Qiyas
1. Pengertian Qiyas
Qiyas adalah mengembalikan far (kasus cabang) pada ashl (kasus induk)
sebab adanya 'illat (titik temu) yang menyatukan keduanya dalam hukum.1
Menurut istilah, banyak rumusan para ulama dapat ditemukan, antara lain:
الحاَق أمر غير منصموص علمى حكيمممه الشمر عمميِ بمأمر منصموص علمى حكمممه
ْلشاتراكهماَ فيِ علة الحكم
1
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli, Syarh 'ala al-Waraqat, Surabaya: Al-Hidayah, tt. (cetakan
pinggir an-Nafahat) hal. 137
dari awal sebagaimana nash, melainkan hanya menyingkap dan
menjelaskan hukum saja (kasyf wa izhar al-hukum).2
2. Syarat-syarat Qiyas
c. Hendaklah sebab-sebab yang ada pada ashal itu ada pula pada fara'
(cabang)
3. Pengertian 'Illat
2
Suwarjin, Ushul fiqh, (Yogyakarta:Teras,2012), hlm.75-76.
nashnya dalam illat seperti illat hukum dalam kejadian itu,
sehingga kejadian lain itu harus disamakan dengan kejadian yang
ada nashnya dalam hukumnya dengan dasar menyamakan dua
kejadian tersebut dalam illatnya karena hukum itu dapat ditemukan
ketika telah ditemukan illatnya.3
b. Definisi Illat4
"Illat adalah satu sifat yang nyata yang terang tidak bergeser-geser
yang dijadikan pergantungan sesuatu hukum yang ada munasabah
antaranya dengan hukum itu". Asy-Syaitibi, menuliskan pengertian
illat sebagai berikut: Illat adalah kemaslahatan atau kemanfaatan
yang dipelihara atau diperhatikan syara' didalam menyuruh sesuatu
pekerjaan atau mencegahnya. Mayoritas ulama' hanabilah dan
Imam Baidhawi mendefiniskan illat dengan: "suatu sifat (yang
berfungsi) sebagai pengenal bagi suatu hukum".
3
Prof.Dr.Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Yogyakarta: CV.Rajawali,1988), hlm.76
4
Ibid.,hlm.95
5
Drs. Totok Jumantoro, M.A dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag. Kamus Ilmu Ushul Fikih, (Amzah,2005),
hlm.120-121
Illat adalah sifat dalam hukum ashal yang dijadikan dasar
hukum. Dan dengan itu diketahui hukum tersebut dalam cabang,
seperti "memabukkan" adalah sifat yang terdapat pada khomar
yang dijadikan dasar keharamannya. Dan dengan itu diketahui
wujudnya keharaman dalam setiap arak yang memabukkan.
"penganiayaan" adalah sifat yang terdapat pada penjualan
seseorang atas penjualan seseorang yang lain dijadikan dasar atas
keharamannya.
4. Pembagian Qiyas6
a. Dari segi kekuatan 'illat yang terdapat pada ashl dan far'un. Qiyas
dibagi menjadi tiga, yaitu:
6
Suwarjin. Ushul fiqh (Yogyakarta: Teras,2012), hlm 77-78
3) Qiyas Adna, yaitu qiyas dimana 'illat yang terdapat pada
far'un lebih lemah dibanding 'illat hukum yang terdapat
pada ashl. Misalnya, mengqiyaskan apel kepada gandum
dalam menetapkan berlakunya riba fadhli dalam hal tukar
menukar barang sejenis. 'Illatnya adalah sama-sama
makanan.
7
Amir Syarifuddin, Ushul, I, hlm 201
2) Qiyas Mulaim, yaitu qiyas yang 'illat hukum ashal dalam
hubungannya dengan hukum haram adalah dalam bentuk
munasib mulaim. Misalnya, qiyas pembunuhan dengan
benda berat kepada pembunuhan dengan benda berat
kepada pembunuhan dengan benda tajam yang 'illatnya
pada ashal dalam hubungannya dengan hukum pada ashal
adalah dalam bentuk munasib mulaim.
d. Dari segi dijelaskan atau tidaknya 'illat pada qiyas itu, ada tiga
yaitu:8
8
Ibid, hlm 175-176. Muhammad Abu Zahrah, Ushul. Hlm. 189-190: lihat pula A.Hanafie, Ushul
Fiqh, (Jakarta:Widjaya, 1993). Hlm.130
Dalam hal penerimaan ulama terhadap qiyas sebagai dalil hukum
syara'. Muhammad Abu Zahrah membagi menjadi tiga hal, yaitu:
9
Muhammad Abu Zahrah,Ushul. Hlm.175