Disusun Oleh: HENDRIK ALFANDO NAINGGOLAN NIM : 319 3131 032
Dosen pengampuh : Drs. Robenhart Tamba, M.pd.
”PERKEMBANGAN KONSEP DIRI”
KELAS : B-2019
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERITAS NEGERI MEDAN 2019 Perkembangan Konsep Diri Puspitasari (2007), mengatakan bahwa konsep diri merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, proses menilai yang bersifat organismik, bukan lagi bersifat statis tetapi mampu untuk menyesuaikan kembali dan berkembang sebagai pengalaman-pengalaman baru yang terintegrasikan. Konsep diri berkembang sesuai dengan perkembangan diri jiwa seseorang, maupun dari pengalaman-pengalaman yang seseorang temukan. Menurut Symonds (2008), mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perseptif. Persepsi tentang diri yang ada pada remaja akan berkembang sesuai dengan tahapan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instan, melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup manusia. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan yang ingin dicapainya serta tidak memiliki penilaian terhadap dirinya. Konsep diri berasal dan berkembang sejalan pertumbuhan, terutama akibat hubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya.
Konsep Diri dan Harga Diri
Kajian psikologi perkembangan, sering dijumpai istilah “harga diri” (self-esteem)di samping istilah “konsep diri” (self concept). Bahkan para peneliti tidak selalu menyebutkan perbedaan yang jelas antara harga diri dan konsep diri ini. Akan tetapi ada ahli lain yang mengatakan bahwa konsep diri dan harga diri itu berbeda. Menurut santorck (1998), harga diri adalah dimensi penilaian yang menyeluruh dari diri. Harga diri ini sering disebut dengan self- worth atau self-image. Sedangkan konsep diri adalah penilaian terhadap domain yang spesifik. Coopersmith (1967) dalam karya klasiknya the Antecendents of Self Esteem, mendefinisikan harga diri sebagai berikut : “self-esteem refers to the evaluation that individual makes and customarily maintens with regard to himself: it expresses and attitude of approval or disapproval and indicates the extent to which the individuals believes himself to be capable, singnificant, successful, and worthy.” Jadi, harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi individu tersebut terlihat dari pengharaan yang ia berikan terhadap eksistensi dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan meghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta tidak cepat-cepat menyalahkan dirinya atas kekurangan atau ketidaksempurnaan dirinya. Selalu merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri dan selalu percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Dimensi Konsep Diri Secara umun para ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri, yaitu: dimensi pengetahuan, dimensi penghargaan, dan dimensi penilaian. Paul J.Centi(1993) menyebutkan ketiga dimensi konsep diri dengan istilah : dimensi gambaran diri (self-image), dimensi penilaian diri (self-evaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-ideal). Sebagian ahli lainnya menyebutkan dengan istilah: citra diri, harga diri, dan diri ideal. Pengetahuan. Dimensi pertama dri konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran diri tersebut akan pada gilirannya akan memebentuk citra diri. Gambaran tersebut merupakan kesimpulan dari : pandangan kita dalam berbagai peran yang kita pegang, seperti orangtua, suami atau istri, karyawan, pelajar dan seterusnya. Singkatnya, dimensi pengetahuan (kognitif) dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi, seperti “saya pintar”, “saya anak baik”, “saya cantik” dan seterusnya. Harapan. Dimensi kedua adalah dimensi harapan atau diri yang dicita- citakan dimasa depan. Tentang pandangan siapakah kita, sehingga timbul sebuah keinginan akan menjadi apa diri kita dimasa depan. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan. Cita-cita diri terdiri dari dambaan, harapan, keinginan bagi diri kita atau ingin menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan. Oleh sebab itu, dalam menetapkan diri ideal haruslah lebih realistis, sesuai dengan potensial dan kemampuan diri yang dimiliki, tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah. Dimensi ketiga adalah penilaian, dimana penilaian terhadap diri sendiri. Juga merupakan pandangan kita tentang harga kewajaran kita sebagai pribadi. Calhoun dan Acocella (1990) setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan: 1) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa), 2) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa). Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri yaitu, seberapa besar kita menyukai diri sendiri.
Konsep diri dan Perilaku
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Menurut Felker (1974) terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu: Pertama , self-cincept as maintainer of iner consistency. Konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang. Bila individu memiliki ide, perasaan, presepsi, atau pikiran yang tidak seimabang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenagkan. Maka diperlukan sistem mempertahankan kesesuaian antara individu dengan lingkungannya. Kedua, self-concept as an interpretation of experience. Konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu satu dengan yang lain , karena masing- masing individu memiliki pandangan dan penafsiran tersendiri. Ketiga, self-concept as set of expectations. Konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu. Pandangan negatif terhadap dirinya menyebabkan individu mengharapkan tingkat keberhasilan yang akan dicapai hanya pada taraf yang rendah.
Konsep Diri dan Prestasi Belajar
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972) mengemukakan bahwa banyak peneliti yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar disekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif , memperlihatkan prestasi yang baik disekolah, atau siswa tersebut memeiliki penilaian diri yang tinggi serta menunjukkan antar pribadi yang positif pula. Walsh (dalam Burns, 1982) siswa-siswa yang tergolong underchiver mempunyai konsep diri yang negatif, serta memperlihatkan beberapa karakteristik kepribadian; 1) mempunyai perasaan dikeritik, ditolak, dan diisolir. 2) melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara menghindar dan bahkan bersikap menentang. 3) tidak mampu mengekspresikan perasaan dan prilaku.
Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir . Kita tidak dilahirkan dengan konsep didri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri , tidak mengetahui tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri , serta tidak memiliki penilaian apapun terhadap diri sendiri. Dengan demikian konsep diri terbentuk melelui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Akan lebih lengkap dibahas mengenai karakteristik perkembangan konsep diri peserta didik.
Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah
Sejalan dengan pertumbuhan fisik, kognitif dan sikap maupun prilaku anak usia dasar juga mengalami perubahan dalam konsep dirinya. Pada awal masuk sekolah dasar kemungkinan anak-anak mengalami penurunan dalam konsep dirinya, hal ini disebabkan karena tuntunan baru dalam hal belajar dan situasi maupun perubahan sosial. Di sekolah dasar ini banyak memberikan kesempatan anak-anak untuk membandingkan dirinya dengan orang lain yaitu teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual menjadi realistis. Anak-anak tersebut lebih mungkin melakukan langkah-langkah guna untuk mempertahankan keutuhan harga dirinya. Mereka sering memfokuskan bidang-bidang yang mereka anggap unggul (seperti: olahraga, hobi, hubungan sosial, akademik, dll). Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama tahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat setidaknya dari tiga karakteristik konsep diri, yaitu : (1) Karakteristik internal Anak-anak sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal dari pada karakteristik eksternal, hal ini berbeda jika dibandingkan dengan anak-anak prasekolah. (2) Karakteristik aspek-aspek sosial Selama belajar yakni bertahun-bertahun di sekolah dasar, aspek-aspek sosial pun dalam pemahaman dirinya mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu. Anal-anak sekolah dasar sering kali menjadikan kelompok- kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka, misalnya sejumlah anak menyebut diri mereka sebagai kelompok pramuka perempuan, sebagai seorang muslim, atau yang saling bersahabat karib. (3) Karakteristik perbandingan sosial Pada tahap ini anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif atau secara absolut. Misalnya, anak-anak sekolah dasar tidak lagi berpikir tentang apa yang “aku lakukan” atau yang “tidak aku lakukan” tetapi cenderung berpikir tentang “apa yang dapat aku lakukan dibandingkan apa yang dapat dilakukan oleh orang lain.” Sehingga ini menyebabkan suatu kecenderungan yang meningkat umtuk membentuk diri sehingga berbeda dari orang lain dan menjadikan diri sebagai seorang individu. RobertSelmen (dalam Santrock,1995) misalnya, percaya bahwa pengambilan perspektif melibatkan suatu rangkaian yang terdiri atas lima tahap, yang berlangsung dari usia 3 tahun hingga masa remaja. Selmen mencatat bahwa egosentrisne mulai mengalami kemunduran pada usia 4 tahun , dan pada usia 6 tahun anak akan menyadari bahwa pandangan orang lain berbeda dengan dirinya. Pada usia 10 tahun, mereka mulai mampu untuk mempertimbangkan pandangannya sendiri dan pandangan orang lain secara bersamaan. Menurut Hurlock (1999), terdapat delapan kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja, yaitu: 1. Usia kematangan Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Remaja yang terlambat matang, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. 2. Penampilan diri Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Setiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial. 3. Kepatutan seks Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya. 4. Nama dan julukan Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau mereka memberi nama julukan yang bernada cemooh. 5. Hubungan keluarga Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasi diri dengan orang tersebut dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. 6. Teman-teman sebaya Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya. Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok. 7. Kreativitas Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dari identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya 8. Cita-cita Bagi remaja yang mempunyai cita-cita yang tidak relistik, akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana ia akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan dari pada kegagalan. Ciri-Ciri Konsep Diri Anak 1.Senang/suka berpenampilan menarik dalam berpakaian,perasaan dann sebagainya 2.Anak mulai tekun/giat mulai melakukan aktivitas dimulai dari dirinya sendiri 3.Suka meniru satu sama lain antar anak dengan orang dewasa 4. Sudah dapat mengikuti dan mengerti instruksi/petunjuk sederhana dengan teman sebaya 5.Dapat mengambar sesuatu objek yang dikenal 6.Menunjukan kemampuan memahami perasaan orang lain 7. Anak saling mengajukan pertanyaan dan meminta arti dan maksud dari kata yang belum pernah ia kenal 8. Senang membuat sesuatu dengan tangannya dalam bentuk permainan
Usaha-Usaha Guru Untuk Mengembangkan Konsep Diri
Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh sang pendidik sebagai berikut: 1. Lakukan interaksi dengannya dengan mengunakan bahasa tubuh 2. Beri kesempatan padanya untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri,tampilanya dan ekspresinya 3. Ajarkan keterampilan yang diperlukan untuk mengasah kemandiriannya 4. Berikan stimulus,semangat agar ia mau mencoba sesuatu yang baru,baik dalam bentuk permainan atau benda lainya 5. Berikan pujian atau penghargaan ketika ia melakukan sesuatu yang baik 6. Guru harus mengajarkan cara mengatasi kegagalan,rasa takut ketika melakukan sesuatu dan berikan penguatan tentang kemampuan dirinya 7. Berikan anak waktu bermain yang banyak,dengan cara 8. Bermain sambil belajar.