Anda di halaman 1dari 10

Bisnis Internasional

Manajemen Keuangan Internasional

DOSEN PENGAMPU

Ketut Indraningrat

Disusun oleh :

Tyas Nur Wulan A (170810301003)

Putri Nurhidayah (170810301005)

Julia Ratih Perwitasari (170810301071)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jember

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang mana telah memberi
kesempatan serta hidayahnya sehingga tugas makalah Bisnis Internasional dengan judul
“Manajemen Keuangan Internasional : Studi Kasus Kebijakan Pajak Penghasilan di beberapa
negara” ini dapat terselesaikan pada waktunya.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang
benderang yang diridhoi oleh Allah SWT.

Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimakasih kepada orang-orang yang
mendukung atas penyusunan tugas makaklah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan dan kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyususn tugas
makalah yang sederhana ini. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang baik
tugas makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan berguna untuk kita semua.

Jember, 4 September 2019

Penulis
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pajak penghasilan suatu bisnis selalu menjadi perdebatan dalam isu kebijakan publik.
Perusahaan, pengacara pajak, dan akuntan terus terlibat dalam bentrokan terkait masalah otoritas
pajak nasional. Dulunya, kelompok bisnis berusaha untuk meminimalkan beban pajak yang
dikenakan pada bisnis mereka, hal ini dianggap bahwa mereka memiliki kewajiban fidusia kepada
pemegang saham mereka untuk melakukannya begitu. Akhir-akhir ini kelompok bisnis
beranggapan bahwa mereka didakwa dengan tugas untuk memastikan bahwa semua pajak
terhutang kepada pemerintah dikumpulkan secara tepat dan sah. Meski bertempur kecerdasan,
tuntutan hukum, dan lobi sangat intens antara perusahaan domestik dan otoritas pajak domestik,
itu artinya jika dibandingkan untuk perang antara perusahaan dan pemerintah diperebutkan
perpajakan internasional.
Sebagian besar politisi cenderung peduli dengan manfaat dari keunggulan komparatif,
keuntungan produktivitas yang dihasilkan dalam hal ini dimaksudkan kepada tenaga kerja, atau
yang menjadi hambatan perdagangan. Kekhawatiran mereka terfokus pada penciptaan dan
penerimaan pajak, dan mereka bersedia menyesuaikannya kode pajak nasional jika hal itu
merangsang ekonomi lokal. Hasilnya adalah variasi yang cukup luas terkait pajak penghasilan
perusahaan antar negara. Misalnya, di Amerika Serikat, tarif pajak penghasilan badan federal
adalah 35 persen, sementara di Kanada 16,5 persen, tetapi hanya 12,5 persen di Irlandia. Di
banyak negara bebas pajak, tidak ada pajak yang dikenakan pada penghasilan yang diperoleh
perusahaan. Faktor lain yang menyulitkan adalah perbedaan jenis pajak penghasilan yang
dikenakan pada perusahaan di berbagai negara. Saat mengenakan pajak dividen, beberapa negara
seperti Australia dan Meksiko menyediakan kredit pajak dividen kepada pemegang saham untuk
pajak penghasilan yang dibayarkan oleh korporasi; negara lainnya, seperti Amerika Serikat
,Swedia, Estonia dan Republik Slovakia memilih tidak mengambil pajak dari pendapatan dividen.
Irlandia menawarkan kredit pajak untuk pengeluaran penelitian dan pengembangan serta
pengecualian untuk pendapatan yang dihasilkan oleh kekayaan intelektual. Contohnya
keefektifan pada pendapatan royalti yang dikenakan oleh Irlandia sampai paling rendah nol,
Variasi dalam kode pajak ini menghasilkan peluang bagi perusahaan untuk mencari atau
memindahkan kegiatan ekonomi mereka untuk menurunkan biaya perpajakan secara keseluruhan.
Perusahaan juga bisa secara kreatif mengatur harga transfer yang mereka tetapkan untuk transaksi
dalam perusahaan. Banyak perhatian dari pemungut pajak dunia telah berfokus pada apa yang
disebut pajak havens (lihat "Peluang Muncul" di halaman 550). Tapi Irlandia telah menjadi titik
fokus baru untuk imajinatif penataan transaksi perusahaan untuk mengurangi tagihan pajak.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) nations, Irlandia memiliki
pengguna kode pajak yang paling banyak untuk mempromosikan pembangunan ekonomi. The
Industrial Development Agency Irlandia, lembaga pemerintah bertanggung jawab
mempromosikannya di FDI, diyakini hampir 1.000 MNC yang dimiliki Eropa terletak di Irlandia,
yang sebagian besarnya ditarik oleh pajak rendah negara dan pro-bisnis kebijakan.
Google adalah salah satu perusahaan yang diuntungkan dengan adanya kebijakan pajak pro-
bisnis Irlandia. Itu telah mengambil keuntungan dari dua strategi yang dibuat oleh pengacara
pajak internasional, dijuluki "Double Irish" dan "Dutch Sandwich," yang memungkinkannya
untuk mengurangi pajak sebesar $ 3,1 miliar tiga tahun. Pada tahun 2006, Google membuat
kemajuan perjanjian harga dengan Pendapatan Internal A.S. Service, menetapkan ketentuan di
mana ia dapat mentransfer kekayaan intelektualnya kepada anak perusahaan asingnya. Setelah
menandatangani perjanjian dengan otoritas pajak A.S., Google melisensikan kekayaan
intelektualnya ke Google Ireland Holdings, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki. Meskipun
didirikan di Irlandia, Google Ireland Holdings dikelola di Bermuda, menjadikannya perusahaan
nonresiden yang tidak dikenakan pajak Irlandia berdasarkan hukum Irlandia. Google Ireland
Holdings, bagaimanapun, adalah pemilik dari Perusahaan penduduk Irlandia, Google Ireland yang
berbasis di Dublin Terbatas — karenanya, istilah Irlandia Ganda. Google Ireland 2.000 karyawan
menjual iklan dan menyediakan layanan dukungan kepada pelanggan di Eropa, Timur Tengah,
dan Afrika, menyumbang sekitar 88 persen dari Pendapatan non-AS Google. Meskipun itu
insinyur dan ilmuwan California mengembangkan sebagian besar teknologi Google, pengaturan
ini memungkinkan Google untuk menghindari pajak AS langsung atas keuntungan non-A.S. hal
ini tentu perlu perhatian dari Layanan Pendapatan Internal A.S. Untuk menghindari Komisaris
Pendapatan Irlandia, Google Ireland Limited mentransmisikan apa yang kelihatannya merupakan
keuntungan dari penjualan iklan ini ke anak perusahaan Google lainnya, Google Netherlands
Holdings (sandwich Belanda), dalam bentuk pembayaran royalti, sehingga memotong tagihan
Google Irlandia. (Pembayaran dilakukan ke Google Netherlands Holdings karena ketentuan yang
menguntungkan dalam kebijakan pajak Irlandia yang berurusan dengan pembayaran royalti
kepada perusahaan yang berbasis di negara-negara Uni Eropa lainnya.) Google Netherlands
Holdings, yang tidak memiliki karyawan, kemudian mengirimkan 99,8 persen dari pembayaran
royalti yang diterimanya ke Google Ireland Holdings, menghilangkan sebagian besar tanggung
jawab pajaknya ke Belanda. Tentu saja, Bermuda tidak ada pajak penghasilan perusahaan, jadi
"keuntungan" didapat oleh Google Ireland Holdings tetap tidak terbayar selama keuntungan ini
tidak dipulangkan ke perusahaan induk pada Amerika Serikat.
Perusahaan intensif teknologi lainnya juga banyak yang didirikan di Irlandia untuk tujuan
serupa. Anak perusahaan Microsoft di Irlandia, Round Island One Ltd., "melokalkan" Produk
Microsoft yang dikembangkan oleh karyawan AS untuk pasar Eropa, Afrika, dan Timur Tengah.
Produk yang disesuaikan kemudian dilisensikan oleh Island One di Irlandia, Flat Island Company,
untuk pelanggan di pasar tersebut. Penghasilan dari penjualan ini adalah dikenakan pajak di
perusahaan Irlandia yang relatif rendah 12,5 persen tarif pajak penghasilan. Dari perspektif A.S.,
karena Produk yang dikembangkan A.S. mengalami transformasi di Irlandia, Penghasilan Round
Island One dikategorikan sebagai pendapatan aktif, yang memungkinkan Microsoft untuk
mengambil keuntungan dari IRS aturan penangguhan dan menghindari pajak AS untuk
pendapatan itu. Apple dan Oracle juga telah menciptakan anak perusahaan Irlandia yang
memungkinkan mereka untuk menurunkan pembayaran pajak penghasilan menggunakan teknik
mirip dengan Google dan Microsoft. Dalam kasus Apple, Apple Sales International, salah satu
anak perusahaan Apple di Irlandia, adalah pembeli formal dari banyak produk perusahaan yang
dibuat di China. ASI pada gilirannya menandai barang, menjualnya kembali pada anak
perusahaan Apple lainnya, dan pesan keuntungannya. Pada 2012, ASI mencatat $ 22 miliar dalam
laba sebelum pajak tetapi hanya membayar $ 10 juta dalam pajak penghasilan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa tarif Pajak dan Perlakuan Pajak Penghasilan perusahaan sangat bervariasi di setiap
negara ?
2. Jelaskan Penggunaan Double Irish dan Dutch Sandwich oleh Google ?
3. Jelaskan bagaimana Microsoft menggunakan anak perusahaannya di Irlandia untuk
menyiasati pengurangan pembayaran pajak A.S yang cenderung lebih besar ?
4. Dampak apakah yang muncul dari adanya kasus ini ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah studi kasus terkait Bisnis Internasional lebih spesisfik
dijelaskan mengenai Manajemen Keuangan Internasional ini adalah memahami perbedaan yang
mendasari pengenaan pajak yang dilakukan sesuai kebijakan setiap negara yang cenderung
berbeda beda. Dalam kasus ini mengambil sample yaitu negara Ireland yang menetapkan pajak
penghasilan untuk perusahaan yang didirikan di Ireland cenderung lebih rendah bahkan bisa
menjadi yang terendah sehingga banyak perusahaan basic AS yang memilih mendirikan anak
perusahaan di Ireland. Oleh karenanya dengan adanya makalah ini diharapkan penulis dan
pembaca dapat memahami sudut pandang perbedaan kebijakan penarikan pajak penghasilan yang
diberlakukan di beberapa negara seperti yang tertera dalam rumusan kasus diatas.
Bab 2 Pembahasan

2.1 Landasan Teori

Pembayaran pajak total dan transfer dana antar perusahaan tergantung pada kebijakan
pajak di negara tuan rumah dan penerima dana. Host country biasanya mempunyai dua tipe
pajak yang secara langsung mempengaruhi pajak pendapatan dan dividen, bunga, serta fee
dari pengiriman uang.

Negara-negara penerima dana mengenakan pajak terhadap dana yang dikirimkan dari
luar negeri. Perusahaan multinasional dengan daya tawar yang dimiliki dapat meminta host
country untuk memberikan pembebasan pajak. Hal semacam ini tidak dimiliki oleh
perusahaan domestik. Terlebih lagi bagi dunia ketiga atau negara berkembang, perusahaan
asing bagaikan raja yang disanjung-sanjung dengan segala fasilitas kemudahan.

Kegunaan transfer pricing yang paling penting meliputi: pengurangan pajak,


pengurangan tarif, dan penghindaran exchange control. Transfer price juga bisa digunakan
untuk meningkatkan bagian MNC pada profit dan joint venture dan menyembunyikan
profitabilitas sebenarnya dari suatu afiliasi. MNC dapat mengurangi pajak dengan
menggunakan transfer price dengan cara memindahkan keuntungan dari negara dengan
tingkat pajak tinggi ke negara dengan tingkat pajak rendah.

Misalnya unit A menjual ke unit B, maka: jikap ajak di negara A lebih tinggi dari
pada pajak di negara B (tA > tB), gunakan transfer price yang serendah mungkin. Tetapi jika
pajak di negara A lebih rendah dari pada pajak di negara B (tA < tB), gunakan transfer price
yang setinggi mungkin. Saudara mungkin menyimpan pertanyaan apa yang dimaksud dengan
transfer pricing. Pada prinsipnya segala bentuk alokasi cost adalah transfer pricing. Namun
demikian terminologi yang umum untuk transfer pricing adalah penetapan harga oleh satu
entitas bisnis terhadap entitas bisnis lain dalam satu lingkup perusahaan holding.

Transfer pricing diilhami oleh adanya potensi untuk menghemat pajak akibat
perbedaan tarif pajak di dua atau lebih negara. Dengan demikian holding company yang
memiliki lebih dari satu afiliasi dapat menghemat pajak dengan melakukan praktek transfer
pricing. Hal semacam ini tidak dapat dinikmati oleh perusahaan domestik meskipun memiliki
banyak anak perusahaan di propinsi yang berbeda. Karena masih dalam satu sistem
perpajakan nasional.

Dengan adanya tarif, pembuatan keputusan transfer price yang optimal menjadi lebih
sulit. Pada umumnya, jika tarif lebih tinggi dari perbedaan tingkat pajak, sebaiknya digunakan
transfer price yang rendah. Demikan juga sebaliknya. Dalam hal ini, terdapat beberapa biaya
yang harus diperhatikan akibat penggunaan harga transfer untuk mengurangi pajak.

Jika harga transfer terlalu tinggi, otoritas pajak di negara Pembeli akan kehilangan
pendapatan pajak. Jika harga transfer terlalu rendah, kedua negara di mana unit-unit tersebut
berada akan ikut campur. Negara di mana afiliasi A berada akan memandangnya sebagai
penghindaran pajak sedangkan negara di mana afiliasi B berada akan memandangnya sebagai
tindakan dumping. Kebanyakan pemerintah di berbagai negara memiliki peraturan mengenai
harga transfer. Biaya-biaya tersebut dapat berupa legal fee, executive time dan penalty.

Perlu diingat bahwa apabila penerapan transfer price semata-mata hanya untuk
menghidari pajak dan paraktek dumping, akibatnya menjadi sangat serius. Perusahaan akan
dikenai sanksi yang berat. Oleh sebab itu perusahaan induk harus hati-hati benar terhadap
praktek transfer pricing ini. Perusahaan harus mengetahui betul aturan main di negara lain,
boleh tidaknya perusahaan melakukan transfer price dan metode mana yang diakui dapat
diterapkan. Setiap negara pasti memiliki kepentingan melindungi industri dan pasar
domestiknya dari membanjirnya produk asing. Terdapat beberapa metode untuk melakukan
arm’s length pricing, atau transfer pricing antar entity bisnis yaitu:

1. Cost plus method. Metode transfer pricing ini adalah metode penentuan harga jual kepada
entitas bisnis dengan menambah profit margin ke harga pokok produksinya dan disesuaikan
dengan penyesuaian yang diperlukan. Jadi transfer price = cost (1 + % Markup). Besar
kecilnya markup dipengaruhi oleh entitas permintaan produk. Adapun cost tersebut dapat
menggunakan standard full atau variable cost. Yang dimaksud dengan standard cost adalah
cost sesuai dengan anggaran untuk level output tertentu. Standard cost tersebut lebih mudah
bagi perusahaan untuk memperkirakannya.
2. Comparable uncontrolled price method. Menurut metode ini, harga transfer disusun
berdasarkan harga referensi yang digunakan oleh pihak/perusahaan lain yang sejenis. Secara
prinsipil metode ini merupakan metode yang paling cocok untuk digunakan. Namun dalam
praktiknya kuantitas, kualitas, merk, skala penjualan, segmen pasar dan geografis susah untuk
dibandingkan. Terlebih lagi merk, yang sulit untuk mencari penyesuaiannya dalam
perbandingan.
3. Resale price method. Dengan metode ini, arm’s length price untuk produk yang dijual
kembali oleh tangan kedua ditentukan oleh harga pengurangan dari harga yang ditetapkan
oleh Pembeli independen dengan ditambah dengan mark-up. Metode ini sering digunakan
pada bidang pemasaran. Arm’s length price = resale price (1 - %Markup). Cara semacam ini
diharapkan memungkinkan masing- masing distributor dapat memperoleh profit yang setara.
4. Cost-plus method. Melalui pendekatan ini harga ditentukan dengan menambakan sejumlah
tertentu mark-up dari biaya yang dikeluarkan. Metode ini biasanya digunakan pada pemberian
harga produk setengah jadi atau produk dari subkontraktor.
5. Another appropriate method. Metode lain ini digunakan apabila tidak mungkin menggunakan
salah satu dari ketiga alternatif tersebut. Sebagai contoh rate of return on investment atau
equity dapat pula digunakan untuk penentuan standar transfer price. Jadi transfer price = AVC
+ (TFC/S) + [r x (E/S)]. AVC adalah biaya variable rata-rata, TFC adalah total biaya tetap, S
adalah unit output atau penjualan, (TFC/S) adalah biaya tetap rata-rata, r adalah ROE atau
ROI sedangkan E adalah equity yang digunakan. Metode Bottom line tersebut adalah
diperlukannya informasi akurat tentang cost. Hampir-hampir tidak mungkin menerapkan
metode ini jika tidak cukup informasi tentang cost per unit variable dan fixed.

2.2 Pembahasan Kasus

1. Mengapa tarif Pajak dan Perlakuan Pajak Penghasilan perusahaan sangat bervariasi di setiap
negara ?

2. Jelaskan Penggunaan Double Irish dan Dutch Sandwich oleh Google ?

Tax Planning Google yang dikenal dengan Double Irish Dutch Sandwich
mengindikasikan pembayaran pajak yang dilakukan Google terlampau rendah dari yang
ditetapkan oleh kebijakan negara asal perusahaan ini. Perusahaan asal California,AS ini dapat
membayar pajak hanya 2,2% saja, padahal kebijakan AS menetapkan bahwa pajak untuk
perusahaan di AS adalah pada kisaran 35%. Disinyalir hal ini disebabkan oleh strategi Google
yang mendirikan 2 perusahaan di Irlandia dan Irlandia/Bermuda. Google membuat intelektual
properti (IP) keluar dari AS karena tarif pajak di negara ini mencapai 35%. Google
membutuhkan negara dengan tarif pajak yang rendah dan memiliki banyak fasilitas pajak,
yakni Irlandia. Selain pengenaan pajak yang rendah di Irlandia juga tidak memberlakukan
sistem hukum yang ketat pada perusahaan asing yang didirikan di negaranya. Dengan alasan
yang demiian Google mendirikan perusahaan di Irlandia bernama GIL. Pendirian GIL ini
dilakukan oleh google juga atas landasan untuk menahan profit perusahaan di Irlandia
sehingga pegenaan pajak untuk penghasilan perusahaan tak sebesar di AS.
Di AS juga terdapat sistem yang dinamai CFC dimana CFC memiliki akses untuk
memungut pajak perusahaan negara AS yang memiliki perusahaan di luar negeri yang artinya
Google harus membawa profit kembali ke negaranya, tentu hal ini menjadi problem baru
untuk Google, namun, mengatasi hal ini Google kembali membangun suatu perusahaan lagi
di Belanda. Belanda dikenal sebagai Treaty Heaven dimana Belanda tidak mengenal
perjanjian pajak. Saat Google memindah penghasilan ke Belanda, Irlandia tak dapat lagi
menarik pajak kepada Google hal ini dikarenakan tidak adanya perjanjian pemungutan pajak
diantara dua negara tersebut. Setelah itu Google dengan leluasa dapat kembali memindahkan
penghasilannya ke Irlandia/ Bermuda.

3. Dampak apakah yang muncul dari adanya kasus ini ?


Menilik dari tinjauan teori terkait Tax Planning yang dijelaskan sebelumnya tentunya
tidak adanya peraturan yang mendasari penarikan pajak pada perusahaan asing yang didirikan
di suatu negara akan berdampak pada kerugian di satu pihak. Demikian ini menurut kelompok
kami dapat mengindikasikan adanya kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan yang
dikenai pajak relatif tinggi. Selain, itu Manajemen Keuangan Internasional juga menjelaskan
bahwa kesepakatan multinasional yang dilakukan oleh setiap negara tentu harus disesuaikan
dengan syarat dan keadaan perusahaan masing-masing negara. Dalam kasus Google ini
menurut kami bukanlah kesalahan yang dilakukan perusahaan tapi menjadi permasalahan
Manajemen kesepakatan terkait isu yang dibahas antar negara. Dalam hubugan Internasional
tentu harus terdapat batasan-batasan yang adil yang diberlakukan. Namun, hal ini juga
penting dipertimbangkan bahwa terkait kebijakan pajak tetap menjadi wewenang setiap
negara. Jadi adanya kasus yang demikian buakn tidak mungkin akan terjadi kemungkinan
buruk antar negara.
Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan
Dengan pemaparan yang telah dijelaskan diatas dkelompok kami dapat menyimpulkan bahwa
adanya kasus terkait perjanjian perusahaan multinasional dengan segmen pasar yang besar
tentu harus dilandasi dengan Tax Planing dan Manajemen Keuangan yang diatur secara
Internasional dan sama rata. Dalam hal ini solusi yang dapat kami sarankan adalah dengan
mengadakannya konferensi secara Internasional dimana dalam Konferensi tersebut
pembahasan terkait hubungan bisnis Internasional yang terjalin di setiap negara-negara dapat
tetap terjalin dengan landasan hukum internasional yang disepakati sehingga tidak terjadi
tumpang tindih kekuasaan perusahaan di negara-negara tertentu.
3.2 Daftar Pustaka
 Griffin, Ricky W. & Pustay, Michael W. (2006). Bisnis Internasional. Jilid 2. Jakarta:
Indeks, Kelompok Gramedia

Anda mungkin juga menyukai