Anda di halaman 1dari 23

A.

Pengertian

Hyperplasia prostat atau BPH ( benign prostate hyperplasia) adalah pembesaran progresif
dari klenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasia beberapa atau semua
komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika.

B. Etiologi
Penyebab yang pasti dan terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti;
tetapi beberapa hipotesis bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan
kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan (purnomo,2005).
Selain faktor tersbut ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat, yaitu sebagai berikut.
1. Dihydrotestosteron, peningkatan 5 alfa resduktase dan reseptor androgen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia.
2. Ketidakseimbangan hormon estrogen-testostosteron. Pada proses peuaan pada pria terjadi
peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasia
stroma.
3. Interaksi stroma-epitel. Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth
factor dan penurunan transforming growth factor menyebabkan hiperplasia stroma dan
epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama
hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori sel stem. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.

C. Manifestasi klinis
- Pasien BPH dapat menunjukan berbagai macam tanda dan gejala. Gejala BPH berganti-
ganti dari waktu ke waktu dan mungkin dapat semakin parah, menjadi stabil, atau
semakin buruk secara spontan.
- Berbagai tanda dan gejala dapat dibagi menjadi dua kategori: obstruktif ( terjadi ketika
factor dinamic dan/atau factor static mengurangi pengosongan kandung kemih) dan
iritatif ( hasil obstruksi yang sudah berjalan lama pada leher kandung kemih ). ( yuliana
elin,2011)
- Kategori keparahan BPH berdasarkan tanda dan gejala :
-
Keparahan penyakit Kekhasan gejala dan tanda
Ringan Asimtomatik
Kecepatan urinary puncak < 10 ml/s
Volume iurin residu setelah pengosongan >25-50 mL
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
Sedang Semua tanda diatas ditambah obstruktif penghilang gejala dan
iritatif penghilang gejala ( tanda dari destrusor yang tidak stabil)
Parah Semua yang diatas ditambah satu atau dua lebih komplikasi BPH
Jenis penanganan pada pasien dengan tumor prostat tergantung pada berat gejala klinikknya.
Berat derajat klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan
sisa volume urine.

Derajat Colok dubur Sisa volume urin


I Penonjolan prostat, atas atas mudah diraba < 50 ml
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai 50-100 ml
III Batas atas prostat tidak dapat diraba >100 ml
IV Batas atas prostat tidak dapat diraba Retensi urin total

Menurut sjamsuhidayat dan wim de jong 2002

1. Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberi pengobatan konsrvatif.
2. Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopi melaluiuretra (trans urethral resection/tur )
3. Derajat tiga reseksi endoskopi dapat dikerjakan, bila di diperkirakan prostat cukup besar,
reseksi tidak cukup satu jam sebaiknya dengan pembedahan terbuka, melalui trans
vesikal retropublik/ perianal.
4. Derajat empat, tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi urine
total dengan pemasangan kateter.
D. Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia. Jika
prostat membesar, maka akan meluas ke atas (kandung kemih) sehingga pada bagian
dalam akan mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.
Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi
terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot destrusor dan kandung kemih berkontraksi
lebih kuat agar dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus menerus
menyebabkan perubahan anatomi dari kandung kemih berupa : hipertropi, otot destrusor,
trabekulasi, terbentuknya sekula, dan divertikel kandung kemih.

Tekanan intravesikalyang tinggi diteruskan keseluruh bagian buli-buli tidak


terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter atau terjadi refluks
vesiko-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh kedalam gagal ginjal.

E. Pathway
(dari buku nanda nic noc )
Pathway
(dari buku arif muttaqin )

F. Pengkajian diagnostik
1. Urinalisisi untuk melihat adanya tanda infeksi pada saluran kemih
2. Fungsi ginjal untuk melihat adanya gangguan fungsi ginjal
3. Pemeriksaan uroflowmetri
4. Foto polos abdomen, untuk menilai batu saluran kemih
5. PIV, untuk melihat adanya komplikasi pada uereter dan ginjal, seperti hidroureter,
hidronefrosis.
G. Penatalaksanaan medis
1. Penghambat adrenergik agar mengurangi resistensi otot polos prostat.
2. Teknk pembedahan.
a. Pembedahan endourologi (TURP) atau pembedahan terbuka. Bertujuan untuk
reseksi prostat yang membesar.
b. Kriteria pembedahan dilakukan : klien yang mengalami retensi urin akut atau
pernah retensi urin akut \, klien dengan residual urin < 100 ml, klien dengan
penyulit, terapi medikamentosa tidak berhasil dan flowmetri menunjukan pola
obstruktif

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan klien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah menderita penyakit yang lain nya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit bawaan seperti hypertensi,
diabetes, kolestrol atau yang lainnya.
d. Riwayat pemakaian obat
Apakah klien pernah menggunakan obat apa saja sebelumnya.
4. Pemeriksaaan TTV dilakukan terutama pada klien preoperatif. Nadi dapat meningkat
pada keadaan kesakitan, pada retensi urine akut, dehidrasi sampai syok pada retensi
urine, serta urosepsis sampai syok septik.
Pada pemeriksaan pengaruh penyempitan lumen uretra memeberikan manifestasi
pada tanda-tanda obstruktif dan iritasi saluran kemih. Tanda obstruktif yang didapatkan,
,meliputi hesistansi, pancaran miksi melemah, intermitensi, dan menetes setelah miksi.
Sementara itu tanda iritasi, meliputi : adanya peningkatan frekuensi, urgensi, nokturia,
dan disuria.
Penis dan uretra juga diperiksa untuk mendeteksi kemungkinan stenosis meatus,
striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis. Pemeriksaan skrotum untuk
menentukan adanya epididmitis.
Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan teknik bimanual untuk mengetahui
adanya hidronefrosi dan pyelonefrosis. Pada daerah supra simfisis, keadaan retensi akan
menojo. Saat palpasi terasa adanya ballotement dan klien akan terasaingin miksi. Perkusi
dilakukan untuk untuk mengetahui ada tidaknya residual urine.
Rectal touch/ pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan konsistensi
sistem persyarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat.
5. Pola fungsional gordon
a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Tanyakan pada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah klien langsung
mncari pengobatan atau menunggu sampai penyakit mengganggu aktifitas klien.

a. Pola nutrisi dan metabolisme


- Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi, siang, malam )
- Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi.
- Tanyakan apakah klien mengalami gangguan saat menelan
- Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang
mengandung vitamin antioksidan
b. Pola eliminasi
- Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
- Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekaisi
- Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk
miksi dan defekasi
c. Pola aktivitas/olahraga
- Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit
- Kekuatan otot : biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang
terganggu adalah sistem perkemihan nya.
- Keluhan beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas
d. Pola istirahat/tidur
- Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur klien
- Masalah pola tidur : tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan
dengan BPH.
- Bagaiman perasaan klien setelah bangun tidur ? apakah merasa segar atau tidak ?
e. Pola kognitif/persepsi
- Kaji status mental klien
- Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
- Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien, identifikasi
penyebab kecemasan klien
- Kaji penglihatan dan pendengaran klien
- Kaji apakah klien mengalami vertigo
- Kaji nyeri : tanyakan berapa skala nyeri yang dirasakan klien.

f. Pola persepsi dan konsep diri


- Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian
yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
- Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut
- Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
g. Pola peran hubungan
- Tanyakan apa pekerjaan klien
- Tanyakan tentang sistem pendukung dalam kehidupan klien seperti : pasangan, teman, dll
- Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
h. Pola seksualitas/reproduksi
- Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
- Tanyakan kapan klien mulai andropause dan masalah kesehatan terkait dengan
andropouse
- Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
seks
i. Pola koping/toleransi stress
- Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di rs
- Kaji keadaan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya
(mekanisme koping klien). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau
klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat
j. Pola keyakinan nilai
- Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta
seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada tuhannya
lebih berfikiran positif.
B. Analisa data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Hiperplasia prostat Gangguan
- Desakan berkemih pemenuhan
- Urine menetes eliminasi urin
- Sering buang air Penyempitan lumen uretra
kecil
- Nokturia
- Mengompol Respon obstruktif
- Enuresis

DO:
Gangguan pemenuhan
- Distensi kandung eliminasi urin
kemih
- Berkemih tidak
tuntas (hesitancy)
- Volume residu
urine meningkat
2 DS: Hormone prostat memebesar Nyeri akut b.d agent
- Mengeluh nyeri injuri fisik ( spasme
kandung kemih )
DO:
Prostat membesar
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
(mis. Waspada, TURP
posisi menghindari
nyeri) Iritasi mukosa kandung
- Gelisah kencing, terputusnya jaringan,
- Frekuesni nadi trauma bekas insisi
meningkat sulit
tidur Rangsangan syaraf diameter
kecil

Gate kontrole terbuka

Nyeri akut

3 DO: Hormone prostat memebesar Resiko infeksi b.d


- Kebutuhan ADL kerusakan jaringan
klien dibantu sebagai efek
keluarga dan Prostat membesar skunder dari
perawat prosedur
DS: pembedahan
- Ada bekas luka TURP
operasi yang
ditutup dengan a. Iritasi mukosa
kassa. kandung kencing,
terputusnya jaringan,
trauma bekas insisi

Penurunan pertahanan tubuh

Resiko infeksi
4 DS: Faktor usia Retensi urin
- Sensasi penuh pada
kandung kemih Sel stroma pertumbuhan
berpacu
DO:
- disuria/anuria
- distensi kandung Prostat membesar
kemih

Penyempotan lumen ureter

Menghambat aliran urina

Retensi urina

5 DS: Sel prostat umur panjang Ansietas b.d


- merasa bingung perasaan taku
- merasa khawatir Sel yang mati kurang terhadap tindakan
dengan akibat dari pemebedahan
kondisi yang Prostat membesar
dihadapi
- sulit berkonsentrasi TURP

DO:
Kurang nya informasi
- tampak gelisah terhadap pembedahan
- tampak tegang
- sulit tidur Ansietas

6 DO : Prolikerasi abnormal sel stre Resiko pendarahan


- Klien tidak banyak b.d trauma efek
beraktivitas pasca Produksi stroma dan epitel samping
pembedahan berlebihan pembedahan

Prostat membesar
TURP

Iritasi mukosa kandung


kencing, terputusnya jaringan,
trauma bekas insisi

Resiko pembedahan

C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pemenuhan eliminasi urin
2. Nyeri akut b.d agent injuri fisik ( spasme kandung kemih )
3. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan sebagai efek skunder dari prosedur pembedahan
4. Retensi urin
5. Ansietas b.d perasaan taku terhadap tindakan pemebedahan
6. Resiko pendarahan b.d trauma efek samping pembedahan

D. Rencana keperawatan
( intervensi keperawatan dari buku nanda nic noc)

no Diagnosa keperawatan Noc Nic


1 Gangguan Urinary elimination 1. Lakukan penilaian
pemenuhan Urinary continuence kemih yang
eliminasi b.d komperhensif
sumabtan saluran Kriteria hasil berfokus pada
pengeluaran pada 1. Kandung kemih kosong inkontinuitas ( mis
kandung kemih : secara penuh : output urin, pola
benigna prostatatic 2. Tidak ada residu urin berkemih, fungsi
hyperplasia >100-200 cc kognitif dan
3. Intake cairan dalam masalah kencing
rentang normal praeksisten )
4. Bebas dari ISK 2. Memnantau
5. Tidak ada spasme blader penggunaan obat
6. Balance cairan seimbang dengan sifat
antikolienergik
atau properti alfa
algonis
3. Monitor efek dari
obat obatan
4. Menyediakan
penghapusan
privasi
5. Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air
atau siram toilet
6. Merangasang
refleks kandung
kemih dengan
menerapkan dingin
untuk perut
membelai tinggi
batin atau air
7. Sediakan waktu
cukup untuk
pengosongan
kandung kemih
8. Gunakan spirit
wintergreen
dipispot atau
urinal.
9. Masukan kateter
kemih sesuai
anjuran
10. Anjurkan pasien /
keluarga untuk
merekam output
urin
11. Memantau asupan
dan keluaran
12. Membantu toilet
secara berkala
13. Merujuk ke
spesialis
kontinensia kemih
2 Nyeri akut b.d agent Kriteria hasil : 1. Lakukan
injuri fisik ( spasme 1. Mampu megontrol nyeri pengkajian nyeri
mampu menggunakan secara
kandung kemih )
teknik non farmakologi komperhensif
unuk mengurangi yeri termasuk lokasi,
2. Melaporkan bahwa nyeri karakteristik,
berkurang dengan durasi, frekuensi,
menggunakan kualitas, dan faktor
manajemen nyeri presipitaasi.
3. Mampu mengenali nyeri 2. Observasi reaksi
( skala, intensitas, non verbal dari
frekuensi dan tanda nyeri ketidaknyamanan.
) 3. Gunakan teknik
4. Menyatakan rasa nyaman komunikasi
setelah nyeri berkurang terapeutik untuk
mengetahui
pengalam nyeri
pasien
4. Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
5. Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
6. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
7. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan.
8. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
9. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
10. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
11. Berikan analgetik
untuk mengurangi
12. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
13. Tingkatkan
istirahat
14. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
15. Monitor
penerimaan pasien
tentang
manajemen nyeri
3 Resiko infeksi b.d 1. Klien bebas dari tanda 1. Bersihkan
kerusakan gejala infeksi lingkungan setelah
jaringansebagai 2. Mendeskripsikan proses dipakai pasien lain
efek skunderdari penularan penyakit, 2. Batasi pengunjung
prosedur faktor yang bila perlu
pembedahan mempengaruhi penularan 3. Instruksikan pada
serta penatalaksaannya. pengunjung untuk
3. Menunjukan kemampuan mencuci tangan
untuk mencegah saat berkunjung
timbulnya infeksi. 4. Gunakan sabun
4. Jumlah leukosit dalam antimikroba
batas normal unntuk cuci tangan
5. Menunjukan prilaku 5. Cuci tangan
hidup sehat sebelum dan
ssudah tindakan
keperawatan
6. Gunakan baju,
sarung tangan
danpelindung
lainnya
7. Perthankan
lingkungan aseptik
saat pemasagan
alat
8. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kemih
9. Tingkatkan intake
nutrisi
10. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu untuk
proteksi dari
infeksi
11. Monitor tanda
gejala infeksi
sistemik dan lokal
12. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
13. Batasi pengunjung
14. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
15. Inspeksi kulit dan
memberan mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
16. Inspeksi kondisi
luka / insisi bedah
17. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
18. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
4 Retensi urin 1. kemih kosong secara 1. Monitor intake dan
penuh output
2. Tidak ada residu urin 2. Monitr
>100-200 cc penggunaan obat
3. Bebas dari ISK antikolionergik
4. Tidak ada spasme 3. Monitor derajat
bladder distensi bladde
5. Balanace cairan 4. Instruksikan pada
seimbang pasien dan
keluargauntuk
mencatat urine
5. Sediakan privacy
dan eliminasi
6. Stimulasi refleks
bladder dengan
kompres dingin
pada abdomen
7. Kateriasi jika perlu
8. Monitor tanda
gejala ISK ( panas
, hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine )
5 Ansietas b.d 1. Klienmampu 1. Gunakan
perasaan taku mengidentifikasi dan pendekatan yang
terhadap tindakan mengungkapkan gejala menenangkan
pemebedahan cemas 2. Nyatakan dengan
2. Mengidentifikasi, jelas terhadap
mengungkapkan dan prilaku pasien
menunjukan teknik 3. Jelaskan semua
untukmengontrol cemas prosedur dan apa
3. Vital sign dalam batas yang dirasakan
normal selama prosedur
4. Postur tubuh, ekspresi 4. Pahami perspektif
wajah, bahasa tubuh dan pasien terhadap
tingkat aktivitas situasi stress
menunjukan berkurannya 5. Temani pasien
kecemasan untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
6. Dengarkan dengan
penuh perhatian
7. Identifikasi tingkat
kecemasan
8. Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
9. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,ketakutan
, persepsi
10. Instruksikan pasien
menggunakan
teknik relaksasi

6 Resiko pendarahan 1. Tidak ada hematuria dan Bleeding precautions


b.d trauma efek hematesis 1. Monitor ketat
samping 2. Kehilangan drah yang tanda-tanda
pembedahan terlihat pendarahan
3. Tekanan darah dalam 2. Catat nilan hb dan
batas normal ht sebelum dan
4. Tidak ada distensi sesudah
abdominal pendarahan
5. Hemoglobin dan 3. Monitor nilai lab
hematokrit dalam batas (koagulasi) yang
normal meliputi PT, PTT,
6. Plasma PT,PTT dalam trombosit
batas normal 4. Monitor TTV
5. Pertahankan
bedrest selama
pendarahan aktif
6. Kolaborasi dalam
pemberian
prooduk darah
7. Lindungi pasien
dri trauma yang
dapat
menyebabkan
pendarahan
8. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake makan yang
banyak
mengandung
vitamin k
9. Hindari terjadinya
konstipasi dengan
mempertahankan
intake cairan tang
adekuat dan
pelembut feses
Bleeding reduction
1. Identifikasi apa
yang menjadi
penyebab
pendarahan
2. Monitor status
cairan yang
meliputi intake dan
output
3. Monitor penentu
pengiriman
oksigen ke
jaringan (paO2,
saO2 dan evel hb
dan cardiac output)
4. Pertahankan
patensi IV Line
Bleding reduction :
wound/luka
1. Lakukan manual
pressure pada area
pendarahan
2. Lakukan pressure
dressing (perban
yang menekan )
pada area luka
3. Tinggikan
ekstremitas yang
perdarahan
4. Monitor ukuran
dan karakteristik
hematoma
5. Monitor nadi distal
dari area yang luka
atau pendarahan
6. Intruksikan pasien
untuk menekan
area luka pada saat
bersin atau batuk
7. Instruksikan pasien
untuk membatasi
aktivitas

E. Rencana keperawatan
( dari buku arif muttaqin)

Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d retensi urine, obstruksi uretra sekunder dari
pembesaran prostat

Tujuan : dalam waktu 7x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi klien.

Kriteria evaluasi :

- Frekuensi miksi dalam batas 5-8 x/24 jam


- Persiapan pembedahan berjalan lancar
- Respon pasca bedah, meliputi: kateter tetap kondisi baik, tidak ada sumbatan darah
melalui kateter, dan tidak terjadi retensi pada saat irigasi.

Intervensi rasional
Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine Mengetahui pengaruh iritasi kandung kemih
tiap 6 jam. dengan frekuensi miksi.
Menghindari minum banyak dalam waktu Mencegah oven distensi kandung kemih akibat
singkat, menghindari alkohol dan diuretik. tonus otot destrusor menurun.
Intervensi pasca bedah: Retensi dapat terjadi karena edema area bedah,
- Kaji urine dan sistem kateter/drainase, bekuan darah dan spasme kandung kemih.
khusunya selama irigasi kandung Kateter biasanya dilepas 2-5 hari stelaha
kemih bedah,tetapi berkemih dapat berlanjut menjadi
- Perhatikan waktu, jumlah berkemihdan masalah untuk beberapa waktu karena edema
ukuran aliran setelah kateter dilepas uretra dan kehilangan tonus.
- Doorng pemasukan cairan 3000 ml Mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi
sesuai toleransi. ginjal untuk aliran urine.
Kolaborasi Untuk megurangi resistensi otot polos
- Pemberian obat penghambat adrenergik prostat.tindakan endourologi adalah tindsakan
a. invasif minimal untuk reseksi prostat. Lebih
- Tindakan trans uretral reseksi postat aman apabila pada klien yang mengalaami
risiko tinggi pembedahan tidak perlu insisi
pembedahan.

Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d retensi urine, obstruktif uretra sekunder dari
pembesaran prostat, repons pasca bedah

Tujuan : dalam waktu 7x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi klien.

Kriteria evaluasi :

- Frekuensi miksi dalam batas 5-8 x/24 jam


- Persiapan prapembedahan berjalan lancar

Intervensi Rasional
Kaji pola berkemih dan catat produksi urine Mengetahui pengaruh iritasi kandung kemih
tiap 1 jam. Khusunya selama irigasi kandung dengan frekuensi miksi. Pda pasca bedah,
kemih retensi dapat terjadi karena edema area bedah,
bekuan darah, dan spasme kandung kemih.
Menghindari minum banyak dalam waktu Mencegah over distensi kandung kemih akibat
singkat, menghindari alkohol dn diureutik. tonusotot destrusor menurun
Kolaborasi: Untuk megurangi resistensi otot polos
- Pemberian obat penghambat adrenergik prostat.tindakan endourologi adalah tindsakan
a. invasif minimal untuk reseksi prostat. Lebih
- Tindakan trans uretral reseksi prostat. aman apabila pada klien yang mengalaami
risiko tinggi pembedahan tidak perlu insisi
pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
 Muttaqin, Arif dan kumala sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : salemba medika
 Kusuma, hardi dan amin hudan nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction
 Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016 . Standar diagnosis keperawatan indonesia. jakarta :
Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BPH

(benigna hyperplasia prostat)

Oleh :

Yesi Alma Rahayu E.0105.17.039

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2019

Anda mungkin juga menyukai