Bisnis Internasional
Bisnis Internasional
DOSEN PENGAMPU
Ketut Indraningrat
Disusun oleh :
Universitas Jember
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang mana telah memberi
kesempatan serta hidayahnya sehingga tugas makalah Bisnis Internasional dengan judul
“Manajemen Keuangan Internasional : Studi Kasus Kebijakan Pajak Penghasilan di beberapa
negara” ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang
benderang yang diridhoi oleh Allah SWT.
Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimakasih kepada orang-orang yang
mendukung atas penyusunan tugas makaklah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan dan kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyususn tugas
makalah yang sederhana ini. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang baik
tugas makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan berguna untuk kita semua.
Penulis
Bab 1 Pendahuluan
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah studi kasus terkait Bisnis Internasional lebih spesisfik
dijelaskan mengenai Manajemen Keuangan Internasional ini adalah memahami perbedaan yang
mendasari pengenaan pajak yang dilakukan sesuai kebijakan setiap negara yang cenderung
berbeda beda. Dalam kasus ini mengambil sample yaitu negara Ireland yang menetapkan pajak
penghasilan untuk perusahaan yang didirikan di Ireland cenderung lebih rendah bahkan bisa
menjadi yang terendah sehingga banyak perusahaan basic AS yang memilih mendirikan anak
perusahaan di Ireland. Oleh karenanya dengan adanya makalah ini diharapkan penulis dan
pembaca dapat memahami sudut pandang perbedaan kebijakan penarikan pajak penghasilan yang
diberlakukan di beberapa negara seperti yang tertera dalam rumusan kasus diatas.
Bab 2 Pembahasan
Pembayaran pajak total dan transfer dana antar perusahaan tergantung pada kebijakan
pajak di negara tuan rumah dan penerima dana. Host country biasanya mempunyai dua tipe
pajak yang secara langsung mempengaruhi pajak pendapatan dan dividen, bunga, serta fee
dari pengiriman uang.
Negara-negara penerima dana mengenakan pajak terhadap dana yang dikirimkan dari
luar negeri. Perusahaan multinasional dengan daya tawar yang dimiliki dapat meminta host
country untuk memberikan pembebasan pajak. Hal semacam ini tidak dimiliki oleh
perusahaan domestik. Terlebih lagi bagi dunia ketiga atau negara berkembang, perusahaan
asing bagaikan raja yang disanjung-sanjung dengan segala fasilitas kemudahan.
Misalnya unit A menjual ke unit B, maka: jikap ajak di negara A lebih tinggi dari
pada pajak di negara B (tA > tB), gunakan transfer price yang serendah mungkin. Tetapi jika
pajak di negara A lebih rendah dari pada pajak di negara B (tA < tB), gunakan transfer price
yang setinggi mungkin. Saudara mungkin menyimpan pertanyaan apa yang dimaksud dengan
transfer pricing. Pada prinsipnya segala bentuk alokasi cost adalah transfer pricing. Namun
demikian terminologi yang umum untuk transfer pricing adalah penetapan harga oleh satu
entitas bisnis terhadap entitas bisnis lain dalam satu lingkup perusahaan holding.
Transfer pricing diilhami oleh adanya potensi untuk menghemat pajak akibat
perbedaan tarif pajak di dua atau lebih negara. Dengan demikian holding company yang
memiliki lebih dari satu afiliasi dapat menghemat pajak dengan melakukan praktek transfer
pricing. Hal semacam ini tidak dapat dinikmati oleh perusahaan domestik meskipun memiliki
banyak anak perusahaan di propinsi yang berbeda. Karena masih dalam satu sistem
perpajakan nasional.
Dengan adanya tarif, pembuatan keputusan transfer price yang optimal menjadi lebih
sulit. Pada umumnya, jika tarif lebih tinggi dari perbedaan tingkat pajak, sebaiknya digunakan
transfer price yang rendah. Demikan juga sebaliknya. Dalam hal ini, terdapat beberapa biaya
yang harus diperhatikan akibat penggunaan harga transfer untuk mengurangi pajak.
Jika harga transfer terlalu tinggi, otoritas pajak di negara Pembeli akan kehilangan
pendapatan pajak. Jika harga transfer terlalu rendah, kedua negara di mana unit-unit tersebut
berada akan ikut campur. Negara di mana afiliasi A berada akan memandangnya sebagai
penghindaran pajak sedangkan negara di mana afiliasi B berada akan memandangnya sebagai
tindakan dumping. Kebanyakan pemerintah di berbagai negara memiliki peraturan mengenai
harga transfer. Biaya-biaya tersebut dapat berupa legal fee, executive time dan penalty.
Perlu diingat bahwa apabila penerapan transfer price semata-mata hanya untuk
menghidari pajak dan paraktek dumping, akibatnya menjadi sangat serius. Perusahaan akan
dikenai sanksi yang berat. Oleh sebab itu perusahaan induk harus hati-hati benar terhadap
praktek transfer pricing ini. Perusahaan harus mengetahui betul aturan main di negara lain,
boleh tidaknya perusahaan melakukan transfer price dan metode mana yang diakui dapat
diterapkan. Setiap negara pasti memiliki kepentingan melindungi industri dan pasar
domestiknya dari membanjirnya produk asing. Terdapat beberapa metode untuk melakukan
arm’s length pricing, atau transfer pricing antar entity bisnis yaitu:
1. Cost plus method. Metode transfer pricing ini adalah metode penentuan harga jual kepada
entitas bisnis dengan menambah profit margin ke harga pokok produksinya dan disesuaikan
dengan penyesuaian yang diperlukan. Jadi transfer price = cost (1 + % Markup). Besar
kecilnya markup dipengaruhi oleh entitas permintaan produk. Adapun cost tersebut dapat
menggunakan standard full atau variable cost. Yang dimaksud dengan standard cost adalah
cost sesuai dengan anggaran untuk level output tertentu. Standard cost tersebut lebih mudah
bagi perusahaan untuk memperkirakannya.
2. Comparable uncontrolled price method. Menurut metode ini, harga transfer disusun
berdasarkan harga referensi yang digunakan oleh pihak/perusahaan lain yang sejenis. Secara
prinsipil metode ini merupakan metode yang paling cocok untuk digunakan. Namun dalam
praktiknya kuantitas, kualitas, merk, skala penjualan, segmen pasar dan geografis susah untuk
dibandingkan. Terlebih lagi merk, yang sulit untuk mencari penyesuaiannya dalam
perbandingan.
3. Resale price method. Dengan metode ini, arm’s length price untuk produk yang dijual
kembali oleh tangan kedua ditentukan oleh harga pengurangan dari harga yang ditetapkan
oleh Pembeli independen dengan ditambah dengan mark-up. Metode ini sering digunakan
pada bidang pemasaran. Arm’s length price = resale price (1 - %Markup). Cara semacam ini
diharapkan memungkinkan masing- masing distributor dapat memperoleh profit yang setara.
4. Cost-plus method. Melalui pendekatan ini harga ditentukan dengan menambakan sejumlah
tertentu mark-up dari biaya yang dikeluarkan. Metode ini biasanya digunakan pada pemberian
harga produk setengah jadi atau produk dari subkontraktor.
5. Another appropriate method. Metode lain ini digunakan apabila tidak mungkin menggunakan
salah satu dari ketiga alternatif tersebut. Sebagai contoh rate of return on investment atau
equity dapat pula digunakan untuk penentuan standar transfer price. Jadi transfer price = AVC
+ (TFC/S) + [r x (E/S)]. AVC adalah biaya variable rata-rata, TFC adalah total biaya tetap, S
adalah unit output atau penjualan, (TFC/S) adalah biaya tetap rata-rata, r adalah ROE atau
ROI sedangkan E adalah equity yang digunakan. Metode Bottom line tersebut adalah
diperlukannya informasi akurat tentang cost. Hampir-hampir tidak mungkin menerapkan
metode ini jika tidak cukup informasi tentang cost per unit variable dan fixed.
1. Mengapa tarif Pajak dan Perlakuan Pajak Penghasilan perusahaan sangat bervariasi di setiap
negara ?
Tax Planning Google yang dikenal dengan Double Irish Dutch Sandwich
mengindikasikan pembayaran pajak yang dilakukan Google terlampau rendah dari yang
ditetapkan oleh kebijakan negara asal perusahaan ini. Perusahaan asal California,AS ini dapat
membayar pajak hanya 2,2% saja, padahal kebijakan AS menetapkan bahwa pajak untuk
perusahaan di AS adalah pada kisaran 35%. Disinyalir hal ini disebabkan oleh strategi Google
yang mendirikan 2 perusahaan di Irlandia dan Irlandia/Bermuda. Google membuat intelektual
properti (IP) keluar dari AS karena tarif pajak di negara ini mencapai 35%. Google
membutuhkan negara dengan tarif pajak yang rendah dan memiliki banyak fasilitas pajak,
yakni Irlandia. Selain pengenaan pajak yang rendah di Irlandia juga tidak memberlakukan
sistem hukum yang ketat pada perusahaan asing yang didirikan di negaranya. Dengan alasan
yang demiian Google mendirikan perusahaan di Irlandia bernama GIL. Pendirian GIL ini
dilakukan oleh google juga atas landasan untuk menahan profit perusahaan di Irlandia
sehingga pegenaan pajak untuk penghasilan perusahaan tak sebesar di AS.
Di AS juga terdapat sistem yang dinamai CFC dimana CFC memiliki akses untuk
memungut pajak perusahaan negara AS yang memiliki perusahaan di luar negeri yang artinya
Google harus membawa profit kembali ke negaranya, tentu hal ini menjadi problem baru
untuk Google, namun, mengatasi hal ini Google kembali membangun suatu perusahaan lagi
di Belanda. Belanda dikenal sebagai Treaty Heaven dimana Belanda tidak mengenal
perjanjian pajak. Saat Google memindah penghasilan ke Belanda, Irlandia tak dapat lagi
menarik pajak kepada Google hal ini dikarenakan tidak adanya perjanjian pemungutan pajak
diantara dua negara tersebut. Setelah itu Google dengan leluasa dapat kembali memindahkan
penghasilannya ke Irlandia/ Bermuda.
3.1 Kesimpulan
Dengan pemaparan yang telah dijelaskan diatas dkelompok kami dapat menyimpulkan bahwa
adanya kasus terkait perjanjian perusahaan multinasional dengan segmen pasar yang besar
tentu harus dilandasi dengan Tax Planing dan Manajemen Keuangan yang diatur secara
Internasional dan sama rata. Dalam hal ini solusi yang dapat kami sarankan adalah dengan
mengadakannya konferensi secara Internasional dimana dalam Konferensi tersebut
pembahasan terkait hubungan bisnis Internasional yang terjalin di setiap negara-negara dapat
tetap terjalin dengan landasan hukum internasional yang disepakati sehingga tidak terjadi
tumpang tindih kekuasaan perusahaan di negara-negara tertentu.
3.2 Daftar Pustaka
Griffin, Ricky W. & Pustay, Michael W. (2006). Bisnis Internasional. Jilid 2. Jakarta:
Indeks, Kelompok Gramedia