Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya Keselamatan pasien merupakan hal yang mendasar didalam pelaksanaan


keselamatan di rumah sakit.Rumah sakit harus menjamin penerapan keselamatan pasien pada
pelayanan kesehatan yang diberikannya kepada pasien Upaya dalam pelaksanaan keselamatan
pasien diawali dengan penerapan budaya keselamatan pasien. Hal tersebut dikarenakan
berfokus pada budaya keselamatan akan menghasilkan penerapan keselamatan pasien yang
lebih baik dibandingkan hanya berfokus pada program keselamatan pasien saja. Budaya
keselamatan pasien merupakan pondasi dalam usaha penerapan keselamatan pasien yang
merupakan prioritas utama dalam pemberian layanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang bermutu tidak cukup dinilai dari kelengkapan teknologi,
sarana prasarana yang canggih dan petugas kesehatan yang profesional, namun juga ditinjau
dari proses dan hasil pelayanan yang diberikan. Rumah sakit harus bisa memastikan penerima
pelayanan kesehatan terbebas dari resiko pada proses pemberian layanan kesehatan.
Dalam upaya meminimalisir terjadinya kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tindakan yang seharusnya tidak diambil terkait dengan aspek keselamatan pasien dan
kualitas rumah sakit, maka sangat diperlukan pentingnya membangun budaya keselamatan
pasien. RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang berkomitmen menjalankan budaya keselamatan
pasien sehingga terwujudnya patient safety di lingkungan RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya budaya keselamatan pasien di lingkungan RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya program keselamatan pasien rumah sakit secara sistematis dan terarah
b. Terlaksananya pencatatan insiden di rumah sakit dan pelaporannya
c. Meningkatkan kesadaran tentang budaya keselamatan pasien
d. Mengidentifikasi area membutuhkan pengembangan dalam budaya keselamatan sesuai
komponen Reason untuk menyusun program kerja selanjutnya.
e. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program keselamatan pasien
khususnya pelaporan insiden dan pembelajaran

Panduan Budaya Keselamatan-UPTD RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang 1


BAB II
RUANG LINGKUP

1. Definisi
Budaya keselamatan pasien adalah nilai-nilai, sikap, persepsi kompetensi dan pola
perilaku dari individu yang menentukan komitmen dan gaya kemampuan manajemen rumah sakit
dalam meminimalkan pajanan yang membahayakan atau mencelakakan karyawan, manajemen
pasien, atau anggota masyarakat lainnya. Budaya keselamatan pasien di suatu rumah sakit
dapat diketahui dengan melakukan kajian evaluasi yaitu untuk mengetahui seberapa jauh budaya
keselamatan pasien di suatu rumah sakit.
Budaya keselamatan pasien merupakan kesadaran konstan dan potensi aktif oleh staf
sebuah organisasi dalam mengenali sesuatu yang tampak tidak beres. Staf dan organisasi yang
mampu mengakui kesalahan, belajar dari kesalahan, dan mau mengambil tindakan untuk
mengadakan perbaikan dikatakan sudah melaksanakan budaya keselamatan (NHS, 2013).
Budaya keselamatan pasien didefinisikan sebagai pola terpadu perilaku individu dan
organisasi berdasarkan keyakinan dan nilai-nilai bersama yang terus berusaha untuk
meminimalkan tindakan yang dapat membahayakan pasien yang mungkin timbul dari proses
perawatan (Kizer, 1999 dalam Fleming,2012). Organisasi dengan budaya keselamatan positif
memiliki karakteristik bahwa ada komunikasi yang dibentuk dengan rasa saling percaya tentang
pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan dalam tindakan pencegahan yang efektif, serta
membangun organisasiyang terbuka (open), adil(just), informative dalam melaporkan kejadian
keselamatan pasien yang terjadi(reporting), dan belajar dari kejadiant ersebut(learning)
(Madden,2008; NSPA, 2004).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya keselamatan pasien
merupakan produk dari nilai-nilai, sikap, kompetensi individu dan kelompok yang terbuka,adil
,informatif dalam pelaporan insiden keselamatan pasien,serta belajar dari kejadian. Budaya
keselamatan pasien menentukan komitmen dan gaya dari suatu organisasi serta dapat diukur
dengan kuesioner.
Menurut Agency ofHealthcare Research and Quality (AHRQ) dalam menilai budaya
keselamatan pasien di rumah sakit terdapat beberapa aspek dimensi yang perlu diperhatikan
yaitu harapan dan tindakan manajer dalam mempromosikan keselamatan pasien, pembelajaran
berkelanjutan, kerja sama dalam unit, keterbukaan komunikasi, umpan balik terhadap kesalahan,
respon tidak persepsi secara keseluruhan, dukungan manajemen, kerja sama tim antar unit,
pemindahan pasien, dan frekeunsi pelaporan.

Panduan Budaya Keselamatan-UPTD RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang 2


2. Dimensi Budaya Keselamatan Pasien
James Reason dalam Reiling (2006) dan NPSA (2004)menyebutkan bahwa budaya keselamatan
pasien dapat dibagi menjadi beberapa dimensi seperti:
a. Budaya keterbukaan (open culture)
Budaya keterbukaan dalam suatu organisasi merupakan proses pertukaran informasi antar
perawat dan staf. Dimensi ini memiliki karakteristik bahwa perawat akan merasa nyaman
membahas insiden yang terkait dengan keselamatan pasien serta mengangkat isu-isu terkait
keselamatan pasien bersama dengan rekan kerjanya, juga supervisor atau pimpinan.
Komunikasi terbuka dapat diwujudkan dalam kegiatan supervisi dan dalam kegiatan tersebut
perawat melakukan komunikasi terbuka tentang risiko terjadinya insiden dalam konteks
keselamatan pasien, membagi dan bertanyai nformasi seputar isu-isu keselamatan pasien
yang potensial terjadi dalam setiap kegiatan keperawatan. Keterbukaan juga ditujukan
kepada pasien. Pasien diberikan penjelasan akan tindakan dan juga kejadian yang telah
terjadi. Pasien diberikan informasi tentang kondisi yang akan menyebabkan risiko terjadinya
kesalahan. Perawat memiliki motivasi untuk memberikan setiap informasi yang berhubungan
dengan keselamatan pasien.
b. Budaya pelaporan (reporting culture)
Budaya pelaporan merupakan bagian penting dalam rangka meningkatkan keselamatan
pasien. Perawat akan membuat pelaporan jika merasa aman. Aman yang dimaksud apabila
membuat laporan maka tidak akan mendapatkan hukuman. Perawat yang terlibat merasa
bebas untuk menceritakan atau terbuka terhadap kejadian yang terjadi. Perlakuan yang adil
terhadap perawat, tidak menyalahkan secara individu tetapi organisasi lebih fokus terhadap
sistem yang berjalan akan meningkatkan budaya pelaporan. Menciptakan program evaluasi
atau sistem pelaporan, adanya upaya dalam peningkatan laporan, serta adanya mekanisme
reward yang jelas terhadap pelaporan merupakan langkah nyata dalam membangun dimensi
budaya ini.
c. Budaya keadilan (just culture)
Perawat saling memperlakukan secara adil antar perawat ketikaterjadi insiden, tidak
berfokus untuk mencari kesalahan individu (blaming), tetapi lebih mempelajari secara sistem
yang mengakibatkan terjadinya kesalahan. Aspek dalam budaya keadilan yang perlu
mendapat perhatian adalah keseimbangan antara kondisi laten yang mempengaruhi dan
dampak hukuman yang akan diberikan kepada individu yang berbuat kesalahan. Perawat dan
organisasi bertanggung jawab terhadap tindakan yang diambil. Perawat akan membuat
laporan kejadian jika yakin bahwa laporan tersebut tidakakan mendapatkan hukuman atas
kesalahan yang terjadi. Lingkungan terbuka dan adil akan membantu untuk membuat

Panduan Budaya Keselamatan-UPTD RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang 3


pelaporan yang dapat menjadi pelajaran dalam keselamatan pasien. Budaya tidak
menyalahkan perlu dikembangakan dalam menumbuhkan budaya keselamatan pasien. Cara
organisasi membangun budaya keadilan dengan memberikan motivasi dan
keterbukaannya terhadap perawat untuk memberikan informasi kejadian yang dapat diterima
dan tidak dapat diterima.Hal ini juga termasuk kerjasama antar perawat sehingga mengurangi
rasa takut untuk melaporkan kejadian berkaitan dengan keselamatan pasien
d. Budaya pembelajaran (learning culture)
Budaya pembelajaran memiliki pengertian bahwa sebuah organisasi memiliki sistem umpan
balik terhadap kejadian kesalahan atau insiden dan pelaporannya, serta pelatihan-pelatihan
untuk meningkatkan kualitas perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Setiap lini
didalam organisasi, baik perawat maupun manajemen menggunakan insiden yang terjadi
sebagai proses belajar. Perawat dan manajemen berkomitmen untuk mempelajari insiden
yang terjadi, mengambil tindakan atas insiden untuk diterapkan guna mencegah terulangnya
kesalahan.

3. Penerapan Budaya Keselamatan Pasien


Penerapan budaya keselamatan bermanifestasi sebagai iklim keselamatan dan merupakan
sebuah potret dari budaya keselamatan yang berlaku dalam individu dan kelompok, serta dapat
diukur dengan kuesioner (Agnew et al, 2013). Organisasi yang menerapkan budaya keselamatan
pasien berarti anggota dalam organisasi tersebut harus membangun organisasi yang terbuka
(open),adil (just), informative dalam melaporkan kejadian yang terjad i(reporting), dan belajar dari
kejadian tersebut (learning).

4. Manfaat Penerapan Budaya Keselamatan Pasien


Manfaat utama dalam penerapan budaya keselamatan pasien adalah organisasi menyadari apa
yang salah dan pembelajaran terhadap kesalahan tersebut (Reason, 2000 dalam Cahyono,
2008). Fleming (2006) juga mengatakan bahwa fokus keseluruhan terhadap penerapan budaya
keselamatan pasien dengan melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam organisasi akan
lebih membangun budaya keselamatan pasien dibandingkan apabila hanya fokus terhadap
programnya saja. Adapun manfaat dalam penerapan budaya keselamatan pasien secara rinci
antara lain (NPSA, 2004):
a. Membuat organisasi kesehatan lebih tahu jika ada kesalahan yang akan terjadi atau jika
kesalahan terjadi
b. Laporan kejadian yang dibuat dan belajar dari kesalahan yang terjadi akan berpotensia
lmenurunnya kejadian yang sama berulang kembali dan keparahan dari insiden
keselamatan pasien.

Panduan Budaya Keselamatan-UPTD RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang 4


c. Kesadaran akan keselamatan pasien, yaitu bekerja untuk mencegah error dan melaporkan
jika ada kesalahan.
d. Berkurangnya perawat yang merasa tertekan, bersalah, malu karena kesalahan yang telah
diperbuat.
e. Berkurangnya turn over pasien, karena pasien yang pernah mengalami insiden, pada
umumnya akan mengalami perpanjangan hari perawatan dan pengobatan yang diberikan
lebih dari pengobatan yang seharusnya diterima pasien.
f. Mengurangi biaya yang diakibatkan oleh kesalahan dan penambahan terapi.
g. Mengurangi sumber daya yang dibutuhkan untukmengatasi keluhan pasien.

Panduan Budaya Keselamatan-UPTD RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang 5


BAB III

TATA LAKSANA

A. Assesment Budaya Keselamatan Pasien


Salah satu alat untuk mengukur penerapan budaya keselamatan pasien adalah dengan
instrument kuesioner The Hospital Survey of Patient Safety Culture (HSOPSC) yang dikembangkan
oleh Agency for Health Care Research and Quality (AHRQ). Agency for Health Care Research and
Quality merupakan suatu komite untuk kualitas kesehatan di Amerika yang memimpin
lembagaFederal untuk peneltian tentang kualitas kesehatan, biaya, outcome, dan keselamatan
pasien. AHRQ mendanai 100 penelitian untuk mengidentifikasi instrumen yang dijadikan alat untuk
menilai budaya keselamatan pasien (Fleming, 2006).
Pada dasarnya empat dimensi budaya keselamatan pasien yakni budaya keterbukaan,
pelaporan, keadilan, dan budaya pembelajaran digunakan dalam menilai budaya keselamatan pasien
dalam suatu organisasi kesehatan.
The Hospital Survey of Patient Safety Culture yang dikembangkan oleh AHRQ menggunakan
komponen-komponen sebagai indicator masing-masing dimensi budaya keselamatan pasien yaitu :
a. Indikator dimensi budaya keterbukaan antara lain:
1. Komunikasi terbuka
2. Kerjasama dalam unit,
3. Kerjasama antar unit
4. Persepsi keselamatan pasien.
b. Indikator dimensi budaya keadilan adalah:
1. Umpan balik (feedback) dan komunikasi
2. Staffing
3. Respon tidak menghukum.
c. Indikator dimensi budaya pelaporan mengandung komponen:
1. Pelaporan kejadian
2. Handover
d. indikator dari dimensi budaya pembelajaran mengandung komponen :
1. Pembelajaran oleh perawat
2. Ekspektasi manajer
3. Dukungan manajemen (Fleming, 2006).

Panduan Budaya Keselamatan-UPTD RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang 6


B. Hasil Pengukuran
1. Nilai Respon (Frequency Respon)
Salah satu cara yang paling sederhana untuk mempresentasikan hasil adalah dengan menghitung
nilai respon setiap item penelitian.
Untuk mempermudah pembacaan hasil, dua kategori terendah dikombinasikan (sangat tidak
setuju/tidak setuju dan tidak pernah/jarang) dan 2 kategori respon tertinggi dikombinasikan
(sangat setuju/setuju dan selalu/sering). Nilai tengah dilaporkan sebagai kategori yang terpisah
(bukan salah satu atau kadang-kadang).
2. Nilai Respon Aspek(Composite Frequency Respon)
Pertanyaan dalam survey ini dapat dikelompokkan menjadi aspek budaya keselamatan.
Cara perhitungan nilai respon aspek adalah dengan menghitung total presentase respon positif
dari setiap aspek.
Total presentase respon positif didapatkan dengan menghitung respon positif dari setiap item
dalam dimensi. Respon positif adalah jawaban pada setiap item- “sangat setuju/setuju” atau
“sering/selalu” pada kalimat positif. Sedangkan pada kalimat reversi, ketidaksetujuan “sangat
tidak setuju/tidak setuju” atau “tidak pernah/jarang” mengindikasikan respon positif. Kemudian
hitung jumlah total respon masing-masing item dimensi (data yang hilang/tidak ada tidak ikut
dijumlah). Langkah selanjutnya adalah membagi respon positif terhadap jumlah total respon. Hasil
yang diperoleh adalah berupa presentase.

Respon positif untuk setiap aspek:

Jumlah nilai respon positif item pada dimensi

x 100%
Jumlah Total Nilai Respon Items (positif, netral, negative) pada aspek

a. Hasil Pengukuran

Respon positif: pernyataan setuju/sangat setuju pada kalimat positif atau pernyataan tidak

setuju atau sangat tidak setuju pada kalimat reverse

b. Skala Ukur

Nilai respon positif aspek/item >75%: Area Kekuatan budaya keselamatan RS

Nilai Respon positif aspek/item ≤50%: Area yang masih memerlukan pengembangan

budaya keselamatan .RS

Panduan Budaya Keselamatan-UPTD RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang 7


BAB IV

DOKUMENTASI

1. SPO budaya keselamatan pasien


2. SPO insiden keselamatan pasien
3. Kuisioner pengukuran budaya keselamatan pasien

8
KUESIONER SURVEY KESELAMATAN PASIEN
RSUD DEPATI HAMZAH PANGKALPINANG
INSTRUKSI

Survey ini dilakukan untuk mengetahui persepsi anda mengenai pasien safety, medical
error, dan pelaporan insiden di Rumah Sakit. Anda akan membutuhkan waktu sekitar 10-
15 menit untuk melengkapi kuesioner ini. Isilah kuesioner ini dengan jujur sesuai
keadaan atau suasana kerja di Unit Rumah Sakit kita. Suara nada sangat dibutuhkan
untuk perbaikan mutu di Rumah Sakit kita. Teriakasih atas partisipasinya.

Bagian A. Unit kerja Anda


Apa unit utama kerja nada di Rumah Sakit ini ? Tandai satu jawaban dibawah ini
Rawat Darurat Perawatan Intensif
Rehab medik Patologi Klinik
Bedah sentral CSSD
Radiologi Farmasi
Rawat Inap Gizi
Kesehatan Anak Sanitasi
Maternal Laundri
Perinatal Lain-lain, sebutkan ............

Mohon isi pernyataan-pernyataan dibawah ini sesuai pendapat anda tentang unit kerja anda
No Aspek yang ditanyakan Sangat tidak Tidak Kadang- Setuju Sangat
setuju setuju kadang Setuju
1. Karyawan di unit kami
sangat mendukung
2. Unit kami tidak memilik
cukup staf untuk
menangani beban kerja
yang berlebihan
3. Bila unit kami ada
pekerjaan dan harus
dilakukan dalam waktu
cepat, maka karyawan di
unit kami bekerja

9
bersama-sama sebagai
tim untuk
menyelesaikan
pekerjaan tersebut
4. Petugas diunit kami
saling menghargai
5. Karyawan di unit kami
bekerja lembur untuk
keselamatan pasien
6. Unit kami aktif
melakukan kegiatan
untuk meningkatkan
keselamatan pasien
7. Unit kami banyak
menggunakan tenaga
honorer untuk kegiatan
keselamatan pasien
8. Kayawan unit kami
sering merasa bahwa
kesalahan yang mereka
lakukan digunakan
untuk menyalahkan
mereka
9. Di unit kami kesalahan
yang terjadi dignakan
untuk membuat
perubahan kearah positif
10. Merupakan
keberuntungan bila
insiden yang lebih serius
tidak terjadi diunit kami
11. Bila area diunit kami
sibuk maka area lain
dari unit kami akan
membantu
12. Bila unit kami
melporkan suatu insiden
yang dibicarakan adalah
pelakunya bukan
masalahnya
13. Untuk meningkatkan
keselamatan pasien unit
kami melakukan
evaluasi terhadap
perubahan-perubahan
atau perbaikan-
perbaikan yang

10
dilakukan
14. Kami bekerja seolah-
olah dalam keadaan
“krisis” mencoba atau
berusaha berbuat banyak
dengan cepat
15. Unit kami tidak pernah
mengorbankan
keselamatan pasien
untuk menyelesaikan
tugas lebih
16. Karyawan meras
khawatir kesalahan yang
mereka buat akan di
catat di penilaian kinerja
mereka
17. Di unit kami banyak
masalah keselamatan
pasien
18. Prosedur dan sistem di
unit kami sudah baik
dalam mencegah insiden
atau eror

Bagian B
Manajemen/Supervisor/ Kepala Unit anda
No Aspek yang ditanyakan Sangat tidak Tidak Kadang- Setuju Sangat
setuju setuju kadang Setuju
1 Manajer/supervisor unit
kami memberi pujian
jika melihat pekerjaan
diselesaikan sesuai
prosedur keselamatan
pasien
2 Manajer/supervisor
dengan serius
mempertibangkan
masukan staf untuk
meningkatkan
keselamatan pasien
3 Bila beban kerja tinggi
manajer/supervisor
kami meminta kami
bekerja cepat meski
dengan mengambil

11
jalan pintas
4 Manajer/supervisor
selalau memebesar-
besarkan masalah
keselamatan pasien
yang terjadi di unit
kami

Bagian C
Komunikasi
No Aspek yang ditanyakan Sangat tidak Tidak Kadang- Setuju Sangat
setuju setuju kadang Setuju
1 Karyawan di unit kami
medapat umpan balik
mengenai perubahan
yang dilaksanakan
berdasarkan laporan
inisiden
Karyawan diunit kami
bebas berbicara jika
melihat sesuatu yang
dapat berdampak
negatif pada pelayanan
pasien
Karyawan di unit kami
mendapat informasi
mengenai insiden yang
terjadi unit
Karyawan di unit dapat
mempertanyakan
keputusan atau tindakan
yang diambil oleh
atasannya
Di unit kami
didiskusikan cara
mencegah agar insiden
tidak terulang kembali
Karyawan di unit kami
takut bertanya jika
terjadi hal yang tidak
benar

12
Bagian D
Frekuensi Kejadian Insiden
No Aspek yang ditanyakan Sangat tidak Tidak Kadang- Setuju Sangat
setuju setuju kadang Setuju
1 Bila terjadi kesalahan,
tetapi sempat diketahui
dan dikoreksi sebelum
berdamapak pada
pasien seberapa sering
hal ini dilaporkan ? (
Mitigasi )
2. Bila terjadi kesalahan,
tetapi berpotensi
mencelakai pasien,
seberapa sering hal ini
dilaporkan ? ( cegah )
3. Bila terjadi kesalahan,
dan harusnya
menciderai pasien tetapi
ternyata tidak terjadi
cidera seberapa sering
hal ini dilaporkan ? (
Untung )

Bagian E
Level keselamatan pasien
Pilih level keselamatan pasien pada unit anda
a. Sempurna c. Bisa diterima e. Buruk

b. Baik d. Sedang

Bagian F
Rumah Sakit Anda
No Aspek yang ditanyakan Sangat tidak Tidak Kadang- Setuju Sangat
setuju setuju kadang Setuju
1 Manjemen rumah sakit
membuat suasana kerja
yang mendukung
keselamatan pasien
2 Di RS kami unit satu
dengan yang lain tidak
berkoordinasi dengan
baik

13
3 Bila terjadi pemindahan
pasien dari unit satu ke
unit lain pasti
menimbulkan masalah
terkait dengan
informasi pasien
4 Terdapat kerja sama
yang baik antar unit di
RS untuk
menyelesaikan
pekerjaan bersama
5 Informasi penting
mengenai pelayanan
pasien sering hilang
saat pergantian jaga
6 Sering sangat tidak
menyenangkan bekerja
dengan staf diunit lain
di RS ini.
7 Masalah selalu timbul
dalam pertukaran
informasi antar unit di
RS.
8 Tindakan manajemen
RS menunjukan bahwa
keselamatan pasien
merupakan prioritas
utama
9 Manajemen RS hanya
tertarik pada
keselamatan pasien
hanya bila terjadi KTD
( kejadian yang tidak
dinginkan )
10 Unit-unit di RS bekerja
sama dengan baik untuk
memberikan pelayanan
yang terbaik untuk
pasien
11 Pergantian shift
merupakan masalah
untuk pasien

14
Bagian G
Dalam 12 Bulan terakhir jumlah pelaporan Event yang telah Anda lakukan :
A. Tidak ada D. 6-10 Laporan

B. 1-2 Laporan E. 11-20 Laporan

C. 3-5 Laporan F. 21 atau Lebih Laporan

Bagian H
Latar Belakang
1. Berapa lama anda bekerja di RS ini ?

a. Kurang dari 1 tahun d. 11-15 Tahun

b. 1-5 Tahun e. 16-20 Tahun

c. 6-10 Tahun f. 21 Tahun atau Lebih

2. Berapa lama Anda bekerja di Unit ini ?

a. Kurang dari 1 tahun d. 11-15 Tahun

b. 1-5 Tahun e. 16-20 Tahun

c. 6-10 Tahun f. 21 Tahun atau Lebih

3. Tepatnya, berapa jam dalam seminggu Anda bekerja di RS ini ?

a. Kurang dari 20 jam seminggu

b. 20-39 jam seminggu

c. 40 jam atau lebih seminggu

4. Apa posisi atau Jabatan Anda di RS ini ?

a. Dokter g. Fisioterapi m. Lain-lain ......

b. Perawat h. Analisis Laboratorium

c. Apoteker i. Sanitarian

d. Asisten Apoteker j. Teknisi

e. Ahli Gizi k. Radiografer

f. Administrasi l. Satpam

5. Dalam posisi/jabatan Anda, apakan anda berhubungan langsung dengan pasien ?

a. Ya

b. Tidak

15
6. Berapa lama anda bekerja sesuai profesi saat ini ?

a. Kurang dari 1 tahun d. 11-15 tahun

b. 1-5 tahun e. 16-20 tahun

c. 6-10 tahun f. 21 tahun atau lebih

Bagian I
Komentar anda
Tulis komentar anda mengenai keselamatan pasien, insiden, atau pelaporan insiden di RS anda:

16

Anda mungkin juga menyukai