Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem eksresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena
sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap
tingkat keseimbangan cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion
tertentu sesuai kebutuhan dan mengeluarkan sebagian dari sisa metabolisme
yang tidak terpakai lagi oleh tubuh dalam bentuk yang bermacam-macam,
baik itu berupa lewat urine yang di didalamnya terkandung berbagai macam
kandungan mineral, glukosa, dan zat lain yang tidak diperlukan tubuh. selain
urine juga bisa melalui keringat (Campbell, 2004).
Proses terbentuknya urine berawal pada penyaringan darah pada ginjal lalu
terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Ketika
berada di dalam membrane glomerulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air,
gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian
masuk kedalam kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut
filtrasi. Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran
halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang
masih berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui
pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine
sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi. Urine sekunder yang terbentuk
kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan zat
sisa metabolisme maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya
terbentuklah urine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui
ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh
dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung kamih akan menimbulkan
rasa ingin buang air kecil atau kencing (Poedjiadi, 2005).
Kandungan pada urine normal adalah air, urea, amonia, zat warna empedu
yang memberikan warna pada urine, dan garam mineral. Untuk ginjal yang
sehat, glukosa tidak boleh ada dalam urine, jika terdapat glukosa maka
menandakan terjadi kelainan pada fungsi hormon insulin yang dihasilkan oleh
1
pulau Langerhans dalam pankreas, jika urine mengandung gula (glukosa)
berarti tubulus kontortus proksimal pada ginjal tidak menyerap gula dengan
sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal, dapat pula
akibat kadar gula dalam darah yang tinggi sehingga giinjal tidak dapat
menyerap kembali semua gula. Kadar gula darah yang tinggi akibat dari
proses pengubahan gula menjadi glikogen terhambat karena produksi hormos
insulin terhambat. Orang yang demikian menderita kencing manis (Diabetes
melitus). Bahan pengawet atau pewarna makanan juga dapat membuat ginjal
bekerja keras sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisida pada
makanan atau terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan juga akan merusak
ginjal (Karmana, 2007).
Dalam praktikum ini, praktikan akan melakukan praktek pengukuran
glukosa dalam urine didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi menggunakan
reagen benedict.

B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini yaitu menambah pengetahuan mahasiswa
atau praktikan mengenai cara mengukur glukosa dalam urine.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari praktikum ini, mahasiswa atau praktikan mampu
menjelaskan serta melakukan praktek mengukur glukosa dalam urine.

3. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kadar glukosa dalam urine
2. Mengetahui mengenai cara pengukuran glukosa dalam urine.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Metode
1. Alat Praktikum :
Alat yang digunakan meliputi tabung reaksi, penjepit tabung,
lampu spritus dan pipet ukur.
2. Bahan Praktikum :
Bahan yang digunakan adalah sampel urine dan reagen
benedict.
3. Cara Kerja :

Ambil tabung reaksi dan isilah 2-3 ml reagen benedict,


kemudian tambahkan kurang lebih 1 ml urine (sekitar 20 tetes).
Panaskan diatas api sampai mendidih maksimum 1 menit.

4
BAB IV

Anda mungkin juga menyukai