Anda di halaman 1dari 16

Nama : 1.

Obim Rio Romadhoni


2. Nurhady Saleh
3. Mustika Ratih

Materi tentang
1. Siklus Pengelolaann Keuangan Negara
2. Siklus Anggaran
3. Siklus Akuntansi
Sumber
1. Buku Akuntansi Pemerintah, Buku 1 Penerbit Salemba Empat
2. https://andichairilfurqan.wordpress.com/2012/05/25/siklus-pengelolaan-keuangan-
negara/

SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


(PERENCANAAN & PENGANGGARAN)
Pengelolaan keuangan negara mengikuti ketentuan dalam paket undang-undang di
bidang Keuangan Negara. Siklus pengelolaan keuangan negara tidak terlepas dengan fungsi-
fungsi manajemen yang dikenal selama ini. Dalam suatu organisasi, pada dasarnya
manajemen dapat diartikan suatu proses yang melibatkan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling). Begitupula dalam pengelolaan
keuangan negara, fungsi manajemen tersebut diwujudkan dalam siklus pengelolaan keuangan
negara yang terdiri dari: perencanaan, penganggaran, pelaksanaan anggaran/perbendaharaan,
akuntansi, pemeriksaan dan pertanggungjawaban.
A. Perencanaan dan Penganggaran
a. Perencanaan

Untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan


bersasaran maka diperlukan Perencanaan Pembangunan Nasional serta keseragaman
peraturan yang berlaku guna tercapainya tujuan bernegara dan menghindarkan dari
ketimpangan antar wilayah. Ketentuan mengenai sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, yang mencakup penyelenggaraan perencanaan makro atau perencanaan yang
berada pada tataran kebijakan nasional atas semua fungsi pemerintahan dan meliputi
semua bidang kehidupan secara terpadu dalam Wilayah Negara Republik Indonesia
diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat, yang mana antara
lain bertujuan untuk: mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Daerah, antar ruang, antar
waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; Menjamin keterkaitan
dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan Menjamin tercapainya penggunaan
sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam UU No. 25 Tahun 2004 didefenisikan bahwa
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Setidaknya terdapat dua arahan yang tercakup dalam sistem perencanaan pembangunan
nasional, yaitu:
1. Arahan dan bimbingan bagi seluruh elemen bangsa untuk mencapai tujuan bernegara
seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Arahan ini dituangkan dalam
rencana pembangunan nasional sebagai penjabaran langkah-langkah untuk mencapai
masyarakat yang terlindungi, sejahtera, cerdas dan berkeadilan dan dituangkan
dalam bidang-bidang kehidupan bangsa: politik, sosial, ekonomi, budaya, serta
pertahanan dan keamanan.
2. Arahan bagi pemerintah dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional baik melalui intervensi langsung maupun melalui pengaturan
masyarakat/pasar, yang mana mencakup landasan hukum di bidang perencanaan
pembangunan baik pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Selain dua arahan yang tercakup dalam sistem perencanaan pembangunan nasional
diatas, pada pasal 8 UU No. 25 Tahun 2004 juga dijelaskan empat tahapan perencanaan
pembangunan, yaitu terdiri dari:
1. Penyusunan rencana
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap dari
suatu rencana yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu:
 Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh,
dan terukur.
 Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan
berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
 Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan
pembangunan.
 penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan rencana

Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk
melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini, rencana pembangunan jangka panjang
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah, sedangkan
rencana pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah dan rencana pembangunan
tahunan Nasional/ Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.

3. Pengendalian pelaksanaan rencana

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin


tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui
kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh
pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah. Selanjutnya Menteri
Negara Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Kepala
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) menghimpun dan
menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing
pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai
dengan tugas dan kewenangannya.

4. Evaluasi pelaksanaan rencana

Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan


yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan inforrnasi untuk
menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan
berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana
pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran
(output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak (impact).
Dalam rangka perencanaan pembangunan, pemerintah, baik Pusat maupun daerah,
berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau
terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek
pembangunan, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk
menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka
waktu sebuah rencana.

Keempat tahapan tersebut harus diselenggarakan secara sistematis, terarah, terpadu,


menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan, sehingga dapat membentuk suatu siklus
perencanaan pembangunan nasional yang utuh.

Perencanaan Pembangunan baik tingkat Nasional maupun tingkat daerah menghasilkan


Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM), Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja
(Renja).

Berdasarkan UU No. 25 tahun 2004, ruang lingkup perencanaan pembangunan Nasional


dan Daerah tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

RPJP Nasional merupakan penjabaran tujuan Nasional kedalam Visi, misi dan Arah
pembangunan Nasional. Sedangkan RPJP Daerah mengacu pada RPJP Nasional dan
memuat tentang visi, misi dan arah dalam pembangunan Daerah.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden.
Penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan
Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.

Sedangkan RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala
Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan
RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan
Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan
Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana
kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

3. Rencana Strategis (Renstra)

Renstra Kementerian/Lembaga pada tingkat nasional memuat visi, misi, tujuan,


strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan
fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional
dan bersifat indikatif. Sedangkan Renstra-Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada
tingkat daerah memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.

4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan,


rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga,
lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan RKP Daerah merupakan
penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka
ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya,
baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat.

5. Rencana Kerja (Renja)

Renja Kementerian/Lembaga pada tingkat nasional disusun dengan berpedoman pada


Renstra Kementerian/Lembaga dan mengacu pada prioritas pembangunan Nasional dan
pagu indikatif, serta memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang
dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat. Sedangkan Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada
Renstra SKPD dan mengacu kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Perencanaan pembangunan Nasional dan Daerah diatas harus dilakukan secara terpadu,
dengan memperhitungkan kebutuhan rakyat dan memanfaatkan ketersediaan sumber
daya, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan dunia global,
yang semata-mata ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

b. Penganggaran

Penganggaran merupakan suatu proses yang tidak terpisahkan dalam perencanaan.


Penganggaran dalam sistem pengelolaan keuangan negara tergambarkan pada penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD). Adapun fungsi anggaran, baik APBN maupun APBD yaitu sebagai
berikut:

1. Fungsi otorisasi,

Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi dasar untuk melaksanakan


pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi perencanaan,

Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi pedoman bagi manajemen


dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi pengawasan,

Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara telah sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.

4. Fungsi alokasi,

Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah harus diarahkan untuk mengurangi


pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perekonomian.

5. Fungsi distribusi,

Mengandung arti bahwa kebijakan anggaran pemerintah harus memperhatikan rasa


keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi stabilitasasi,

Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Anggaran adalah alat akuntabilitas, pengendalian manajemen dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut,
telah dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses
penyusunan dan penetapan anggaran. Selain itu, dalam rangka reformasi bidang keuangan
negara, penyempurnaan penganggaran juga dilakukan melalui pendekatan berikut ini:

1. Pengintegrasian Antara Rencana Kerja dan Anggaran

Dalam penyusunan anggaran dewasa ini digunakan pendekatan budget is a plan, a plan
is budget. Oleh karena itu, antara rencana kerja dan anggaran merupakan satu kesatuan,
disusun secara terintegrasi. Untuk melaksanakan konsep ini Pemerintah harus memiliki
rencana kerja dengan indikator kinerja yang terukur sebagai prasyaratnya.

2. Penyatuan Anggaran

Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran adalah mempunyai satu dokumen


anggaran, artinya Menteri/Ketua Lembaga /Kepala SKPD bertanggung jawab secara
formil dan materiil atas penggunaan anggaran di masing-masing instansinya. Tidak ada
lagi pemisahan antara anggaran rutin dan pembangunan. Dengan pendekatan ini
diharapkan tidak terjadi duplikasi anggaran, sehingga anggaran dapat dimanfaatkan
secara lebih efisien dan efektif.

3. Penganggaran Berbasis Kinerja

Konsep yang digunakan dalam anggaran ini adalah alokasi anggaran sesuai dengan
hasil yang akan dicapai, terutama berfokus pada output atau keluaran dari kegiatan
yang dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk keperluan ini diperlukan adanya
program/kegiatan yang jelas, yang akan dilaksanakan pada suatu tahun anggaran.
Dalam penerapan anggaran berbasis kinerja ini diperlukan adanya: indikator kinerja,
khususnya output (keluaran) dan outcome (hasil), standar pelayanan minimal yang
harus dipenuhi oleh pemerintah, standar analisa biaya, dan biaya standar keluaran yang
dihasilkan.

4. Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah

Pemerintah dituntut untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan fungsi


pemerintahan. Oleh karena itu, Pemerintah wajib menyusun Rencana Kerja Jangka
Panjang, Rencana Kerja Jangka Menengah/Rencana Strategis, dan Rencana Kerja
Tahunan. Dalam rangka menjaga kesinambungan program/ kegiatannya, pemerintah
dituntut menyusun anggaran dengan perspektif waktu jangka menengah. Selain
menyajikan anggaran yang dibutuhkan selama tahun berjalan, pemerintah juga dituntut
memperhitungkan implikasi biaya yang akan menjadi beban pada APBN/APBD tahun
anggaran berikutnya sehubungan dengan adanya program/kegiatan tersebut.

5. Klasifikasi anggaran

Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi keuangan, Pemerintah menggunakan


klasifikasi anggaran yang dikembangkan mengacu pada Government Finance Statistic
(GFS) sebagaimana yang sudah diterapkan di berbagai negara. Klasifikasi anggaran
dimaksud terdiri dari klasifikasi menurut fungsi, menurut organisasi, dan menurut jenis
belanja.

Penyempurnaan tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan yang erat antara perencanaan


dengan penganggaran, sekaligus memperlihatkan hubungan antara Undang-undang Keuangan
Negara dengan Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Tahap perencanaan pada pemerintah pusat dikoordinir oleh Bappenas sedangkan pada
pemerintah daerah dikoordinir oleh satuan kerja perencanaan daerah. Tahap penganggaran
dipimpin oleh Kementerian Keuangan pada Pemerintah Pusat, sedangkan pada pemerintah
daerah dikelola oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Setiap tahun, penyusunan
APBN/APBD dimulai dari penyusunan RKP dengan menyiapkan rancangan kebijakan
umum, program indikatif, dan pagu indikatif.

Rancangan RKP/RKPD ini selanjutnya disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas dalam


pembicaraan pendahuluan. Setelah disepakati bersama dengan DPR/DPRD, maka kebijakan
umum anggaran, program prioritas dan plafon anggaran sementara, akan menjadi dasar bagi
Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA).
RKA ini selanjutnya digunakan untuk menyusun Rancangan APBN/RAPB yang wajib
disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas dan diperbaiki sebelum disetujui untuk ditetapkan
menjadi APBN/APBD.
DPR/DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan
dan pengeluaran dalam Rancangan APBN/APBD. Proses pengesahan Rancangan APBN
dilakukan setelah ada persetujuan oleh DPR, sedangkan pada pengesahan Rancangan APBD
ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi atas RAPBD yang telah disetujui oleh DPRD
dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan Mendagri untuk RAPBD
provinsi.
Proses evaluasi tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan umum, menyelaraskan
dan menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau
peraturan daerah lainnya.
B. Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan
Pelaksanaan APBN pada pemerintah pusat dimulai dengan diterbitkannya Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka DIPA
harus segera diterbitkan untuk dibagikan pada satuan-satuan kerja sebagai pengguna
anggaran di kementrian/lembaga. Sementara pada pemerintah daerah, setelah terbit
peraturan daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun dokumen pelaksaan anggaran
(DPA). Pada pemerintah daerah masih diperlukan surat penyediaan dana (SPD), yaitu
suatu dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan. Setelah
DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan kerja wajib melaksanakan kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja terdapat 2 sistem yang terkait dengan
pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem pembayaran.
a. Sistem penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara/
Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja yang
melakukah pemungutan (asas bruto). Oleh karena itu, penerimaan wajib disetor ke
Rekening Kas Umum selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam rangka
mempercepat penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib menyetorkan
penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
b. Sistem pembayaran.
Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna
Anggaran/Barang dan Bendahara Umum Daerah. Terdapat dua cara pembayaran,
yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh BUD kepada yang berhak
menerima pembayaran atau lebih dikenal dengan sistem LS (pembayaran
langsung). Pembayaran dengan sistem LS dilakukan untuk belanja dengan nilai
yang cukup besar atau di atas jumlah tertentu. Cara lainnya adalah dengan
menggunakan Uang Persediaan (UP) melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran
dengan UP dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu
untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari.

C. Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi sangat diperlukan dalam pelaksanaan negara,
tujuannya adalah:
a. Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang terkait,
sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab di antara mereka.
b. Terselenggarannya pengendalian laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban entitas pelaporan dalam pengelolaan laporan keuangan.
Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua bagian entitas akuntansi, yaitu pengguna
anggaran dan bendahara umum.
D. Pemeriksaan
Lembaga yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan
pertanggungjawaban tersebut adalah Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).
Pemeriksaan keuangan oleh BPK akan Menghasilkan pernyataan pendapat (opini) tentang
tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Ada empat macam
opini yang diberikan pemeriksa, yaitu:
a. Wajar tanpa pengecualian
b. Wajar dengan pengecualian
c. Tidak wajar
d. Menolak memberikan opini
E. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan. Laporan
keuangan yang telah disampaikan adalah laporan keuangan yang sudah diperiksa oleh
BPK. Laporan keuangan disampaikan selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Selain laporan keuangan juga dilampirkan ikhtisar laporan keuangan perusahaan
daerah dan satuan kerja lainnya yang pengelolaannya diatur secara khusus, seperti Badan
Layanan Umum (BLU)

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH NEGARA

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh suatu
entitas dalam priode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Pada umumnya siklus
anggaran terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Penyusun/Persiapan Anggaran
2. Ratifikasi Anggaran
3. Pelaksanaan Anggran
4. Pelaporan Evaluasi

Gambar 4.1 proses dan siklus anggaran pemerintah daerah


1. PENYUSUN ANGGARAN 2. PENETAPAN ANGGARAN
Dilakukan oleh eksekutif Anggaran ditetapkan olah
(dinas/instansi) dengan DPRD. Prosesnya dilakukan
mempertimbangkan aspirasi melalui serangkaian pembahasan
masyarakat yang dirumuskan dengan pihak eksekutif
melalui proses musrenbang

4. AUDITING ANGGARAN 3. PELAKSANAAN ANGGARAN


Eksekutif merupakan penggunan
Auditing Dilakukan Oleh Beberapa anggaran yang ditetapkan. Kepala
Pihak Antara Lain AdalahBawasda, daerah bertanggungjawab terhadap
BPKP,DanBPK penggunaanggaran

Siklus dan peroses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang lainnya,
namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama atas makna dan tujuannya. Menurut
buku panduan tentang“ Analisis dan Advokasi anggaran pemerintah daerah diiindonesia”
yang diterbitkan oleh The Asia Fondationdari Bank Penbangunan Asia (Asian Deveploment
Bank –ADB), Proses dapat dibagi ke dalam 4 (empat) tahapan, yaitu :

1. Penyusun anggaran
Tahapan penyusun anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat media forum
pertemuan komunitas musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang). Proses
penyusun kegiatan oleh satuan kerja perangkat daerah (dinas/instansi) sampai dengan
persiapan draf usulan APBD yang diserahkan oleh kepala daerah (pihak eksekutif) untuk
dibahas dan setujui bersama. Dalam proses penyusun anggaran yang memerlukan waktu
beberapa bulan. Tim Anggaran Eksekutif yang beranggotakan unsur-unsur secretariat
Daerah, BAPPEDA Dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Mempunyai fungsi
dan peranan yang sangat penting. Walaupun masyarakat dimintai pendapat dalam proses
penentuan program, namun pada akhirnya proses penyusunan program dilakukan secara
tertutup di masing-masing SatuanKerjaPerangkat Daerah (SKPD)
2. Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif menyerahkan
usulan anggaran kepada pihak eksekutif. Pada umumnya prose ini ditandai dengan pidato
dari kepala daerah (bupati/walikota) dihadapan anggota DPRD akan melakukan
pembahasan selama beberapa waktu terjadi diskusi antara pihak Panitia Anggaran
Legislatifdan Tim Anggaran Eksekutif. Pada kesempatan ini pihak legislative
berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar kebijakan eksekutif dalam membahas
usulan anggaran tersebut
3. Pelaksanaan Anggran
Pelaksanaan anggaran adalah tahapan yang dimulaisejak APBD disahkan melalui
peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun baru dimulai. Tahapan
pelaksanaan berlansung selama 1 (satu) tahun terhitung mulai awal tahun anggaran baru,
yakni pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi
tanggungjawab pihak eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
jumlahnya sesuai dengan struktur organisasi pemerintah daerah yang bersangkutan.
4. Tahapan Auditing (Pemekriksaan)
Tahap auditing mencakup antara lain penelaahan atas pelaksanaan anggaran untuk waktu
satu tahun anggaran yang bersangkutan. Tahapan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan
internal yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) dan BPKP, serta
pemeriksaan eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Apabila dijabarkan secara rinci, setiap tahapan mempunyai siklus waktu yang berbeda
tahap 1 dan 2 (Penyusu Anggaran dan Penetapan Anggran) Memelukan waktu 12 bulan.
Tahap 3 (Pelaksanaan Anggaran) berlansung 12 bulan, dan tahap 4 (Auditing Anggaran)
memerlukan waktu 6 bulan. Dengan demikian proses anggaran di Indonesia memerlukan
waktu 30 bulan (dua setengah tahun). Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, SKB Nomor
0259/M. PPN Thun 2005 , dan PP Nomor 58 Tahun 2005 diberikan alokasi penjadwalan
waktu untuk tahap 1 dan 2 (Penyusunan Dan Penetapan Anggaran) yang mempunyai
sikluswaktu 12 bulan. Meskipunpada kenyataanya setiap pemerintahan kabupaten/kota
mempunyai variasiter sendiri dalam pengaturan waktunya. Table 4.2 menyajikan contoh
jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah.

Table 4.2 Jadwal Penyusunan Dan Penetapan Anggaran Pemerintah Daerah.

Waktu Kegiatan

Januari  Tahun aggaran dimulai


 BAPPEDA merumuskan 1 dokumen yang disebut kerangka
ekonomi daerah
Yaitu proyeksi dari penerimaan dan pengeluaran yang didasarkan
pada anggaran tahun sebelumnya. Kerangka ini memuat daftar
aktivitas daerah yang mengacup ada Rencana Pengeluaran Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) danrencanaStrategis (Renstra) SKPD.
Semua kegiatan yang terkait dengan pelayanan public akan
didiskusikan dalam suatu pertemuan yang disebut forum
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), yang mana
Musrenbang pertama untuk tingkat desa sebaiknya dimulai pada
bulan Januari.

Februari  MusrenbangtingkatkecamatandiselenggarakanbulanJanuari.
 Selanjutnya, dilakukan forum Musyawarahtingkat SKPD.
Maret  Musrenbangtingkatkabupaten/kota.
April -Mei  Semua aktivitas/program kerja yang bersal dari masing-masing
SKPD dikoordinasikan dan dicantumkan dalam bentuk dokumen
yang disebut rencana Kerja Pemerintah Daerah(RKPD).
Juni-Agustus  Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), yaitu kebijakan
tentang APBD yang disusun berdasarkan RKPD.
 Penyusunan Prioritas Dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) bagi
setiap satuan kerja.
 Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RK/SKPD)
 Setiap unit kerja mempersiapkan estimasi anggaran yang terkait
dengan RK-SKPD dan menyampaikan kepada pemerintah daerah.
September  Kompilasi anggaran yang diajukan oleh setiap SKPD.
Oktober  FinalisasiAnggaran yang Dipersiapkan Oleh Panitia Anggaran
Eksekutif Dikoordinasikan Oleh Sekretaris Daerah.
 Penyiapan rancangan Perda APBD untuk disetujui DPRD.
 Pembahasan Oleh Unsur Legislatif Dan Eksekutif.
November  Pembahasan dan pengesahan anggaran oleh DPRD
Desember  Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang ditetapkan Oleh
Bupati/ Walikota.

SIKLUS AKUTANSI

Dari sudut pengguna akuntansi merupakan suatu fungsi yang menyediakan informasi yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efesien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
organisasi. Sementara dari proses kegiatannya, akutansi merupakan proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, penganalisisan, dan penafsiran data keuangan suatu unit
ekonomi tertentu dengan cara tertentu. Dengan demikian, akutansi harus mencakup
identifikasi data yang releven, proses atau analisis data, dan keputusan yang semuanya
tertuang dalam laporan keuangan.

Prosedur pencatatan transaksi sampai menjadi laporan keuangan disebut proses


akutansi atau siklus akutansi. Siklus akutansi dimulai dan dianalisis transaksi keuangan dan
diakhiri dengan analisis laporan keuangan. Hasil akhir yang paling penting dari siklus
akutansi adalah laporan keuangan Gambar 4.2 menunujukan tahapan-tahapan dalam siklus
akutansi. Siklus akutansi dimulai dengan adanya transaksi yang harus didukung bukti-bukti
yang mana setiap transaksi harus dibuktikan dengan dokumen-dokumen sumber. Atas dasar
dokumen/bukti tersebut, setiap transaksi dianalisis dan dicatat secara kronologis (berdasarkan
urutan waktu) dalam jurnal yang telah dianalisis, diklasifikasikan, dan dicatat dalam jurnal
kemudian dipindahkan ke akun dalam buku besar dan buku besar pembantu. Proses
pemindahan ini disebut pembukuan (postig)

Selanjutnya, neraca saldo disusun atas dasar saldo dari setiap akun buku besar.
Penyesuaian diperlukan untuk membuat akun-akun dalam buku besar mencerminkan kondisi
yang sebenarnya pada akhir priode akutansi. Setelah menjurnal memposting penyesuaian
yang diperlukan kemudian dibuat neraca saldo setelah penyesuaian. Dengan dasar
penyesuaian tersebut maka dapat disusun laporan keuangan. Dalam akutansi pemerintahan,
laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca , Laporan
ArusKas (LAK), Laporan Kinerja Keuangan, dan catatan atas laporan keuangan. Setelah
keempat laporan keuangan pokok tersebut ,dapat juga disusun laporan keuangan tambahan ,
seperti Laporan Operasional Dan laporan Ekuitas Dana.
Pada akhir priode akutansi, akun-akun harus ditutup dengan membuat ayat-ayat
menutup dalam jurnal penutup untuk kemudian diposting kebuku besar. Setelah semua ayat
jurnal penyesuaian dipindahkan ke akun buku besar dana kun nominal sudah ditutup, maka
hitung saldo dari setiap akun buku besar untuk menyusun neraca saldo setelah penutupan.
Selanjutnya, setelah itu dibuat ayat-ayat pembalik dalam jurnal pembalik agar neraca awal
dapat disusun.

PERBEDAAN ANTARA SIKLUS ANGGARAN DAN SIKLUS


AKUTANSI

Terdapat perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akutansi penekanan siklus anggaran
adalah ketaatan terhadap aturan dan pencampaian target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Semetara itu penekanan siklus akutansi adalah pencatatan realisasi transaksi tanpa terlewat
satu transaksi pun. Anggaran ditetapkan dimasa lalu sehingga dipastikan dalam siklus
akutansi akan terdapat transaksi yang tidak dianggarkan sebelumnya. Hal ini wajar karena
anggaran merupakan prediksi untuk masa yang akan datang. Jarang terjadi prediksi yang
pasti tepat serratus persen, oleh karenanya pasti akan terdapat perbedaan antara pencatatan
anggaran dan akutansi. Pencatatan akutansi yang tidak dianggarkan sebelumnya disebut
dengan transaksi non anggaran. Transaksi non-anggaran dipastikan akan terjadi dalam siklus
akutansi. Titik singgung antara siklus anggaran dengan siklus akutansi adalah terletak pada
tahap pelaksanaan anggaran. Perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akutansi ditunjukan
didalam table 4.3

4.3 Perbedaan Antara Siklus Anggaran Dan Siklus Akutansi

Perbedaan Siklus Anggaran Siklus Akutansi

Fungsi Alat perencanaan, pengendalian, Mencatat, mengklasifikasi,


kebijakanfiskal, politik, menggolongkan, menganalisis
koordinasi, dan komunikasi, mengikhtisarkan, melaporkan dan
penilaian, kinerja, pemotivasi, menginterprestasikan transaksi.
menciptakan ruang publik.

Tujuan Kepatuhan Pencatatan transaksi


pencatatan Membandingkan antara anggaran
dan realisasi
System Tata buku tunggal (single entry) Tata buku berpasangan (double entry)
pembukuan

Output Laporan perbandingan antara Neraca, laporan kinerja keuangan,


laporan anggaran dan realisasi anggaran laporan perubahan ekuitas dana

Informasi Informasi terbatas (penerimaan Informasi yang lebih luas


yang dan pengeluaran kas)
dihasilkan

Rentang Lebih dari 1 priode fiskal Satu priode fiskal (satu tahun)
waktu

Transaksi Hanya transaksi yang dianggarkan Mencatat semua transaksi, baik yang
yang dicatat dianggarkan maupun yang tidak
dianggarkan.

Anda mungkin juga menyukai