Anda di halaman 1dari 20

Prosedur Pengajuan Izin Pendirian Klinik Umum Utama

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik
Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara
(Studi di Klinik Utama Glory Hotrona Medistra, Kab.Tobasa)

Nama : ATNIEL SIBARANI


Nim : 090200390
Departemen/PK : HUKUMADMINISTRASI NEGARA
Alamat Email : atniel09@yahoo.com
Nama pembimbing : 1. SURIA NINGSIH, SH.M.HUM
2. DR. PENDASTAREN TARIGAN, SH,MS

FAKULTAS HUKUM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
ABSTRAK

Prosedur Pengajuan Izin Pendirian Klinik Umum Utama


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik Ditinjau Dari
Hukum Administrasi Negara (Studi di Klinik Utama Glory
Hotrona Medistra, Kab.Tobasa)
Oleh:
*Atniel Sibarani

**Dr.Pendastaren Tarigan, SH.MS

***Suria Ningsih, SH.M.Hum

Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan yang menyedikan pelayanan medis dasar
dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan
dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.Yang dimaksud dengan tenaga medis
adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis.Tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan. Prosedur pendirian klinik diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik dan sekaligus
petunjuk bagi pendiri klinik umum utama dalam melaksanakan prosedur
pengajuan pendirian klinik umum utama.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Prosedur pendirian klinik umum utama, Apakah Aktifitas atau kegiatan yang ada
dalam klinik umum utama, Apakah kewajiban pihak klinik umum utama dalam
dalam memberikan pelayanan masyarakat, Apakah Saksi hukum atas pelanggaran
yang dilakukan oleh petugas klinik umum utama dalam melayani masyarakat.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung
dengan Bapak dr.Gopas Simanjuntak, Sp.PD selaku penanggung jawab Klinik
Utama Glory Hotrona Medistra, Kab.Tobasa. Data sekunder berupa peraturan
perundang-undangan buku-buku, jurnal, dan situs website serta data tentang
pendirian klinik utama.
Pada akhir tulisan ini ditemukan suatu kesimpulan yang merupakan bagian
dari jawaban permasalahan yang diangkat secara ringkas dan diberikan pula
sedikit saran kepada pihak-pihak yang terkait guna kemajuan serta masukan
kepada para pihak untuk dapat digunakan sebaik-baiknya.

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU

**Dosen / Kepala Departemen HAN Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing I

***Dosen / Staf Pengajar Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing II


ABSTRAC
THE PROCEDURE OF PERMIT APPLICATION FOR THE
ESTABLISHMENT OF MAIN PUBLIC CLINIC ACCORDING TO THE
REGULATION OF HEALTH MINISTER OF REPUBLIC OF INDONESIA
NUMBER 28/ MENKES / PER / 2011 ABOUT CLINIC IN THE
PERSPECTIVE
OF STATE ADMINISTRATION LAW ( Study at Main Clinic of Glory
Hotrona
Medistra, Regency of Tobasa)

By:
* Atniel Sibarani
**Dr. Pendastaren Tarigan, SH. MS
*** Suria Ningsih, SH.M.Hum

Clinic is health service facility that provide the individual with health
service either public medical service and/or specialis that held by more than one
health staff and lead by a medician. The medician is docter, specialist, dentist, or
specialist dentist. The health staff is anyone who dedicate himself in health
service and has knowledge and/or skill through health education/training. The
procedure of establishment of clinic is determined in the Regulation of health
minister of Republic of Indonesia Number 028/Menkes/per/I/2011 concerning to
clinic and as guidance in the establishment of main public clinic in procedure of
application of permit for the establishment of main public clinic.
The problem in this research is what the procedure of establishment of
main public clinic, What the activities of the main public clinic, what the liability
of the main public clinic in provide the health service, what the legal sanction on
the violence of the staff of main public clinic in service the society. The method
applied in this research is the using of primary and secondary data. The primary
data is a result of direct interview with Mr. Dr. Gopas Simanjuntak, Sp. PD as
person in charge on main clinic of Glory Hotrona Medistra, Regency of Tobasa.
And secondary data is regulations books, journal and website and data on the
establishment of the main clinic.
In the and of this writhing there is a conclusion as a respon of problem that
presented shortly and there are any suggestion for parties who involved in the
development of clinic and for any hone who can use it optimally.

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU


**Dosen / Kepala Departemen HAN Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing I
***Dosen / staf Pengajar Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing II
A. Latar belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiab makluk hidub yang

hidup di dunia ini dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik

bagi kesehatan fisik. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat berpengaruh pada

kehidupan sosial ekonominya, maupun kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan

negara, baik di negara yang sudah maju maupun di negara yang sedang

berkembang.

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan

sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Penjelasan Umum atas Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada

huruf (b) bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan

berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka

pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan

daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. 1

Adapun tujuan dan dasar pembangunan kesehatan di dalam Sistem

Kesehatan Nasional dijabarkan sebagai berikut; Semua warga negara berhak

memperoleh derajat kesehatan yang optimal, agar dapat bekerja dan hidup layak

sesuai dengan martabat manusia, Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab

dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat, Penyelenggaraan

upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi seimbang

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada


huruf (b)
oleh pemerintah dan masyarakat serta dilaksanakan terutama melalui upaya

peningkatan dan pencegahan yang dilakukan secara terpadu dengan upaya

penyembuhan dan pemulihan yang diperlukan, Setiap bentuk upaya kesehatan

harus berasaskan prikemanusiaan yang berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa

dengan mengutamakan kepentingan nasional, rakyat banyak dan bukan semata-

mata kepentingan golongan atau perorangan, Sikap, suasana kekeluargaan,

kegotong-royongan serta semua potensi yang ada diarahkan dan dimanfaatkan

sejauh mungkin untuk pembangunan kesehatan, Sesuai dengan asas adil dan

merata, hasil yang dicapai dalam pembangunan kesehatan harus dapat dinikmati

secara merata oleh penduduk, Semua warga negara sama kedudukannya dalam

hukum dan wajib menjunjung tinggi dan menaati segala ketentuan peraturan

perundang-undangan dalam bidang kesehatan, Pembangunan kesehatan nasional

harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri,

serta bersendikan kepribadian bangsa. 2

Dalam Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan :

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,

pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

2 Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan, Jakarta, 1982, Hal 6,7.


“Sarana kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) dapat

diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat”.3

Dari ketentuan Pasal 1 ayat (2) tersebut dapat dilihat, bahwa kesempatan

untuk mendirikan sarana-sarana kesehatan untuk memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat tidak hanya dimonopoli oleh pihak pemerintah,

tetapi juga diberikan kepada setiap anggota masyarakat atau swasta, sehingga

akhir-akhir ini nampak peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya

pelayanan kesehatan swasta secara merata, terjangkau, dan dapat diterima oleh

masyarakat sesuai dengan sistem kesehatan nasional, semakin meningkat dan

berkembang dengan didirikannya klinik-klinik swasta.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka permasalahan

yang timbul adalah:

1. Bagaimana Prosedur pendirian klinik umum utama?

2. Apakah Aktifitas atau kegiatan yang ada dalam klinik umum utama?

3. Apakah kewajiban pihak klinik umum utama dalam dalam memberikan

pelayanan masyarakat?

4. Apakah Saksi hukum atas pelanggaran yang dilakukan oleh petugas klinik

umum utama dalam melayani masyarakat?

C. Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, data-data yang penulis kumpulkan diperoleh

dari cara melakukan penelitian kepustakaan ( Library Research ). Artinya melalui

3
Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medika, Jakarta, 1997, Hal 94.
penelitian ini penulis mengumpulkan data-data sekunder dengan cara membaca,

mempelajari dan menguraikan pasal-pasal dalam Perundang-undangan,

Pandangan dan Pendapat para ahli di bidang hukum perizinan khususnya yang

menyangkut mengenai Usaha klinik umum utama. Di samping itu, penulis juga

mengumpulkan data-data primer melalui wawancara dengan pihak klinik umum

utama Glory Hotrona Medistra dan juga menganalisa hal yang berhubungan

dengan perizinan dalam usaha klinik umum utama melalui data kepustakaan dan

bahan-bahan sekunder lainnya.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Prosedur Pendirian Klinik Umum Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang

Klinik

Tahapan Cara Membuat Klinik Umum Utama adalah

Pilih lokasi dan bangunan, Cek dokumen tanah dan bangunan loasi ke

DTK/GS/KRK – kawasan apa, ijin lengkap, dan lain-lain, Cek kompetisi dan

peluang pasar, Penuhi syarat iin pelengkap (KRK,IMB,HO), Penuhi syarat ijin

SDM (SIP, SIK ), Renovasi-Perlengkapan ijin klinik, Pengajuan ijin klinik-BPPT

PEMKOT SMG, Survei lapangan oleh tim perijinan, Ijin keluar Operasional.

Syarat-syarat Pengajuan Izin Klinik umum utama adalah

SuratPermohonan, FC Aktenotaris (bila Pemohon Badan hukum) dan FC

KTP (bilaperorangan), FC Ijin Gangguan (HO ), FC status bangunan dan

tanah,Gambar denah situasi/ denah lokasi Gambar denah tindakan (termasuk

ruang tindakan), Daftar ketenagaan, Surat penunjukan dan kesanggupan (semua


Tenaga), Daftar peralatan Medis dan non medis, Daftar tarif, Surat Pernyataan

tunduk peraturan yang berlaku bermaterai Rp.6.000,-, Rekomendasi Puskesmas

setempat, Surat pernyataan mampu membina peran serta masyarakat setempat

dalam pembangunan kesehatan di lingkungannya, FC Kerjasama pengelolaan

limbah medis, Surat Pernyataan IPAL, Data Dokter penanggung jawab,

DaftarRiwayat hidup dokter penanggung jawab, FC ijasah STR, SIP semua

dokter, Surat Ijin atasan langsung jika penanggung jawab PNS, Data tenaga

paramedic dan tenaga lainnya, FC ijasah SIK,SIA, FC ijin lama

(bilaperpanjangan), Foto 4X6 sebanyak2 lembar. Surat Pernyataan Kesanggupan

mentaati peraturan/ ketentuan yang telah ditetapkan dan ditandatangani di atas


4
materai cukup, Dokumen lain yang disyaratkan sesuai ketentuan yang berlaku.

Skema dalam proses pendirian klinik umum utama

Dalam pendirian klinik umum utama pertama-tama


pihak klinik umum utama harus ke dinas kesehatan
yang ada didaerah itu sendiri untuk meminta surat
rekomendasi

Dinas kesehatan mengeluarkan surat rekomendasi


apabilah pihak klinik telah melengkapi atau
memenuhi persyaratan klinik yang ada dalam
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR
028/MENKES /PER/I/2011 TENTANG KLINIK

4
http://www.dr.amrizal.com/belajar-buat-klinik-yuk/2013/04/25
Setelah mendapatkan surat rekomendasi dari dinas
kesehatan pihak klinik melengkapi persyaratan
persyaratan yang lain ataupun lampiran lampiran
yang perlu di lengkapi

Adapun lampiran-lampiran yang harus di lengkapi


pihak klinik adalah surat rekomendasi dari dinas
kesehatan setempat, salinan/fotokopi pendirian
badan usaha kecuali untuk kepemilikan
perorangan, identitas lengkap pemohon, surat
keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah
daerah setempat, bukti hak kepemilikan atau
penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan
untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi
atau surat kontrak minimal selama 5 (lima) tahun
bagi yang menyewa bangunan untuk
penyelenggaraan kegiatan, dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL), profil klinik yang
akan didirikan meliputi struktur organisasi
kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan
prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang
diberikan dan persyaratan administrasi lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Setelah melengkapi persyaratan diatas ataupun
lampiran-lampiran diatas pihak klinik langsung
mengajukan permohonan izin pendirian klinik
umum utama kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota

Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam waktu 3


(tiga) bulan sejak permohonan diterima harus
menetapkan menerima atau menolak permohonan
izin

Setelah pemerintah daerah/kota memeriksa berkas


pada klinik umum utama dan apabila sesuai dengan
ketentuan ketentuan yang berlaku maka pemerintah
daera/kota Memberikan izin kepada pihak klinik
selama 5 (lima) tahun

SURAT IZIN 5

5
Wawancara dengan dr.Gopas simanjuntak,sp.PD penanggung jawab klinik Glory Hotrona
Medistra Kab. Tobasa, Laguboti 16 Mei 2013
B. Aktifitas Kegiatan Yang Ada Dalam Klinik Umum Utama

Klinik Utama Glory Hotrona Medistra Laguboti Kab. Tobasa

merupakan salah satu Klinik Praktek Bersama Dokter Spesialis dan Klinik

Praktek Dokter Umum di wilayah pemukiman di Laguboti Kab. Tobasa

memiliki layanan meliputi Klinik Praktek Dokter Umum, Klinik Praktek Dokter

Spesialis, UGD (Unit Gawat Darurat) 24 Jam, Laboratorium 24 Jam, Apotik 24

Jam. Dengan lokasi Klinik Utama Glory Hotrona Medistra yang sangat

strategis di wilayah pemukiman dan sangat dekat ke wilayah perkantoran di

Laguboti seperti kantor Camat dan Polsek Laguboti. Klinik Utama Glory

Hotrona Medistra siap memberikan layanan yang cukup lengkap dan

professional dalam satu atap – One Stop Service. Team SDM di Klinik Utama

Glory Hotrona Medistra didukung oleh Dokter Kandungan, Dokter Anak,

Dokter Penyakit Dalam, Dokter Patologi Klinik, Dokter Umum, Perawat, Bidan,

Apoteker, Laboratorium, serta Informasi dan Teknologi Kesehatan yang

menunjukan bahwa setiap petugas di Klinik Utama Glory Hotrona Medistra

telah memiliki pengalaman senior di dunia kesehatan.

Pelayanan Medis yang dapat diberikan oleh Klinik Utama Glory Hotrona

Medistra Laguboti Kab. Tobasa diantaranya adalah: IGD 24 Jam, Dokter Umum,

Spesialis Kandungan, Spesialis Anak, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis

Patologi Klinis, Apotik 24 Jam, Ambulance 24 Jam, USG, EKG, Laboratorium

Klinis 24 Jam, Radiologi

Untuk mendukung operasional Klinik Utama Glory Hotrona Medistra

Laguboti Kab. Tobasa , fasilitas yang dimiliki diantaranya :


Ruang Rawat Inap: Dua Orang per Kamar, Kamar Mandi Dalam, AC (Air

Conditioner), Bed Khusus, Television. Ruang VIP: Satu Orang per Kamar, Kamar

Mandi Dalam, AC (Air Conditioner), Bed Khusus, Extra Bed, Meja Rias,

Television, Telepon. Ruang Poliklinik dan Periksa: Duah Buah Tempat Tidur

untuk bersalin, Alat Vacuum Ekstraktor sebagai alat bantu pertolongan persalinan

dengan eksraksi vakum, CTG (Cardio Tophography) untuk mendeteksi Detak

Jantung Bayi, Tabung Oksigen, AC (Air Conditioner), USG. Ruang Rawat Bayi,

Boks Bayi dengan Kelambu, Inkubator yang bergua utnuk menghangatkan bayi

baru lahir, AC (Air Conditioner), Meja Untuk Perlengkapan bayi, Blue Light

untuk Bayi Kuning. Ultrasonografi: Ruang Poliklinik Spesialis. Instalasi Gawat

Darurat. Ruang Laboratorium: Kafetaria, CCTV, Wifi/Internet Gratis, Ruang

Tunggu dengan Fasilitas TV, Lift

C. Kewajiban Pihak Klinik Umum Utama Dalam Memberikan Pelayanan

Masyarakat Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik

Dalam memberikan pelayanan, klinik berkewajiban, memberikan pelayanan

yang aman, bermutu dengan mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai

dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional,

memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau mendahulukan

kepentingan finansial, memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan

dilakukan, menyelenggarakan rekam medis, melaksanakan sistem rujukan,

menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan, menghormati hak-hak pasien, melaksanakan

kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan, memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional,

melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional.

penyelenggara klinik wajib, memasang papan nama klinik, membuat daftar

tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik beserta nomor Surat

Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) bagi tenaga medi dan surat izin

sebagai tanda registrasi atau Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik

Apoteker (SIPA) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi tenaga keesehatan lain,

melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan melaporkan

kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan program

pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Sanksi Hukum Atas Pelanggaran Yang Di Lakukan Oleh Petugas Klinik

Umum Utama Dalam Melayani Masayarakat

Sanksi dokter

Pasal 179 KUHAP tercantu sebagai berikut: Setiap orang yang diminta

pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainya wajib

memberikan keterangan ahli demi keadilan, Semua ketentuan tersebut di atas

untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keteranagn ahli, dengan

ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan


keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarny menurut pengetahuan dalam

bidang keahlianya. 6

Sanksi Bagi bidan adalah

pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga

berupa denda. Penyimpangan yang dilakukan oleh bidan misalnya : Bidan

melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan

karena termasuk tindakan criminal, Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang

mengalami persalinan premature, bidan ingin melakukan persalinan ini sendiri. Ini

jelas tidak boleh dilakukan, dan harus dirujuk. Karena ini sudah bukan

kewenangan bidan lagi, selain itu jika dilakukan oleh bidan itu sendiri,persalinan

akan membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.

Malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan oleh banyak

faktor, misalnya kelalaian, kurangnya pengetahuan, faktor ekonomi, rutinitas,dan

juga perubahan hubungan antara bidan dengan pasien. Untuk dapat mencegah

terjadinya malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat dilakukan dengan

beberapa cara, misalnya dengan tidak memberikan jaminan atau garansi akan

keberhasilan usahanya, dalam melakukan tindakan harus ada informed consent,

mencatat semua tindakan kedalam rekam medik, dan lain-lain. Apabila menurut

penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena

kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya

sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan

6
M.Jusuf Hanafiah & Amri Amir, 1999, Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Penerbit
buku kedokteran EGC, Jakarta, Hlm.85.
hukum kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di

pengadilan. 7

Sanksi bagi perawat adalah

Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 dikenakan

sanksi administrasi berupa pencabutan sementara SIPP paling lama 1 (satu) tahun,

Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin Profesi dikenakan sanksi. sebagai

berikut: Pemberian Peringatan Tertulis, Kewajiban mengikuti Pendidikan atau

Pelatihan pada Institusi Pendidikan Keperawatan, Rekomendasi Pencabutan STRP

dan SIPP, Pelanggaran disiplin ilmu keperawatan sebagai mana dimaksud ayat

(2)diteliti dan ditetapkan oleh konsil melalui sidang disiplin, Pencabutan SIPP

sebagaimana dimaksud ayat (2) c dapat berupa: Pelanggaran ringan dikenakan

sanksi pencabutan sementara SIPP paling lama 6 (enam) bulan RUU Kep_Revisi

13 Januari 2011, Pelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara

SIPP paling lama 1 (satu) tahun, Pelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan

sementara SIPP paling lama 3 (tiga) tahun (5) Sanksi Administratif terhadap

pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud ayat (4) dilakukan oleh pemerintah

Kab/Kota atau Pejabat yang berwenang setelah dilakukan penelitian dan usul dari

Konsil.

Pertanggung jawaban pihak klinik terhadap obat obatan atau apoteker

Apoteker yang melakukan kesalahan dalam pelayanan kefarmasian, baik

dalam proses peracikan obat maupun dalam pemberian obat terhadap pasien,

7
http://candradewi30405.blogspot.com/2013/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html/2013/05/15
maka akan menimbulkan kerugian bagi pasien, yang mana konsekuensinya

menimbulkan pertanggungjawaban apoteker. Pertanggungjawaban tersebut

biasanya dalam bentuk tanggungjawab perdata yang berupa tuntutan ganti rugi

dari pasien sebagai pihak yang dirugikan. Salah satu jalan yang mungkin

ditempuh adalah dengan menggunakan kualifikasi perbuatan melawan hukum

(Onrechtmatigedaad). Salah satu alternative penyelesaian sengketa di luar

Pengadilan, yaitu melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

dalam rangka terciptanya proses penyelesaian sengketa yang mudah, murah, dan

cepat. Akan tetapi, terhadap sengketa antara apoteker dan pasien, dimana apoteker

melakukan suatu pelanggaran dalam pekerjaan kefarmasian, maka memungkinkan

penyelesaian sengketanya diselesaikan melalui Majelis Etika yang terkait dengan

Kode Etik Apoteker oleh Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). 8

A. Kesimpulan

Untuk mendirikan klinik Utama pertama kita harus ke Dinas Kesehatan

kabupaten/kota untuk mendapatkan surat rekomendasi dan surat rekomendasi di

keluarkan setelah pihak klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik. Setelah itu

pihak klinik melampirkan: surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat,

salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan,

identitas lengkap pemohon, surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah

daerah setempat, bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin

penggunaan bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau

8
http://repository.fhunla.ac.id/?q=node/205/2013/06/25
surat kontrak minimal selama 5 (lima) tahun bagi yang menyewa bangunan untuk

penyelenggaraan kegiatan, dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), profil klinik yang akan didirikan meliputi

struktur organisasi kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan

peralatan serta pelayanan yang diberikan dan persyaratan administrasi lain sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setelah melengkapi lampiran

tersebut pihak klinik mengajukan ke pemeritah daerah kabupaten/kota dan

Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak permohonan

diterima harus menetapkan menerima atau menolak.

Aktifitas ataupun kegiatan dalam klinik utama adalah Klinik Utama Glory

Hotrona Medistra Laguboti Kab. Tobasa merupakan salah satu Klinik

Praktek Bersama Dokter Spesialis dan Klinik Praktek Dokter Umum di

wilayah pemukiman di Laguboti Kab. Tobasa memiliki layanan meliputi Klinik

Praktek Dokter Umum, Klinik Praktek Dokter Spesialis, UGD (Unit Gawat

Darurat) 24 Jam, Laboratorium 24 Jam, Apotik 24 Jam. Klinik Utama Glory

Hotrona Medistra siap memberikan layanan yang cukup lengkap dan

professional dalam satu atap

Kewajiban pihak klinik utama dalam melayani masyarakat adalah

Memberikan pelayanan yang aman, bermutu dengan mengutamakan kepentingan

terbaik pasien sesuai dengan standar profesi,standar pelayanan dan standar

prosedur operasional, Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai

dengan kemampuan pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau

mendahulukan kepentingan finansial, Memperoleh persetujuan atas tindakan yang


akan dilakukan (informed consent), Menyelenggarakan rekam medis,

Melaksanakan sistem rujukan, Menolak keinginan pasien yang bertentangan

dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan,

Meghormati hak-hak pasien, Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, Memiliki peraturan

internal dan standar prosedur operasional, Melaksanakan program pemerintah di

bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional.

Adapun Sanksi hukum atas pelanggaran yang dilakukan petugas klinik

adalah petugas yang melakukan kesalahan atau melanggar hukum dapat di tindak

secara pidana ataupun pencabutan surat izin praktek bagi petugas klinik utama

B. Saran

1. Diharapkan dalam pendirian klinik umum utama pihak pemerintah

daerah/kota harus memperhatikan perlengkapan dalam klinik umum utama

apakah masi layak pake dan apakah perlengkapannya lengkap sesuai

dengan peraturan yang ada

2. Diharapkan dalam peningkatan kinerja petugas klinik, perlu diadakan

peningkatan Sumber Daya Manusia untuk memenuhi dan bertanggung

jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam melayani pengobatan

masyarakat.

3. Diharapkan dalam hal pembinaan pengamanan terutama dalam pelayanan

kesehatan tidak dapat diabaikan begitu saja, sebaliknya diharapakan

mempunyai tingkat profesionalisme yang tinggi.


4. Diharapkan dalam upaya menanggulangi penyakit yang ada dalam

masyarakat, petugas klinik adalah sebagai petugas yang sangat diperlukan

guna mendukung suksesnya pelaksanaan medis yang terjadi dalam klinik.

Sehingga, menjadi motivasi dalam menjamin pelaksanaan pengobatan

dengan baik dan tepat sasaran.


DAFTAR PUSTAKA

A.Buku-buku

Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medika, Jakarta, 1997.

M.Jusuf Hanafiah & Amri Amir, 1999, Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan,
Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, Hlm.85.

Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan, Jakarta, 1982.

Wawancara dengan dr.Gopas simanjuntak,sp.PD penanggung jawab klinik Glory


Hotrona Medistra Kab. Tobasa, Laguboti 16 Mei 2013

B.Peraturan perundang undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


pada huruf (b)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik

C. Internet
http://www.dr.amrizal.com/belajar-buat-klinik-yuk/2013/04/25

http://candradewi30405.blogspot.com/2013/03/normal-0-false-false-false-in-x-none
x.html/2013/05/15

http://repository.fhunla.ac.id/?q=node/205/2013/06/25

Anda mungkin juga menyukai