Anda di halaman 1dari 14

MATERI MENGELOLA KARTU PERSEDIAAN

Sistem Pencatatan Persediaan


Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1. Sistem fisik (physical inventory system)
2. Sistem Perpetual (perpetual inventory system)
Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung
secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa
menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem
fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada
akhir periode akuntansi. Cara perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini:
Persediaan barang dagang pada awal periode Rp. xxx
Pembelian Rp. xxx
Biaya angkut pembelian Rp. xxx
Rp. xxx
Retur & pot. Pembelian ( Rp. xxx )
Pembelian bersih Rp. xxx
Barang tersedia untuk dijual Rp. xxx
Persediaan akhir periode ( Rp. xxx )
Harga pokok penjualan Rp. xxx
Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :
 Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam suatu
catatan tertentu.
 Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
 Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan
dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan
persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan manajemen
tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-
menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan
persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan). Kartu
persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis persediaan, memuat nama barang,
tempat penyimpanan barang, kode barang dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat
transaksi adalah tanggal, pembelian (pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo
persediaan
Ciri-ciri pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
 Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
 Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah harga
pokok penjualan.
 Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.
Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi
karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan
fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang.
Perbedaan pencatatan transaksi persediaan barang pada metode fisik dan perpetual secara rinci
pada tabel berikut:
Perbedaan Metode Phisik dan Perpetual

TRANSAKSI METODE PHISIK METODE PERPETUAL


Pembelian Pembelian Persediaan barang
Utang Dagang/Kas Utang dagang/Kas
Pembayaran Biaya Beban Angkut Pembelian Persediaan barang dagang
Angkut Pembelian Kas Kas
Penjualan Kas/Piutang Dagang Kas/Piutang Dagang
Penjualan Penjualan
(Menurut harga Jual)
Harga Pokok Penjualan
Persediaan barang dagang
(Menurut harga pokok)
Utang Dagang/Kas Utang dagang/Kas
Retur Pembelian & PH Persediaan barang dag
Retur Penjualan & Retur Penjualan & PH Retur Penjualan & PH
Potongan Harga Kas/Piutang Dagang Kas/Piutang
(Menurut Harga jual)
Persediaan barang dagang
HPP
(Menurut Harga Pokok/perolehan)
Pembayaran utang dalam Utang Dagang Utang Dagang
periode/masa potongan Potongan Pembelian Persediaan barang dagang
Kas Kas
Penerimaan piutang Kas Kas
dalam periode / masa Potongan Penjualan Potongan Penjualan
potongan Piutang Dagang Piutang Dagang
Pembayaran biaya Beban angkut penjualan Beban angkut penjualan
angkut penjualan Kas Kas
Perhitungan HPP Seperti yang dijelaskan di atas HPP akan dihitung berdasarkan
kartu persediaan barang
Penyesuaian Persediaan Iktisar L/R Tidak perlu penyesuaian kecuali
akhir Persediaan barang dag jika terdapat koreksi yang perlu
Persediaan barang dag disesuaiakan
Ikhtisar L/R
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum
mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut,
penerimaan dan pemberian diskon.
Transaksi Sistem Periodik Sistem Perpetual
Membeli Pembelian 10.000 Pers. Brg Dag 10.000
barang dag. Hutang 10.000 Hutang 10.000
1.
secara. kredit
Rp 10.000
Retur pemb. Hutang 500 Hutang 500
2.
Rp 500 Retur Pemb. 500 Pers. Brg Dag 500
Terdapat Piutang/Kas 4.000 Piutang/Kas 4.000
3.
barang yang Penjualan 4.000 Penjualan 1.500 4.000
dijual. Harga HPP
jual Rp 4.000 Pers. Brg Dag
dan HP
barang Rp
1.500 1.500

Mutlak harus dilakukan


inventarisasi fisik karena tanpa Tanpa inventarisasi sudah dapat
Pada akhir
inventarisasi fisik barang, tidak diketahui persediaan, namun
tahun
dapat diketahui persediaan yang inventarisasi perlu dilakukan
ada

Misalkan Ikhtisar 150 150


4. L/R 200
menurut
Jika hasil inventarisasi fisik tidak
perhitungan Pers. B.D.
sama dengan saldo rekening
fisik pd akhir Pers B.D 200
persediaan, perusahaan perlu
thn saldo Ikhtisar
membuat jurnal, jika sama tidak
persediaan Rp L/R
perlu membuat jurnal.
200 & pd awal
tahun Rp 150.

a. Menurut system periodic terdapat beberapa cara,seperti berikut ini:


1. Metode Identifikasi Khusus (Speciafic identification method)
Metode harga pokok yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode
penilaian harga yang didasarkan atas nilai perolehan dari barang yang sesungguhnya.
Penggunaan metode ini biasanya dipakai untuk barang yang tidak banyak unitnya
(kuantitasnya) dan harganya pun cukup mahal.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2010 mempunyai data tentang persediaan sebagai
berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.750 unit @ Rp. 6.000/unit
Jan. 5 Pembelian 1.000 unit @ Rp. 6.200/unit
Jan. 10 Pembelian 2.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 15 Pembelian 1.500 unit @ Rp. 6.400/unit
Jan. 20 Pembelian 3.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 25 Pembelian 2.500 unit @ Rp. 6.500/unit
Jan. 30 Pembelian 2.000 unit @ Rp. 6.400/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 30 Januari
2010 sebanyak 3.000 unit, terdiri dari : Pembelian tanggal 30 Januari 50 %, pembelian tanggal
25 Januari 25% dan selebihnya pembelian tanggal 5 Januari 2010.
Tentukan nilai perediaan tanggal 31 Januari 2010 dengan metode tanda pengenal khusus!
Jawab:
Nilai persediaan pada tanggal 31 Januari 2010 adalah :
1.500 x Rp. 6.400 = Rp. 9.600.000
750 x Rp. 6.500 = Rp. 4.875.000
750 x Rp. 6.200 = Rp. 4.650.000
3.000 unit Rp.19.125.000
2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang menganggap
barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada umumnya
perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana baik
sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama.
Cara menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut :
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx +
Tersedia untuk dijual xxx
Penjualan xxx –
Persediaan akhir xxx
Metode FIFO yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan cara
saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir kali masuk, bila saldo
fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga
pokok perunit yang masuk sebelumnya. Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan
persediaan dilakukan secara terus menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada
transaksi penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok penjualan dan
yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini :
Kas/ Piutang Dagang xxx
Penjualan xxx
HPP xxx
Persediaan barang xxx
3. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk
diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup
sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan
laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau
sebaliknya.
Metode LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga
pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari
barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk
berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian
maupun penjualan dicatat dalam kartu persediaan.
4. Metode rata-rata
a. Rata-rata sederhana
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah harga per unit setiap
kali pembelian dibagi dengan jumlah atau frekwensi pembeliaannya.
Biaya perunit = Total harga perunit pembelian
Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir = Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
b. Rata-rata tertimbang
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah total nilai pembelian
dibagi dengan total unit yang dibeli.
Biaya perunit = Jumlah harga perunit x banyaknya unit
Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir = persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai
berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian 800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan 900 unit
Jan. 20 Pembelian 700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan 500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah
1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata sederhana, rata-rata tertimbang!
Jawab:
a. FIFO
Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
Pembelian tgl 20 Januari 2011 = 700 x Rp. 600 = Rp. 420.000
Pembelian tgl 20 Januari 2011 = 400 x Rp. 550 = Rp. 220.000
Jumlah 1.100 Rp. 640.000
b. LIFO
Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
Persediaan tgl 1 Januari 2011 = 1.000 x Rp. 500 = Rp. 500.000
Pembelian tgl 10 Januari 2011 = 100 x Rp. 550 = Rp. 55.000
Jumlah 1.100 Rp. 555.000
c. Rata-Rata Sederhana
Jumlah persediaan 1.100 unit
Harga rata-rata per unit:
Rp. 500 + Rp. 550 + Rp. 600
= Rp. 550
3
Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
1.100 x Rp. 550 = Rp. 605.000
d. Rata-Rata Tertimbang
Jumlah persediaan 1.100 unit
Harga rata-rata per unit:
(1.000 x Rp. 500) + (800 x Rp. 550) + (700 x Rp. 600)

1000 + 800 + 700


= (Rp. 500.000 + Rp. 440.000 + Rp. 420.000) : 2.500 = Rp. 544
Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
1.100 x Rp. 544 = Rp. 598.400
b. Menurut system Perpetual
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang yang dijual dan
persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang. Untuk mempermudah pekerjaan
menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu
jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan
yang nilainya tinggi.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai
berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian 800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan 900 unit
Jan. 20 Pembelian 700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan 500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah
1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata bergerak !
a. Metode FIFO:
Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang pertama kali
masuk dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl Diterima Dikeluarkan Persediaan (saldo)

Ket
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah

Jan
Persediaan 1000 500 500.000
1
1000 500 500.000
10 Pembelian 800 550 440.000
800 550 440.000
100 500 50.000
18 Dijual 900 500 450.000
800 550 440.000
100 500 50.000
20 Pembelian 700 600 420.000 800 550 440.000
700 600 420.000
100 500 50.000 400 550 220.000
27 Dijual
400 550 275.000 700 600 420.000
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
400 @ Rp. 550 = Rp. 220.000
700 @ Rp. 600 = Rp. 420.000
1.100 Rp. 640.000
b. Metode LIFO:
Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang terakhir masuk
dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl Diterima Dikeluarkan Persediaan (saldo)
Ket
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
Jan1 Persediaan 1000 500 500.000
1000 500 500.000
10 Pembelian 800 550 440.000
800 550 440.000
800 550 440.000 900 500 450.000
18 Dijual
100 500 50.000
900 500 450.000
20 Pembelian 700 600 420.000
700 600 420.000
500 600 300.000 900 500 450.000
27 Dijual
200 600 120.000
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
900 @ Rp. 500 = Rp. 450.000
200 @ Rp. 600 = Rp. 120.000
1.100 Rp. 570.000
c. Metode Rata-Rata Bergerak:
Metode rata-rata yang digunakan pada metode perpetual ini biasanya disebut dengan
Rata-rata bergerak. Dikatakan bergerak karena harga per unit persediaan selalu bergerak /
berubah sesuai dengan terjadinya perubahan / mutasi pada jumlah unit persediaan yang dimiliki
perusahaan. Berikut ini bentuk kartu persediaan dengan metode rata-rata bergerak:
Tgl Diterima Dikeluarkan Persediaan (saldo)

Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah

Jan1 1000 500 500.000

10 800 550 440.000 1800 522,2 940.000

18 900 522,2 469.980 900 522,2 469,980


20 700 600 420.000 1.600 556,2 889,980
27 500 556,2 278.100 1.100 556,2 611.820

Dari harga perhitungan diatas maka besarnya nilai persediaan sebanyak 1.100 unit adalah
sebesar Rp. 611.820
LATIHAN
Pilihan ganda !
1. Persediaan adalah barang berwujud milik perusahan yang.............
a. Tersedia untuk dijual (barang jadi atau barang dagangan)
b. Masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam
prose/pengolahan)
c. Akan dipergunakan untuk produksi barang barang jadi yang kemudian dijual
d. a, b, dan c benar
2. Metode penentuan harga pokok persediaan yaitu.................
a. Metode phisik dan perpetual
b. Metode garis lurus
c. Metode saldo menurun
d. Metode angka tahun
3. Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian dengan menggunakan metode phisik
adalah...............
a. Persediaan barang Rp. xxx
Utang dagang/kas Rp. xxx
b. Pembelian Rp. xxx
Utang dagang/kas Rp. xxx
c. Piutang dagang/kas Rp. xxx
Penjualan Rp. xxx
d. Harga Pokok Penjualan Rp. xxx
Persediaan Rp. xxx
4. FIFO singkatan dari First In First Out yang artinya..........
a. Masuk pertama keluar pertama
b. Masuk terakhir keluar pertama
c. Masuk pertama keluar terakhir
d. Masuk terakhir keluar terakhir
5. Metode penilaian persediaan adalah kecuali............
a. Metode Harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah
b. Metode taksiran laba kotor
c. Metode taksiran harga eceran
d. Metode garis lurus
6. Metode yang sering disebut dengan metode COMWIL adalah..........
a. Metode harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah
b. Metode laba bersih
c. Metode taksiran harga eceran
d. Metode taksiran laba kotor
7. Persediaan barang dagangan terdapat pada jenis perusahaan dagang yang kegiatan utamanya
adalah........
a. Merusak barang dagangan
b. Membeli dan menjual barang dagangan
c. Mengirim barang dagangan
d. Menyimpan barang dagangan
8. Metode perhitungan persediaan dalam metode perpetual yaitu............
a. Rata-rata sederhana
b. Rata-rata tertimbang
c. Rata-rata bergerak
d. a dan b benar
9. Persediaan awal 1.000 unit harga per unit Rp. 500,00 pembelian 300 unit @ Rp. 550,00
penjualan 750 unit. Berapa besarnya harga pokok persediaan akhir jika menggunakan metode
phisik FIFO adalah.......
a. Rp. 290.000,00
b. Rp. 250.000,00
c. Rp. 300.000,00
d. Rp. 125.000,00
10. Berikut metode harga pokok persediaan di bawah ini, kecuali.........
a. FIFO c. FILO
b. LIFO d. Average
Essay !
1. Jelaskan perbedaan antara metode phisik dengan metode perpetual !
2. Berikut ini transaksi transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2008 pada PT. Pelangi.

Jan 5 pembelian 100 unit barang dagang dengan harga Rp. 25.000,00/unit dengan

beban angkut Rp. 100.000,00


Jan 11 pembelian 25 unit barang dagang dengan harga Rp. 27.000,00/unit

dengan beban angkut Rp. 25.000,00

Jan 12 dikembalikan barang sebanyak 3 unit atas pembalian tanggal 11 Jan

Jan 13 penjualan 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit

Jan 22 pembelian 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 28.000,00/unit

dengan beban angkut Rp. 50.000,00

Jan 27 penjualan 60 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit

Jan 28 diterima pengembalian barang atas penjualan tanggal 27 Jan

Jan 30 penjualan 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit

Persediaan barang dagangan pada tanggal 1 januari 2008 sebanyak 80 unit dengan harga pokok

Rp. 24.000,00/unit dan seluruh transaksi dilaksanakan secara cash.

Diminta :

Hitunglah persediaan pada tanggal 31 januari 2008, apabila Perusahaan menggunakan metode

Perpetual.

3. PD. SEJAHTERA mencatat mutasi persediaan barang CX menurut system inventarisasi fisik.
Persediaan barang dinilai pada tiap akhir bulan, dengan data transaksi bulan Februari 2011
sebagai berikut .
Februari 1, Sediaan awal 4.000kg @4.550
Februari 4, Pembelian 5.000kg @4.800 kepada PT. Sentosa secara kredit faktur no.024
dengan beban angkut pembelian sebesar 200.000
Februari 8, Penjualan 6.600kg @7.200 kepada Toko Selamet secara kredit faktur no.031
Februari 15, Pembelian 4.000kg @5.000 kepada PD. Maju Lancar secara kredit faktur
no.012 dengan beban angkut pembelian 160.000
Februari 17, Penjualan 6.400kg @7.500 kepada Toko Koko secara tunai. Faktur no.04
Februari 19, Diterima pengembalian barang sebanyak 300kg atas penjualan tanggal 17
Februari faktur no. 06
Februari 22, Pembelian 4.000kg @5.300 kepada CV. Abadi secara kredit faktur no. 088
dengan beban angkut pembelian 150.000
Februari 23, Dikembalikan barang 800kg kepada CV. Abadi faktur no. 68
Februari 25, Diterima hasil penjualan atas transaksi tanggal 8 faktur no.42

Februari 26, Pembelian 3.000kg @5.200 kepada PT. Suka Jaya secara kredit faktur no.92
dengan beban angkut pembelian 120.000
Februari 27, Dibayar utang atas transaksi tanggal 4 februari faktur no. 04
Februari 28, Dibayar gaji karyawan 2.000.000

Setelah dilakukan pemeriksaan & perhitungan fisik, sisa barang CX pada tanggal 28 Februari
2011 digudang terdapat sisa sebanyak 6.500kg dengan masing-masing karung berisi 100kg
(neto), yang terdiri dari :
30 karung @5.300
25 karung @5.200
10 karung @5.000
Diminta : Tentukan nilai persediaan akhir barang CX tanggal 28 Februari 2011 dengan metode
FIFO, LIFO, Rata-rata Sederhana, Rata-rata Tertimbang dan Tanda Pengenal Khusus !
4. Sebutkan beberapa alasan mengapa perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor
didalam menentukan besarnya harga pokok persediaannya!
5. Sebutkan langkah-langkah untuk menentukan harga pokok persediaan dengan menggunakan
metode taksiran laba kotor !
6. Pada tanggal 1 April 2012, perusahaan mengalami kebakaran yang menghabiskan seluruh
gedung perusahaan termasuk persediaan yang tersimpan didalamnya,namun beberapa catatan
akuntansi terutama yang berhubungan dengan persediaan masih dapat diselamatkan. Berikut
ini informasi yang dikutip dari catatan akuntansi tersebut:
Persediaan 1 Januari Rp. 43.200.000,00
Pembelian Rp. 339.000.000,00
Potongan pembelian Rp. 6.500.000,00
Retur pembelian Rp. 3.100.000,00
Penjulan Rp. 478.000.000,00
Potongan penjualan Rp. 5.300.000,00
Retur penjualan Rp. 4.100.000,00
Biaya angkut pembelian Rp. 2.400.000,00
Biaya umum Rp. 28.900.000,00
Biaya penjualan Rp. 55.700.000,00
Diminta :Dengan metode laba kotor, hitunglah jumlah persediaan yang terbakar pada tanggal
1 April 2012 jika selama 4 tahun terakhir, prosentase rata-rata laba kotor terhadap penjualan
bersih adalah 30%

Anda mungkin juga menyukai