Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
karunianya-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah urologi “ASUHAN
KEPERWATAN ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)”
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini,
sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses belajar mengajar. Makalah ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan...................................................................................................................1
2.1 Definisi.................................................................................................................3
2.2 Etiologi.................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi.........................................................................................................4
2.4 Klasifikasi............................................................................................................6
2.7 Komplikasi...........................................................................................................10
3.1 Pengkajian............................................................................................................14
3.4 Implementasi........................................................................................................17
iii
3.5 Evaluasi................................................................................................................18
4.4 Evaluasi................................................................................................................21
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................24
5.2 Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................v
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Mengetahui dan memahami mengenai klasifikasi “Acute Coronary syndrome (ACS)”
10. Mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan kasus “Acute Coronary
syndrome (ACS)”
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sindrome coroner akut merupakan sindroma klinis yang terdiri dari infark
miokard akut dengan atau tanpa elevasi segmen ST serta angina pectoris tidak stabil
(Dharma, 2010)
ACS adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan adanya coroner
iskemik , dimana pasien berada pada resiko untuk berkembang adanya kerusakan
miokard, terdapat 3 kondisi dari ACS yaitu angina tidak stabil, NSTEMI ( Non ST
Elevasi Miocardial Infarct ), dan STEMI ( ST Elevasi Miocardial Infarct ). (Chintya
lee, 2013 )
Penyakit syndrome coroner akut ( ACS ) adalah terjadinya ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan miokard,dimana gabungan gejala klinik yang
menandakan iskemik miokard akut, terdiri dari infark miokard akut dengan elevasi
segmen ST ( STEMI ), infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST ( NSTEMI )
dan angina pectoris tidak stabil ( UAP ). ( PERKI 2014 )
2.2 Etiologi
1. Faktor penyebab
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor:
a) Faktor pembuluh darah
Aterosklerosis
Spasme
Arteritis
b) Faktor sirkulasi
Hipotensi
Stenosis aorta
Insufisiensi
c) Faktor darah
Anemia
Hypoxemia
polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat
Aktifitas berlebihan
Emosi
3
Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada:
Kerusakan miokard
Hypertropi miokard
Hypertensi diastolik
2. Faktor predisposisi
Factor resiko biologis yang tidak dapat diubah:
a. Usia ≥ 40thn
b. Jenis kelamin: insiden pada pria sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause
c. Hereditas
d. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
3. Factor resiko yang dapat diubah :
a. Mayor
Hiperlipidemia
Hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b. Minor
Inaktifitas fisik
Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif)
Stress psikologis berlebihan
2.3 Patofisiologi
Pada saat ini muncul perubahan yang tiba-tiba dari angina stabil menjadi tidak
stabil atau infark miokard, sedangkan thrombosis merupakan proses pembentukan
atau adanya darah beku yang terdapat didalam pembuluh darah. Thrombus yang
terbentuk merupakan campuran dari thrombus merah dan thrombus putih.Spasme
4
arteri coroner juga berperan penting dalam patofisiologi ACS, spasme atau
vasokonstriksi terjadi sebagai respon terhadap disfungsi endotel ringan dekatlesi atau
sebagai respon terhadap diserupsi plak dari lesi plak itu sendiri.
2.4 Klasifikasi
ACS meliputi:
1. Angina pectoris tak stabil
2. Non ST-Elevasi MI (NSTEMI)
3. ST-Elevasi MI (STEMI)
5
2.5 Manifestasi klinis
1. Nyeri
a. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadisecara mendadak dan terus
menerus tidak mereda. Biasanya dirasakan diatas region sternal bawah dan
abdomen bagian atas.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar
kebahu dan terus kebawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional ), menetap selama beberapa jam atau hari dan tidak hilang dengan
bantuan istirahat atau nitrogliserin.
e. Nyeri dapat menjalar kearah rahang atau leher .
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaphoresis berat,
pening atau sakit kepala terasa melayang dan mual muntah .
g. Pasien dengan diabetes militus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor.
2. Pada ACS dapat ditemukan juga sesak nafas, mual, nyeri epigastric.
3. Perubahan tanda vital seperti tachicardi, tachipneu, hypertensi atau hypotensi dan
menurunkan saturasi oksigen (SaO2) atau kelainan irama jantung
6
Gambaran 11
7
Gambar 12
EKG berupa ST Elevasi
Tabel 1
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktiitas, misalnya
hipokalemi, hiperkalemia
4. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000-20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.
5. AGD
Dapat menunjukan hypoxia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
6. Kolesterol atau trigliserida
Jika meningkat menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab IMA
7. Rontgen dada
8
Mungkin normal atau menunjukan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
8. Echocardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
9. Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri coroner.Biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi).Prosedur tidak selalu dilakukan pada fase AMI kecuali
mendekatibedah jantung angioplasty atau emergensi.
2.7 Komplikasi
Ada beberapa kompikasi yang dapat ditemukan, antara lain:
1. Aritmia
2. Kematian mendadak
3. Syok kardiogenik
4. Gagal jantung
5. Emboli paru
6. Rupture septum ventrikuler
7. Rupture muskulus papilaris
8. Aneurisma ventrikel
a. Segera berikan oksigen 4 LPM nasal kanul, terutama jika saturasi kurang dari
94%
9
a. Oksigen
Oksigen harus diberikan pada semua pasien dengan sesak nafas, tanda gagal
jantung, syok atau saturasi oksigen < 94%
b. Aspirin
10
Pendarahan intrakranial kapanpun
Struk iskemik kurang dari 3 bulan dan lebih dari 3 jam
Kecurigaan diseksi aorta
Tumor intrakrania
Adanya kelainan AVM
Perdarahan internal aktif atau gangguan sistem pembekuan darah
Cidera kepala tertutup atau cidera wajah dalam 3 bulan terakhir
Kontra indikasi relatif terapi fibrinolitik adalah :
Tekanan darah yang tidak terkontrol
TD sistolik lebih dari 180 Mmhg, diastolik ≥110Mmhg
Riwayat stroke iskemik 3 bulan
Trauma atau RJP lama (10 menit) atau oprasi besar kurang dari 3 bulan
Perdarahan internal dalam 2 sampai 4 minggu
Penusukan pembuluh darah yang sulit dilakukan penekanan
Pernah mendapat streptokinase 5 hari yang lalu atau lebih, atau riwayat
alergi terhadap obat tersebut
Hamil
Ulkus peptikum aktif
Sedang menggunakan antikoagulan dengan hasil INR tinggi
Tindakan Perkutaneous Coroanary Intervention (PCI) Primer
Angioplasticoroner dengan atau tanpa pemasangan stent adalah terapi
terpilih pada tatalaksana STEMI bila dapat dilakukan kontak door to
baloon < 90 menit pada pusat kesehatan yang mempunyai fasilitas PCI
terlatih. Angiplasticoroner dilakukan dengan menggunakan cateter yang
memiliki balon khusus pada ujungnya.
11
Balon akan dimasukkan ke kateter balon melalui kateter pandu menuju
tempat penyempitan. Prosedur akan berlangsung 1 – 3jam atau lebih.
Selama tindakan dokter mungkin memutuskan untuk memasukkan stent
kedalam pembuluh darah. Stent yang sudah terpasang tidak dapat
dilepaskan, karena terpasang secara permanen pada pembuluh darah
koroner. Saat tindakan sudah selesai kateter akan ditarik keluar namun
introduser sheath akan dipertahankan ditempatnya dan dibiarkan
ditempatnya selama kurang lebih 4 sampai 6 jam sesuai dengan hasil
laboratorium ( waktu pembekuan darah / ACT ).
BAB III
ASKEP TEORI
3.1 Pengkajian
1. Aktifitas
Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal
olahraga tidak teratur.
Tanda : takikardi, dispneu pada istirahat atau aktifitas
2. Sirkulasi
Gejala :
a. Riwayat IMA sebelumnya
b. Penyakit arteri coroner
c. Masalah tekanan darah
d. Diabetes mellitus
Tanda :
a. TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk/berdiri
b. Nadi : dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah /kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
c. Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan
gagal jantung atau penurunan kontraktilitas atau complain ventrikel.
d. Murmur : bila ada menunjukan gagal katup atau disfungsi oto papilar
12
e. Friksi : dicurigai pericarditis
f. Irama jantung dapat teraturatau tidak teratur
g. Edema : distensi vena juguler, edema dependent, perifer, edema umum,
krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
h. Warna : pucat atau sianosis, kuku datar, pada membrane mukosa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala :
a. Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati
b. Perasaan ajal sudah dekat
c. Marah pada penyakit atau perawatan
d. Khawatir tentang keuangan, kerja dan keluarga.
Tanda :
a. Menolak
b. Menyangkal
c. Cemas
d. Kurang kontak mata
e. Gelisah
f. Marah
g. Perilaku menyerang
h. Fokus pada diri sendiri
i. Koma nyeri
4. Eliminasi
Tanda :
a. Normal
b. Bunyi usus menurun
5. Makanan atau cairan
Gejala :
a. Mual
b. Kehilangan nafsu makan
c. Bersendawa
d. Nyeri uluhati atau rasa terbakar
Tanda :
a. Penurunan turgor kulit
b. Kulit kering atau berkeringat
c. Muntah
d. Perubahan berat badan
6. Hygiene
Gejala dan tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala :
a. Pusing
b. Berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat)
Tanda :
a. Perubahan mental
b. Kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
13
a. Nyeri dada yang ditimbukan mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan visceral).
b. Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal, precordial, dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
c. Kualitas : crushing, menyempit, berat, menetap, tertekan.
d. Intensitas : biasanya 10 (pada skala 1-10), mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, DM,
hipertensi, lansia
9. Pernafasan
Gejala :
a. Dispneu saat aktifitas ataupun saat istirahat
b. Dispneu nocturnal
c. Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d. Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
Tanda :
a. Peningkatan frekuensi pernafasan
b. Nafas sesak atau kuat
c. Pucat, sianosis
d. Bunyi nafas (bersih, krekles, mengi) , sputum
10. Interaksi sosial
Gejala : kesulitan koping dengan stressor yang ada
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang
11. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala :
a. Riwayat keluarga penyakit jantung/ IM, DM, stroke, hipertensi, penyakit
vaskuler perifer, penggunaan tembakau
b. Pertimbangan rencana pemulangan : menunjukan rata-rata lama dirawat 7
hari (2 - 4hari di ICCU), perawatan dirumah.
14
6. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan natrium
/retensi air, penurunan perfusi ginjal
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi tentang penyakit jantung dan status kesehatan
3.3 Intervensi
Rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh perawat, baik mandiri
maupun kolaboratif. Rencana yang dilakukan menyesuaikan pada diagnose kepewaratan.
3.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah penerapan tindakan-tindakan perawatan yang telah
direncanakan. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melakukan tindakan-
tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dilanjutkan dengan pendokumentasian
semua tindakan yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat.
c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
d. Dokumentasi intervensi dan respons klien.
Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan dokumentasi intervensi secara tertulis
pada catatan keperawatan dan proses keperawatan
3.5 Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Tahap evaluasi merupakan indikator keberhasilan dalam penggunaan proses keperawatan.
Evaluasi terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Tinjauan laporan klien harus mencakup riwayat perawatan, kartu catatan, hasil-
hasil tes dan semua laporan observasi.
b. Pengkajian kembali terhadap klien berdasarkan pada tujuan kriteria yang diukur
dan mencakup reaksi klien terhadap lingkungan yang dilakukan. Reaksi klien
secara fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti mengukur tekanan darah, suhu
dan lain – lain.
15
BAB IV
ASKEP KASUS
CONTOH KASUS
Seorang pria bernama Tn. A berumur 67 tahun masuk ruang UGD pada jam 5 sore
dengan diagnosa ACS NSTEMI, Pasien mengatakan nyeri dada dan sesak nafas sejak jam 4
sore, lalu keluarganya membawa Tn. A ke rumah sakit, saat dilakukan pengkajian klien
mengatakan nyeri dada sedikit berkurang. Nyerinya terasa di dada sebelah kiri dan sampai ke
punggung, dari Hasil pemeriksaan didapatkan nyeri tekan dengan skala 5, TD : 170/130, N:
111x/mnt, RR 28x/mnt, Suhu : 38 oC. Pasien terpasang O2 nasal kanul 3 liter.
1. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Tn. A
UMUR : 67 tahun
JENIS KELAMIN : Laki- Laki
ALAMAT :jombang
AGAMA : Islam
PEKERJAAN :wiraswasta
DX. MEDIS : ACS NSTEMI
PENANGGUNGJAWAB: Tn. F (Anak)
PRIMARY SURVEY:
TRIAGE: KUNING
Keluhan utama/keadaan umum:
Kesadaran (A/V/P/U):
A. Airway : Tidak ada gangguan jalan nafas dan suara nafas tambahan
B. Breathing : RR: 28x/mnt, polanafas tidak teratur, sesak nafas (+), SpO2
16
100%, Terpasang O2 nassal kanul 3 Lpm
C. Circulating : TD : 170/130 mmHg, N: 111x/mnt, nadi teraba kuat, tidak ada
sianosis, sakral hangat.
D. Disability : 15 compos mentis,
E. Exposure : Tidak ada fraktur, tidak ada perdarahan, tidak ada oedem
SECONDARY SURVEY:
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien pernah mengalami serangan jantung mendadak dan
Hipertensi
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengalami ACS NSTEMI
S : Pasien merasa nyeri dan Sesak (+),
A : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat maupun makanan
M : Pemberian oksigen
P : Pasien memiliki riwayat serangan jantung dan hipertensi
L : Pasien mengatakan belum makan sebelum ke UGD
E : Keluarga mengatakan pasien bekerja berlebihan dan larut malam
Tanda-tanda vital : TD: 170/130 mm/Hg RR: 28 x/mnt
Nadi: 111 x/mnt Suhu: 38 °C
Nyeri: 5
GCS (Eye, Verbal, Motorik): 15 Compos Mentis
PEMERIKSAAAN FISIK:
Head to toe
Kepala:
Inspeksi : tidak ada oedem
Palpasi : tidak ada benjolan
Leher:
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : -
Dada:
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat otot bantu nafas, terdapat atraksi dada
Palpasi : ictus cordis teraba, pengembangan paru tidak simetris
Auskultasi : terdapat suara tambahan murmur
Perkusi : Pekak, terdapat pembesaran jantung
Abdomen:
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, bentuk datar
Palpasi : terdapat nyeri tekan di kuadran II
Auskultasi : peristaltik 14 x/mnt
Perkusi : terdengar tympani pada usus redup pada dan ginjal
Lower back/Punggung bawah:
Inspeksi : -
Palpasi : -
Pelvis:
Inspeksi : -
Palpasi : -
Genitalia:
Inspeksi : terpasang karteter
17
Ekstremitas atas dan bawah, kulit:
Inspeksi : terpasang infus, tidak ada oedem
Palpasi : tidak ada fraktur
kekuatan otot : 5,5,5,5
Persyarafan (if necessasry)
4.2 Masalah Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi atau irama jantung
2. Nyeri akut b/d agen injuri biologis
3. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
18
pemeriksaan didapatkan nyeri tekan dengan
skala 5, TD : 170/130, N: 111x/mnt, RR
28x/mnt, Suhu : 38 oC. Pasien terpasang O2
nasal kanul 3 liter.
ASSESMENT: Assessment:
Masalah teratasi Head to toe
Kepala:
Inspeksi : tidak ada oedem
Palpasi : tidak ada benjolan
Leher:
Inspeksi : Tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid
Palpasi : -
Dada:
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat
otot bantu nafas, terdapat atraksi dada
Palpasi : ictus cordis teraba,
pengembangan paru tidak simetris
Auskultasi : terdapat suara tambahan
murmur
Perkusi : Pekak, terdapat pembesaran
jantung
Abdomen:
Inspeksi : tidak ada pembesaran
abdomen, bentuk datar
Palpasi : terdapat nyeri tekan di
kuadran II
Auskultasi : peristaltik 14 x/mnt
Perkusi : terdengar tympani pada usus
redup pada dan ginjal
Lower back/Punggung bawah:
Inspeksi : -
Palpasi : -
Pelvis:
Inspeksi : -
Palpasi : -
Genitalia:
Inspeksi : terpasang karteter
Ekstremitas atas dan bawah, kulit:
Inspeksi : terpasang infus, tidak ada
oedem
Palpasi : tidak ada fraktur
19
kekuatan otot : 5,5,5,5
Persyarafan (if necessasry)
PLANNING: Recomendation:
Lanjutkan ke Intervensi Perawat menganjurkan untuk melakukan
pemberian O2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Acut coroner sindrom merupakan sekumpulan keluhan dan tanda klinis yang sesuai
dengan iskemia miokard akut, dapat berupa angina pectoris yang tidak stabil, Non ST elevasi
dan ST elevasi yang dapat menyebabkan kematian jantung mendadak.
Keluhan yang sering muncul yaitu nyeri dada, dada terasa berat seperti dihimpit, tidak
enak badan, badan terasa lemas, kadang kala dapat disertai mual, muntah, keringat dingin
atau gejala pada penderita sakit magh. Bila ditemukan satu atau lebih dari gejala diatas,
jangan dianggap sepele segeralah periksakan diri kedokter atau Rumah Sakit terdekat, lebih
cepat diperiksa lebih cepat diketahui penyebab dan penanganannya juga bias cepat dilakukan.
Cara mengenal kemungkinan pasien Acut coroner syndrome dalam lima menit adalah ada
keluhan nyeri dada / perasaan tidak enak didada, perubahan EKG dan perubahan enzyme
jantung. Bila dua diantaranya ada, pasien dapat dicurigai dengan ACS, tetapi pasien ACS
80% mengalami keluhan. Banyak factor yang dapat memicu terjadinya ACs ini, diantaranya
adalah kolesterol, Stres dan pola diet yang tidak baik. Untuk mencegah terjadinya penyakit
jantung ini, mulai dari sekarang atau sedini mungkin kita perbaiki pola hidup yang baik.
Sayangilah jantung kita.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk perawat
1. Untuk perawat di Rumah Sakit diharapkan dapat memberi Asuhan Keperawatan pada
pasien ACS yang lebih baik lagi.
2. Perawat mampu mengenali gejala dini dari ACS sehingga perawat mampu
memberikan ASKEP pada ACS dengan cepat dan tepat
20
3. Perawat mampu melakukan pendokumentasian pada pasien ACS dengan baik dan
benar
4. Perawat mempunyai ketrampilan yang lebih untuk dapat memberikan ASKEP pada
ACS
5.2.2 Saran untuk institusi
1. Melengkapi dan menyediakan buku – buku terbitan terbaru di perpustakaan agar
pengetahuan dan pemahaman peserta semakin meningkat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017. Edisi ke-1 cetakan III (Revisi), Jakarta:
DPP PPNI
Wartonah, T.2011. Kebutuhan Dasar Manusia Keperawatan, Edisi ke-4. Jakarta: Salemba
medika