2013-2-00589-SP Bab2001
2013-2-00589-SP Bab2001
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pondasi
Pondasi pada suatu konstruksi bangunan adalah struktur yang berada pada
bagian dalam tanah (bawah stuktur bangunan) yang berfungsi sebagai penahan
seluruh beban (hidup dan mati) yang berada diatas pondasi dan gaya-gaya luar
seperti tekanan angina, gempa bumi dan lainnya. Jenis tanah setiap lokasi sangat
beragam sehingga membutuhkan daya dukung yang berbeda-beda sesuai dengan
kapasitas struktur bangunan diatasnya. Tanah yang baik adalah tanah yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk menerima beban dan meneruskannya ke tanah
dasar.
Pondasi dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu :
a. Pondasi dangkal (shallow foundation) dan,
b. Pondasi dalam (deep foundation).
Pondasi dangkal adalah pondasi yang digunakan pada kedalaman yang
umumnya memiliki perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi adalah kurang
dari 1 (D/B ≤ 1 dimana D adalah nilai kedalaman pondasi dan B adalah lebar
pondasi) (Braja, 2007). Contoh beberapa pondasi dangkal adalah pondasi batu kali
setempat dan pondasi tapak/pelat setempat (beton). Biasanya pondasi dangkal
digunakan pada rumah sederhana 1 hingga 2 lantai.
Pondasi dalam adalah pondasi yang digunakan pada kedalaman dengan
perbandingan antara kedalaman dan lebar pondasinya adalah lebih dari 4 (D/B ≥ 4).
Pondasi dalam digunakan untuk struktur bangunan tinggi seperti perkantoran atau
pencakar langit. Salah satu contoh pondasi dalam adalah pondasi tiang. Dimana
pondasi tiang dapat digunakan secara tiang tunggal (single pile) dan kelompok tiang
(group piles).
Selain itu, terdapat juga rata-rata penurunan yang diijinkan menurut 1955
U.S.S.R. Building Code, penurunan tersebut dikelompokkan menurut jenis bangunan
dan tipe pondasi yang digunakan, yaitu (Wayne C.Teng, 1992) :
Tabel 2.2 Penurunan yang Diijinkan Menurut 1955 U.S.S.R. Building Code
(Bowles, 1997)
Jenis Bangunan dan Tipe Pondasi Rata-rata Penurunan (cm)
Bangunan dengan dinding bata pada pondasi
menerus dan pondasi terpisah dengan panjang
dinding L dan tinggi H (H dihitung dari dasar 8
pondasi) 10
L H
≥ 2,5 ≤ 1,5
H L
Bangunan dengan dinding bata, diperkuat
dengan beton bertulang atau batu bata (tidak 15
tergantung dengan rasio L/H)
Framed buildings 10
Pondasi padat beton bertulang untuk blast
30
furnaces, smoke stacks, menara air, dan lainnya.
Pengujian pondasi harus mengikuti salah satu aturan penurunan ijin
maksimum yang telah ditentukan. Hal tersebut dilakukan dengan maksud
menghindarkan kerusakan pada bangunan dan pondasi yang akan dibangun.
Gambar 2.4 Grafik Hubungan Beban Dengan Penurunan Metode Butler dan Hoy
Sumber: Pile Foundation in Engineering Practice, Prakash & Sharma, 1990
Keterangan :
Note 1 : Beban pada pondasi tiang sama dengan beban yang direncanakan.
Note 2 : Menggunakan tipe pengujian yang sama pada kedua ujung balok uji.
Note 3 : Pelat tidak diwajibkan dalam pengujian.
Note 4 : Menggunakan pelat kaku antara flanges di semua balok yang
membutuhkan struktural.
Pada gambar 2.5 terlihat pengaturan saat beban pullout diberikan pada
pondasi tiang oleh alat hydraulic jack ditengah balok penyangga dan reaksi dari
balok menumpu pada pondasi tiang. Jarak antara pondasi yang diuji dengan tiang
reaksi minimum 5 diameter dari sisi pondasi tiang, tetapi tidak kurang dari 2,5 meter,
sehingga tidak terjadi pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pengujian pondasi
tiang akibat beban eksternal (Prakash, 1990).
Gambar 2.6 Pengaturan Untuk Melakukan Beban Penarikan (Pullout Load) Dengan
Hydraulic Jack Pada Setiap Ujung Balok (ASTM D 3689-83, 1989).
Sumber: Pile Foundation in Engineering Practice, Prakash & Sharma, 1990
Keterangan :
Note 1 : Menggunakan tipe pengujian yang sama pada kedua ujung balok uji.
Note 2 : Beban pada pondasi tiang dua kali dari beban jacking, tekanan dari
gauge harus dikalibrasi untuk sistem dua-jack.
Note 3 : Menggunakan pelat kaku antara flanges di semua balok yang
membutuhkan struktural.
Gambar 2.7 Pengujian Tension (Tarik) Pada Pondasi Tiang (metode Beban
Tertahan). Kurva Beban Terhadap Perpindahan Tarik (a). Kurva
Waktu Terhadap Perpindahan Tarik (b).
Sumber: Pile Design and Construction Practice, M.J. Tomlinson, 1994
Tabel 2.3 Hubungan Antara Kepadatan, Relative Density, Nilai N SPT, qc dan φ
Pada Tanah Pasir (Mayerhof, 1965).
Tabel 2.4 Korelasi Empiris Antara Niai N-SPT dengan Unconfined Compressive
Strength dan Berat Jenis Tanah Jenuh (ƴsat) Untuk Tanah Kohesif
(Terzaghi dan Peck, 1948)
qu (Unconfined
N SPT
Konsistensi Compressive Strength) ƴ sat kN/m3
(blows/ft)
tons/ft2
<2 Very Soft < 0,25 16 - 19
2-4 Soft 0,25 - 0,50 16 - 19
4-8 Medium 0,50 - 1,00 17 - 20
8 - 15 Stiff 1,00 - 2,00 19 - 22
15 - 30 Very Stiff 2,00 - 4,00 19 - 22
> 30 Hard > 4,00 19 - 22
Tabel 2.5 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah (Braja, 1997)
Tabel 2.6 Hubungan Antara Jenis Tanah dan Poisson Ratio (Braja, 1997)
Tabel 2.7 Hubungan Antara Sudut Geser Dalam dengan Jenis Tanah (Braja, 1997)
Qult
Qall = ……………………………...………….……………(2.4)
SF
Dimana :
Qult : Kapasitas daya dukung tiang pondasi maksimum (kN)
Qp : Kapasitas daya dukung ujung yang didapat dari tanah di bawah ujung
pondasi (kN)
Qs : Kapasitas daya dukung yang didapatkan dari gaya gesek atau gaya adhesi
antara tiang pondasi dengan tanahnya (kN)
Qall : Kapasitas daya dukung ijin pondasi (kN)
SF : Faktor keamanan (safety factor).
Dimana :
Su : Kohesi atau kuat geser ‘undrained’ (kN/m2)
Nc : Faktor daya dukung (Nc = 9)
Ap : Luas dasar ujung pada pondasi tiang (m2)
b. Tanah Pasir
c. Tanah C dan ф
Pada tanah ini adalah tanah tidak lempung dan tidak juga tanah pasir,
sehingga terdapat parameter nilai C dan ф. Maka rumus yang digunakan
adalah :
Dimana :
c′ : Kohesi atau kuat geser ‘undrained’ (kN/m2)
Nc : Faktor daya dukung (Nc = 9)
q′ : Tegangan efektif ujung pondasi tiang (kN/m2)
Nq : Faktor daya dukung yang tergantung pada besar ф
Ap : Luas dasar ujung pada pondasi tiang (m2)
c. Metoda Lambda
Metode diperkenalkan oleh Vijayvergiya dan Focht (1972), didasari dengan
asumsi bahwa perpindahan tanah disebabkan hasil dari passive lateral
pressure oleh pondasi pada kedalaman dan dengan rata-rata skin resintance
pada persamaan dibawah ini (Braja, 2007) :
Kedalaman
Gambar 2.12 Gesekan Sepanjang Pondasi Tiang di Tanah Pasir (Braja, 2007).
Dimana :
N : Rata-rata koreksi nilai SPT
tsf : tons/ft2
Nilai K tergantung pada cara pelaksanaan pondasi tiang (Gouw Tjie Liong,
2012), yaitu :
- Untuk tiang bor nilai K = Ko
Ko = 1- sin ф′……….…………………………………...………(2.19)
- Untuk tiang pancang K > Ko dan mendekati nilai Kp.
1+ sin ф'
Kp = 1-sinф' ……….……………………………………………(2.20)
Qp = Ap q' Nq * ≤ Ap qt ………………………...….……………(2.22)
Gambar 2.13 Nilai Variasi Alami dari Ujung Pondasi Pada Tanah Pasir
Homogeneous (Braja, 2007).
Gambar 2.14 Nilai Variasi Maksimum dari Nq* Terhadap Sudut Friksi Tanah ф′
(Mayerhoff, G.G., 1976) (Braja, 2011).
Tabel 2.9 Nilai Interpolasi Nq* Berdasarkan Teori Mayerhoff (Braja, 2007).
Sudut Friksi
Nq*
Tanah ф (o)
20 12,4
21 13,8
22 15,5
23 17,9
24 21,4
25 26
26 29,5
27 34,0
28 39,7
29 46,5
30 56,7
31 68,2
32 81,0
33 96,0
34 115,0
35 143,0
36 168,0
37 194,0
38 231,0
39 276,0
40 346,0
41 420,0
42 525,0
43 650,0
44 780,0
45 930,0
Dimana :
pa : Tekanan atmosfir (=100 kN/m2)
ф′ : Sudut friksi efektif tanah pada bearing stratum (o)
B. Tanah Lempung (ф = 0)
Untuk pondasi tiang di tanah lempung jenuh dengan kondisi undrained (ф =
0), maka beban ultimate dapat dinyatakan dengan,
Qp ≈ Nc * cu Ap = 9cu Ap ……..……………………….……………(2.24)
Dimana :
cu : Kohesi undrained tanah dibawah ujung pondasi tiang (kN/m2)
Dimana :
σ̅'o : Rata-rata tegangan efektif normal pada kedalaman titik pondasi tiang
1+2Ko
σ̅'o = (
3
) q' ……..…………………………………………(2.26)
Ko : Koefisien tekanan tanah at rest
Ko = 1 - sin ф' ………………………………….….……………(2.27)
∗ 3𝑁∗ 𝑞
𝑁 σ= (1+2𝐾0 )
……..….…………………………….…………(2.28)
Dimana :
Es Gs
Ir : Index kekakuan = = ….…..……...…(2.31)
2 (1+ μs )q' tan ф' q' tan ф'
B. Tanah Lempung
Vesic, (1977) pada kondisi tanah lempung jenuh (ф = 0), kapasitas dukung
ujung pondasi tanah dapat diperkirakan dengan (Braja, 2007),
Qp = Ap qp = Ap cu Nc * ……..………………………..……………(2.32)
Tabel 2.10 Nilai dari Nc* dengan Irr untuk kondisi ф = 0 Berdasarkan Teori Vesic
Irr Nc*
10 6,97
20 7,90
40 8,82
60 9,36
80 9,75
100 10,04
200 10,97
300 11,51
400 11,89
500 12,19
2.6.5. Kapasitas Dukung Tiang Dari Uji Penetrasi Standar (SPT)
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, Meyerhof (1976) mengusulkan
persamaan untuk menghitung tahanan ujung tiang (Hardiyatmo, 2010) :
L
̅ ) ≤ 380 N
Qp = Ap (38 N ̅ (Ap ) ……..…………….……………(2.34)
D
Dimana :
̅
N : nilai N rata-rata
Ap : Luas ujung pondasi tiang
Pada rumus diatas, nilai N rata-rata yang dimaksud adalah nilai N rata-rata
yang dihitung dari 8D di atas dasar tiang sampai 4D di bawah dasar pondasi,
sedangkan L/D adalah rasio kedalaman yang nilainya dapat kurang dari L/D bila
tanahnya berlapis-lapis (Hardiyatmo, 2010).
Untuk daya dukung ujung pada pondasi tiang dengan memperhatikan faktor
kedalaman, Meyerhof (1976) menyarankan :
a. Tanah pasir dan kerikil.
L
fb = 0,4 N60 ' ( D ) σr ≤ 4 N60 ' σr ……..….………………………(2.35)
Dimana :
fb : Tahanan ujung satuan pondasi tiang (kN/m2)
σr : Tegangan referensi (kN/m2)
Kedua persamaan (2.33) dan (2.34) digunakan apabila L/D ≥ 10 untuk tanah
pasir dan kerikil. Sedangkan L/D ≥ 7,5 untuk tanah lanau.
Sedangkan untuk menghitung tahanan gesek satuan (fs), Meyerhof (1976)
menyarankan :
a. Pondasi tiang perpindahan besar (tiang pancang) pada tanah tidak kohesif
(pasir) :
1
fs = 50 σr N60 ……………………………….…..…...…………(2.37)
Dimana :
fs : Tahanan gesek satuan pondasi tiang (kN/m2)
σr : Tegangan referensi (kN/m2)
Menurut Meyerhof (1976), saat menghitung fb, nilai N-SPT yang digunakan
harus mewakili kondisi tanah di sekitar ujung pondasi tiang, yaitu sekitar 1D di atas
dasar tiang dan 2D di bawahnya. Untuk menghitung fs, maka menggunakan kondisi
tanah di sekililing segmen pondasi tiang yang diperhatikan. Pada pondasi tisng yang
meruncing lebih dari 1%, maka fs dapat dikalikan dengan 1,5. (Hardiyatmo, 2010).
Dimana :
Pu : Batas kemampuan kapasitas pullout (kN)
Qfp : Batas kemampuan gesekan tiang pada pullout (kN)
Wp : Berat pondasi tiang (kN)
Gambar 2.15 Konsep Dasar dari Pullout/Tension Pondasi Tiang
Sumber: Pile Foundation in Engineering Practice, Prakash & Sharma, 1990
α Keterangan
0,5 Distribusi secara parabola dan/atau seragam
Distribusi linear, nol gesekan pada kepala pondasi
0,67
tiang dan maksimum pada bagian bawah.
Dimana :
Qwp : Beban yang diterima ujung pondasi saat keadaan pembebanan (kN)
µ : Poisson rasio tanah.
Es : Modulus deformasi tanah (kN/m2)
Ap : Luas area penampang poros pondasi tiang (m2)
Ipp : Pengaruh faktor analog dimensi terhadap faktor penurunan pondasi.
Tabel 2.12 Nilai Ipp menurut Fang Hy (1991) (Gouw Tjie-Liong, 2012)
Dimana :
Cp : Faktor empiris tergantung pada tipe tanah dan metode pemasangan
pondasi.
B : Lebar atau diameter dari pondasi (m)
qpult : Nilai ultimate resistance pada pondasi (kN/m2 atau ton/m2)
Tabel 2.13 Nilai Koefisien Cp Berdasarkan Jenis Tanah (Gouw Tjie-Liong, 2012)
Nilai Koefisien Cp
Tipe Tanah Driven Piles Bored Piles
Sand (dense to loose) 0,02 - 0,04 0,09 - 0,18
Clay (stiff to soft) 0,02 - 0,03 0,03 - 0,06
Silt (dense to loose) 0,03 - 0,05 0,09 - 0,12
Dimana :
Qws : Beban yang diterima ujung pondasi saat keadaan pembebanan (kN)
Lp : Panjang pondasi tiang (m)
µ : Poisson rasio tanah.
As : Luas selimut pondasi tiang (m2)
Es : Modulus deformasi tanah (kN/m2)
1 (1+µ) (1-2µ)
Es = …..….……………………………………(2.46)
mv (1-µ)
Dimana :
mv : Volume kompresibilitas tanah
Ips : Pengaruh faktor analog dimensi terhadap faktor penurunan pondasi
D
Ips = 2 + 0,35 √B…..….……………………………….…………(2.47)
Dimana :
D : Panjang pondasi (m)
B : Diameter pondasi (m)
Dimana :
E : modulus elastis tanah yang berada di bawah dasar tiang
µ : Poisson ratio tanah yang berada di bawah dasar tiang
d : diameter pondasi tiang
Parameter-parameter tanah tersebut dapat diperoleh dari pengujian triaksial
atau pengujian lainnya.
d) Perpindahan S3 di tengah-tengah segmen diasumsikan (percobaan pertama
digunakan S3 = St).
e) Dengan menggunakan nilai S3, kurva transfer beban/kuat geser tanah terhadap
perpindahan tiang digunakan untuk mendapatkan nilai banding yang sesuai.
f) Dari kurva kuat geser terhadap kedalaman, kuat geser tanah pada setiap
segmen dapat diperoleh.
g) Hitung transfer beban atau adhesi cd = faktor adhesi × kuat geser.
Beban Q3 pada puncak segmen 3 dihitung dengan persamaan :
Q3 =Q1 +cd L3 As3 …..…………………………….……………(2.49)
Dimana :
L3 : panjang segmen 3
As3 : keliling tampang rata-rata segmen 3
h) Deformasi elastis di tengah-tengah segmen (dengan menganggap
beban pada segmen bervariasi secara linier) dihitung dengan :
Qm + Qt L
∆S3 ’= {
2
} {2A 3E } …..….……………………..…………(2.50)
3 p
Gambar 2.19 Hubungan Antara Beban (P) Terhadap Penurunan Tiang (S) (Gouw
Tjie Liong, 1994)
Sumber: Pondasi Tiang : Aspek Perencanaan dan Pelaksanaannya, Gouw Tjie Liong, 1994
Gambar 2.20 Contoh Hasil Penelitian Load Distribution (Gouw Tjie Liong, 2012)
Sumber: Pondasi Dalam, Gouw Tjie Liong, 2012
2.8 Nilai Kekakuan Tanah
Menurut Gouw Tjie Liong (2014), dalam penelitian tes konsolidasi pada
gambar 2.21, menunjukkan bahwa pada saat diberikan beban (loading) berkisar 2
kPa hingga 20 kPa terjadi penurunan yang cukup tajam, namun pada saat dilakukan
unloading dari beban 20 kPa hingga 1 kPa terjadi heave yang hanya sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah pada saat unloading memiliki kekakuan yang lebih tinggi
daripadi tanah saat loading. Besar perbandingan nilai kekakuan adalah berkisar :
Eur = (2 ~ 5) EL…..….…………………………………………(2.53)
Dimana :
Eur : Nilai kekakuan tanah saat unloading-reloading
EL : Nilai kekakuan tanah saat loading
Gambar 2.21 Contoh Hasil Consolidation Test (Gouw Tjie Liong, 2014)
Sumber: Sample of Derivation of Soil Parameters from a Soil Investigation Report, Gouw Tjie Liong,
2014
Selain itu, besar nilai kekakuan tanah (E) yang didapatkan dari nilai N-SPT
dapat bervariasi dengan besar nilai 0,8N hingga 9N, dimana N adalah nilai N-SPT
yang didapatkan dari pengujian tanah.
2.9 Rocscience RS 3 1.0
Rocscience RS 3 1.0 adalah suatu program analisa elemen hingga yang
disajikan secara 3 (tiga) dimensi (3D). Program ini didesain untuk merancang
struktur lapisan dibawah permukaan tanah atau pada permukaan tanah. Program ini
dapat digunakan pada lapisan tanah atau batuan dan terdapat analisa untuk aliran air
tanah. Hasil dari perhitungan dalam program ini dapat dikeluarkan dengan beberapa
pilihan seperti tekanan, perpindahan, hasil kontur pada permukaan penggalian, hasil
plot diferensial setiap tahap, dan lain sebagainya.
Data yang dibutuhkan adalah data parameter tanah dan investigasi tanah yang
di input ke dalam program sehingga mengeluarkan hasil yang diinginkan. Semakin
tinggi tingkat pemodelan yang akan dibentuk maka semakin banyak jumlah
parameter yang diperlukan untuk melakukan pemodelan tersebut. Setelah data
dianalisa, hasil dari perhitungan dalam program akan dikeluarkan dalam bentuk 2
dimensi atau 3 dimensi dan dapat memunculkan tegangan, perpindahan, penurunan,
dan kurva. Hasil dan gambar dapat digunakan dalam berbagai bentuk untuk
presentasi atau suatu laporan
c. Loading Rate Effect on Piles in Clay from Laboratory Model Test (Abdullah
I. Al-Mhaidib, 2007).
Laporan ini termasuk laporan internasional dimana tujuan dari laporan ini
adalah menyelidiki pengaruh tingkat pembebanan pada kapasitas aksial
pondasi tiang dalam tanah liat. Pengujian dilakukan dengan dua serangkaian
model yang dilakukan dengan menggunakan model pondasi baja dengan
diameter 30 mm dengan tingkat pembebanan yang berbeda. Pengujian
pertama dilakukan dengan beban tekan aksial, sedangkan pengujian kedua
dilakukan dengan beban tarik. Konsolidasi undrained pada uji triaxial juga
dilakukan dengan pembebanan yang sama yang digunakan pada pengujian
aksial. Hasil yang diperoleh adalah kapasitas tekan dan tarik pada pengujian
pondasi tiang tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya pembebanan.
Hubungan antara waktu terhadap keruntuhan dan kedua kekuatan geser
undrained dari tanah liat serta kapasitas aksial model pondasi dapat diwakili
oleh garis lurus pada log-log. Loading rate memiliki pengaruh yang
signifikan untuk pengujian tekan dan tarik pada kapasitas model pondasi
tiang.
d. Axial Load Test on Bored Piles and Pile Groups in Cemented Sands (Nabil
F. Ismael, 2001).
Laporan ini dilakukan untuk pengujian tes beban secara aksial pada pondasi
bor tunggal dengan uji tarik dan tekan dimana uji tekan pada dua pondasi
group yang masing-masing terdiri dari lima pondasi. Pengujian tanah
termasuk uji standar penetrasi, uji kerucut dinamis, dan uji tekanan meter.
Hasil pengujian pada pondasi tunggal menunjukkan bahwa 70% dari beban
ultimate ditransmisikan ke sisi samping yang seragam sepanjang selimut
pondasi. Perhitungan dari efisiensi pondasi group adalah 1,22 dan 1,93 dari
jarak pondasi dua hingga tiga kali diameter pondasi pada setiap pondasinya.
Penurunan biasanya dikendalikan oleh desain dari pondasi group di tanah
pasir, faktor dari pondasi group didefinisikan sebagai rasio penurunan pada
pondasi group untuk penurunan pondasi tunggal yang bebannya sebanding
dalam kisaran elastis yang ditektukan dari hasil pengujian. Perbandingan
antara nilai yang terukur dan nilai yang dihitung berdasarkan formula yang
telah disederhanakan.
e. Pullout Capacity of Batter Pile in Sand (Ashraf Nazir dan Ahmed Nasr,
2012).
Laporan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya perbedaan luas yang ada
pada pondasi di tanah berpasir. Dimana banyak banyak lepas pantai yang
mengalami overturning akibat beban angina, tekanan gelombang dan
pengaruh dari kapal laut. Untuk struktur pondasi biasanya terdapat kombinasi
vertikal dan batter pondasi yang digunakan. Pada pengujian ini pendukung
pondasi tidak vertikal, perilaku akibat tarik aksial tidak mencukupi. Untuk
menggambarkan variable yang signifikan mempengaruhi gaya ultimate tarik
pada resistensi poros dari batter pondasi di tanah dry sand., pengujian ini
terdiri dari 62 pengujian penarikan. Hasil menunjukkan bahwa kapasitas tarik
pada batter pondasi dibangun saat peningkatan kepadatan dan atau menengah
padat pada pasir dengan peningkatan sudut batter mencapai nilai maksimum
dan kemudian menurung, nilai maksimum Pα terjadi pada sudut batter kurang
lebih sama dengan 20o dan sekitar lebih 21-31% dibandingkan kapasitas
pondasi secara vertikal, sedangkan kapasitas tarik untuk batter pondasi
dibangun dalam pasir lepas dengan meningkatnya inklinasi dari pondasi.
Pondasi yang berbentuk lingkaran lebih tahan terhadap gaya tarik
dibandingkan dengan pondasi persegi dan bentuk segi empat.
f. Uji Kapasitas Tarik Pada Model Fondasi Tiang Apung (Hadi Pangestu
Rihardjo dan Hary Christady Hardiyatmo, 2006).
Jurnal ini bertujuan untuk menganalisa perilkau pondasi apung di tanah liat
dan tanah pasir akibat beban tarik pada suatu kasus pondasi dilapangan.
Pondasi dimodelkan pada kotak pengujian di laboratorium dengan bahan
yang digunakan adalah plexyglass. Hasil dari tiang pancang tunggal
menunjukkan bahwa semakin dalam posisi ujung tiang, semakin tinggi
kekuatan untuk mengangkat pondasi tiang, tetapi kekuatan gesekan satuan
pada tanah liat semakin lebih kecil. Hal ini terjadi berlawanan terhadap tanah
pasir. Hasil keseluruhan yang disimpulkan adalah hasil pengujian untuk tanah
liat lebih besar disbanding tanah pasir, sementara kedua uji tarik dan uji tekan
(tanpa dukung ujung) menunjukkan kecenderungan yang sama.
g. Analisa Data Dukung Tiang Spunpile dengan Metode Uji Pembebanan Statik
(Loading Test) (Rien Novia Adriani, 2013).
Analisa ini dilakukan dengan tujian untuk menentukan daya dukung tekan
aksial pondasi tiang pancang spunpile dengan analisis perhitungan
menggunakan analisa daya dukung berdasarkan data SPT yang dihitung
dengan lima metode, yaitu : Metod Meyerhof, Metode Smith & Pole, Metode
Briaud et al, Metode Shioi & Fukui dan Metode Luciano Decourt.
Mengetahui daya dukung tekan aksial pondasi tiang pancang spunpile dari
hasil analisis daya dukung tiang uji pembebanan statik (loading test) yang
interpretasinya dihitung dengan tiga metode antara lain; Metode Davisson,
Metode Chin dan Metode Mazurkiewich. Dari hasil analisis kemudian akan
dihitung koefisien pengalinya. Kesimpulan dari analisa ini adalah didapatkan
rata-rata Qall dari hasil analisa daya dukung dengan metode static dan rata-
rata Qall dari Loading Test. Didapatkan nilai koefisien pengali di lokasi
analisa sebesar 1,09.