Dosen pembimbing
Disusun oleh :
ARRAHMANIYAH
KOTA DEPOK
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayahnya dan tentunya nikmat sehat sehingga penyusunan makalah ini selesai sesuai
dengan apa yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW dan tak lupa saya ucapkan terimakasih atas semua pihak yang
ikut membantu penyusunan makalah tentang Perkembangan Peserta Didik di Sekolah Dasar.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentangPerkembangan
Peserta Didik di Sekolah Dasar. Semoga apa yang saya sampaikan melalui makalah ini dapat
menambah wawasan baik itu untuk kami pribadi sebagai penulis maupun dunia pendidikan
pada umumnya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu saya sangat mengharap adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Dan saya mengucapkan terimakasih kepada pihak - pihak yang
sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Lutfiana Sari
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 7
3
5. Pengembangan keterampilan dasar membaca, menulis dan
Berhitung ................................................................................................18
6. Pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan
sehari-hari .............................................................................................. 19
7. Pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai ..................................... 20
8. Mancapai kemandirian pribadi .............................................................. 20
A. Kesimpulan ............................................................................................... 22
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini akan membahas perkembangan
anak tahap kanak-kanak akhir dengan fokus pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana sebutan untuk anak pada tahap kanak-kanak akhir ?
2. Bagaimana ciri-ciri anak tahap kanak-kanak akhir ?
3. Apa yang dimaksud dengan peserta didik ?
4. Bagaimana perkembangan anak tahap kanak-kanak akhir ?
C. Tujuan
Rumusan masalah sebagaimana telah disebutkan sebelumnya merupakan sarana
untuk mengungkapkan tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui sebutan untuk anak pada tahap kanak-kanak akhir.
2. Mengetahui ciri-ciri anak pada tahap kanak-kanak akhir
3. Mengetahui pengertian peserta didik.
4. Mengetahui aspek perkembangan anak pada tahap kanak-kanak akhir.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
e. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
f. Anak memandang bahwa nilai adalah alat ukur tingkat kepandaian atau prestasi
dalam belajar.
g. Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama deengan
peraturannya sendiri.
8
pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson mengatakan bahwa anak usia
sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar.
9
mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapat tentang
materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan oleh guru, membuat
karangan, menyusun laporan. Perkembangan intelektual anak sangat
tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran
jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya
perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional,
tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan
maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek peserta didik usia
SD atau MI, antara lain:
1. Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui pesan indera
dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
2. Intelegensi mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan
memahami sesuatu.
3. Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
4. Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika
anak mendapat pengalaman secara tidak langsung dari orang lain atau
informasi dari buku.
5. Jenis kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau
perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan
jenis kelamin.
6. Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan
menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan.
Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari
organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
sifatnya ,dan perubahan perilaku,(CP.Chaplin, 1982: 163).
Emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis
kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru
di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat
berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.Perkembang. Namun sering kali
juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi
perkembangan emosional anak. Emosi merupakan faktor dominan yang
10
mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku
belajar. Memgingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai
kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau
kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang
dilakukan antara lain :
1. Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan.
2. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga
diri.
3. Memberikan nilai secara objektif.
4. Menghargai hasil karya peserta didik.
2. Perkembangan Bahasa
a. Sosial
11
kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung
jawab.
b. Moral
Istilah “moral” berasal dari kata “mores”(latin) yang artinya tata cara
dalam kehidupan,adat istiadat,atau kebiasaan (Gunarsa, 1988: 36). Moral
adalah baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,sikap
kewajiban dsb.(KBBI: 1993: 31)
Berikut ini beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap
anak:
1. Imitasi
Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan
sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di
sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak
perempuan dan orang lain dirumah, demikian pula anak laki-laki
suka meniru perilaku ayah, kakak atau tetangganya yang sering
dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya meniru
perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak
senang,sikap orang tua terhadap agama, politik, hobi dll
2. Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri
seseorang (anak)
Karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling
langgeng dalam kehidupan orang tersebut.
3. Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri
dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan
yang diambil selalu berasal berdasarkan pada perasaan, pemikiran,
dan pengalaman sendiri. Orang-orang yang berkecenderungan
introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul.
Ekstrovert adalah kencederungan seseorang untuk
mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat,
sikap dan keputusan-keputusan yang di ambil lebih banyak di
12
ambil oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar
dirinya.
4. Kemandirian
Kemandirian adalah kemanpuan seseorang untuk berdiri
sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material
maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di
kaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu
berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
5. Ketergantuangan
Ketergantungan di tandai dengan perilaku anak yang bersifat
kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang
sebayanya. Dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki
kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya
berlainan dengan anak normal.
6. Bakat
Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan
adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat
mencapai sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan
khusus yang sering kali melebihi orang lain.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan
keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini,
tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak
sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami
alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau
baik-buruk.
c. Sikap
Sikap merupakan ekspresi atau manifestasi dari pandangan individu
terhadap objek. Sikap merupakan sistem yang bersifat menetap dari
komponen kognisi, afeksi, dan konasi (Krech, 1973: 139).
Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan
bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam
masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi
13
anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan
penguatan melalui pemberian hadiah kepada anak apabila berbuat atau
berperilaku yang positif.
Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak,
yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan
dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif
dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
14
disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak,
kebiasaan hidup dan lain-lain.
Peroide usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari pra-sekolah ke masa
Sekolah Dasar (SD). Masa ini juga dikenal dengan masa peralihan dari kanak-kanak
awal ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang masa pra-pubertas. Pada umumnya
setelah mencapai usia 6 tahun perkembangan jasmani dan rohani anak telah semakin
sempurna. Pertumbuhan fisik berkembang pesat dan kondisi kesehatannyapun semakin
baik, artinya anak menjadi lebih tahan terhadap berbagai situasi yang dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan mereka. Dengan mengetahui tugas perkembangan
anak sesuai dengan usianya maka sebagai orangtua dapat memenuhi kebutuhan apa yang
diperlukan dalam setiap perkembangannya agar tidak terjadi penyimpangan perilaku
15
Perincian tugas-tugas perkembangan anak SD menurut HavigHusrt (1961) dan
implikasinya terhadap pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran keterampilan fisik motorik yang diperlukan untuk permainan sehari-
hari
Dilihat dari perkembangan dan fisik motorik, anak SD dituntut untuk
menguasi keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan aktivitas fisik
motorik.
Menurut Hasan (2006), tujuan pengembangan dan fisik motorik adalah untuk
melatih keterampilan fisik terutama melatih motorik kasar motorik halus sehingga
anak dapat meloncat, memanjat, dan lain sebagainya, disamping ia juga dapat
bermain musik, menari bahkan dapat membuat kerajinan tangan. Perkembangan
dan fisik motorik anak SD dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan yang
sama pada anak laki-laki perempuan, bahkan guru di tuntut untuk menciptkaan
budaya lingkundan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik dengan cara
mencoba membantu seseorang yang mengalami hambatan dalam tugas-tugas
perkembangan ini.
Perkembangan fisik motorik ini ditandai hal-hal sebagai berikut:
a. Pertumbuhan anak pesat, lengan dan kaki panjang tungkai kurus,
kemudian menjadi gemuk.
b. Gigi susu berganti gigi tetap.
c. Penuh energi, suka bergerak aktif sekali, makin lama keaktifan lebih
terarah
d. Masih senang berlari
16
bersemangat dan timbul rasa senang dalam menjalani aktivitas pembelajaran.
Sehingga berdampak positif juga bagi perkembangan mereka.
Cara pembelajaran yang diharapakan yaitu dengan program pengajaran
yang fleksibel dan tidak kaku serta membedakan perbedaan individu, tidak
monoton dan verbalistik yang di beri banyak variasi ( terdapat eksperimen,
praktek, observasi,dll ), dan menggunakan berbagai media sehingga anak
dapat berperan aktif secara mental dan perseptualnya. Di harapkan dengan cara
ini anak dapat lebih berkembang, aktif dan membantu timbulnya suasana yang
menyenangkan selama proses belajar. Karena anak lebih butuh banyak
aktivitas yang membantu perkembangan mereka.
2. Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang
tumbuh.
Pada umumnya anak usia SD telah terjadi pertumbuhan fisik secara pesat.
Untuk dapat melaksanakan tugas perkembangan ini kebiasaan kesehatan seperti
menjaga kebersihan, waktu tidur, makan, dan lain sebagainya masih perlu dibatasi.
Memperhatikan hal-hal tersebut diatas, sekolah hendaknya memperhatikan
kesulitan dan permasalahan siswa serta memberikan bimbingan dan konseling baik
secara individual maupun kelompok. Hal ini bertujuan agar anak mencapai keutuhan
dan keserasian sikap dirinya sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh secara
optimal.
17
4. Mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita
Menurut Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih (2006), dalam mencapai tugas
perkembangan perbedaan anatomi antara pria dan wanita tidak menuntut perbedaan
peran jenis kelamin selama anak Sekolah Dasar. Tubuh anak wanita sebagaimana
anak laki-laki tumbuh dengan baik melalui aktivitas fisik sehingga menjadi kuat dan
besar. Baru mulai usia 9 atau 10 tahun terdapat perbedaan anatomi antara anak laki-
laki dengan anak wanita.
Berkenaan dengan peran anak sesuai dengan jenis kelaminnya,telah diawali
dalam asuhan keluarga. Harapan yang sama berlanjut pada usia sekolah melalui
pergaulan dalam budaya teman sebaya. Dalam hal ini sekolah hendaknya lebih
menekankan pada fungsi perbaikan jika ada anak yang mengalami hambatan dalam
pencapaian tugas perkembangan ini.
18
pengertian menanamkan tingkah laku dengan pola-pola baru agar mereka dapat
mempergunakannya secara efektif.
Implikasi perkembangan ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan
baru yaitu mengkalisifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan, dan kegiatan yang
berkaitan dengan perhitungan angka, seperti menambah, mengurangi,
mengalikan, membagi. Disamping itu, anak SD sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah.
Pada tahap ini juga kemampuan intelektual anak cukup dapat dibekali
kecapakan untuk berfikir bernalar, termasuk pemberian pengetahuan tentang
manusia, hewan, berserta lingkungan alam sekitar. Disamping itu, anak cukup mampu
untuk mengungkapkan pendapat gagasan atau penilaian atas berbagai hal yang
dialami di lingkungan dan sekitarnya.
Sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan
kemampuan intelektual anak. Dalam hal ini guru harus memberikan perhatian agar
menunjang proses pendidikan anak. Guru juga harus memberikan kesempatan kepada
anak untuk mengemukakan hasil belajarnya serta memberikan komentar terhadap
pekerjaan yang telah dilakukan oleh anak SD dalam proses belajar. Kegiatan seperti
ini diharapkan dapat membentuk proses pencapaian tujuan pendidikan yang
diinginkan oleh sekolah.
Hal tersebut dipertegas oleh Piaget bahwa kemampuan berfikir anak berbeda
dengan orang dewasa. ini berarti bahwa urutan bahan pendidikan dan metode harus
menjadi perhatian utama. Anak SD akan sulit memahami bahan pelajaran jika urutan
bahan pelajaran ini tidak teratur. Bagi anak SD, pengoperasian suatu penjumlahan
harus menggunakan benda-benda nyata, terutama di kelas-kelas awal karena tahap
perkembangan berfikir mereka baru mencapai pada tahap kongret.
19
pada saat anak siap memasuki sekolah, ia sebenarnya telah memiliki perbendaharaan
banyak konsep, terutama konsep-konsep yang sederhana.
Berkenaan dengan tugas-tugas perkembangan tersebut, maka sekolah
merupakan tempat yang kondusif untuk mempelajari sejumlah konsep dalam
kehidupan. Kurikulum sekolah hendaknya memberikan pengalaman dan pembelajaran
yang sekonkret mungkin terutama pada kelas-kelas bawah. Hal ini akan membantu
anak dalam membangun konsep-konsep baru berdasar hal-hal yang nyata, misalnya
tentang konsep yang berhubungan dengan waktu, ruang, tempat, dan angka.
20
membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar/sekolahnya tanpa harus
selalu diarahkan oleh guru maupun orang tua.
Sehubungan tugas pencapaian kemandirian ini, maka guru dalam
melaksanakan proses pembelajarannya mengacu pada kemandirian. Baik kemandirian
dalam tugas individual maupun kemandirian dalam tugas-tugas kelompok.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebutan untuk anak-anak pada masa kanak-kanak akhir ada banyak
berdasarkan sudut pandat yang berbeda. Orang tua memberi sebutan late chilhood,
usia bertengkar, dan usia kreatif. Guru atau pendidik memberi sebutan masa sekolah.
Psikolog memberi sebutan usia berkelompok.
Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu masa kelas-kelas
rendah sekolah dasar dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Adapun ciri-ciri anak
pada masa ini diantaranya sebagai berikut:
a. Suka memuji diri sendiri.
b. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, maka tugas atau
pekerjaan tersebut dianggap tidak penting.
c. Suka meremehkan orang lain.
d. Ingin tahu, ingin belajar, realistis.
e. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
f. Anak memandang bahwa nilai adalah alat ukur tingkat kepandaian atau
prestasi dalam belajar.
g. Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama deengan
peraturannya sendiri.
Aspek-aspek dalam perkembangan anak masa kanak-kanak akhir meliputi
aspek intelektual, aspek bahasa, aspek sosial, aspek emosi, aspek moral, aspek
keagamaan, aspek motorik (fisik), yang masing-masing mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya
pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol
tubuh dan keseimbangannya. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas
awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi,
mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya
perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya
pemahaman terhadap ruang dan waktu.
22
Dengan mengetahui tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya maka
sebagai orangtua dapat memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap
perkembangannya agar tidak terjadi penyimpangan perilaku. Perincian tugas-tugas
perkembangan anak SD menurut HavigHusrt (1961) dan implikasinya terhadap
pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran keterampilan fisik motorik yang diperlukan untuk permainan
sehari-hari
2. Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang
sedang tumbuh.
3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
4. Mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita
5. Pengembangan keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung
6. Pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
7. Pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai
8. Mancapai kemandirian pribadi
23
DAFTAR PUSTAKA
Sri Rumini & Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), 37.
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik (Medan: Perdana Publishing, 2012), 17.
Rumini, Perkembangan, 39.
Rita Eka Izzati, Perkembangan Peserta Didik (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Press, 2007), 127.
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), 178.
Yusuf, Psikologi, 179.
Ibid., 180.
Zulkifli L., Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 61.
Yusuf, Psikologi, 181.
Ibid., 182.
Zulkifli, Psikologi, 60.
Yusuf, Psikologi, 183.
Ibid., 184.
Ibid.
Izzati, Rita Eka. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Press, 2007.
Sumantri, Mulyani dan Syaodih. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta, Departemen
Pendidikan Nasional, 2006
https://infoondow.blogspot.com/2016/02/perkembangan-peserta-didik-usia-sd.html
http://mumajads.blogspot.com/2017/03/makalah-perkembangan-peserta-didik-usia.html
https://sbksenirupa.wordpress.com/2017/02/18/karakteristik-perkembangan-peserta-didik-di-
sekolah-dasar/
24