Anda di halaman 1dari 10

Adapun persyaratan minimal yang harus dipenuhi dalam mendirikan

Apotek yang meliputi persyaratan bangunan, perlengkapan Apotek dan tenaga


kesehatan :

A. Lokasi

Lokasi Apotek sangat mempengaruhi maju mundurnya usaha Apotek


tersebut. Akan lebih baik lokasi Apotek berada di daerah yang ramai, aman dekat
dengan rumah sakit atau klinik, ada beberapa dokter yang praktek, daerah yang
mudah di jangkau, mudah dicapai oleh masyarakat banyak dengan kendaraan serta
daerah yang cukup mampu. (Hartono, 1998)

Lokasi Apotek adalah tempat Apotek didirikan. Lokasi Apotek ditentukan


sesuai dengan dengan permohonan pada saat pengajuan izin Apotek. Jarak antar
Apotek tidak dibatasi lagi sejar dikeluarkannya Permenkes No. 244 tahun 1990
(Depkes RI, 1990)

B. Bangunan

Bangunan adalah gedung atau bagian gedung yang dipergunakan untuk


mengelola Apotek. Berdasarkan Permenkes No. 244 tahun 1990 luas bangunan
Apotek tidak ditentukan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan untuk pelayanan
farmasi. Dalam Permenkes No. 92 tahun 1993, bangunan Apotek sekurang
kurangnya memiliki ruang khusus untuk peracikan dan penyerahan resep
adminstrasi, kamar kerja Apotek, serta Kamar mandi (WC)

Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Sedangkan kelengkapan bangunan
apotek harus memenuhi syarat :

a. Luas bangunan Apotek disesuaikan dengan kebutuhan, dan yang paling


terpenting adalah pelayanan kefarmasian dapat dilakukan dengan baik.
b. Bangunan Apotek sekurang kurangnya terdiri dari :
 Ruang Tunggu
 Ruang Peracikan
 Ruang Penyerahan obat
 Ruang Administrasi
 Gudang obat
 Mushola
 dan Toilet
c. Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah dalam rata, tidak
mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.
d. Langit-langit terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan permukaan
sebelah dalam berwarna Terang.
e. Atap tidak boleh bocor, terbuat dari genteng, dan bahan lain yang
memadai.
f. Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin, semen, atau bahan lain yang
memadai serta mudah dibersihkan.
g. Bangunan Apotek harus memiliki ventilasi dan sistem sanitasi yang baik
serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya.
h. Apotek harus mempunyai sumber air yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
i. Ruang apotek harus mempunyai penerangan yang cukup, sehingga dapat
menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi Apotek dengan baik.
j. Alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik sekurang-kurangnya dua
buah.
k. Apotek harus memasang papan nama pada bagian muka apotek yang
terbuat dari seng, papan atau bahan lain yang memadai. Dalam papan
nama tercantum nama Apotek, nama APA, nomor Surat Izin Apotek,
alamat dan nomor telepon Apotek. (Depkes RI, 1993)

l. Sarana, prasarana, dan peralatan apotek pada dasarnya harus dalam


keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik. Bangunan Apotek paling
sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:
 Penerimaan resep.
 Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
 Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
 Konseling.
 Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan dan
 Arsip.
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
 Instalasi air bersi
 Instalasi listrik
 Sistem tata udara
 Sistem proteksi kebakaran

C. Perlengkapan

Perlengkapan Apotek adalah semua peralatan yang diperguakan untuk


melaksanakan pengelolaan Apotek. Menurut Permenkes No.92 tahun 1993,
perlengkapan Apotek meliputi:

1. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan meliputi:


Timbangan miligram dan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera
masing-masing minimal satu set, dan perlengkapan lain yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi, meliputi:
a. Lemari dan rak penyimpan obat.
b. Lemari pendingin.
c. Lemari khusus untuk menyimpan obat Narkotik dan psikotropika.
d. Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat dengan jenis,
ukuran dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, serta dilengkapi dengan
etiket yang sesuai.
3. Alat administrasi yang terdiri dari blangko pemesanan obat, blangko kartu
stok obat, blangko salinan resep, faktur dan nota penjualan, buku pencatatan
narkotik & psikotropik, buku pesanan narkotik & psikotropik, buku pembelian
dan penerimaan obat narkotik & psikotropik, format laporan narkotik &
psikotropik, buku penjualan, buku pembukuan keuangan, dan alat tulis.
4. Buku standar yang diwajibkan yaitu buku Farmakope Indonesia edisi terbaru
satu buah dan kumpulan perudang-undangan yang berhubungan dengan
Apotek.

D. Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi

Menurut Permenkes No. 244 tahun 1990 dan Permenkes No. 922 tahun
993, perbekalan farmasi yang harus disediakan oleh Apotek sekurang kurangnya
terdiri dari Obat Generik sesuai dengan Daftar Obat Esensial Indonesia (DOEN)

E. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan di Apotek terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek (APA),


Apoteker pendamping dan Asisten Apoteker (AA). Sebuah Apotek harus memiliki
seorang APA yang dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang Asisten Apoteker.
Jika APA berstatus sebagai pegawai negri atau ABRI, maka harus ada Apoteker
Pendamping atau Asisten Apoteker Kepala.

Disebutkan bahwa apabila APA berhalangan tugas, maka APA dapat


menunjuk Apoteker pendamping, dan bila APA dan Apoteker pendamping tidak
berada ditempat selama lebih dari tiga bulan terus menerus, maka dapat
digantikan oleh Apoteker pengganti. Penggantian tersebut harus dilaporkan ke
Dinkes Kota dengan tembusan ke Balai POM setempat.

1. Apoteker pengelola apotek

Adalah Apoteker yang telah diberi surat izin Apotek.

2. Apoteker Pendamping
Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di samping Apoteker
Pengelola Apotek, dan menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka
Apotek. Apoteker pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan
Apoteker Pengelola Apotek (APA).
3. Apoteker pengganti
Apoteker pengganti adalah Apoteker yang bertugas menggantikan
Apoteker Pengelola Apotek selama Apotek Apoteker Pengelola Apotek tidak
berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus menerus.

4. Asisten Apoteker Kepala


Asisten Apoteker kepala adalah Asisten Apoteker yang telah memperoleh
surat izin dari Drijen POM sebagai asisten Apoteker kepala. Seorang Asisten
Apoteker Kepala harus memenuhi persyaratan sebagai seorang Asisten Apoteker.
Asisten Apoteker yang akan menjadi Asisten Apoteker Kepala harus memiliki
surat izin Asisten Apoteker Kepala yang dikeluarka oleh Menteri Kesehatan
melalui Drijen POM.
5. Asisten Apoteker
Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek di
bawah pengawasan Apoteker.
F. Surat izin Apotek

Dengan adanya otonomi daerah, izin Apotek diberikan oleh Walikota /


Bupati melalui Dinas Kesehatan Kota / Kabupaten. Menurut Permenkes RI No.
922/Menkes/Per/X/1992, tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotek.
Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib
memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin Apotek ini berlaku untuk seterusnya
selama Apotek bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat
melaksanakan tugas, dan melaksanakan daftar ulang setiap satu tahun sekali.

G. Tata cara pemberian izin Apotek

Persyaratan izin Apotek yang diajukan Apoteker kepada Walikota melalui


Dinkes Kota, yaitu :

1. Mengisi formulir permohonan dan ditandatangani si atas materai.


2. Salinan/fotokopi Surat Penugasan (SP) Apoteker Pengelola Apotek.
3. Salinan/fotokopi Kartu Tanda Penduduk APA dan PSA.
4. Salinan/fotokopi denah bangunan dan denah lokasi.
5. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak
milik/sewa/kontrak.
6. Daftar Asisten Apoteker denagn nama, alamat, tanggal lulus dan SIK.
7. Asli dan salinan/fotokopi daftar terperinci alat pelengkapan Apotek.
8. Surat pernyatan dari APA bahwa tidak bekerja tetap pada perusahaan
farmasi lain dan tidak menjadi APA di Apotek lain.
9. Asli dan fotokopi Surat Izin Atasan (bagi pemohon Pegawai Negeri Sipil,
anggota ABRI, dan instalasi pemerintah lainnya).

H. Pengalihan dan Perubahan Surat Izin Apotek

Perubahan izin berdasarkan Ketentuan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 297/Menkes/SK/V/1981 pasal 14, diperlukan bila :

1. Terjadi pergantian nama Apotek.


2. Terjadinya perubahan nama jalan dan nomor bangunan Apotek tanpa
adanya pemindahan lokasi Apotek.
3. Surat izin Apotek hilang atau rusak.
4. Terjadinya pergantian Apoteker Pengelola Apoteker.
5. SIK di cabut dalam hal APA bukan sebagai PSA.
6. Terjadi pemindahan lokasi Apotek.
7. APA meninggal dunia.
I. Pencabutan Surat Izin Apotek

Surat Izin Apotek (SIA) seperti telah dikatakan berlaku untuk seterusnya
selama tidak bertentangan dengan dengan aturan yang berlaku, tetapi dalam hal
tertentu Walikota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila :

1. Apoteker sudah tidak lagi dapat memenuhi kewajiban persyaratan sebagai


Apoteker Pengelola Apotek (APA).
2. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan.
3. Surat Izin Kerja Apoteker atau rekomendasi organisasi profesi dicabut .
4. Pemilik Sarana Apotek (PSA) terbukti terlibat pelanggaran perundang-
undangan.
5. Apotek tidak lagi sesuai dengan Surat Izin Apotek yang telah diterbitkan.

Pelaksanaan pencabutan izin Apotek dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri


Kesehatan RI No. 922/Menkes/per/X/1993, yaitu setelah dikeluarkan :

1. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut


dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan.
2. Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek. Pembekuan izin
dapat dicairkan kembali apabila Apotek telah membuktikan memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. Hal ini dapat
dilakukan setelah Dinkes menerima laporan pemeriksaan dari kepala Balai
POM keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung kepada yang
bersangkutan dengan tembusan kepada Balai POM. Apabila SIA dicabut,
APA atau Apoteker pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan tersebut
mengikuti tatacara sebagai berikut :
a. Dilakukan inventaris terhadap seluruh persediaan Narkotik,
obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang
tersedia di Apotek.
b. Narkotika, Psikotropika, dan resep harus dimasukan kedalam
tempat tertutup dan terkunci.
c. APA wajib melaporkan secara tertulis kepada Dinkes atau
petugas yang dieri wewenang olehnya tentang penghentian
kegiatan disertai laporan inventarisasi.

2.5 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Apotek

Pengelolaan ini bertujuan untuk menjaga dan menjamin ketersediaan


barang diapotek sehingga tidak terjadi kekosongan barang. Selain itu juga
bertujuan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup
dengan kualitas harga yang dapat di pertanggung jawabkan dalam waktu tertentu
secara efektif dan efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku.

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga


dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat.
Dalam perencanaan pengadaan ini, ada empat metode yang sering dipakai yaitu:
a. Metode epidemiologi
b. Metode konsumsi
c. Metode kombinasi
d. Metode just in time

2. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek dilakukan oleh bagian unit
pembelian yang meliputi pengadaan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras
tertentu, narkotika dan psikotropika, dan alat kesehatan.

3. Penerimaan Barang
Penerimaan Barang Setelah dilakukan pemesanan maka perbekalan
farmasi akan dikirim oleh PBF disertai dengan faktur. Barang yang datang akan
diterima dan dipriksa oleh petugas bagian penerimaan barang. Produsen
penerimaan barang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pemeriksaan barang dan kelengkapannya
1) Alamat pengirim barang yang dituju.
2) Nama, kemasan dan jumlah barang yang dikirim harus sesuai
denganyang tertera pada surat pesanan dan faktur. Apabila terdapat
ketidaksesuaian, petugas penerimaan akan mengembalikan atau
menolak barang yang dikirim (retur) disertai nota pengembalian
barang dari apotek.
3) Kualitas barang serta tanggal kadarluasa. Kadaluarsa tidak kurang
dari satu tahun untuk obat biasa dan tiga bulan untuk vaksin.
b. Jika barang-barang tersebut dinyatakan diterima, maka petugas akan
memberikan nomor urut pada faktur pengiriman barang,
membubuhkan cap apotek dan menandatangani faktur asli sebagai
bukti bahwa barang telah diterima. Faktur asli selanjutnya
dikembalikan, sebagai bukti pembelian dan satu lembar lainnya
disimpan sebagai arsip apotek. Barang tersebut kemudian disimpan
pada wadahnya masing-masing.
c. Salinan faktur dikumpulkan setiap hari lalu dicatat sebagai data arsip
faktur dan barang yang diterima dicatatat sebagai data stok barang
dalam komputer atau buku.

Jika barang yang diterima tidak sesuai pesanan atau terdapat kerusakan
fisik maka bagian pembelian akan membuat nota pengembalian barang (retur) dan
mengembalikan barang tersebut ke distributor yang bersangkutan untuk kemudian
ditukar dengan barang yang sesuai. Barang-barang yang tidak sesuai dengan
faktur harus dikembalikan, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya praktek
penyalah gunaan obat yang dilakukan oleh pihak tertentu.

4. Penyimpanan
Perbekalan farmasi yang telah diterima kemudian disimpan didalam gudang
obat secara alfabetis yang tersedia di apotek dengan sebelumnya mengisi kartu
stok yang berisikan tanggal pemasukan obat, nomor dokumen, jumlah barang,
sisa, nomor batch, tanggal kadaluarsa, dan paraf.Contoh kartu stok obat. Sistem
penyimpanan obat di Apotek antara lain :
 Berdasarkan golongan obat
 Berdasarkan bentuk sediaan
 Efek farmakologi
 Berdasarkan sifat obat
 Alat kesehatan
 Kosmetik, Multivitamin, jamu, makanan dll.

Barang yang telah diterima kemudian disimpan ketempat penyimpanannya


seperti lemari / rak masing-masing, berdasarkan alfabetis dan jenis sediaanya.
Khusus untuk sediaan suppositoria disimpan di dalam lemari pendingin. Untuk
penyimpanan narkotika dan psikotropika berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan , penyimpanannya harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain
yang kuat, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi menjadi dua bagian masing-
masing dengan kunci yang berlainan dan bagian pertama dipergunakan untuk
menyimpan morfina, phetidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika
lainnya yang dipakai sehari-hari serta tempat khusus tersebut berupa lemari
berukuran kurang dari 40 x 80x 100 cm. Serta untuk tiap-tiap item obat terdapat
kartu stok obat masing- masing. Obat-obatan didistribusikan berdasarkan sistem
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).

5. Pelayanan
Penjualan di Apotik meliputi pelayanan resep dan non resep. Meliputi
pelayanan berdasarkan resep dokter baik resep dari dokter yang melakukan
praktek di Apotek maupun dokter praktek luar apotek, serta pelayanan non-resep
yang terdiri dari pelayanan obat bebas, UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri),
serta alat kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai