Anda di halaman 1dari 25

Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

UPAYA PENANGANAN KORBAN DAN


PENCEGAHAN TINDAK PERDAGANGAN ORANG
(HUMAN TRAFFICKING) DI KABUPATEN
INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT66

Antik Bintari67
Nina Djustiana68
e-mail: antikisw@gmail.com

ABSTRAK

Kejahatan perdagangan orang (human trafficking) adalah kejahatan kemanusiaan


yang terorganisasi, artinya kejahatan ini melibatkan beberapa orang yang memiliki
jaringan atau keterkaitan satu sama lain dan memiliki tujuan untuk mengeksploitasi
korban demi keuntungan sepihak (pelaku). Dalam kurun waktu 2005-2009, Jawa
Barat menduduki peringkat teratas kasus human trafficking. Salah satu daerah di
Provinsi Jawa Barat yang merupakan daerah rentan menghadapi permasalahan
tindak human trafficking adalah Kabupaten Indramayu. Berbagai data menyebutkan
bahwa kasus human trafiking di Kabupaten Indramayu selalu mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Penelitian kali ini mencoba menghadirkan hal-hal yang telah dan
akan dilakukan oleh stakeholder di Kabupaten Indramayu dalam meminimalisasi
tingkat tindak human trafficking.
Kata Kunci: eksploitasi, perdagangan orang.

ABSTRACT

The crime of human trafficking is an organized crime against humanity, that


involves several people who have a network or connection to each other and have
a goal to exploit the victim for the benefit of unilateral (actors). In the period 2005-
2009, West Java is the highest rank to the case of human trafficking in Indonesia.
District Indramayu is one area in West Java province which is a prone area of

66 Penelitian ini didanai oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
67 Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Unpad dan Sekretaris Puslitbang Gender dan
Anak LPPM Unpad
68 Dosen FKG Unpad dan Kepala Puslitbang Gender dan Anak LPPM Unpad

124 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

human trafficking cases. According to various datas, we get some fatcs that human
trafficking cases in Indramayu incrased annualy. This research tries to present all
that have been and will be carried out by stakeholders in District Indramayu in
minimizing the level of acts of human trafficking.
Keywords : exploitation, human trafficking.

PENDAHULUAN diperlukan sebuah model untuk


menangani korban trafficking yang
Kasus perdagangan orang (human komprehensif.
trafficking, selanjutnya cukup ditulis
Model Penanganan Korban
dengantrafficking) di Indonesia sung­
Trafficking sangat diperlukan untuk
guh kian mengkhawatirkan. Dari tahun
menangani sekaligus mengevaluasi
ke tahun, kasus ini meningkat tajam.
dan memperbaiki sistem untuk kasus
Seakan-akan, kasus trafficking di
penanganan korban trafficking yang
Indonesia diibaratkan gunung es.
marak terjadi di Indonesia. Pembuatan
Artinya, angka yang tersembunyi di
model ini dilakukan dalam rangka
bawah permukaan jauh lebih besar
menciptakan Keadilan dan Kesetaraan
ketimbang yang terlihat di permukaan.
gender yang merupakan prinsip-
Data dari International Organization
prinsip mendasar perlindungan Hak
for Migration (IOM) mencatat hingga
Asasi Manusia (HAM) sebagaimana
April 2006 bahwa jumlah kasus
diatur dalam Universal Declaration of
trafficking di Indonesia mencapai
Human Rights (UDHR) 1948,
1.022 kasus, dengan rinciannya: 88,6%
International Covenant on Civil and
korbannya adalah perempuan, 52%
Political Rights (ICCPR) 1966, dan
dieksploitasi sebagai pekerja rumah
International Covenant on Economic,
tangga, dan 17,1% dipaksa melacur
Social, and Cultural Rights (ICESCR)
(www.bkkbn.go.id). Kejahatan traf­
1966. Sebagai negara peserta konvensi,
fick­­ing adalah kejahatan yang terorga­
sesuai Pasal 2 Konvensi Mengenai
nisasi, artinya kejahatan ini melibatkan
Penghapusan Segala Bentuk Diski­
beberapa orang yang memiliki jaringan
riminasi Terhadap Wanita (Convention
atau keterkaitan satu sama lain dan
on the Elimination of All Forms of
memiliki tujuan untuk mengeksploitasi
Discrimination against Women—
korban demi keuntungan sepihak
CEDAW), Indonesia wajib meng­
(pelaku). Sehingga dalam mengatasi
hukum setiap bentuk diskriminasi dan
kasus trafficking ini, pemerintah
berupaya untuk menghentikan segala
memiliki andil dan harus menentukan
bentuk kekerasan terhadap perempuan.
sikap tegas dalam menangani dan
CEDAW juga menyarankan seluruh
memberantas kasus trafficking. Dika­
program dan aspek pembangunan
renakan hal ini sangat memerlukan
harus mengakomodir upaya pence­
penanganan yang serius, maka

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 125


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

gahan diskriminasi terhadap perem­ 9. Inpres 9/2000 dan Kepmendagri


puan. Hal tersebut juga diperkuat oleh 132 tahun 2003 tentang Penga­
Komunitas Internasional yang dituang­ rusuta­
maan Gender dalam
kan dalam Millenium Development Pembangunan Nasional.
Goals (MDGs) mengenai kesetaraan 10. Perda No.3/2008:Peraturan Dae­
dan keadilan gender. rah Provinsi Jawa Barat tentang
Pencegahan dan Penanganan
Sebagai bukti keseriusan Indo­
Korban Perdagangan Orang di
nesia dalam upaya menghapus Jawa Barat.
kekerasan terhadap perempuan yang
salah satunya adalah perdagangan Permasalahan mengenai traffic­
perempuan (trafficking), beberapa king saat ini sudah menjadi perma­
produk hukum telah dibuat pada level salahan publik yang harus segera
nasional, antara lain: diatasi oleh pemerintah baik pusat
1. UU No. 7 Tahun 1984 Mengenai maupun daerah, karena tanpa adanya
Ratifikasi CEDAW. tindakan yang dilakukan pemerintah
2. Keppres No. 36 Tahun 1990 dalam meng­antisipasi dan menangani
Mengenai Ratifikasi Konvensi kasus perdagangan orang ini, dikha­
PBB tentang Hak-Hak Anak. watirkan akan terus memper­panjang
3. Joint Decree 2002, yaitu deretan kasus trafficking. Dalam Ke­
Keputusan Bersama Pemerintah rangka Otonomi Daerah, Program Pe­
dalam Pelayanan Korban nanganan Trafficking juga merupakan
Penanganan Korban Trafficking. Kewenangan Daerah. Daerah harus
4. Undang-Undang No.23 Tahun mampu mengimplementasikan kebi­
2002 tentang Perlindungan jak­an pusat terkait dengan program
Anak. tersebut. Implementasi tersebut bisa
5. Undang-Undang No. 23 Tahun berupa peraturan, kebijakan, dan
2004 tentang Penghapusan program, bahkan model penanganan
Kekerasan dalam Rumah Tangga. yang berkelanjutan.
6. Undang-Undang No. 4 Tahun
Terkait hal tersebut, Pemerintah
2006 tentang Penyelenggaraan
Daerah Jabar, menunjukkan keseriusan­
Kerjasama Korban KDRT.
nya dalam upaya menghapus trafficking
7. Undang-Undang No. Tahun 2006 melalui Pengarusutamaan Gender
tentang Perlindungan Saksi dan (PuG) dalam Pembangunan. Hal ini
Korban.
terlihat dari kebijakan dan program
8. Undang-Undang No.21 Tahun yang dijalankan oleh Pemerintah Jabar
2007 tentang Pemberantasan seperti yang tercan­tum dalam Rencana
Tindak Pidana Perdagangan Pembangunan Jangka Menengah
Orang.
Daerah (RPJMD). Hal tersebut juga
menjadi kewenangan pemerintah

126 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan yang dibawah umur berusia antara 15


data Bareskim Markas Besar Polisi dan 16 tahun. Umumnya para korban
Republik Indonesia69, dalam kurun trafficking mengaku tergiur ajakan
waktu 2005-2009, Jabar menduduki para cukong karena alasan ekonomi.
peringkat teratas kasus trafficking. Hal Mereka juga mengaku, tawaran yang
ini dapat terlihat dari data kasus dan diberikan pada saat itu untuk bekerja
korban yang terjadi di wilayah ini yang di rumah makan atau restoran, namun
mencapai 794 kasus. Disusul kemudian dalam kenyataannya ternyata mereka
Kalimantan Barat dengan 711 kasus diper­kerjakan di cafe dan tempat-
dan Jawa Timur dengan 441 kasus. tempat prostitusi.
Adapun peringkat di bawahnya adalah
Berdasarkan latar belakang ter­
Jawa Tengah dengan 404 kasus dan
sebut jelas kiranya perlu upaya pe­
Nusa Tenggara Barat dengan 233
nanganan korban trafficking secara
kasus. Selanjutnya diketahui bahwadata
integritas dengan menganalisis kebi­
persentase korban trafficking terhadap
jakan-kebi­jakan PuG dan penelurusan
anak usia 0-17 tahun dan perempuan
di lapangan untuk evaluasi, perbaikan
di Jabar terakhir yang terjadi tahun
sistem, dan penguatan advokasi peng­
2010 adalah 756 orang.
hapusan terhadap kasus-kasus pe­
Kasus traficking di wilayah nanganan korban trafficking terutama
Hukum Polres Indramayu dalam tahun kasus trafficking yang terjadi di
2011 mengalami peningkatan. Satres­ Provinsi Jabar, khususnya di Kabupaten
krim Polres Indramayu sendiri hingga Indramayu.
September ini tengah menangani 8
kasus trafficking dengan jumlah ter­
LANDASAN LITERATUR
sangka sebanyak 14 orang dengan
korban 19 orang. Kapolres Indramayu
AKBP Rudi Setiawan, S.IK., M.H. Menurut Pasal 1 ayat 8 Peraturan
melalui Kasat Reskrim Polres Indra­ Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat
mayu AKP Rohadi, S.IK. didampingi No. 3 Tahun 2008 tentang Pencegahan
Kasubag Humas AKP Wahyudin dan Penanganan Korban Perdagangan
menjelaskan, selama 2011 ini memang Orang di Provinsi Jawa Barat, yang
ada peningkatan 2 kasus perdagangan dimaksud dengan perdagangan orang
orang.70 Dikatakan, korban trafficking adalah sebagai:
rata-rata anak remaja putus sekolah “... tindakan perekrutan, pe­ngang­

69 Dikutip dari www.Seputar-Indonesia.com


70 Selengkapnya dapat dibaca pada mediaonline.com (24 September 2011).

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 127


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

kutan, penampungan, pengiriman termasuk—paling tidak—eksplo­


atau penerimaan seseorang dengan itasi untuk melacurkan orang
ancaman kekerasan, penggunaan lain atau bentuk-bentuk lain dari
kekerasan, penculikan, penye­ eksploitasi seksual, kerja atau
kapan, pemalsuan, penipuan, pe­ pelayanan paksa, perbudakan
nya­lahgunaan kekuasaan atau po­ atau praktek-praktek serupa
si­si rentan, penjeratan utang atau perbudakan, penghambaan atau
memberi bayaran atau manfaat, pengambilan organ tubuh.“
sehingga memperoleh persetujuan
dari orang yang memegang kendali Berdasarkan definisi di atas
atas orang lain tersebut, baik terdapat beberapa istilah yang digu­
yang dilakukan di dalam negara nakan dalam praktek trafficking.
maupun antarnegara, untuk tujuan Berikut adalah istilah dan penje­
dieksploitasi atau mengakibatkan lasannya72, antara lain:
orang tereksploitasi.”
1. Perekrutan. Kata perekrutan tidak
hanya merujuk pada perekrutan
Protokol PBB bidang Pencegahan untuk bermigrasi dari daerah/
Perdagangan Orang terhadap Manusia, negara asal melalui janji-janji
terutama perempuan dan anak akan diberikannya pekerjaan
mendefinisikan trafficking sebagai dengan upah tinggi. Kata
berikut71: tersebut dapat pula merujuk pada
“... perekrutan, pengiriman, para korban yang melakukan
pemindahan, penampungan, atau perpindahan tanpa dijanjikan
penerimaan seseorang, dengan untuk mendapatkan pekerjaan
ancaman atau penggunaan keke­ tetapi kemudian direkrut dengan
rasan atau bentuk-bentuk lain cara ditipu, dibohongi, atau
dari pemaksaan, penculikan, dipaksa di negara/daerah tujuan.
penipuan, kebohongan atau pe­ Hubungan yang ada seringkali
nya­lahgunaan kekuasaan atau dapat dilihat pada cara orang
posisi rentan atau memberi tersebut direkrut di daerah/negara
atau menerima pembayaran asalnya, lalu dipindahkan dan
atau memperoleh keuntungan dieksploitasi di tempat tujuan.
agar dapat memperoleh perse­ 2. Pengiriman (di dalam negara
tujuan dari seseorang yang dan antarlintas batas negara).
berkuasa atas orang lain untuk Sebuah kasus dikatakan sebagai
tujuan eksploitasi. Eksploitasi kasus trafficking apabila korban

71 International Organization for Migration (IOM), 2005. Pemulangan dan Reintegrasi Korban
Perdagangan Orang (Model Adendum). Jakarta. Hlm. 1.
72 Ibid, hlm 5-8

128 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

dikirimkan ke tempat dimana ia lah­gu­nakan. Korban trafficking


terisolasi secara fisik dan tidak ditipu untuk masuk pada situasi
memahami bahasa dan budaya kerentanannya.
setempat, tidak mendapat hak atas 7. Penyalahgunaan/penyiksaan.
indentitasnya yang sah serta tidak Se­­­se­­­orang dikatakan telah disa­
adanya akses untuk mendapatkan lahgunakan secara disiksa jika
keadilan. Para migran dapat pula orang tersebut berada dalam
dilihat sebagi korban trafficking posisi rentannya dan tidak me­
tanpa harus melihat mereka miliki pilihan apapun selain
memasuki sebuah negara secara tunduk kepada/menerima perla­
legal atau tidak, karena bukti kuan tersebut ke­pa­danya. Penya­
yang diperlukan dapat terlihat dari lahgunaan ke­ku­asa­an melibatkan
kondisi pengiriman mereka dan/ situasi ketergantungan dimana
atau kejadian-kejadian setelah seseorang yang memiliki ke­kuasa­
proses pengiriman itu, misalnya an atas orang lain tidak mengakui
eksploitasi yang terjadi. hak-hak dari orang-orang yang
3. Pemindahan, penampungan, dan bergantung kepadanya.
penerimaan. Pelaku perdagangan 8. Eksploitasi. Yaitu, mengambil
orang (traffickers) memindahkan, keuntungan dari seseorang untuk
menampung, dan/atau menerima tujuan dan kepentingan pribadi.
korban-korban trafficking pada 9. Prostitusi/Pelacuran. Perempuan
saat mengirimkan korban-korban dan anak memasuki dunia
tersebut dari tempat asal mereka prostitusi dalam tiga cara yang
ke tempat tujuan. berbeda, yaitu sukarela, jeratan
4. Pemaksaan secara fisik. Seseorang hutang, dan ketidaksukarelaan.
disebut dipaksa bila terikat 10. Eksploitasi seksual, merupakan
dengan kekuatan fisik. Seseorang produksi barang-barang pornografi
mungkin juga dipaksa untuk sebagai akibat dari ketiadaan pilih­
menurut dan bertentangan dengan an terhadap ancaman, penipuan,
keinginannya sendiri dengan cara penyalahgunaan kekuasaan, jerat­
lain, contohnya diiming-imingi an hutang, atau pemalsuan.
sesuatu.
11. Kerja Paksa. Seluruh jenis
5. Penculikan. Seseorang dikatakan pekerjaan atau pelayanan yang
diculik bila diambil secara tidak didapatkan dari siapapun yang
sah dengan kekuatan atau melalui berada di bawah tekanan hukuman
penipuan. dan yang dilakukan bukan karena
6. Penipuan. Seseorang telah ditipu melakukannya secara sukarela.
jika ia menerima informasi yang 12. Jeratan Hutang, adalah pada saat
salah atau kurang lengkap yang tenaga/layanan seseorang diper­
sengaja dilakukan oleh pelaku lukan sebagai cara pembayaran
trafficking untuk kemudian disa­ sebuah pinjaman/hutang.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 129


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

13. Perbudakan, adalah status atau ataupun psikologis, penyerangan


kondisi dimana seseorang menja­ seksual, tidak diberi makan
lankan segala hak penguasaannya atau kurang makanan, dan tidak
atas orang lain. boleh menjalankan agamanya
14. Penghambaan. Banyak perem­ atau diperintah untuk melanggar
puan yang menjadi korban agamanya. Beberapa majikan
trafficking tidak sepenuhnya dan agen menyita paspor dan
berada pada situasi kerja paksa dokumen lain untuk memastikan
atau perbudakan tapi mengarah para pembantu tersebut tidak
pada penghambaan. mencoba melarikan diri.
3. Bentuk lain dari Kerja Migran.
Terdapat beberapa bentuk
Meskipun banyak orang Indonesia
perdagangan orang yang terjadi pada
73
yang bermigrasi sebagai PRT, yang
perempuan dan anak-anak: lainnya dijanjikan mendapatkan
1. Kerja Paksa Seks dan Eksploitasi pekerjaan yang tidak memerlukan
Seks. Dalam banyak kasus, keahlian, seperti di pabrik,
perempuan dan anak-anak restoran, industri cottage, atau
dijanjikan pekerja sebagai buruh toko kecil.
migran, PRT, pekerja restoran, 4. Penari, Penghibur, dan Pertukaran
penjaga toko, atau pekerjaan- Budaya–terutama di luar negeri.
pekerjaan tanpa keahlian, tetapi Perempuan dan anak perempuan
kemudian dipaksa bekerja pada dijanjikan bekerja sebagai penari
industri seks tetapi mereka ditipu duta budaya, penyanyi, atau
dengan kondisi-kondisi kerja penghibur di negara asing. Pada
dan mereka dikekang di bawah saat kedatangannya, banyak dari
paksaan dan tidak diperbolehkan perempuan ini dipaksa untuk
menolak bekerja. bekerja di industri seks atau pada
2. Pembantu Rumah Tangga (PRT), pekerjaan dengan kondisi mirip
baik yang di luar negeri maupun perbudakan.
yang di Indonesia berada dalam 5. Pengantin pesanan–terutama di
kondisi kerja yang sewenang- luar negeri. Beberapa perempuan
wenang termasuk: jam kerja- dan anak perempuan yang ber­
wajib yang panjang, penyekapan mig­rasi sebagai istri dari orang
legal, upah yang tidak dibayar berkebangsaan asing, telah ditipu
atau yang dikurangi, kerja karena dengan perkawinan.
jeratan hutang, penyiksaan fisik

73 Bentuk-bentuk Perdaganan Orang Manusia dalam www.stoptrafficking.or.

130 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

6. Beberapa Bentuk Buruh/Pekerja 3. Pendidikan. Survei Sosial


Anak–terutama di Indonesia. Ekonomi Nasional (Susenas)
Beberapa (tidak semua) anak 2000 melaporkan bahwa 34,0%
yang berada di jalanan untuk penduduk Indonesia berumur 10
mengemis, mencari ikan di tahun ke atas belum/tidak tamat
lepas pantai seperti jermal, dan SD/tidak pernah sekolah, 32,4%
bekerja di perkebunan telah tamat SD dan hanya 15% tamat
diperdagangkan ke dalam situasi SLTP. Menurut laporan BPS tahun
yang mereka hadapi saat ini. 2000 terdapat 14% anak usia 7-12
7. Trafficking/penjualan bayi– dan 24% anak usia 13-15 tahun
baik di luar negeri maupun tidak melanjutkan pendidikan ke
di Indonesia. Beberapa buruh SLTP karena alasan tidak mampu
migran Indonesia/TKI ditipu dalam pembiayaan.
dengan perkawinan palsu saat di 4. Migrasi. Menurut KOPBUMI
luar negeri dan kemudian mereka (Konsorsium Pembela Buruh
dipaksa untuk menyerahkan Migran di Indonesia), sepanjang
bayinya untuk diadopsi ilegal. tahun 2001 penempatan buruh
migran ke luar negeri mencapai
Secara umum74 dapat diidentifikasi sekurang-kurangnya 74.616
bahwa faktor-faktor yang mendorong orang telah menjadi korban dari
terjadinya trafficking pada perempuan proses trafficking.
dan anak, antara lain disebabkan oleh: 5. Kondisi Keluarga. Karena pen­
1. Kemiskinan. Menurut data BPS didikan rendah, keterbatasan
adanya kecenderungan jumlah kesem­­patan, ketidaktahuan akan
penduduk miskin meningkat dari hak, keterbatasan informasi
11,3% pada tahun 1996 menjadi ke­­mis­kinan, dan gaya hidup
23,4% pada tahun 1999, walaupun konsumtif antara lain faktor yang
berangsur-angsur telah turun merupakan titik lemah ketahanan
kembali menjadi 17,6 % tahun keluarga.
2002. 6. Sosial budaya. Anak sekolah
2. Ketenagakerjaan. Sejak krisis merupakan hak milik yang
ekonomi tahun 1998, angka dapat diperlakukan sekehendak
partisipasi anak bekerja cenderung orangtuanya, ketidakadilan jender
pula terus meningkat dari 1,8 juta atau posisi perempuan yang
pada akhir tahun 1999 menjadi dianggap lebih rendah masih
2,1 juta pada tahun 2000. tumbuh di tengah kehidupan
sebagian masyarakat Indonesia.

74 Termaktub dalam Keputusan Presiden No. 88 Tahun 2002.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 131


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

7. Media Massa, masih belum Kecamatan, dan Pemerintah Desa/


memberikan perhatian penuh Kelurahan.
terhadap berita dan informasi
yang utuh dan lengkap tentang
trafficking, dan belum memberikan METODOLOGI
kontribusi yang optimal pula
dalam upaya pencegahan maupun Dalam penelitian ini, peneliti
peng­hapusannya. Bahkan ti­dak melakukan analisis data dengan meng­
sedikit justru seringkali membe­ gunakan pendekatan kualitatif dan
ritakan yang kurang mendidik metode deskriptif. Penelitian kualitatif
dan bersifat pornografis yang merupakan sebuah proses penyelidikan
mendorong menguatnya kegiatan yang didasarkan pada pemahaman atas
trafficking dan kejahatan susila perbedaan meto­dologis dalam meng­
lainnya. gali permasalahan manusia dan sosial.
Peneliti mem­ bangun sebuah kom­
Maksud dari pencegahan dan pleksitas, gam­ baran holistik, meng­
penanganan korban trafficking adalah analisis kata-kata, melaporkan
untuk mensinergikan kebijakan peme­ informasi-informasi yang terperinci
rintah daerah dan kebijakan pemeritah dan mengarahkan studi dalam kondisi
kabupaten/kota dalam tata langkah yang umum atau lazim. Selanjutnya
operasional pencegahan dan pe­ penelitian ini mempunyai rancangan
nanganan korban trafficking di daerah penelitian kualitatif jenis studi kasus
secara komprehensif, efektif, dan (case study) berperspektif gender.
efisien. Adapun tujuannya, adalah Metode Studi Kasus, yaitu penelitian
untuk (1) Mencegah sejak dini tindakan yang menitikberatkan pada kasus
trafficking, (2) Memberikan perlin­ spesifik secara utuh program
dungan terhadap orang dari eksploitasi penanganan korban trafficking yang
dan perbudakan manusia, (3) dianalisis dengan pendekatan kualitatif.
Menyelamatkan dan merehabilitasi Pende­katan kualitatif sengaja dilakukan
korban trafficking, serta (4) Mem­ guna memperoleh kualitas kehidupan
berdayakan pendidikan dan per­ yang berkaitan dengan pola pikir,
ekonomian korban trafficking beserta pandangan, kesan, dan perasaan
keluarganya. Sedangkan, sasarannya subyek pene­litian.
meliputi (1) Korban trafficking, (2)
Keluarga korban, (3) Masyarakat di Pengujian data dilakukan dengan
lingkungan korban, (4) Organisasi teknik triangulasi, yaitu data tersebut
Sosial, LSM, dunia usaha, institusi selalu dikonfirmasikan secara timbal-
pendidikan formal, dan lembaga balik dengan metode, teori, dan data
pengiriman tenaga kerja; serta (5) atau pendapat para ahli atau berbagai
Insti­tusi Pemerintah Daerah, Peme­ sumber dari subyek penelitian. Se­
rintah Kabupaten/Kota, Pemerintah hingga, hasil dari pengujian tersebut

132 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

selalu melalui diskusi intersubyektif, HASIL PENELITIAN DAN


agar diperoleh data yang obyektif. PEMBAHASAN
Data primer yang diperoleh dianalisis
dengan cara pemahaman atau Lembar Kerja PROBA
verstehen, yaitu dengan cara mengung­

kapkan makna dan pengertian dari data


Di bawah ini adalah lembar kerja
tersebut baik secara tekstual maupun
(LK) PROBA yang diperoleh dari
kontekstual. Data tersebut dikaji guna
masing-masing institusi/LSM dan
dipahami kaitannya dengan berbagai
disajikan dalam bentuk tabel.
aspek yang akan menjelaskan rogram
penanganan korban trafficking. Berdasarkan data pada tabel
Analisis data untuk memetakan isu tersebut (yang bersumber dari PPA
permasalahan program penanganan POLRES Indramayu), maka dapat
korban trafficking dan permasalahan diketahui, bahwa dalam kurun tiga
gender serta untuk mereformulasi tahun (2009-2011), kasus kekerasan
kebijakan/program yang responsif trafficking di wilayah hukum
gender, peneliti menggunakan alat Indramayu lebih banyak menimpa
analisis PROBA.75 Atas dasar itu, korban perempuan dewasa, yaitu
kemudian, peneliti menyusun model sebanyak 17 orang, dan anak-anak76,
program penanganan korban yaitu sebanyak 16 orang. Adapun
trafficking. korban-korban tersebut berasal dari
wilayah Indramayu (data terlampir).

Tabel 1 Data Kuantitatif Menurut Jenis Kelamin Kasus-Kasus Trafficking


(LKA)

No. Informan Data Sumber Data Korban KBG


1 2 3 4 5
1 Ibu Sri (Data sama dengan data (Data sama dengan (Data sama
(Kepala Bidang Pemberdayaan dari Puan Amal Hayati data dari Puan dengan data
dan Perlindungan Perempuan, As-Sakienah) Amal Hayati As- dari Puan Amal
BPPKB Kab. Indramayu) Sakienah) Hayati As-
Sakienah)

75 PROBA merupakan metode analisis gender yang disusun oleh Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan UNFPA.
Teknik ini merupakan teknik yang terbaru, setelah sebelumnya menggunakan teknik Gender
Analysis Pathway. Mengenai Teknik Analisis Gender dengan Metode PROBA (Problem Based
Approach), Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Jakarta, 2006.
76 Batasan usia untuk kategori anak adalah yang belum berusia 18 tahun (sumber: Perda Jawa
Barat No. 3 Tahun 2008 Pasal 1 (9).

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 133


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

2 Ibu Dwi Hartati Tahun 2009 = 6 kasus Unit Perlindungan Dengan jumlah
(Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan korban = 7 orang
Perempuan dan Anak, Anak, POLRES (6 anak dan
POLRES Indramayu) Indramayu 1 perempuan
dewasa)
Tahun 2010 = 6 kasus
Dengan jumlah
korban = 9 orang
Tahun 2011 = 8 kasus (1 anak dan 8
dewasa)
(sampai oktober 2011).
Dengan jumlah
korban = 17
korban (9 anak
dan 8 dewasa)
3 Bapak Karman dan Ibu Sri
(Staf Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja, Kab. Indramayu)
4 Bapak Teten
(Kepala Bidang Sosial dan
Budaya, BAPEDA Kab.
Indramayu)
5 Bapak Syamsul 1 kasus Laporan Jumlah korban 1
(Pengurus Ponpes Puan Amal Masyarakat orang
Hayati As-Sakienah)

Tabel 2 Analisis Penyebab Terjadinya Trafficking (LK-B)

Faktor Penyebab
Masalah/
No Informan Kasus Adat
Lingkungan Pemahaman Perundang-
Trafficking Istiadat/ Ekonomi Kebijakan Lain-lain
Sosial Agama undangan
Budaya

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Ibu Sri Banyak Mendukung Kurang Masih Rendah Masih Lemah Lebih
(Kepala Bidang tawaran- diperketat
Pemberdayaan tawaran dari Belum lagi
dan para trafficker maksimal
Perlindungan dengan dilaksanakan
Perempuan, penghasilan
BPPKB Kab. yang
Indramayu) menggiurkan

2 Ibu Dwi Hartati Adanya Pendi-


(Kepala Unit Pola hidup Masih permintaan dikan yang
Perlindungan yang kurangnya dari tempat masih
Perempuan dan konsumtif pemahaman tujuan. rendah
Anak, POLRES masyara-kat
Indramayu) Kurangnya terhadap Masih
lapangan agama banyaknya
pekerjaan masyarakat
yang kurang
mampudari
segi perekono-
mian.

3 Bapak Karman
dan Ibu Sri
(Staf Dinas
Sosial dan
Tenaga Kerja,
Kab. Indramayu)

134 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

4 Bapak Teten
(Kepala
Bidang Sosial
dan Budaya,
BAPEDA Kab.
Indramayu)

5 Bapak Syamsul
(Pengurus Penjualan ü
Ponpes Puan anak di bawah
Amal Hayati umur
As-Sakienah)

Berdasarkan data diatas maka dari segi: (1) Lingkungan/Sosial, (2)


dapat diketahui bahwa permasalahan Pemahaman Agama, (3) Ekonomi, (4)
trafficking yang terjadi di Indramayu Perundang-undangan, (5) Kebijakan,
adalah, dapat dikatakan, karena adanya dan (6) Pendidikan.
faktor-faktor penyebabnya, antara lain

Tabel 3 Telaah Kebijakan/Program/Kegiatan (LK-C)

Netral/
Masalah Kebijakan/ Bias/
No Informan Tujuan Alasan
Trafficking Program/Kegiatan Responsif
Gender
1 2 3 4 5 6 7
Ibu Sri Pendidikan Pembentukan - Sosialisasi
1 (Kepala rendah, P2TP2A - TTPO
Bidang ekonomi - Perlindungan
Pemberdayaan pas-pasan, Anak
dan pengaruh - Pornografi
Perlindungan lingkungan,
Perempuan, rayuan dari
BPPKB Kab. trafficker.
Indramayu)
Kurangnya Pengadaan buku Guru bimbingan
pemahaman tentang trafficking konseling Siswa
masyarakat SLTP dan SLTA
terhadap
trafficking
2 Ibu Dwi 1. Sosialisasi UU Masyarakat Kejadian
Hartati TPPO: paham akan trafficking
(Kepala Unit - Media elektronik bahaya meningkat
Perlindungan (Talkshow) menjadi korban
Perempuan - Sekolah-sekolah trafficking
dan Anak, - Masyarakat
POLRES
Indramayu) 2. Pendidikan Efek jera Pelaku
Perkara Secara bagi pelaku trafficking
profesional trafficking merupakan
dengan sindikat
menerapkan UU atau
TPPO jaringan

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 135


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

3 Bapak Karman Pembentukan


dan Ibu Sri SATGAS
(Staf Dinas Trafficking Kab.
Sosial dan Indramayu.
Tenaga
Kerja, Kab.
Indramayu)
4 Bapak Teten
(Kepala
Bidang Sosial
dan Budaya,
BAPEDA Kab.
Indramayu)
5 Bapak Penjualan anak Aplikasi PERDA
Syamsul di bawah umur Trafficking yang
(Pengurus belum maksimal
Ponpes Puan
Amal Hayati
As-Sakienah)

Tabel 4 Identifikasi Masalah/Kasus-Kasus Trafficking (LK-D)

KEBIJAKAN/PROGRAM/KEGIATAN
YANG STRATEGIS
No. Informan Tujuan
(mendukung penanganan korban
Trafficking)
1 2 3 4

1 Ibu Sri Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2007 Untuk mencegah terjadinya


(Kepala Bidang tentang TPPO korban trafficking
Pemberdayaan
dan Perlindungan Sosialisai Perda no. 3 Tahun 2008
Perempuan,
BPPKB Kab. Pengadaan buku tentang Trafficking
Indramayu)
2 Ibu Dwi Hartati Sosialisai UU TPPO: Masyarakat memahami
(Kepala Unit Media elektronik (Talkshow) bahanya trafficking dan
Perlindungan mau melaporkan ke pihak
Perempuan dan polisi apabila keluarganya
Anak, POLRES ada yang menjadi korban.
Indramayu)
Siswa-siswa Sekolah Sejak dini anak sekolah
- Melalui konser musik harus mengetahui bahaya
- Adanya duta trafficking kabupaten trafficking sehingga anak-
Indramayu anak usia remaja terhindar
sebagai korban.
Penyidikan perkara trafficking
Dengan menerapkan pasal-
pasal dalam UUTPPO
diharapkan memberikan
efek jera kepada para
pelaku TPPO

136 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

3 Bapak Karman
dan Ibu Sri
(Staf Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja,
Kab. Indramayu)

4 Bapak Teten 1. Pengembangan Produktivitas 1. Memberikan bekal


(Kepala Kewirausahaan. keterampilan kepada
Bidang Sosial pencari kerja/
dan Budaya, pengangguran.
BAPEDA Kab.
Indramayu)
2. Perumusan pengolahan penetapan 2. Adanya standar upah
dan sosialisasi UMK. minimum.
3. Penyuluhan Perlindungan dan 3. Calon TKI Memahami
Penanganan TKI. tentang prosedur bekerja
ke Luar Negeri.
4. Perlindungan Pekerja Perempuan 4. Melindungi Pekerja
dan Anak. Perempuan dan Anak.
5. Pembinaan bagi Tuna Sosial, 5. Mengurangi Gepeng,
Gepeng, WTS, dan Waria. WTS, dan Waria.

6. Pelayanan dan Perlindungan Sosial 6. Membantu Korban


Hukum bagi Korban Eksploitasi Eksploitasi dalam
Perdagangan Perempuan dan Anak. perlindungan hukum.

7. Penertiban/ Operasi Pekat Terpadu. 7. Keamanan dan


Ketertiban.

8. Peningkatan Pelayanan Anak dan 8. Terpadunya kesehatan


Perempuan. anak dan remaja.

9. Peayanan Kesehatan Khusus dan 9. Meningkatkan Pelayanan


Penyakit tidak Menular. Kesehatan Masyarakat.
5 Bapak Syamsul Mengadakan sosialisasi trafficking di Supaya pemahaman
(Pengurus tingkat akar rumput (bawah) untuk masyarakat meningkat.
Ponpes Puan mencegah lebih dini melalui majelis
Amal Hayati As- ta’lim.
Sakienah)
Mengadakan Program Ekonomi Memberikan kesempatan/
Produktif (UEP). peluang bagi masyarakat
tidak mampu untuk
mempunyai penghasilan
agar tidak tergoda bekerja
di luar daerah yang belum
jelas.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 137


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Tabel 5 Kegiatan Intervensi dalam Setiap Program Penanganan


Kasus Trafficking
(LK-F)

Informan Kegiatan Target/Sasaran Pelaksana Waktu Pelaksanaan


1 2 3 4 5
Ibu Sri P2TP2A PNS dan Non PNS BPPKB 27-28 April 2011
(Kepala Bidang Siswa SLTA 28-29 Juli 2011
Pemberdayaan
dan Perlindungan Pelayanan dan perlindungan Korban Trafficking SATGAS Tentatif
Perempuan, BPPKB hukum bagi korban Trafficking
Kab. Indramayu) eksploi-tasi seks komersial
Perempuan dan Anak

Sosialisasi UUTPPO -Masyarakat - PPA - Tiap bulan


Ibu Dwi Hartati (Orangtua) berkelanjutan
(Kepala Unit
Perlindungan -Siswa sekolah (Goes - Binmas - Setelah
Perempuan dan Anak, to School) pelaksanaan ujian
POLRES Indramayu) semester

Bapak Karman dan


Ibu Sri
(Staf Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja, Kab.
Indramayu)
Bapak Teten 1. Pengembangan Pencari kerja/ Dinsosnakertrans 2012
(Kepala Bidang Produktivitas dan pengangguran
Sosial dan Budaya, Pelatihan Kewirausahaan
BAPEDA Kab. 2. Perumusan Pengolahan Perusahaan Swasta Dinsosnakertrans 2012
Indramayu) Penetapan dan Sosialisasi
UMK
3. Penyuluhan Perlindungan Pengusaha dan CTKI Dinsosnakertrans 2012
dan Penanganan TKI
4. Perlindungan Pekerja Pekerja Perempuan Dinsosnakertrans 2012
Perempuan dan Anak dan Anak

5. Pembinaan bagi Tuna Gepeng, WTS, dan Dinsosnakertrans 2012


Sosial, Gepeng, WTS, Waria
dan Waria
6. Pelayanan dan Korban Trafficking Dinsosnakertrans 2012
Perlindungan Sosial
Hukum bagi Korban
Eksploitasi Perdagangan
Pe-rempuan dan Anak
7. Penertiban/ Operasi Pekat Masyarakat SATPOL PP 2012
Terpadu
8. Peningkatan Pelayanan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan 2012
Anak dan Perempuan
9. Pelayanan Kesehatan Anak SD/ MI
Khusus dan Penyakit Dinas Kesehatan 2012
tidak Menular

Bapak Syamsul Sosialisasi Anti Trafficking Masyarakat pedesaan Puan As-Sakienah Setiap bulan
(Pengurus Ponpes
Puan Amal Hayati
As-Sakienah)

138 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

ANALISIS LAPANGAN keduanya, kemunculan tingginya


angka kasus berdasarkan banyaknya
Kabupaten Indramayu merupakan laporan yang diterima pihak kepolisian
wilayah di Jabar yang terletak di atas dasar kesadaran masyarakat.
Bagian Utara (kawasan pantai utara)
Jawa Barat. Persentase kasus traffiking Kedua, tingginya angka kasus
di wilayah ini mencapai 54%, disusul tersebut memang disebabkan dari
oleh Sukabumi 13%, Cimahi 11%, dan banyaknya korban. Namun, sebagaima­
Garut 6%77. Dengan demikian, Indra­ na dikemukakan oleh Bapak Karman
ma­ yu merupakan wilayah dengan dan Ibu Dwi, bahwa “banyak korban
kasus traffiking tertinggi.Walaupun yang merupakan pendatang dari luar
begitu, hal tersebut harus dikaji dari Indramayu yang mengaku sebagai warga
dua kemungkinan. Pertama, tingginya Indramayu, sedangkan untuk korban
angka kasus traffiking tersebut berda­ yang berasal dari Indramayu asli, tidak
sarkan jumlah pelaporan terkait tindak terlalu banyak”. Untuk mengetahui
kejahatan traffiking. Seba­gaimana secara pasti, apakah ke­ mung­kinan
dikemukakan oleh Kanit PPA Polres pertama atau kedua yang membuat
Indramayu, Ibu Dwi Hartati, bahwa angka kasus traffiking di Indramayu
“kesadaran masyarakat untuk mela­ besar, perlu diadakan survei lanjutan.
porkan traffiking cukup tinggi. Masya­ Hanya saja, karena keterba­tasan waktu
ra­kat sudah cukup terbuka saat ini”. survei, maka hal tersebut belum dapat
Hal yang sama dikatakan oleh Bapak dilakukan.Berikut ini merupakan data
Syamsul dari Puan HayatiAs-Sakienah. kasus terkait perlin­dungan perempuan
Sehingga, berdasarkan pernyataan di wilayah hukum Indramayu:

Tabel 6 Data Kasus Perlindungan Perempuan


Jenis Kekerasan Jenis Kasus
Ditelantarkan

Tahun
Pemukulan

Perkosaan

Perkosaan
Traffiking

Lain-lain
Ekonomi

Pel Sex
KDRT
Sosial
Psikis

Fisik

KTA

KDP
KTP
Sex

2007 100 50 34 26 68 17 21 10 23 25 79 69 38 9 22 9

2008 55 33 22 22 31 12 13 8 8 11 57 85 18 9 14 8
2009 35 25 12 40 9 7 2 2 40 8 40 40 22 10 5 2
2010 17 7 1 13 3 2 1 1 9 9 12 7 2 1 1 1
JUMLAH 207 115 69 101 111 38 37 21 80 53 188 201 80 29 42 20

Sumber: Women Crisis Center Puan Amal hayati As-Sakienah78.

77 Berdasarkan Datadari Jaringan Gerakan Perempuan Anti Trafiking Jawa Barat, 2009, dalam
Sugianti, Anggi. 2011. Skripsi. Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Pencegahan dan
Penanganan Korban Perdagangan Orang di Jawa Barat. Jatinangor: Universitas Padjadjaran,
hlm. 64.
78 Dalam Bapeda, BPS Kab. Indramayu. Indramayu dalam Angka 2011, Hlm. 147.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 139


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Jika melihat Tabel 6, maka Faktor Penyebab Trafficking


trafficking menempati peringkat
kelima dalam kasus kekerasan terhadap Jika melihat kembali pada Tabel
perempuan di wilayah hukum 2, faktor-faktor penyebab terjadinya
Indramayu. traffiking di Indramayu, antara lain:

Pendidikan. Tingkat putus


sekolah di Indramayu.

Tabel 7 Tingkat Angka Putus Sekolah Tahun Ajaran 2009/2010


di Kabupaten Indramayu

Penduduk PUTUS SEKOLAH DI TINGKAT


KECAMATAN Usia 7-18 SD SLTP SMA SMK Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
010 HAURGEULIS 21.719 0 10 1 26 37
011 GANTAR 15.908 0 22 0 0 22
020 KROYA 14.895 0 15 0 0 15
030 GABUSWETAN 13.457 0 10 5 0 15
040 CIKEDUNG 8.814 2 0 0 0 2
041 TERISI 12.150 3 0 36 0 39
050 LELEA 10.840 4 0 0 36 40
060 BANGODUA 6.591 0 0 0 0 0
061 TUKDANA 11.258 0 0 11 0 11
070 WIDASARI 7.256 5 7 0 0 12
080 KERTASEMAYA 14.080 0 19 0 0 19
081 SUKAGUMIWANG 8.185 0 4 0 11 15
090 KRANGKENG 16.647 0 0 0 0 0
100 KARANGAMPEL 15.202 0 33 0 0 33
101 KEDOKANBUNDER 10.867 2 0 0 0 2
110 JUNTINYUAT 19.228 0 80 0 0 80
120 SLIYEG 12.836 0 32 0 0 32
130 JATIBARANG 16.743 3 33 1 0 37
140 BALONGAN 7.645 0 11 0 0 11
150 INDRAMAYU 24.740 0 5 0 0 5
160 SINDANG 11.401 0 38 18 65 121
161 CANTIGI 6.177 0 0 0 0 0
162 PASEKAN 6.139 8 0 0 0 8
170 LOHBENER 12.604 0 0 0 19 19
171 ARAHAN 8.468 0 20 0 0 20
180 LOSARANG 12.999 0 40 13 0 53
190 KANDANGHAUR 20.263 1 40 10 25 76
200 BONGAS 11.418 1 30 0 0 31

140 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

210 ANJATAN 19.891 0 45 0 0 45


220 SUKRA 10.488 4 0 0 0 4
221 PATROL 12.240 3 56 16 0 75
TAHUN 2009 /2010 401.149 36 550 111 182 879

Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Indramayu79.

Sosial/Lingkungan. Hingga Adapun banyaknya masalah dapat


tahun 2008, terjadi beberapa masalah dilihat pada pada Tabel 8:
kesejahteraan sosial di wilayah
Indramayu.

Tabel 8 Masalah Kesejahteraan Sosialdi Indramayu

Masalah Jumlah Masalah Jumlah

Anak balita terlantar 2839 Wanita korban kekerasan 435

Anak terlantar 6961 Lanjut usia terlantar 10210

Anak korban kekerasan 336 Lansia korban kekerasan 235

Anak nakal 1133 Penyandang cacat 5219

Anak jalanan 699 Penyandang cacat eks penyakit 1920


kronis

Anak cacat 2874 Tuna susila 2529

Wanita rawan sos-ek 8686 Pengemis 706

Gelandangan 422 Keluarga bermasalah sosial 834


psikologis

Eks-narapidana 1249 Komunitas adat terpencil 49

Korban NAPZA 2164 Pekerja migran terlantar 795

Keluarga fakir miskin 78.473 Penyandang HIV/AIDS 17

Keluarga yg tinggal di 11.984 Keluarga rentan 2839


rumah tidak layak huni

Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Indramayu80

79 Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Indramayu tahun ajaran
2009/2010 dalamBapeda, BPS Kab. Indramayu. Indramayu dalam angka 2011, Hlm. 136
80 Ibid.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 141


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Berdasarkan Tabel 8, maka terlihat Adapun perundang-undangan


bahwa masalah terbanyak adalah yang digunakan dalam media sosia­
masalah kemiskinan. Selain itu, lisasi trafficking di Indramayu, antara
kondisi lingkungan dimana mayoritas lain:
penduduk bekerja sebagai pekerja a) Perda Indramayu No.
migran juga mendorong masyarakat 14 Tahun 2005 tentang
lainnya untuk bekerja seperti itu. Pencegahan dan Pelarangan
1) Ekonomi. Permasalahan Traffikinguntuk Eks­plo­itasi
ekonomi juga menjadi faktor Seksual Komersial Anak di
pendorong terjadinya traffiking Kabupaten Indramayu.
ataupun kekerasan pada b) UU No. 44 Tahun 2008
perempuan. Dari total 451.947 tentang Pornografi.
rumah tangga, terdapat 169.720 c) UU No. 21 Tahun 2007
rumah tangga miskin81. Dengan tentang Pemberantasan Tin­
kondisi perekonomian yang tidak dak Pidana Perdagangan
memadai, mendorong seseorang Orang.
untuk mencari pekerjaan. Dan
d) UU No. 23 Tahun 2002
seringkali, kondisi seperti inilah
tentang Perlindungan Anak.
yang dimanfaatkan oleh trafficker
untuk mencari korban namun 4) Kebijakan. Menurut Ibu Sri
dalam implementasinya masih (BPPKB Indramayu), kebijakan
lemah dan belum maksimal. yang selama ini diterapkan oleh
Pemerintah Indramayu harus
2) Agama. Masih kurangnya pema­
diperketat lagi, harus lebih
haman terhadap agama. Sehingga,
dipertegas lagi, baik dalam
pemerintah mengeluarkan kebi­
implementasinya maupun dalam
jak­an mengenai kewajiban bagi
sanksi yang akan diberikan jika
para murid perempuan untuk
dilanggar.
menggu­ nakan seragam panjang
(berjilbab). Bagi murid SD
Terkait tindakan pencegahan dan
diwajibkan mengikuti kegiatan
penanganan trafficking di Indramayu,
madrasah.
Pemerintah Indramayu telah melakukan
3) Perundang-undangan. Menurut
beberapa upaya. Salah satunya adalah
Ibu Sri (BPPKB Indramayu),
dengan membuat program-program
walau sudah dibuat UU maupun
terkait kekerasan trafficking. Adapun
Perda,
program tersebut dibagi kedalam dua

81 Op.,cit, Hlm. 114

142 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

aktivitas, yakni Program Pencegahan oleh Kementerian Negara


dan Program Penanganan. Pemberdayaan Perempuan,
USAid, IOMc Indonesia;
• Panduan dalam mengembangkan
Program Pencegahan perda pencegahan dan penanganan
Sebagai upaya pencegahan, trafficking => oleh Kementerian
Pemerintah Indramayu membuat Negara Pemberdayaan Perem­
beberapa program, antara lain: puan, USAid, IOMc Indonesia;
• Leaflet tentang pencegahan
trafficking => oleh BPPKB
a) Sosialisasi Jabar;
Sasaran dari program sosialisasi • Leaflet tentang KDRT => oleh
ini adalah siswa/siswi SMA,SMK, dan BPPKB Jabar;
Madrasah Aliyah, serta remaja82. • Leaflet tentang pencegahan
Upaya sosialisasi yang dilaksanakan pornografi => oleh BPPKB
Pemerintah Indramayu83 dilakukan Jabar;
dengan berbagai macam cara, yakni • Leaflet tentang bullying =>
penyuluhan ke sekolah-sekolah dan oleh Kementerian Negara
penyebaran pamflet/leaflet yang berisi Pemberdayaan Perempuan dan
tentang informasi terkait traffiking dan Perlindungan Anak Indonesia.
perlindungan perempuan. Adapun
leaflet/pamflet/media sosialisasi yang Namun, yang menjadi titik
digunakan Pemerintah Indramayu kelemahan dari sosialisasi yang
untuk bersosialisasi antara lain: dilakukan oleh Pemerintah Indramayu
adalah sosialisasi masih dilakukan
• Leaflet tentang trafficking =>
dikeluarkan oleh P2TP2A terpusat. Sebagaimana dikatakan Ibu
Indramayu; Sri bahwa, “Sosialisasi sampai saat ini
masih berlangsung di zona 1, sebagian
• Sticker => mengenai hak anak
zona 2, sedangkan zona 384 belum”.
dan perempuan;
Bahkan, dari total 31 kecamatan yang
• Buku saku bagi anggota
ada di Indramayu, baru 4 kecamatan
Gugus Tugas Indonesia =>

82 Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Sri selaku Kabid Pemberdayaan Perempuan, BPPKB Kab.
Indramayu.
83 Pemerintah Indramayu yang dimaksud adalah instansi/lembaga yang memiliki keterkaitan
dalam bidang perlindungan perempuan dan penanganan trafiking di Indramayu.
84 Dalam penyebaran informasi, wilayah Indramayu terbagi menjadi tiga zona, yakni zona 1, zona
2, dan zona 3. Zona 1 meliputi daerah-daerah yang berada di sekitar ibukota kabupaten. Zona 2
meliputi daerah tengah di wilayah Indramayu. Sedangkan, zona 3 meliputi daerah-daerah yang
berada di wilayah terluar Indramayu atau daerah yang berbatasan dengan Kabupaten lain.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 143


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

yang telah diberikan sosialisasi, yakni Adapun modal yang diberikan


Bongas, Gabuswetan, Indramayu, dan bukan dalam bentuk uang,
Sliyeg85. melainkan waserda atau warung
serba ada. Diharapkan, kegiatan
ini dapat mengurangi minat
b) Wajib Belajar di Madrasah masyarakat untuk merantau ke
luar Indramayu untuk bekerja,
Untuk memberikan pemahaman dimana seringkali masyarakat
agama sejak dini, Pemerintah Daerah tertipu saat mencari pekerjaan.
Indramayu mengeluarkan kebijakan 2) Pagelaran Musik (konser).
dimana isi dari kebijakan tersebut Sebagai upaya sosialisasi menge­
mewajibkan seluruh siswa SD untuk nai bahaya traffiking, Polres
mengikuti kegiatan madrasah86. Selain Indramayu berencana untuk
itu, adanya kewajiban bagi seluruh mengadakan pagelaran musik
siswi untuk menggunakan seragam dimana di dalamnya akan
sekolah panjang, juga merupakan dikampanyekan informasi menge­
upaya untuk mencegah tindakan nai bahaya traffiking. Adapun
pornografi. penggagas dari kegiatan ini adalah
bidang PPA Polres Indramayu.
Selain program di atas terdapat Selain itu, dalam pelaksanaannya
pula beberapa program yang telah Polres Indramayu berencana
direncanakan, antara lain: untuk mengadakan kerjasama
1) UEP (Usaha Ekonomi dengan beberapa pihak.
Produktif). Program ini 3) Dijadikannya materi traffiking
direncanakan akan dilaksanakan sebagai kurikulum di sekolah-
pada tahun 2012. Program sekolah. Mengingat bahaya
ini dilakukan sebagai upaya traffiking dapat menjerat siapa
agar masyarakat tidak mencari saja, maka Dinas Pendidikan
pekerjaan di luar wilayah Indramayu bekerjasama dengan
Indramayu, Pemerintah Daerah BPPKB Indramayu dan Polres
Indramayu memberikan modal Indramayu, menjadikan traffiking
bagi masyarakat terpilih87 untuk sebagai materi dalam kurikulum
dapat berwirausaha mandiri. yang harus dipahami siswa/siswi.

85 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak Karman dan Ibu Sri selaku staf Dinas Sosial
Kab. Indramayu.
86 Sebagaimana dikemukakan Bapak Karman selaku staf dari Dinas Sosial Kab. Indramayu.
87 Masyarakat terpilih yang dimaksud adalah masyarakat dengan kondisi perekonomian menengah
ke bawah dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh Pemerintah Indramayu.

144 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Program Penanganan ter­­­se­but ke penampungan atau


tempat yang lebih aman, untuk
Dalam upaya penanganan, ter­
kemudian dilanjutkan dengan
dapat pula program-program berbasis tindakan rehabilitasi .
pelayanan yang diberikan kepada
• Rehabilitasi, merupakan suatu
korban. Adapun bentuk pelayanan
upaya untuk memulihkan kondisi
yang diberikan kepada korban dapat
korban trafficking. Lamanya
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9 Layanan terhadap kasus perlindungan perempuan:

Jenis Layanan

Pendampingan
Tahun
Home visit
konseling

Lain-lain
Rujukan

Mediasi
Telepon

Outrich

Selter

terapi
Surat

2007 130 1 28 12 12 65 32 51 31 0 9
2008 74 0 2 32 37 8 16 11 2 9 0
2009 45 0 5 10 2 29 5 10 11 7 0
2010 10 0 1 7 5 7 2 7 9 0 4
Jml 259 1 36 61 56 109 55 79 53 16 13

Sumber: Women Crisis Center Puan Amal hayati As-Sakienah88

Secara umum, penanganan korban untuk direhabilitasi


terhadap korban trafficking meliputi tergantung pada tingkat kondisi
tiga hal, yakni: korban. Menurut IOM, apabila

Identifikasi, yaitu untuk meng­­ seseorang telah teridentifikasi
iden­tifikasi orang-orang yang sebagai korban trafficking, kor­
tereksploitasi sebagai kor­ ban ban harus ditempatkan pada
trafficking, bukan meng­ iden­ suatu penampungan atau rumah
tifikasi pelaku trafficking , lalu
89 aman yang menyediakan ling­
memindah­kan orang/korban kungan yang aman dan terlindung
bagi pemulihan korban dan

88 Dalam Bapeda, BPS Kab. Indramayu. Indramayu dalam angka 2011, Hlm. 148.
89 Identifikasi t erhadap pelaku perdagangan orang dilakukan oleh pihak keamanan (Polisi) dimana
asal kejadian berlangsung. Sebagai contoh, jika seorang pelaku melakukan tindak pidana, yaitu
mengeksploitasi korban di wilayah Batam, maka proses pidana terhadap pelaku dilakukan di
wilayah hukum Batam.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 145


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

penindaklanjutan prosesnya.90 Dalam hal ini, BPPKB Indramayu


Penampungan atau rumah dan Dinas Sosial memiliki peran
aman tersebut dikenal juga penting dalam melaksanakan
dengan sebutan shelter. Selama proses reintegrasi.
proses rehabilitasi berlangsung,
korban untuk sementara waktu
ditempatkan di shelter, baik SIMPULAN
shelter yang disediakan oleh
Pemerintah Indramayu ataupun Kajian dan diskusi mengenai
shelter-shelter yang berasal dari trafficking di Indonesia mulai bergulir
masyarakat (contohnya adalah awal tahun 2000, khususnya dipicu
Puan Amal Hayati As-Sakienah). oleh munculnya kasus-kasus penyik­
Apabila korban membutuhkan saan para perempuan Indonesia yang
pertolongan medis, maka layanan bekerja di luar negeri, baik sebagai
kesehatan dirujuk ke Rumah pekerja rumah tangga (PRT) maupun
Sakit Bhayangkara Indramyu, yang terjerumus dalam pelacuran. Se­
bukan RSUD Indramayu. belumnya trafficking hanya dipahami
Hal ini dikarenakan pada saat terjadi dalam konteks pelacuran. Jabar
proses hukum, jika dibutuhkan adalah provinsi terpadat dan rumah
visum, pihak kepolisian lebih bagi 16% dari penduduk Indonesia.
mudah merujuk ke Rumah Sakit
Setiap tahun, puluhan ribu perempuan,
Bhayangkara Indramayu.
laki-laki, anak perempuan, dan anak
• Reintegrasi, Tujuan dari suatu laki-laki dari Jabar bermigrasi untuk
aktivitas reintegrasi sosial ada­ mencari pekerjaan ke luar daerah dan
lah untuk membantu korban
ke luar negeri. Hal ini tentunya
trafficking untuk kembali ber­
memiliki implikasi positif dan negatif,
integrasi dengan keluarga dan
meski pada akhirnya kecenderungan
lingkungannya. Reintegrasi
implikasi negatif inilah menjadi lebih
sosial sangat perlu dilakukan agar
dominan seperti misalnya terjadinya
keluarga korban dan lingkungan
tindak pidana trafficking.91
di sekitar korban dapat menerima
keberadaan korban kembali. Jabar sendiri merupakan daerah

90 Dalam International Organization for Migration (IOM). 2005. Pemulangan dan Reintegrasi
Korban Traffiking (Modul Adendum). Jakarta.
91 Definisi trafficking menurut Protokol PBB menyatakan secara jelas bahwa persetujuan korban
tidak relevan jika korban adalah anak. Karena itu dalam semua kasus dimana anak dijadikan
PSK harus dianggap trafficking kecuali jika mereka tidak dipindahkan dari rumahnya. Dalam
kasus yang melibatkan korban orang dewasa, persetujuan tidak relevan jika ada unsur penipuan
dan kekerasan.

146 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

pengiriman utama buruh migran tifnya perangkat hukum di tingkat


internasional khususnya terjadi dari daerah (seperti Perda) untuk melindungi
Kabupaten Indramayu. Banyak dari tenaga kerja danmencegah terjadinya
mereka yang mengalami perlakuan- trafficking.
perlakuan tidak adil dan kejahatan
yang dilakukan oleh banyaknya
SARAN
perantara yang terlibat dalam proses
migrasi (misalnya para calo, PJTKI,
dan agen-agen penempatan di luar Hal-hal yang menjadi perhatian
negeri) juga oleh para majikan mereka bersama adalah:
di negara tujuan. Berdasarkan hasil 1. Keberadaan dan kinerja Gugus
survey, diketahui bahwa permasalahan Tugas baik di level Provinsi
utama terjadinya trafficking adalah maupun Daerah sebaiknya lebih
permasalahan tekanan ekonomi dan dimaksimalkan.
kesejahteraan. Permasalahan lainnya 2. Perlu adanya kajian khusus untuk
adalah rendahnya tingkat pendidikan seluruh wilayah Kabupaten/
dan minimnya pengetahuan masya­ Kota di Jabar dalam kaitannya
rakat; situasi dan kondisi geogra­ dengan aspek sosiologis dan
fis daerah yang melemahkan ekonomi budaya masyarakat. Karena kasus
masyarakat; kondisi mental dan trafficking tidak semata-mata
intelektual yang masih rendah; pem­ sebagai permasalahan ekonomi
bangunan yang tidak merata, penya­ yang hanya diselesaikan dengan
lahgunaan wewenang, dan korupsi; bentuk pemberdayaan ekonomi
semata.
kurang terampilnya para tenaga kerja
migran; kurang profesionalnya pelaku 3. Penyelenggaraan Usaha Ekonomi
penempatan buruh migran; serta Produktif perlu dievaluasi
terjadinya perselingkuhan antara pihak dikarenakan kecenderungannya
penguasa dan pengusaha. ada beberapa yang tidak tepat
sasaran dan tidak menutup
Permasalahan lainnya juga di­ kemungkinan dibuat program-
ketahui bahwa trafficking disebabkan program pemberdayaan lanjutan.
oleh keterbatasan informasi dan penge­ 4. Pentingnya pendataan ulang
tahuan calon tenaga kerja mengenai kasus-kasus trafficking yang
sistem ketenagakerjaan (prosedur, job, tercatat di instansi-instansi terkait
negara tujuan), kurang adanya per­ dan strategis seperti Kepolisian,
lindungan yang diberikan oleh peme­ BPPKB Dinas Sosial, Dinas
rintah Indonesia dan negara asing Tenaga Kerja, dan LSM agar
kepada tenaga kerja (larangan pe­ penanganan kasus dapat lebih
mukulan, asuransi, pendidikan, kese­ tepat sasaran.
hatan, pemerkosaan, dll); tidak efek­

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 147


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

DAFTAR PUSTAKA International Covenant on Civil and


Political Rights (ICCPR) 1966.
Giddens, Anthony, 1997. Sociology. International Covenant on Economic,
Cambridge: Polity Press. Social, and Cultural Rights
Sugianti, Anggi. 2011. Implementasi (ICESCR) 1966.
Kebijakan Pemerintah tentang Kementerian Negara Pemberdayaan
Pencegahan dan Penanganan Perempuan RI, 2006, Mengenal
Korban Perdagangan Orang di Teknik Analisis Gender dengan
Jawa Barat (Skripsi). Jatinangor: Metode PROBA (Problem Based
Universitas Padjadjaran. Approach)..
Kepmendagri 132 Tahun 2003.
Lainnya (Alfabetis): Keppres No. 36 Tahun 1990 Mengenai
Ratifikasi Konvensi PBB tentang
Bapeda, BPS Kab. Indramayu, 2008. Hak-Hak Anak Joint Decree
Indramayu dalam Angka. 2002.
Deklarasi Penghapusan Kekerasan Universal Declaration of Human
terhadap Perempuan (Declaration Rights (UDHR) 1948.
on the Elimination of Violence UU No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi
against Women) Tahun 1993. CEDAW.
Depdagri. Pengarusutamaan Gender UU No. 21 Tahun 2007 tentang
dalam Pembangunan Nasional. Pemberantasan Tindak Pidana
Inpres 9/2000, 2001. Pengarusutama­ Perdagangan Orang.
an Gender dalam Pembangunan
Nasional.

148 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015

Anda mungkin juga menyukai