Anda di halaman 1dari 14

Pengakuan Iman Rasuli (Latin: Symbolum

Apostolorum atau Symbolum Apostolicum), kadang


disebut Kredo Rasuli atau Kredo Para Rasul, adalah salah satu
dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh Gereja-
gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam
tradisi Barat. Di kalangan Gereja Katolik Roma, kredo ini
disebut Syahadat Para Rasul.

Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi


atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan
penciptaan kita. Yang kedua mengenai Allah Anak dan
penebusan kita. Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan
pengudusan kita.

Pengakuan Iman Rasuli


Aku percaya kepada Allah,
Bapa yang Mahakuasa,
Khalik langit dan bumi
Dan kepada Yesus Kristus,
Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita
Yang dikandung daripada Roh Kudus,
lahir dari anak dara Maria
Yang menderita sengsara¹
di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,
disalibkan, mati dan dikuburkan,
turun ke dalam kerajaan maut
Pada hari yang ketiga bangkit pula
dari antara orang mati
Naik ke surga,
duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa,
Dan dari sana Ia akan datang
untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya kepada Roh Kudus,
gereja yang kudus dan am,²
persekutuan orang kudus
pengampunan dosa
kebangkitan daging³;
dan hidup yang kekal. Amin

Dari Pengakuan Iman di atas kita lihat unsur-unsur Aqidah Iman


itu secara garis besar. Atas landasan isi yang sudah secara garis
besar dikandung dalam pengakuan Iman ini pula kita akan
memperdalam makna Aqidah Iman Rasuliah secara rinci. Untuk
itulah mari kita bahas rincian kandungan dan tema-tema aqidah
yang ada dalam Pengakuan Iman (Syahadat) Kristiani itu.
Rumusan ini disebut Pengakuan karena berbentuk suatu
pernyataan “Aku” dan disebut Pengakuan Iman karena si “Aku”
ini menyatakan “Percaya” (Beriman). Dalam bahasa Arab disebut
“Syahadat” dari kata “Asyhadu” artinya “Aku mengaku” atau “Aku
Bersaksi”. Dan orang yang bersaksi atau mengaku ini disebut
“Syahid”.
Bentuk dari Pengakuan Iman ini dapat kita katakana sebagai
bentuk pengakuan yang ber-pola-kan Tritunggal, yaitu :
a. Butir 1. Mengenai Allah, Bapa dan KaryaNya. b. Butir 2 – 7
mengenai Yesus Kristus (Firman Allah) dan KaryaNya. c. Butir 8 -
12 mengenai Roh Kudus (Roh Allah) dan KaryaNya.
Dengan demikian Pengakuan Iman ini adalah Pengakuan
kepada: Allah Yang Esa (Bapa), FirmanNya yang kekal (Putra),
dan RohNya sendiri yang berada di dalam diri Allah (Roh Kudus).
Keyakinan akan Tritunggal Maha Kudus (Allah Yang Esa memiliki
Firman dan Roh Yang Kekal) itu menjadi kesimpulan dari semua
akidah Iman Kristen, salah mengerti makna Tritunggal Maha
Kudus itu akan mengacaukan pengertian kita akan akidah
kebenaran itu sendiri.
Dari kedua belas butir Pengakuan Iman ini, butir-butir mengenai
Yesus Kristus jauh lebih banyak dibanding dengan butir-butir
yang lain, yaitu 6 butir (dari butir 2 s/d butir 7), disusul oelh butir-2
mengenai Roh Kudus; 5 butir (dari butir 8 s/d 12). Ini
menunjukkan sentralitas Yesus Kristus dalam Iman Kristen, dan
pentingnya Roh Kudus dalam pengalaman kehidupan Kristen.
Dikatakan pengalaman, karena karya Roh Kudus bertalian
langsung dengan eksistensi Kristen yaitu : Sakramen (Baptisan),
Gereja dan Kebangkitan serta Kehidupan Kekal.
Dalam Yesus Kristuslah secara obyektif manusisa diselamatkan :
Turun dari Sorga, Menjelma, Disalibkan , Dikuburkan, Bangkit,
Naik ke Sorga dan Datang untuk kali yang kedua.
Namun dalam Roh Kuduslah keselamatan yang bersifat historis
(di bawah pemerintahan Pontius Politus) dan realistis (telah
turun, telah disalibkan, telah bangkit, telah naik ke sorga) itu
menjadi pengalaman subyektif manusia melalui menyatu dengan
kematian dang kebangkitan Kristus dalam Baptisan dan
menghayati makna kehidupan baru itu dalam Gereja. sehingga
oleh Roh Kudus yang sama itu, manusia manunggal dengan
kehidupan, kebangkitan Kristus (“kebangkitan orang-orang mati”)
untuk akhirnya masuk dalam kehidupan Ilahi yang dinyatakan
dalam langit baru dan bumi baru (“kehidupan zaman yang akan
datang”).
¹Sebagian versi hanya mengatakan "Yang menderita", tanpa
"sengsara", dengan pertimbangan bahwa sengsara dengan
sendirinya mengandung arti penderitaan.
²Katolik di sini berarti semesta dan universal, arti yang sama
dengan kata am yang digunakan dalam versi Protestan.
³Versi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), yang
merupakan terjemahan harafiah dari "carnis resurrectionem"
(bahasa Latin) atau "σαρκος ανάστασιν" (sarkos anastasin)
(bahasa Yunani). Sebagian gereja menggunakan terjemahan
"kebangkitan tubuh" atau "kebangkitan orang mati" (versi Gereja
Kristen Indonesia/GKI). Versi ini berdasarkan Pengakuan Iman
Rasuli di Kidung Jemaat terbitan Yamuger PGI.
BETHANY.OR.ID – “Aku percaya kepada Allah Bapa yang
Mahakuasa, khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus
AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita. Yang dikandung daripada
Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria. Yang menderita
dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan mati dan
dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang
ketiga bangkit pula dari antara orang mati. Naik ke surga, duduk
disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa. Dan akan datang
dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya kepada Roh Kudus. Gereja Gereja yang kudus dan
am, persekutuan Orang Kudus Pengampunan Dosa.
Kebangkitan daging, dan Hidup yang kekal.”

Demikian pengakuan iman yang biasa diucapkan oleh jemaat


protestan, setiap kali ibadah pada hari minggu. Biasanya
pengakuan itu diucapkan bersama-sama sambil berdiri,
dipimpin oleh pemimpin ibadah. Namun di gereja kelompok
beraliran pantekosta-kharismatik, pengakuan seperti itu tidak
pernah dikenal. Kalaulah ada, maka dalam tata dasarnya
“pengakuan iman” mereka bukan pengakuan iman rasuli.

Tetapi hal yang berbeda nampak mencolok pada gereja Bethany


Indonesia, gereja yang dikenal dengan aliran Pantekosta-
Kharismatik itu dalam “Buku Tata Dasar dan Tata Tertib
Gereja Bethany Indonesia” yang diterbitkan oleh Majelis
Pekerja Sinode Gereja Bethany Indonesia, menjadikan
“Pengakuan Iman Rasuli” sebagai pengakuan iman Sinode
Gereja Bethany Indonesia.

Ada beberapa alasan, mengapa Pengakuan Iman Rasuli


dijadikan sebagai pengakuan iman Gereja Bethany. Pengakuan
iman rasuli itu bukan hanya teruji oleh waktu, tetapi yang
membuatnya pun adalah bapak-bapak gereja yang memiliki
kapabilitas tinggi, isi dari pengakuan iman itu pun sangat
teologis. Memang saat perumusan ada beberapa pendapat,
namun rapat akhirnya memutuskan pengakuan iman rasuli
sebagai pengakuan iman Bethany. Sebagai founder, Pdt.
Abraham Alex Tanuseputra juga menyetujuinya, sebab kalau
sudah ada rumusan yang bagus, mengapa harus buat yang
baru,membuat sendiri pun belum tentu lebih bagus. Akhirnya
pada September 2003, melalui sidang raya sinode Gereja
Bethany yang pertama, pengakuan iman tersebut disahkan.

Walau demikian, pengakuan iman tersebut tidak diucapkan


setiap minggu oleh jemaat, seperti pada ibadah gereja kelompok
protestan pada umumnya.
Sehingga tidak semua jemaat mengetahui pengakuan iman
tersebut. Karena itu, melalui BETHANY NEWS –
BETHANY.OR.ID akan diuraikan sekilas tentang Pengakuan
Iman Rasuli, agar para pelayan Tuhan dan jemaat Gereja
Bethany Indonesia mengerti dan memahaminya.

Sejarah Tentang Pengakuan Iman Rasuli


Pengakuan Iman Rasuli (Latin: Symbolum Apostolorum atau
Symbolum Apostolicum), kadang disebut Kredo Rasuli atau
Kredo Para Rasul, adalah salah satu dari kredo yang secara luas
diterima dan diakui oleh Gereja-gereja Kristen, khususnya
Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat. Di kalangan
Gereja Katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul.

Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli


terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah
Bapa dan penciptaan kita. Yang kedua mengenai Allah Anak
dan penebusan kita. Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus
dan pengudusan kita.

Menurut sejarah, para rasul (murid-murid Yesus) sendirilah


yang menulis kredo ini pada hari ke-10 setelah kenaikan Yesus
Kristus ke sorga, yaitu pada Hari Pentakosta. Karena isinya
mengandung 12 butir, ada keyakinan bahwa masing-masing
murid Yesus menuliskan satu pernyataan di bawah bimbingan
Roh Kudus.
Bukti historis konkret yang tertua tentang keberadaan kredo ini
adalah sepucuk surat dari Konsili Milano (390 M) kepada Paus
Siricius yang bunyinya demikian:
“Bila engkau tidak memuji ajaran-ajaran para imam … biarlah
pujian itu setidak-tidaknya diberikan kepada Symbolum
Apostolorum yang selalu dilestarikan oleh Gereja Roma dan
akan tetap dipertahankan agar tidak dilanggar.” Kredo ini paling
banyak digunakan dalam ibadah orang-orang Kristen di Barat.

Kredo ini adalah rumusan ajaran dasar Gereja perdana, yang


dibuat berdasarkan amanat agung Yesus untuk menjadikan
segala bangsa muridnya, membaptiskan mereka dalam nama
Bapa, Putra dan Roh Kudus (Matius 28:18-20). Karena itu, dari
kredo ini kelihatan bahwa doktrin sentralnya adalah Tritunggal
dan Allah sang Pencipta.

Pada masa ketika kebanyakan umat Kristen masih buta huruf,


pengulangan secara lisan Pengakuan Iman Rasul ini seiring
dengan Doa Bapa Kami dan Sepuluh Perintah Tuhan (Dasa
Titah) membantu melestarikan dan menyebarkan iman Kristiani
dari gereja-gereja Barat. Pengakuan Iman Rasul tidak memiliki
peran di Gereja Ortodoks Timur.

Versi tertulis yang paling awal kemungkinan adalah Kredo


Tanya Jawab Hipolitus (sekitar 215 M). Versi yang sekarang
pertama kali ditemukan di dalam tulisan-tulisan Caesarius dari
Arles (wafat 542). Pengakuan Iman Rasul ini rupanya
digunakan sebagai ringkasan ajaran Kristen untuk calon-calon
baptisan di gereja-gereja Roma. Oleh karena itu dikenal juga
sebagai Symbolum Romanum (Roman Symbol). Dalam versi
Hipolitus, Pengakuan Iman ini diberikan dalam bentuk tanya
jawab dengan calon baptisan yang kemudian mengakui bahwa
mereka percaya tiap pernyataan.

Hal Yang Melatarbelakangi Munculnya


Pengakuan Iman Rasuli
Aliran-aliran sesat seperti “Gnostik dan Doketisme” termasuk
kelompok yang berkembang pada masa gereja mula-mula. Guna
melawan ajaran tersebut, bapa-bapa gereja menyusun rumusan
“Pengakuan Iman Rasuli” yang memuat unsur-unsur: Aku
percaya kepada Allah Bapa, Aku percaya kepada Kristus
Yesus, Aku percaya kepada Roh Kudus.

Dalam surat Uskup Mercellus dari Ankyra yang hidup tahun


AD 340 ditemukan kutipan rumusan Pengakuan Iman Rasuli
tersebut dalam bahasa Yunani. Oleh Rufinus (meninggal AD
410) teksnya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan diberi
judul “Symbolum Apostolorum” ( Pengakuan Iman Para
Rasuli). Sampai sekarang telah menjadi milik seluruh gereja di
dunia.

Makna Pengakuan Iman Rasuli


Jika seseorang berkata “Aku percaya” maka itu artinya dia tidak
sekedar mengakui adanya Tuhan, beragama, menyetujui
keberadaan Tuhan, menjalankan ibadat/kehidupan yang baik.
Atau menghormati Alkitab sebagai Firman Tuhan. Tetapi
“percaya” adalah tindakan iman, yang menuntun kita menjalani
hidup sesuai dengan Firman Allah. Hal itu, sebenarnya bukan
karena hasil usaha manusia, melainkan karena pimpinan Roh
Kudus yang menuntun seseorang bersekutu dengan Allah (Ef
2:8-9).

Mantap berkata “Aku percaya kepada Allah Bapa yang


Mahakuasa, khalik langit dan bumi” berarti menyatakan pada
dunia, bahwa orang percaya kepada Allah yang dipanggil
sebagai Bapa.
Pengakuan tersebut bermakna, seluruh hidup manusia dalam
genggaman tangan Allah, sebab Dia Mahakuasa. Seluruh
pergumulan dan masalah dapat disampaikan dan diselesaikan
Allah karena Dia Bapa kita.

Pengakuan kedua adalah “Aku percaya kepada Yesus


Kristus!” Pengakuan itu merupakan inti dari iman Kristen.
Dialah Anak Allah Bapa Yang Tunggal, Tuhan kita. Rumusan
ini dibuat sebagai respon terhadap kalangan yang mengaku
Kristen namun tidak mengakui ketuhanan Yesus, seperti
Arianisme dan Ebionisme (abad AD 2-3).
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran pemahaman iman diantara
jemaat, maka gereja merumuskan “Pengakuan Iman” sebagai
penegasan.
Yesus yang disebut Kristus adalah Tuhan. Yesus adalah Allah
yang sejati. Dialah Juruselamat yang datang dari Allah untuk
menyelamatkan dunia dan manusia (Mat 1:21). Dialah Kristus
(Ibraninya Mesias) yaitu Dialah yang diurapi oleh Allah
menjadi Nabi, Imam dan Raja yang tiada taranya. Dialah Anak
Allah Yang Tunggal, sungguh-sungguh Tuhan, artinya : dalam
kedatangan Yesus itu sebenarnya Allah sendiri yang
mendatangi manusia dengan membawa keselamatan yang
daripadaNya. Pengakuan, “Aku percaya kepada Allah
Bapa……. Dan kepada Yesus Kristus….” merupakan
penyataan yang sederajat karena kualitas ilahi keduanya sama.
Yesus itu manusia sejati, seperti halnya manusia lain, Yesus
dikandung secara normal dan dilahirkan di Betlehem seperti
bayi-bayi lainnya. Ia dikandung daripada Roh Kudus sebagai
hakekat ilahi yang nyata.Ia lahir dari seorang anak dara
bernama Maria. Kalimat “dikandung daripada Roh Kudus, lahir
dari anak dara Maria” tidak boleh diartikan, bahwa ada suatu
perkawinan antara Roh Kudus Allah sebagai Bapa dengan
Maria sebagai ibu. Konsep itu harus dipahami secara rohani,
karena peristiwa kelahiran Yesus Kristus adalah soal rohani,
tidak bisa dimengerti secara akal budi.(I Kor 2:13).

Yesus harus mengalami penderitaan dan sengsara, bukan karena


kesalahanNya sendiri.Tetapi, Ia menyamakan diriNya dengan
umat manusia.

Yesus Datang Untuk Menghakimi. Dalam pemahaman teologis


yang semakin matang para rasul sadar, masa penantian dalam
pengharapan kedatangan Yesus kedua kali merupakan hari-hari
terakhir atau akhir zaman (bdk Kis 2:17; 1 Tes 4:13-18 khusus
kita temukan dalam keseluruhan Kitab Wahyu). Masa itu pasti
akan datang, tapi ada tanda-tanda yang akan mendahului untuk
menjadi peringatan bahwa dunia dan umat manusia menuju
pada hari pengadilan (bdk Mat 16:3, 24:3-14).
Pada rumusan Iman Rasuli, juga dinyatakan “Aku percaya
kepada Roh Kudus.” Roh Kudus Adalah Allah. Kedatangan
Roh Kudus yang sudah dijanjikan oleh Tuhan Yesus dalam
Yohanes 14 : 15 diriwayatkan kedatanganNya dalam Kis 2.
Terjadi tanda-tanda yang luar biasa dan mengagumkan : mereka
berbahasa yang belum mereka pelajari, penuh kuasa dan
keberanian memberitakan Injil, bersatu dan berkumpul setiap
saat dalam pujian dan sukacita surgawi. Pada peristiwa
pentakosta inilah berdirilah Gereja Tuhan pertama kali (Yoh
15:26-27, Kis 1:8).
Roh Kudus adalah Allah itu sendiri. Pernah dalam sejarah
gereja dipertanyakan apakah Roh Kudus adalah Allah ? Dalam
Konsili di Konstantinopel (AD381) gereja memutuskan untuk
mengutuk ajaran Ananisme dan Masedonianisme yang bukan
saja menolak Yesus adalah Tuhan, tapi juga menyangkali
keilahian Roh Kudus.
Gereja dengan tegas menyatakan : Roh Kudus adalah Allah
yang sejajar dalam keilahian dengan Allah Bapa dan Allah
Anak / Yesus.

Mengenai hakekat Gereja. Juga dinyatakan secara mendalam.


Gereja itu organisme, yaitu orang-orang yang sungguh
menanggapi dan menjawab dalam iman dari panggilan Allah
untuk mendapat bagian dalam karya keselamatan Kristus. (1
Petrus 2:9).

Gereja yang Kudus artinya persekutuan orang-orang yang


dikuduskan oleh Allah sendiri. Roh Kudus sebagai pribadi
ketiga Allah Tritunggal mendiami gerejaNya, dalam berkarya,
menuntun, membimbing pada kesaksian yang sesuai dengan
kehendak Allah.
Gereja adalah yang Am (universal) dalam arti keanggotaannya
mencakup semua orang-orang percaya pada Yesus dari berbagai
macam suku bangsa di seluruh permukaan bumi ini. Berarti
gereja adalah satu. Sekalipun terdiri dari berbagai macam
denominasi dan aliran, asalkan mereka percaya pada esensi
iman Kristen yang dilandaskan pada keselamatan Kristus dan
Alkitab sebagai firman Allah satu-satunya. Orang-orang pilihan
tersebut disatukan oleh satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan.

Gereja adalah apostolik dalam arti pengajaran para rasul yang


adalah Firman Tuhan yang kudus merupakan dasar dari gereja.
Artinya, gereja harus dikelola dengan otoritas dari pengajaran
para rasul Tuhan Yesus. Di dalam Tuhan ada anugrah, karena
itu ada “Pengampunan Dosa.” Karena diampuni, orang percaya
beroleh jaminan kebangkitan tubuh dan hidup yang
kekal.[berbagai sumber/wic]

Anda mungkin juga menyukai