Anda di halaman 1dari 26

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanah mengandung material yang terdiri dari fase gas, cair dan padatan
dan pada awal pembentukan tanah khususnya tanah mineral, terjadi proses-proses
perubahan material dalam tanah (Musa, 2011). Akibatnya terjadi keragaman sifat
tanah secara alami dari faktor dan proses pembentukannya mulai dari bahan induk
berkembang menjadi tanah pada berbagai kondisi alam (Adiwiganda, 1998). Dan
secara umum sifat-sifat tanah dapat dibedakan atas sifat fisik, sifat kimia dan sifat
biologi dan diantara ketiganya saling berkaitan satu sama lain.
Sifat kimia tanah merupakan sifat tanah yang mempelajari proses-proses
kimia yang terjadi di dalam tanah.Kimia tanah sangat erat kaitannya dengan kimia
koloid (permukaan koloid), geokimia, kesuburan tanah, dan mineralogi tanah dan
biokimia atau mikrobiologi tanah. Pada kesuburan tanah berkaitan erat dengan
tanah sebagai media pertumbuhan tanaman, mineralogi tanah mempelajari kimia
struktural padat, pada mikrobiologi tanah mempelajari yang berkaitan dengan
biokimia tanah(Musa, dkk, 2006).
Secara umum, pada setiap jenis tanah memiliki sifat dan karakteristik yang
berbeda satu sama lain bila ditinjau dari sifat fisik, sifat kimia, maupun sifat
biologi tanah. Khususnya pada lahan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Desa
Bandar Kuala, Kecamatan Bandar Kuala, Kabupaten Deli Serdang dengan jenis
tanah Inceptisol, memiliki karakteristik tanah yang perlu untuk diidentifikasi
dengan melakukan tes uji tanah baik secara langsung di Lapangan melalui
pembukaan profil tanah maupun dianalisis di Laboratorium.
Untuk uji tanah dengan analisis kimia dilaboratorium dilakukan untuk
menduga ketersediaan hara dalam tanah.Sehingga dapat diketahui proses-proses
yang terjadi di dalam tanah guna mengetahui keadaan hara yang dapat diberikan
tanah bagi tanaman.Dalam arti yang luas, uji tanah menyangkut aspek-
aspekinterpretasi, evaluasi dan penyusunan rekomendasi pupuk dari hasil ujitanah
serta pengambilan contoh tanah (Melsted and Peck, 1972 dalam Setyorini, dkk.,
2003).
2

Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu
vulkan, batu apung, silinder, lava dan sebagainya, dan atau bahan volkanik lastik
yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral “short range order” (alofan,
imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Dalam keadaan lingkungan
tertentu, pelapukan alumino silikat primer dalam bahan induk non-vulkanik dapat
menghasilkan mineral “short range order”, sebagian tanah seperti ini yang
termasuk dalam Andisol (Hardjowigeno, 1993).
Dari penjabaran di atas maka untuk mengetahui sifat kimia tanah andisol
sei semayang dilakukan percobaan untuk mengetahui penggenangan Tanah,
penetapan pH, penetapan daya hantar listrik tanah, penetapan Mineral Amorf dan
bahan anorganik amorf pada fraksi liat, ZPC, penetapan retensi fosfat dari tanah
tersebut.
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui sifat-sifat kimia tanah Andisol Sei Semayang dengan
penggenangan Tanah, penetapan pH, penetapan daya hantar listrik tanah,
penetapan Mineral Amorf dan bahan anorganik amorf pada fraksi liat, ZPC,
penetapan retensi fosfat dari tanah tersebut
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kriteria penilaian di Laboratorium
Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Univeritas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Andisol
Indonesia merupakan salah satu daerah vulkanis paling aktif di dunia, yang
mempunyai sekitar 129 gunung api yang tersebar di berbagai pulau (Sudradjat,
1992). Aktivitas gunug api menghasilkan bahan piroklastik yang merupakan
sumber bahan induk tanah vulkanis, yang dalam Sistem Taksonomi Tanah
diklasifikasikan sebagai Andisol (Soil Survey Staff, 1990). Luas Andisol di
Indonesia mencapai 6,5 juta ha atau sekitar 3,4% dari luas daratan dan merupakan
areal pertanian yang penting, terutama untuk tanaman hortikultura dan
perkebunan (Wada, 1989).
Tanah Andisol atau yang dulu dikenal sebagai tanah Andosol adalah tanah
yang berwarna hitam kelam, sangat porous, mengandung bahan organik dan
lempung tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silika, alumina atau hidroksida-
besi. Ciri morfologi tanah ini adalah horizon A1 yang tebal berwarna kelam,
coklat sampai hitam, sangat porous, sangat gembur, tidak liat (non-plastic), tidak
lekat, struktur remah atau granuler, terasa berminyak (smeary) karena
mengandung bahan organik antara 8% – 30% dengan pH 4,5 – 6, beralih tegas ke
horizon B2 berwarna kuning sampai coklat tekstur sedang, struktur gumpal,
mengandung bahan organik antara 2% –8% dengan kapasitas pengikat air tinggi,
terasa seperti sabun (soapy) jika diremas, dan/atau beralih tegas langsung ke
horizon C berbentuk batang gibsit dari oksida Al atau Fe degan bahan amorf
terdiri atas plasma porous isotropik. Sifat mineraloginya yaitu fraksi debu dan
pasir halus berupa gelas vulkanik dengan mineral feromagnesium, dan fraksi
lempung sebagian besar alofan berkembang mengandung halloysit juga
(Darwinah. 1999).
Andisol merupakan tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam dengan
epipedon mollik atau umbrik atau ochrik atau kambik, bulk density (kerapatan
lindak) kurang dari 0,85 g/cm 3, banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari
60% terdiri dari abu vulkanik vitrik, cindes atau bahan pyroklastik lain
(Hasibuan, 2000).
Penamaan tanah Andisol memiliki sejarah yang panjang. Pada tahun 1947,
Ando soil merupakan nama dari bahasa Jepang dari kata Anshokudo yang berarti
4

gelap (An), warna (Shoku) dan tanah (Do). Banyak nama yang diberikan kepada
tanah ini. Diantaranya Trumao Soils (Amerika Selatan), Andosol, Tanah Debu
Hitam, Tanah Pegunungan (Indonesia), Kuroboku, Black Volcanic Soils,
Kurotsuchi, Andosols, Humic Allophane Soils, atau brown Forest Soils (jepang),
Brown Loam Soils (New Zaland), Talpetate Soils (Nikaragua), Andept atau
Hydrol Humic Latosols (USA) (Mukhlis dkk, 2011).
Tanah Andisol banyak tersebar di dataran rendah hingga dataran tinggi
dengan berbagai jenis vegetasi. Andisol tersebar di wilayah dataran tinggi sekitar
700 m dpl atau lebih. Umumnya digunakan untuk pertanian pangan lahan kering
seperti jagung, kacang-kacangan, ubi kayu, umbi-umbian. Untuk tanaman
hortikultura sayuran dataran tinggi seperti kentang, wortel, kubis dan kacang-
kacangan sedangkan untuk budidaya bunga-bungaan serta tanaman perkebunan
seperti kopi dan teh (Tan, 1995).
Sifat Kimia Tanah
pH Tanah
Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ionhidrogen (H+) di dalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+di dalam tanah, maka semakinmasamlah tanah
tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-
,
yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+.untuk tanah-tanah
di Indonesiaumumnya tanahnya bereaksi masam dengan pH 4,0 – 5,5 sehingga
tanah denganpH 6,0– 6,5 sering telah dikatakan netral meskipun sebenarnya
masih agak masam(Hardjowigeno, 1993).
Nilai pH tanah sebetulnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang
komplit sekali. Namun yang menonjol antara lain adalah :
a. Kejenuhan basa adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation
yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah.
b. Sifat miselyang berbeda-beda dalam mendisosiasikan ion H+ terjerat
menyebabkan pH tanah berbeda pada koloid yang berbeda, walaupun
kejenuhan basanya sama.
c. Macam koloid terjerap, pengalaman menunjukkan bahwa koloid yang
mengandung natrium dalam (Na) lebih tinggi mempumyai nilai pH lebih tinggi
pula pada kejenuhan basa yang sama.
5

(Hakim, dkk, 1986).


Tanah Andisol mempunyai unsur hara yang cukup tinggi, sehingga tanah
jenis ini baik untuk ditanami. Kebanyakan tanah Andisol memiliki pH antara 5-7,
dan memiliki kandungan C-organik berkisar antara 2-5%. Tanah Inceptisol
(inceptum atau permulaan) dapat disebut tanah muda karena pembetukannya agak
cepat sebagai hasil pelapukan bahan induk, kandungan bahan organiknya berkisar
antara 3-9% tapi biasanya sekitar 5% (Ilyas dkk, 2000).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran pH tanah adalah 1) tekanan
parsial CO2, dimana semakin besar CO2 maka pH tanah semakin rendah, 2)
konsentrasi garam dalam suspense, 3) perbandingan tanah-pelarut yang biasanya
digunakan adalah pasta jenuh ; 1:1 ; 1:2.5 ; 1:5 ; 1:10, dan 4) jenis garam pelarut .
yaitu penggunaan NaF, CaCl2, dan KCl (Mukhlis, 2011).
Penggenangan Tanah
Penggenangan menyebabkan perubahan-perubahan kimia tanah, yang
ditentukan oleh potensial reduksioksidasi (redoks). Pada pH 7 dengan nilai
potensial redoks 450 - 550 mV mulai terjadi reduksi nitrat (denitrifikasi), antara
350 - 450 mV mulai terbentuk Mn2+ pada 300 mV tidak ada O2 bebas, pada 250
Mv tidak ada nitrat, pada 150 mV mulai terbentuk Fe2+, pada - 50 mV mulai
terjadi reduksi sulfat membentuk H2S (Marschner, 1986). Perubahan-perubahan
penting kimia tanah menyangkut tingkat ketersediaan beberapa unsur hara bagi
tanaman (Arsana,2003).
Penggenangan juga berdampak pada beberapa sifat kimia tanahnya.
Dengan penggenangan akan terjadi penurunan nilai eh, peningkatan dan
penurunan ph, serta lebih tersedianya beberapa unsur dalam tanah, seperti P dan
Ca. Peneurunan eh mungkin disebabkan oleh penurunan aktivitas pada fase
oksidasi dan peningkatan aktivitas pada fase reduksi, dan penurunan eh ini akan
mempengaruhi konsentrasi oksigen dalam tanah, ph dan ketersediaan P
(Indriatmoko, 2005).
Penggenangan akan meningkatkan pH pada tanah masam dan menurunkan
pH pada tanah alkalin, Pada awal penggenangan pH akan menurun drastis selama
beberapa hari pertama, kemudian mencapai titik minimum dan dalam beberapa
hari kemudian pH meningkat secara asimtot hingga mencapai nilai pH yang stabil
6

yaitu 6.7-7.2. Pada nilai pH ini akan terjadi perubahan keseimbangan ion-ion
hidroksida, karbonat, sulfida dan silikat. Keseimbangan itu akan mengatur
pengendapan dan pelarutan padatan, erapan dan jerapan ion, dan konsentrasi ion-
ion seperti Al, Fe, gas H2S, CO2, serta asam-asam organik yang tidak terdisosiasi
(Ponnamperuma, 1985).
ZPC (Zero Point of Charge)
Pada mineral yang bermuatan variable, muatan permukaan akan terbentuk
ion-ion yang terabsopsi pada permukaannya sehingga muatan ditentukan dengan
kelebihan ion yang terabsopsi tersebut. Sifat yang sangat penting bagi tanah yang
bermuatan variable adalah Zero Point of Chart. Nilai ZPC dapat didefinisikan
sebagai nilai pH saat mana koloid bermuatan nol atau artinya sama dengan iso
electric point (Mukhlis, 2007).
Tanah yang memiliki sifat andik ini memiliki muatan yang berbeda.
Terkadang bermuatan positif atau kondisi pH asam dan bermuatan negatif pada
pH yang lebih tinggi. Kondisi ini disebut dengan kondisi tanah yang bermuatan
variabel. Kondisi pH yang demikian merupakan kondisi dimana titik antara
muatan positif dan negatif permukaan koloid bernilai nol sehingga dikatakan titik
tersebut adalah titik muatan pada kondisi nol atau zero point of charge (ZPC).
Nilai ZPC yang bergantung dengan pH ini dikatakan bermuatan negatif jika pH
tanah > ZPC dan bermuatan positif jika pH < ZPC. Tanah Andisol diharapkan
bermuatan positif atau nol. Namun, muatan positif berpengaruh terhadap sifat
kimia tanah. Pada saat pH rendah, tanah memiliki kapasitas yang rendah untuk
mengikat kation dan mungkin dianggap tidak subur kecuali untuk spesies tanaman
yang toleran asam (Mukhlis, 2011, Neall, 2009 dan Tan, 1998).
Nilai ZPC perlu diketahui karena nilai ini dapat dijadikan sebagai patokan
apakah suatu koloid bermuatan negatif atau positif. Bila:
- pH > ZPC, keadaan asam, maka koloid bermuatan negatif
- pH < ZPC, keadaan basa, maka koloid bermuatan positif
- pH = ZPC, koloid bermuatan nol
(Musa dkk, 2006).
7

Daya Hantar Listrik


Daya hantar listrik merupakan parameter yang menunjukkan kandungan
ion dalam air sehingga suatu larutan mudah atau sukar dalam menghantarkan
listrik. DHL bukan merupakan parameter yang relevan untuk mengukur polusi,
akan tetapi dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat
kegaraman dalam air (Indriatmoko dan Myra, 2005).
Tanah menurut salinitas diklasifikasikan atas tiga kelompok berdasarkan
hasil pengukuran daya hantar listrik sebagai berikut :
1. Tanah salin dengan daya hantar listrik > 4,0 mmhos/cm, pH < 8,5 dan
Na-dd < 15% dengan kondisi fisik normal. Kandungan garam larutan dalam
tanah dapat menghambat perkecambahan, penyerapan unsur hara dan
pertumbuhan tanaman.
2. Tanah sodik dengan daya hantar listrik < 4,0 mmhos/cm, pH > 8,5 dan Nadd
> 15% dengan kondisi fisik buruk. Garam yang terlarut dalam tanah relatip
rendah, dan keadaan tanah cenderung terdispersi dan tidak permeable
terhadap air hujan dan air irigasi.
3. Tanah salin sodik dengan daya hantar listrik > 4,0 mmhos/cm, pH < 8,5 dan
Na-dd > 15% dengan kondisi fisik normal. Keadaan tanah umum terdispersi
dengan permeabilitas rendah dan sering tergenang jika diairi
(Nursyamsi, 2005).
Mineral Amorf dan Alofan
Mineral amorf merupakan mineral aluminosilikat yang mempunyai
struktur tidak dimensi dengan atom yang tersusun secara teratur dan relative
cukup panjang.Mineral amorf yang paling banyak ditemukan adalah mineral
alofan, dimana mineral dengan rumus kimia Al2 1.3–2.0(SiO2).2.5-3.0(H2O)
(Mukhlis, dkk., 2011). Kehadiran Alofan memberikan sifat-sifat yang khas pada
tanah Alofan yaitu mempunyai muatan terubahkan yang besar. Mineral ini juga
bersifat amfoter dan dilaporkan dapat meningkat fosfat dalam jumlah banyak.
Nilai KTK berkisar antara 20 dan 50 mEK per 100g (Tan, 1995).
Tanah Andisol adalah salah satu tanah yang paling produktif apabila
dikelola dengan baik. Tanah Andisol cenderung memiliki jumlah humus yang
besar (isinya 7-12% karbon organik di dalam tanah). Lempung amorf dan
8

alofannya memiliki kapasitas tukar kation sangat tinggi (150 cmol/kg, yang lebih
tinggi dari montmorillionit). Sayangnya, tanah ini dapat menyerap dan
mengendapkan fosfor. Jika fosfor ditambahkan dengan pupuk kurang dari 10%,
maka efisiensinya akan berkurang akibat kandungan Al larut dan tanah liat Fe.
Tanah Andisol menyimpan air dalam jumlah yang besar. Tetapi ketika kering,
tanah ini menjadi tidak padat dan berdebu. Karena itu, tanah Andisol rentan
terhadap erosi (Sipayung, 2003).
Ada beberapa metode yang telah digunakan untuk menetapkan bahan
amorf, baik dengan alat yang rumit maupun secara sederhana, misalnya dengan
mikroskop electron, Spektro Infra red, Spektro Sinar X, DTA, dan model
struktur. Namun dalam hal analisis kimia, metode yang sering digunakan adalah
metode segalen dimana metode ini berprinsip bahwa di dalam larutan asam dan
alkali mineral amorf akan mudah larut dibandingkan mineral Kristal, sehingga
bila tanah yang banayak mengandung mineral amorf diekstrak akan meningkat
dan kemudian lambat laun akan tetap (Mukhlis, 2007).
Retensi Fosfat
Beberapa hasil penelitian diketahui permasalahan tanah masam
diantaranya memiliki kandungan besi dan mangan sering berlebihan serta
kelarutan aluminium tinggi sehingga merupakan penghambat pertumbuhan
tanaman. Oleh karena itu masalah tanah masam menjadi perhatian bagi para
peneliti dewasa ini. Aplikasi pupuk fosfat larut seperti superfosfat pada tanah
yang bereaksi masam kurang efisien, karena kebanyakan pupuk yang diberikan itu
menjadi tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini terjadi karena fosfat
yang larut dari pupuk yang diberikan segera menempati komponen retensi fosfat
terutama pada tanah masam. Semakin banyak fosfat dalam larutan maka retensi
semakin rendah, dan konsentrasi fosfat dalam larutan semakin tinggi. Oleh karena
itu, pemberian pupuk fosfat perlu disesuaikan antara dosis pupuk P yang diberikan
dengan kapasitas adsorpsi P maksimum tanah (Isrun, 2009).
Persoalan yang umum dihadapi fosfor dalam tanah adalah sering tidak
tersedia, karena sebagian besar unsur ini berada dalam bentuk terfiksasi.
Demikian juga halnya dengan fosfor yang diberikan melalui pemupukan, dalam
9

waktu yang relatif singkat telah terjadi transfonnasi dalam bentuk yang tidak
tersedia (Ilyas, 2000).
Aplikasi pupuk fosfat larut seperti superfosfat pada tanah yang bereaksi
masam kurang efisien, karena kebanyakan pupuk yang diberikan itu menjadi tidak
larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini terjadi karena fosfat yang larut dari
pupuk yang diberikan segera menempati komponen retensi fosfat terutama pada
tanah masam. Semakin banyak fosfat dalam larutan maka retensi semakin rendah,
dan konsentrasi fosfat dalam larutan semakin tinggi. Oleh karena itu, pemberian
pupuk fosfat perlu disesuaikan antara dosis pupuk P yang diberikan dengan
kapasitas adsorpsi P maksimum tanah (Isrun, 2009).
10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan


Percobaan dilakukan pertama kali dengan mengambil contoh tanah di
Desa Sei Semayang, Kecamatan Binjai, Kabupaten Binjai. Kemudian dilakukan
analisis contoh tanah di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas
permukaan laut, pada bulan September 2014 sampai Januari 2015.
Alat dan Bahan
Contoh tanah andisol sei semayang, aquades, KCl 1N sebagai bahan
pelarut (menentukan pH potensial tanah) Larutkan 74.56 g KCl dengan aquadest
menjadi 1 Liter, CaCl2 0.01 M sebagai bahan pelarut larutkan 14.7 g CaCl2
dengan aquadest menjadi 1 Liter. NaF 1 M sebagai bahan pelarut (ada atau
tidaknya mineral amorf). Larutkan 41.99 g NaF dengan aquadest menjadi 1 Liter
yang digunakan sebagai ekstraksi tanah.
Sedangkan alat yang digunakan pada percobaan ini adalah shaker, tabung
plastik (botol kocok) 4 buah dan pH meter untuk mengukur pH tanah.
Prosedur Percobaan
a. Penetapan pH dengan berbagai ekstraktan
- Ditimbang masing 10 gram tanah dan ditempatkan pada tiap – tiap botol
kocok sebanyak 3 buah dan 1 buah botol berisi 1 gram tanah.
- Ditambahkan ekstraktan pada masing masing botol yaitu
Tabung Perlakuan Berat Ekstraktan
tanah
1 H2O 10 g 25 mL H2O
2 KCl 10 g 25 mL KCl 1N
3 CaCl2 10 g 25 mL CaCl2 0,01 M
4 NaF 1g 50 mL NaF 1 M

- Digoncag pada shaker selama 30 menit


- Diukur pH suspensi tanah dari masing – masing perlakuanmasing – masing
b. Penetapan pH dalam kondisi terbuka dan tertutup
- Ditimbang masing – masing 1tanah
11

- Digoncang 10 gram tanah dan ditempatkan di tabung kocok


- Detambahkan aquadest pada masing – masing pada shaker selama 30 menit
- Diukur pH awal tanah sebelum diberi perlakuan
- Tabung 1 dibiarkan dalam kondisi terbuku sedankan tabung 2 ditutup
- Dibiarkan selama seminggu
- Diukur pH masing – masing perlakuan
Penetapan Zero Point of Charge (ZPC) Tanah
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah contoh tanah andisol sei
semayang, larutan HCl 0,1 N, larutan NaOH 0,1 N, larutan NaCl 2,0 N dan
aquadest sebagai bahan ekstraksi tanah.
Sedangkan alat yang digunakan adalah ayakan shaker, pH meter dan botol
kocok/tabung 50cc.
Prosedur Percobaan
- Ditimbang masing – masing 2 g contoh tanah dan ditempatkan pada tabung
50 cc
- Ditambahkan 0,5 mL, 1,0 mL, dan 1,5 mL larutan HCl 0,1 N pada masing –
masing tabung 1, 2 dan 3 sedangkan tabung yang ke-4 tidak ditambahkan apa
– apa
- Ditambahkan 0,5 mL, 1,0 mL, dan 1,5 mL larutan NaOH 0,1 N pada tabung
ke 5, 6, dan ke 7.
- Ditambahkan aquadest pada masing – masing tabung hingga volume menjadi
20 mL
- Digoncang selama 30 menit dengan shaker setiap hari selama 4 hari berturut
– turut.
- Di ukur pH setelah hari ke – 4, hasilnya disebut sebagai pH1
- Ditambhakan 0,5 mL NaCl 2,0 N pada masing – masing tabung dan
digoncang di shaker selama 3 jam
- Diukur pH dengan pH meter, disebut sebagai pH2
- Ditetapkan ΔpH = pH2 – pH1
- Dibuat grafik antara ΔpH sebagai sumbu Y dan pH1 sebagai sumbu X
- Perpotongan grafik dengan sumbu X disebut sebagai pH0 atau ZPC.
12

Penetapan Daya Hantar Listrik Tanah


Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah contoh tanah andisol sei
semayang sebagai bahan yang akan diukur dan aquadest.
Sedangkan alat yang digunakan adalah elektro conductivity meter, shaker
dan botol kocok.
Prosedur Percobaan
- Ditimbang sampel tanah masing – masing 10 g tanah
- Dilarutkan dengan aquadest dengan perbandingan (1 : 2,5) atau ditambah
25 mL aquadest
- Dishaker selama 30 menit
- Diukur daya hantar listrik tanah dengan elektro-conductivity meter
Tanah Tergenang
Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanah tanah andisol sei
semayang sebanyak 400 g sebagai bahan yang akan diamati, air sebagai bahan
untuk menggenangi tanah, gula sebanyak 30 g sebagai sumber energi
mikroorganisme dekomposer anaerob, dan label sebagai penanda wadah.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu ukur sebagai wadah
tanah sampel tergenang dan pH meter sebagai pengurut tingkat kemasaman tanah.
Prosedur Percobaan
- Ditimbang tanah andisol sei semayang sebanyak 100 g dan dimasukkan
masing-masing ke 4 buah labu ukur.
- Dimasukkan gula ke masing-masing labu ukur dengan takaran 0 – 5 – 10 -
15 g.
- Dimasukkan aquadest sebanyak 100 mL ke dalam labu ukur tersebut.
- Diaduk beberapa saat hingga gula yang ada di dalam labu ukur terlarut.
Diamati warna, pH dan keadaan tanah dan larutannya setiap minggu.
Penetapan Mineral Alofan dan Bahan Anorganik Amorf Pada Fraksi Liat
Bahan dan Alat
13

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah contoh tanah andisol sei
semayang larutan HCl 8 N, larutan NaOH 0,5 N, dan aquadest sebagai bahan yang
akan diberi perlakuan pada masing – masing sampel tanah.
Sedangkan alat yang digunakan adalah ayakan 70 mesh, oven pemanas,
sentrifusi dan water bath.
Prosedur Percobaan
- Ditimbang 2 gram contoh tanah yang telah diayak dengan ayakan 70 mesh
- Dipanaskan pada oven dengan temperatur 1050 C selama 24 jam
- Ditimbang contoh tanah yang telah diovenkan sebanyak 100 mg dan
ditempatkan pada tabung sentrifusi yang telah ditimbang berat awalnya
- Ditambahkan 10 mL HCl 8 N, ditutup dan digoncang selama 30 menit
- Disentrifusi, supernatan hasil sentrifusi dibuang
- Dicuci residu tanah dengan menambahkan aquadest secukupnya, diguncang
dan disentrifusi lagi, supernatannya dibuang lagi
- Ditambahkan 10 mL NaOH 0,5 N
- Dipanaskan dengan air mendidih pada water bath selama 5 menit
- Disetrifusi lagi, supernatan hasil sentrifusi dibuang
- Dicuci residu tanah dengan aquadest, diguncang dan disentrifusi, hasil
supernatan dibuang
- Dikeringkan tabung sentrifusi dan residu tanah dengan oven pada temperatur
1050 C selama 24 jam
- Ditimbang tabung sentrifusi bersama tanah
- Ditentukan berat yang hilang dan dinyatakan dengan persentase terhadap berat
kering tanah
(Berat tabung + 0,5 g) – Berat akhir
% berat hilang = -----------------------------------------------
0,5 g
- Diulangi perlakuan 4 sampai dengan ke 13 sebanyak 4 kali lagi, sehingga akan
diperoleh 5 nilai persentase berat yang hilang
- Dibuat kurva dengan perentase berat yang hilang sebagai sumbu Y dan
percobaan yang dilakukan sebagai sumbu X
14

- Kandungan mineral amorf ditentukan sebagai perpotongan antara sb Y dengan


perpanjangan kurva yang linier
Penetapan Retensi P Tanah
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
- Larutan fosfat retensi 1000 ppm P
Dilarutkan 8,80 g KH2PO4 murni dan 3,2 g Natrium asetat anhidrous dengan
1 L aquadest. Ditambahkan 23 mL asam asetat glasial, lalu dipindahkan ke
dalam labu ukur 2 L. Diencerkan dengan air sampai tanda garis dan diukur
pH sampai 4,6
- Larutan Vanadomolibdat – asam (Reagen Fosfat B)
Dilarutkan 0,8 Amonium Vanadat dengan 500 mLair mendidih. Didinginkan,
kemudian ditambahkan 6mL HNO3 diencerkan menjadi 1L. Dilarutkan 16 g
Amonium Molibdat dalam air murni panas dan diencerkan sampai 1L.
Dilarutkan 100mL HNO3 pekat dengan 1 L air dalam botol 5 L, lalu
dituangkan Amonium – Vanandat dan Amonium molibdat ke dalam larutan
tersebut
- Larutan Deret Standat Retensi P
Diisi 0-10-20-30-40 dan 50 mL larutan fosfat retensi 1000 ppm P ke dalam 6
buah labu ukur 50 mL. Diencerkan dengan air sampai tanda garis. Deret
standart mempunyai kepekatan berturut – turut 0 – 200 – 400 – 600 – 800 –
1000 ppm P, yang setara dengan 100%-80%-60%-40%-20% dan 0% retensi P
atau dengan penambahan 0 mL, 10 mL, 20mL, 30ml, 40 mL dan 50 mL
retensi P.
Sedangkan alat yang digunkan adalah shaker, sentrifusi, tabung sentrifusi,
spectronic dan labu ukur.
Prosedur Percobaan
- Ditimbang contoh tanah kering udara seberat 5 g setara kering oven, dan
ditempatkan pada tabung sentrifusi
- Ditambahkan 25 mL larutan retensi fosfat P 1000 ppm
- Dishaker selama 16 jam atau dapat juga diendapkan selam 1 malam
15

- Disentrifusi pada kecepatan 2000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan


ekstrak jernih (supernatan)
- Dipipet 0,5 mL supernatan dan ditempatkan pada tabung reaksi
- Ditambahka 9,5 mL pereaksi Vanado-molibdat-asam, dan dibiarkan selama
30 menit
- Diukur transmittan pada alat spectronic dengan filter 466 nm
- Dihitung absorben dari hasil pembacaan transmittan
Absorben = - log transmitan/ 100
- Diinterpolasi nilai absorben sampel tanah ke grafik Standart Retensi P
Deret Standart Retensi P
Dipipet masing – masing 0,5 mL larutan standart retensi P 100%-80%-60%-
40%-20% dan 0% retensi P atau dengan penambahan 0 mL, 10 mL, 20mL,
30ml, 40 mL dan 50 mL retensi P ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan masing – masing 9.5 mL pereaksi Vanado-molibdat-asam,
dibiarkan selama 30 menit
- Diukur transmittan pada alat spectronic dengan filter 466 nm
- Dihitung absorben dari hasil pembacaan transmittan
Absorben = - log transmitan/ 100
- Dibuat grafik linier antara absorben (sb Y) dan retensi (sb X) sebagai kurva
standart retensi P
16

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Penetapan pH Tanah

Tabel 1. Penetapan pH tanah andisol sei semayang dengan berbagai ekstraktan

Tabung Perlakuan Berat Tanah Ekstraktan pH


1 KCl 10 g 25 mL KCl 1 N 4.08
2 CaCl2 10 g 20 mL CaCl20.01 M 4.04
3 NaF 1g 50 mL NaF 1 M 11.14

Dari tabel 1. Diketahui bahwa nilai pH tanah dengan berbagai ekstraktan


akan menimbulkan nilai yang berbeda-beda. Nilai pH dengan menggunakan
larutan KCl (4.08) memiliki kriteria Netral, untuk ekstraktan NaF (11.14)
diketahui tanah tersebut memiliki mineral amorf dimana nilai > 9.4.

Tabel 2. Penetapan pH tanah andisol sei semayang dalam keadaan terbuka dan
tertutup

pH pada Minggu
Tabung Perlakuan
I II III IV V VI
1 Terbuka 4.36 4.38 4.45 4.71 5.09 5.73
2 Tertutup 4.67 4.73 4.82 4.88 5.31 5.58

Dari tabel 2. Pada percobaan penetapan pH tanah dengan perlakuan


terbuka dan tertutup untuk tanah inceptisol Bangun Purba diketahui bahwa pada
kedua perlakuan baik terbuka dan tertutup mengalami kenaikan nilai pH setiap
minggunya.Namun rataan nilai pH pada tanah dengan perlakuan tertutup lebih
tinggi dibandingkan dengan tanah yang terbuka.Hal ini menunjukkan bahwa
adanya pengaruh CO2 terhadap penurunan nilai pH tanah.Hal ini sesuai dengan
literatur Mukhlis (2007) yang menyatakan Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengukuran pH tanah salah satunya adalah tekanan parsial CO2, dimana semakin
besar CO2 maka pH tanah semakin rendah.Kriteria tanah dengan perlakuan
terbuka (5.73) dan tertutup (5.58) adalah agak masam.
17

Penggenangan Tanah
Hasil dari percobaan penggenangan tanah Andisol sei semayang disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Pengaruh penggenangan terhadap perubahan pH tanah
Pengamatan Kadar Gula
-(minggu)- 0g 10 g 20 g 30 g
1 6.02 4.19 4,28 4,23
2 6.04 4.14 4,17 4.16
3 6.04 3.94 4,00 3,94
4 6.16 3.91 4,03 3.94
5 6.18 3.94 3,52 3,79
6 6.21 3,94 3,50 3,64
7 6.28 3,87 3,42 3.52

Dari tabel 3 diketahui bahwa nilai pH pada penggenangan tanah Andisol


sei semayang berfluktuasi naik turun. Nilai pH tertinggi terjadi pada minggu ke-7
perlakuan kadar gula 0 g yakni 6,28 dan nilai pH terendah terjadi pada minggu ke-
7 perlakuan kadar gula 20 g yakni 3,42.
Tabel 4. Pengamatan data ph akhir, warna dan organoleptik
Perubahan
Ph Warna Pada
Perlakuan Akhir Warna Organoleptik Minggu
0 6,28 abu-abu Sedikit berbau masam 7
10 3,87 abu-abu berbau masam 5
20 3,42 abu-abu Berbau masam busuk 7
Berbau masam busuk
30 3,52 abu-abu menyengat 7

Dari tabel 4 diketahui bahwa penggenangan tanah berpengaruh terhadap


aroma/bau tanah Andisol sei semayang sehingga tanah dari minggu ke minggu
mengalami perubahan bau yang sampai menyengat.
18

7
6
5
kadar gula 0 g
4
kadar gula 10 g
3
kadar gula 20 g
2
kadar gula 30 g
1
0
0 2 4 6 8

Gambar 1. Kurva penggenangan Tanah

Penetapan Daya Hantar Listrik


Hasil percobaan penetapan DHL tanah Andisol sei semayang disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Penetapan nilai Daya Hantar Listrik
No. Contoh tanah Berat tanah DHL
---(mmhos/cm)---
1 Andisol Sei 10 g 11,5 x 10-2
semayang
Dari tabel 5 diketahui bahwa nilai DHL dari tanah Andisol Sei semayang
adalah sebesar 11,5 x 10-2 mmhos/cm.
Penetapan Mineral Amorf
Tabel 6. Penetapan Minaral Alofan Dan Bahan Anorganik Amorf Metode
Segalen

Percobaan % Berat Hilang


I 20
II 40
III 60
IV 80
V 80

Dari tabel 3 diperoleh data yang menunjukkan % berat hilang dari tanah
mengalami peningkatan dari percobaan I-IV dan pada percobaan V telah
19

mengalami keadaan yang stabil. Hal ini sesuai Mukhlis (2007) dengan metode
segalen dimana metode ini berprinsip bahwa di dalam larutan asam dan alkali
mineral amorf akan mudah larut dibandingkan mineral Kristal, sehingga bila tanah
yang banyak mengandung mineral amorf diekstrak akan meningkat dan kemudian
lambat laun akan tetap.

90
80
70
% Berat Hilang

60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Ulangan

Gambar 2. Kurva Penetapan minaral alofan tanah

Dari gambar 1. Diketahui bahwa mineral amorf yang terkandung di dalam


tanah memiliki persamaan y = 16x + 8 dengan R2 sebesar 0.941.

Penetapan Nilai ZPC


Tabel 7. Penetapan nilai ZPC tanah

Tabung Ekstrak H2O pH1 pH2 ΔpH


1 0.5 mL HCl 19.5 mL 4.48 4.57 -0.16
2 1.0 mL HCl 19.0 mL 3.96 4.11 -0.1
3 1.5 mL HCl 18.5 mL 4.04 4.51 -0.3
4 --- 20.0 mL 5.98 6.29 -0.09
5 0.5 mL NaOH 19.5 mL 7.9 8.06 -0.15
6 1.0 mL NaOH 19.0 mL 7.8 7.90 -0.47
7 1.5 mL NaOH 18.5 mL 9 8.70 -0.31
20

Dari tabel 6 diperoleh data nilai ΔpH pada penatapan nilai ZPC tanah
dihasilkan nilai negatif, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tanah
memiliki muatan permanen yaitu muatan negative.Nilai tertinggi pada perlakuan
0.5 ml HCl (-0.03) dan nilai terendah pada perlakuan 0.5 ml NaOH (-0.34).

ZPC
y = 0.0118x4 - 0.3308x3 + 3.3277x2 - 14.268x + 22.263
0.6
R² = 0.7819
0.4
0.2
Δ pH

0
0 2 4 6 8 10
-0.2
-0.4
pH 1

Gambar 3. Kurva penetapan nilai ZPC tanah

Penetapan Retensi P
Hasil percobaan penetapan Retensi P pada tanah Andisol sei semayang
disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 7. Penetapan retensi P
larutan standar (%) transmittan Absorben
100 80 0.096910013
80 42 0.37675071
60 22 0.657577319
40 9 1.045757491
20 7 1.15490196
0 6 1.22184875
Contoh tanah transmittan Absorben
Tanah Andisol sei semayang 24 0,619788758

Dari tabel 7 diketahui bahwa nilai transmittan tanah Tanah Andisol sei
semayang adalah 24 dan absorbennya adalah 0,619788758.
21

Kurva Retensi P
1.6
1.4
1.2 y = -0.0119x + 1.3552
Absorben

1 R² = 0.9498
0.8
0.6 Retensi P
0.4 Linear (Retensi P)
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120
s

Gambar 4. Kurva Penetapan retensi fosfat.

Pembahasan

Nilai pH tanah dengan ekstraktan H2O lebih tinggi dibandingkan pH tanah


dengan ekstraktan KCl. Hal ini disebabkan oleh karena H2O menghitung
kemasaman aktif atau aktual sedangkan larutan KCl menghitung kemasaman
total, yaitu kemasaman potensial dan kemasaman aktual. Hal ini dikarenakan pada
penggunaan H2O besar H+ yang dihitung hanya yang berada pada larutan tanah,
sedangkan pada penggunaan ekstraktan KCl telah terjadi pertukaran kation yang
terjerap dipermukaan koloid akibat adanya ion K+. Hal ini sesuai dengan literatur
Sutanto (2005) yang menyatakan tipe keasaman potensial/keasaman tertukar
dihasilkan oleh H+ dan Al3+ tertukar yang oleh koloid tanah. Reaksi Al3+ dengan
H2O : Al3+ + 3H2O. AlCOH3 + 3H+. Potensial keasaman diukur dengan
menggunakan larutan tanah elektro pada umumnya KCl/CaCl2.
Dari hasil percobaan penetapan mineral alofan dan bahan anorganik amorf
metode segalen diperoleh pada percobaan I-V terjadi fluktuasi atau peningkatan %
berat hilang. Hal ini dapat dilihat dimana pada pengamatan I didapatkan 10 %
berat yang hilang dan pada pengamatan III sebesar 60 % dan stabil pada
pengamatan IV yang menunjukkan mineral amorf telah habis tercuci akibat
pemberian asam dan alkali kuat. Hal ini sesuai dengan literatur Mukhlis (2007)
yang menyatakan bahwa dengan metode segalen dimana metode ini berprinsip
bahwa di dalam larutan asam dan alkali mineral amorf akan mudah larut
22

dibandingkan mineral Kristal, sehingga bila tanah yang banyak mengandung


mineral amorf diekstrak akan meningkat dan kemudian lambat laun akan tetap.
Percobaan mineral alofan dan B.O, diperoleh nilai tertingi yaitu sebesar 80
% dan yang terendah adalah 10%. Nilai ini mempengaruhi sifat fisik kimia tanah.
Alofan adalah bahan yang susunan kimianya terdiri dari O2-, 8H-, Al3+ dan S14+
kelebihan dari percobaan ini adalah waktunya singkat dan tingkat keakuratannya
tinggi sedangkan kekuranganya adalah bahan organel yang banyak hilang akibat
lenching yang berulang-ulang. Prinsip yang digunakan adalah melarutkan primer
mineral alofan dengan asam kuat (Ha) dan basa kuat (NaOH).
Berdasarkan hasil percobaan ZPC di dapatkan nilai ∆pH selalu bermuatan
negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah bermuatan negatif. Hal ini sesuai
dengan literatur Musa dan Muklis (2006) yang menyatakan bila:
- pH> ZPC, keadaan basa, maka koloid bermuatan negatif.
- pH< ZPC, keadaan asam, maka koloid bermuatan positif.
- pH = ZPC, koloid bermuatan nol.
Kegunaan mengetahui ZPC adalah untuk mengetahui nilai atau pH0tanah
sehingga dapat dipergunakan dalam pemberian pupuk yang efektif pada tanah-
tanah yang bermuatan variable.
Prinsip ZPC adalah dengan mengekstrak tanah dengan menggunakan
asam dan basa kuat maka larutan akan bereaksi dengan koloid tanah sehingga
akan menyebabkan ikatana bermuatan yang diukur dengan membandingkan nilai
pH dengan nilai pH larutan garam netral.
Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa tanah Andisol sei
semayang memiliki nilai daya hantar listrik sebesar 11,5 x 10-2 mmhos/cm. Hal ini
menyatakan bahwa daya hantar listrik tanah Andisol sei semayang tergolong
rendah sehingga tanah ini masih sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini
sesuai dengan literatur Indriatmoko dan Myra (2005) yang menyatakan bahwa
DHL bukan merupakan parameter yang relevan untuk mengukur polusi, akan
tetapi dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat kegaraman
dalam air.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa retensi P
tanah andisol sei semayang adalah sebesar 80 %. Hal ini menunjukkan bahwa
23

tanah tersebut memiliki nilai retensi P yang tinggi. Hal dapat disebabkan karena
tingginya kandungan aluminium, besi dan mangan pada tanah tersebut, sehingga P
yang ada dalam tanah terikat dalam bentuk yang lainnya, sehingga P menjadi
tidak lebih tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Isrun (2009)
yang menyatakan bahwa permasalahan tanah masam diantaranya memiliki
kandungan besi dan amangan sering berlebih serta kelarutan aluminium tinggi
sehingga dapat mengikat P dan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada
tanah yang digenangi dengan air akan terjadi perubahan-perubahan sifat kimia
tanah, antara lain berubahnya reaksi tanah dari oksidasi menjadi reduksi. Pada
perlakuan penggenangan tanah ini juga terjadi perubahan warna menjadi warna
karat serta mengeluarkan bau yang busuk akibat terjadinya proses pelumpuran
yang merupakan aktivitas dari mikroorganisme anearob. Hal ini sesuai dengan
literatur Susanti (2007) yang menyatakan bahwa akibat penggenangan
menyebabkan terjadinya berbagai perubahan kimia dan elektrokimia pada tanah
sawah, perubahan yang terjadi adalah : kehilangan O2, penurunan potensial
redoks, reduksi Fe3+ menjadi Fe2+, peningkatan daya hantar listrik dan
peningkatan pH pada tanah yang bersifat masam serta menurunkan pH pada tanah
yang bersifat alkali.
24

KESIMPULAN

1. Retensi P tanah Andisol sei semayang adalah sebesar 58 % sehingga tergolong


rendah.
2. Tanah Andisol sei semayang memiliki nilai daya hantar listrik sebesar 11,5 x
10-2 mmhos/cm dan tergolong rendah sehingga tanah ini masih sesuai untuk
pertumbuhan tanaman.
3. Nilai ZPC tanah Andisol sei semayang adalah 8,2 dan berarti tanah Andisol sei
semayang bermuatan positif.
4. Kandungan mineral amorf tanah Andisol sei semayang adalah sebesar 80 %
karena tidak bersifat andik.
5. Tanah andisol sei semayang yang digenangi dengan air akan terjadi perubahan-
perubahan sifat kimia tanah, antara lain berubahnya reaksi tanah dari oksidasi
menjadi reduksi. juga terjadi perubahan warna menjadi warna cokelat serta
mengeluarkan bau yang busuk akibat terjadinya proses pelumpuran yang
merupakan aktivitas dari mikroorganisme anearob.
6. Nilai pH tanah Andisol sei semayang dengan ekstraktan H2O lebih tinggi
dibandingkan pH tanah dengan ekstraktan KCl karena H2O menghitung
kemasaman aktif atau aktual sedangkan larutan KCl menghitung kemasaman
total, yaitu kemasaman potensial dan kemasaman aktual.
25

DAFTAR PUSTAKA

Arsana, 2003.Laporan Pengantar Ilmu Tanah. IPB. Bogor.

Darwinah, 1999. Simulasi Pengaruh Pengapuran Dalam Mengurangi Keracunan


Besi pada Tanaman padi (Oryza sativa L.) di Lahan Kering Yang Baru
Disawahkan. Skripsi. IPB. Bogor.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A.


Diha., G. B. Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis Edisi Pertama.


Penerbit Akademik Presindo. Jakarta.

Hardjowigeno, H. S., dan M. L. Rayes. 1993. Tanah Sawah – Karateristik,


Kondisi, dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia.IKAPI
Jatim. Malang.

Hasibuan, B.E. 2000. Tanggap Histosol, Oksisol dan Inceptisol Terhadap Fosfat
Alam dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung. Makalah
Pada Seminar Kongres Nasional VII HITI. Bandung, 2-4 November 1999.

Ilyas., Syekhfani dan S. Prijono. 2000. Analisis Pemberian Limbah Pertanian Abu
Sekam Sebagai Sumber Silikat pada Andisol Dan Oxisol Terhadap
Pelepasan Fosfor Terjerap Dengan Teknik Perunut 32p. Universitas Syiah
Kuala, Aceh.

Indriatmoko, R. H dan J. Myra. 2005. Evaluasi Kandungan Klorida (Cl-_ dan


Daya hantar Listrik (DHL) Air Tanah pada Sistem Akuifer Jakarta Periode
1990-2000. Universitas Trisakti, Jakarta. 1(1).

Isrun. 2009. Respons Inceptisols Terhadap Pupuk Guano dan Pupuk P Serta
Pengaruhnya Terhadap Serapan P Tanaman Kacang Tanah. Universitas
Tadulako, Sulawesi Tengah. 16(1):40-44.

Muklis. 2007. Kimia Tanah. Pustaka bangsa Press. Medan.

Mukhlis, Sarifuddin dan H. Hanum. 2011. Kimia Tanah. Teori dan Aplikasi. USU
- Press. Medan.

Musa, L. 2011. Reaksi-reaksi Kimia Dalam Tanah.USU Press. Medan.

Musa, L., Mukhlis dan A. Rauf. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Departemen
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nursyamsi, D dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta
Kaitannya dengan Kebutuhan Pupuk untuk Padi (Oryza sativa), Jagung
(Zea mays), dan Kedelai (Glycine max). Bul.Agron.33(3):40-47.
26

Ponnamperuma, F. N. 1985. Chemical Kinetixs of Wetland Rice Soil Relative to


Soil Fertility.In Wetland Soil, Charaterization, Classification and
Utilitization.The Internatio Rice Research Institute. Manila, Philipphines.

Sipayung, R. 2003. Stres garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. USU.


Medan.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius,


Jakarta.

Setyorini, D., J. S. Adiningsih., S. Rochayati. 2003. Uji Tanah Untuk


Rekomendasi Pemupukan. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Tan, K. H. 1995. Prinsip-Prinsip Dasar Kimia Tanah. UGM Press, Yogyakarta.

Tan, K. H. 2003. Dasar-dasar Kimia Tanah.UGM-Press.Yogyakarta.

Wada, K. 1989. Allophane and Imogolite. In Dixon, J.B. (ed) Minerals in Soil
Environment, 2nd Ed. Soil Sci .Soc.Am., USA, P. 1051-1088.

Anda mungkin juga menyukai