/2018 6 9/7/2018 1 6
2 4/7/2018 7 10/7/2018 2 7
TTV 3 5/7/2018 8 11/7/2018 3 8
4 6/7/2018 9 12/7/2018 4 9
5 7/7/2018 10 13/7/2018 5 10
10 1 6/7/2018 6 24/7/2018 1 6

72
2 13/7/2018 7 25/7/2018 2 7
Pemasangan 3 15/7/2018 8 30/7/2018 3 8
infus 4 19/7/2018 9 4 9
5 23/7/2018 10 5 10
13 1 4/7/2018 6 12/7/2018 1 6
2 5/7/2018 7 13/7/2018 2 7
Racik Obat 3 6/7/2018 8 16/7/2018 3 8
4 10/7/2018 9 17/7/2018 4 9
5 11/7/2018 10 18/7/2018 5 10
14 1 3/7/2017 6 19/7/2018 1 6
Perbaiki infus 2 4/7/2018 7 25/7/2018 2 7
macet 3 6/7/2018 8 27/7/2018 3 8
4 13/7/2018 9 28/7/2018 4 9
5 18/7/2018 10 5 10
16 1 4/7/2018 6 23/7/2018 1 6
Mengambil 2 10/7/2018 7 24/7/2018 2 7
Darah Pasien 3 14/7/2018 8 30/7/2018 3 8
Untuk cek 4 16/7/2018 9 4 9
LAB 5 18/7/2018 10 5 10
18 1 10/7/2018 6 31/7/2018 1 6
2 18/7/2018 7 2 7
Uff Cateter 3 19/7/2018 8 3 8
4 23/7/2018 9 4 9
5 24/7/2018 10 5 10
1 6 1 17/7/2018 6 24/7/2018
2 7 2 19/7/2018 7 25/7/2018
Mengantar
20 3 8 3 20/7/2018 8 26/7/2018
Resep Obat
4 9 4 21/7/2018 9 27/7/2018
5 10 5 23/7/2018 10 30/7/2018
1 14/7/2018 6 20/7/2018 1 6
2 16/7/2018 7 21/7/2018 2 7
22 TTV 3 17/7/2018 8 24/7/2018 3 8
4 18/7/2018 9 25/7/2018 4 9
5 19/7/2018 10 26/7/2018 5 10
1 14/7/2018 6 20/7/2018 1 6
2 16/7/2018 7 21/7/2018 2 7
Mengganti
23 3 17/7/2018 8 23/7/2018 3 8
cairan infus
4 18/7/2018 9 24/7/2018 4 9
5 19/7/2018 10 25/7/2018 5 10
1 16/7/2018 6 21/7/2018 1 6
2 17/7/2018 7 23/7/2018 2 7
24 Racik Obat 3 18/7/2018 8 24/7/2018 3 8
4 19/7/2018 9 25/7/2018 4 9
5 20/7/2018 10 23/7/2018 5 10
1 17/7/2018 6 24/7/2018 1 6
pemberian
25 2 18/7/2018 7 25/7/2018 2 7
terapi injeksi
3 19/7/2018 8 26/7/2018 3 8

73
4 20/7/2018 9 27/7/2018 4 9
5 21/7/2018 10 5 10
1 17/7/2018 6 1 6
2 20/7/2018 7 2 7
Mengantar
26 3 24/7/2018 8 3 8
Pasien USG
4 25/7/2018 9 4 9
5 31/7/2018 10 5 10
1 6 1 18/7/2018 6 2/7/2018
Membersihkan 2 7 2 20/7/2018 7 16/7/2018
dan
27 3 8 3 21/7/2018 8 17/7/2018
Merapihkan
4 9 4 23/7/2018 9 25/7/2018
Ruangan
5 10 5 24/7/2018 10 26/7/2018
1 6 1 19/7/2018 6
2 7 2 23/7/2018 7
28 Porbedent 3 8 3 24/7/2018 8
4 9 4 30/7/2018 9
5 10 5 31/7/2018 10
1 19/7/2018 6 26/7/2018 1 6
2 20/7/2018 7 27/7/2018 2 7
29 Uff Infus 3 23/7/2018 8 30/7/2018 3 8
4 24/7/2018 9 31/7/2018 4 9
5 25/7/2018 10 5 10
1 24/7/2018 6 31/7/2018 1 6
2 25/7/2018 7 2 7
30 Ganti Perban 3 26/7/2018 8 3 8
4 28/7/2018 9 4 9
5 30/7/2018 10 5 10
1 25/7/2018 6 1 6
2 25/7/2018 7 2 7
Transfusi
31 3 31/7/2018 8 3 8
Darah
4 9 4 9
5 10 5 10
1 26/7/2018 6 1 6
2 27/7/2018 7 2 7
Mengganti
32 3 28/7/2018 8 3 8
Cairan Infus
4 30/7/2018 9 4 9
5 31/7/2018 10 5 10
1 26/7/2018 6 1 6
2 27/7/2018 7 2 7
33 Racik Obat 3 28/7/2018 8 3 8
4 30/7/2018 9 4 9
5 31/7/2018 10 5 10
1 27/7/2018 6 1 6
Membersihkan 2 28/7/2018 7 2 7
dan
34 3 30/7/2018 8 3 8
Merapihkan
4 31/7/2018 9 4 9
Ruangan
5 10 5 10

74
1 28/7/2018 6 1 6
2 30/7/2018 7 2 7
pemberian
35 3 31/7/2018 8 3 8
terapi injeksi
4 9 4 9
5 10 5 10
1 27/7/2018 6 1 6
2 28/7/2018 7 2 7
36 TTV 3 3/7/2018 8 3 8
4 31/7/2018 9 4 9
5 10 5 10

D.Ruang Perawatan Bedah

No Materi Status Melihat Status Melakukan


No Tanggal No Tanggal No Tanggal No Tanggal
1 1 6 1 18/7/2019 6 1/8/2019
Mengantar dan 2 7 2 19/7/2019 7 6/8/2019
mengambil 3 8 3 24/7/2019 8 7/8/2019
obat 4 9 4 26/7/2019 9 8/8/2019
5 10 5 30/7/2019 10 9/8/2019
3 1 18/7/2019 6 30/7/2019 1 6
Mengganti 2 23/7/2019 7 24/7/2019 2 7
cairan infus 3 25/7/2019 8 1/8/2019 3 8
4 26/7/2019 9 2/9/2019 4 9
5 29/7/2019 10 6/8/2019 5 10
4 1 18/7/2019 6 6
pemberian 2 7 7
terapi injeksi 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
5 1 6 1 6
Mengikuti visit 2 7 2 7
dr 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
6 1 6 1 6
Uff Cateter 2 7 2 7
3 8 3 8

75
4 9 4 9
5 10 5 10
7 1 6 1 6
2 7 2 7
Porbedent 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
8 1 6 1 6
2 7 2 7
Up infus 3 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
12 1 30/8/2017 6 13/9/2017 1 6
2 04/9/2017 7 18/9/2017 2 7
Racik Obat 3 05/9/2017 8 19/9/2017 3 8
4 06/9/2017 9 20/9/2017 4 9
5 11/9/2017 10 5 10
13 Mengantar 1 6 1 2/8/2018 6 27/8/2018
pasien ke OK 2 7 2 7/8/2018 7 28/8/2018
dan Radiologi 3 8 3 8/8/2018 8 29/8/2018
4 9 4 14/8/2018 9
5 10 5 16/8/2018 10
14 1 9/8/2018 6 1 6
2 12/8/2018 7 2 7
Pemasangan 3 15/8/2018 8 3 8
Infus 4 27/8/2018 9 4 9
5 29/8/2018 10 5 10
15 1 3/8/20178 6 15/8/2018 1 6
2 8/8/2018 7 16/8/2018 2 7
Pasang O2 3 9/8/2018 8 24/8/2018 3 8
4 13/8/2018 9 27/8/2018 4 9
5 14/8/2018 10 28/8/2018 5 10
17 1 1/8/2018 6 11/8/2018 1 6
Mengantar 2 2/8/2018 7 13/8/2018 2 7
Resep Obat 3 3/8/2018 8 14/8/2018 3 8
4 7/8/2018 9 15/8/2018 4 9
5 9/8/20181 10 16/8/2018 5 10
18 1 27/8/2018 6 1 6
Memperbaiki 2 28/8/2018 7 2 7
Infus Macet 3 29/8/2018 8 3 8
4 9 4 9
5 10 5 10
1 14/8/2018 6 25/8/2018 1 6
2 15/8/2018 7 27/8/2018 2 7
Mengganti
19 3 16/8/2018 8 28/8/2018 3 8
Cairan Infus
4 17/8/2018 9 28/8/2018 4 9
5 24/8/2018 10 5 10
20 Mengikuti 1 14/8/2018 6 27/8/2018 1 6

76
Visit dr 2 15/8/2018 7 28/8/2018 2 7
3 16/8/2018 8 29/8/2018 3 8
4 24/8/2018 9 4 9
5 25/8/2018 10 5 10
1 16/8/2018 6 29/8/2018 1 6
2 24/8/2018 7 2 7
21 Uff Infus 3 25/8/2018 8 3 8
4 27/8/2018 9 4 9
5 28/8/2018 10 5 10
1 12/8/2018 6 1 6
Mengambi 2 16/8/2018 7 2 7
22 Darah Untuk 3 28/8/2018 8 3 8
Cek LAB 4 29/8/2018 9 4 9
5 10 5 10

JUMLAH KEGIATAN

A. Ruang Perawatan Bangsal Pria

77
NO MATERI MELIHAT MELAKUKAN

1 Pemberian terapi injeksi 19

2 Racik Obat 10

3 Mengantar resep obat 20

4 Mengganti cairan infuse 20

5 Porbedent 10

6 Tindakan EKG

7 TTV 19

8 Nebulisasi 1

10 Up infuse 10

11 Mengikuti visit dr 10

12 Transfusi Darah 9

13 Mengambil Darah untuk Cek LAB 4

14 Pasang kateter 2

15 Perbeden 7

16 Pasang O2 3

17 Uff Infus 10

18 Pemasangan NGT 3

78
19 Perbaiki infus macet 10

20 Menyiapkan obat 10

21 Ganti verban 2

B. Ruang Perawatan Bangsal wanita

NO MATERI MELIHAT MELAKUKAN

1 Pemberian terapi injeksi 19

2 Memperbaiki Infus Macet 10

3 Mengantar resep obat 20

4 Mengganti cairan infuse 20

5 Porbedent 10

6 Tindakan EKG 8

7 TTV 20

8 Nebulisasi 5

10 Up infuse 10

11 Mengikuti visit dr 10

12 Blended Training 6

13 Up drain 9

14 Uff kateter 1

79
15 Pemasangan Elastis Perban 3

16 Pasang O2 10

17 Merapihkan Dan Membersihkan ruangan 14

18 Mengantar Pasien USG 5

19 Transfusi Darah 5

20 Memberi Makan Melalui NGT 5

21 Ganti verban 2

C. Ruang Perawatan THT

NO MATERI MELIHAT MELAKUKAN

1 Pemberian terapi injeksi 10

2 Memberi Makan Melalui NGT 8

3 Mengantar resep obat 9

4 Mengganti cairan infuse 10

5 Porbedent 10

6 Tindakan EKG

7 TTV 4

80
8 Nebulisasi 5

10 Up infuse 10

11 Mengikuti visit dr 15

12 Blended Training 5

13 Pasang kateter 1

14 RJP 1

15 Pasang O2 6

16 Mengambil Darah Untuk Cek LAB 5

17 Ganti Verban 2

18 Perbaiki infus macet 10

19 Menyiapkan obat 10

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

81
Melalui kegiatan PRAKERIN yang telah saya lakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Menggala yang telah dilaksanakan tanggal 17 juni sampai dengan 12 september
maka dapat saya simpulkan :
 Bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Menggala merupakan rumah salah satu
rumah sakit yang telah memberikan pelayanan terhadap semua masyarakat dan
semua kalangan tanpa membedakan derajat, serta Rumah Sakit Umum Daerah
Menggala membeikan sebuah pelayanan optimal dan prima.
 Dari gejala klinis yang dialami pasien pada skenario, kelompok kami mendiagnosa
pasien mendertia BPPV karena memiliki gejala yang sama dengan BPPV. Vertigo
posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala
yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala.
Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga
dalam, yaitu pada sistem vestibularis.
 Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera
kepala. Pada orang yang lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi sistem
vestibuler pada telinga tengah. BPPV meningkat dengan semakin meningkatnya
usia.

5.2 SARAN

1. Siswa peserta prakerin selanjutnya perlu ditempatkan ditempat-tempat yang sesuai


dengan jurusan supaya bisa lebih mendalami dan menambah wawasan pengetahuan
dari tempat prakerin tersebut.
2. Sekolah harus lebih memperhatikan terhadap siswa yang sedang melaksanakan
prakerin , dalam pelaksanaan dan dalam hal yang bersangkutan dengan perusahaan
yang di tempati.
3. Mungkin akan lebih jika pelaksanaan prakerin dipersiapkan terlebih dahulu dengan
matang tidak mendadak, demi kelancaran kegiatan prakerin.

LAMPIRAN

17-17 JULI 2019

RUANG PERAWATAN BANGSAL PRIA

82
JENIS
NIS NAMA NISN
KELAMIN
0105 Laura oktika p perempuan 0023593083
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
L L P P P P P L L P
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
P P P P L L P P P P
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
P L L P P P P P L L

01-31 JULI 2018

RUANG PERAWATAN BANGSAL WANITA

JENIS
NIS NAMA NISN
KELAMIN
0087 Jesika Putri Perempuan 0005148915
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P P P P P L L P P P
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
P P L L P P P P P L
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
L P P P P P L L P P
31
P

17-17 AGUSTUS 2019

RUANG PERAWATAN BEDAH

JENIS
NIS NAMA NISN
KELAMIN

83
0105 Laura oktika p Perempuan 0023593083
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P P L L P P P P P L
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
L P P P P P L L P P
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
P P P L L P P P P P

Catatan …!

P = pagi L = libur

KETERANGAN PENJELASAN

NO NAMA TANGGAL A I S

1 LAURA OKTIKA P

84
2 LAURA OKTIKA P

3 LAURA OKTIKA P

4 LAURA OKTIKA P

5 LAURA OKTIKA P

Keterangan:

A : alpa

I : izin

S : sakit

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya
pada penyakit vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda

85
karena setiap diagnosa yang ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan
praktek adalah hal yang berhubungan, jika pada berbagai literatur telah disampaikan
mengenai penyakit vertigo yang memberikan tanda dan gejala sesuai penyakit. Ternyata
sebagian besar tanda dan gejala itu sama dengan realitas yang ada. Namun menurut
pendapat prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt yang mengatakan bahwa vertigo dengan jenis
pusing yang berputar dapat diatasi dengan mudah mungkin beda penatalaksanaanya.
Bukti nyata pasien dengan vertigo BPPV tidak mudah untuk disembuhkan. Pasien
pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan sempat sembuh tapi tidak dapat
sembuh total. Pasien telah diberikan berbagai obat selama kurang lebih satu minggu
untuk mengatasi pusing yang dideritanya namun hasilnya pasien tetap merasa pusing,
meskipun pusing yang dideritanya sedikit turun.

B. Saran
Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan
penyakit tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk
disembuhkan hendaknya setiap tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun
kolaborasi harus dilakukan secara bertahap dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo
ini telah merasakan nyeri atau pusingnya sedikit turun setelah diberikan injeksi. Dari
informasi pasien tersebut kita dapat memberikan terapi obat injeksi sesuai yang telah
diberikan pada pasien agar nyeri yang dirasakan tidak kembali ke episode nyeri awal
yang dirasaka

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner &

Suddarth.Jakarta : EGC

86
Dewanto, George...[et al.].2009.Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit

Saraf.Jakarta : EGC

Ikawati, Zullies.2010.Resep Hidup Sehat.Yogyakarta : Kanisius

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih

bahasa.Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

LEMBAR KONSUL

NO TANGGAL WAKTU PERBAIKAN PARAF

87
88

Anda mungkin juga menyukai