Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

REFLEKTIF PRAKTICE

DISUSU OLEH :
1. AYU WULANDARI
2. DIAN EKA ROMZALINA
3. DWI RAHMADAYANTI
4. JENI MELINDA FITRIANI
5. MAYA WIDIA NINGSIH
6. NOVA MEYLIANA
7. VERA LISNIA

8. Sintia elmayanti

DOSEN PEMBIMBING : Hj. Ekadwi retnosari, SST, M.keb

POLTEKKES KEMENKES RI PALEMBANG KAMPUS MUARA ENIM


TAHUN AKADEMIK 2018/2019

KATA PENGANTAR

Berperan dalam Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena rahmat
dan karunia–Nya kepada Penulis sehingga berhasil menyelesaikan tugas Makalah Sejarah
Lahirnya Pancasila Makalah ini berisikan mengenai pengertian reflektif practice, ruang lingkup
reflektif practice. Tidak lupa Penulis mengucapakan terima kasih kepada Ibu Hani Septiani, SST
yang telah memberikan tugas ini dan memberikan pengetahuan kepada Penulis dari adanya tugas
ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun Penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini . Akhir kata Penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan dan menyusun makalah ini.

Ciamis, Desember 2013

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 3

1.3 Tujuan........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian .............................................................................................. 4

2.2 Ruang Lingkup Praktik Kebidanan ........................................................ 7

2.3 Praktik dalam Pelayanan Kebidanan ..................................................... 8

2.4 Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan................................................. 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................. 12

3.2 Saran ...................................................................................................... 12

3.3 Kata Penutup........................................................................................... 12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang guru harus memiliki empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional. Salah satu aspek
kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran. Guru juga harus memiliki kompetensi profesional yaitu mampu
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
melalui penelitian tindakan kelas.

Penelitian Tindakan Kelas pada dasarnya merupakan kegiatan nyata yang dilakukan guru
dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan melalui proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas
melalui refleksi diri sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah dengan cara melakukan
berbagai tindakan yang terencana serta menganalisis setiap pengaruh dari adanya perlakuan
tersebut. PTK dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukannya masalah dalam
pembelajaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan cara mengkaji permasalahan-


permasalahan atau kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pembelajaran. Setelah itu mencari
perbaikan dan merencanakan program pembelajaran yang dapat memperbaiki dan memecahkan
masalah. Kemudian melaksanakan program tersebut secara sistematis dan empiris. Oleh sebab
itu guru harus melakukan refleksi diri untuk mengetahui apakah sudah melaksanakan tugasnya
secara maksimal karena guru perlu memahami bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki
adalah mendidik, mengajar, dan melatih siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang
bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya. Guru juga dituntut mampu menguasai bidang studi
yang diampuhnya dan mengajarkannya kepada siswa secara professional, maka guru harus
melakukan penilaian terhadap kinerjanya sendiri, terutama dalam pembelajaran di kelas sehingga
dapat mengetahui bahwa pembelajarannya perlu diperbaiki kualitasnya.

Dengan demikian, guru akan dapat berusaha melakukan perbaikan pembelajaran yang
inovatif dan kreatif yaitu guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru untuk
kepentingan kualitas pembelajaran di kelas. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari upaya guru
dalam melakukan perbaikan kualitas proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
dengan cara merefleksi diri.

Praktek reflektif dapat menjadi alat yang penting dalam praktik berbasis pengaturan
belajar profesional di mana individu belajar dari pengalaman profesional mereka sendiri, bukan
dari pendidikan formal atau transfer pengetahuan, mungkin sumber yang paling penting dari
pengembangan profesional pribadi dan perbaikan. Selanjutnya, juga merupakan cara penting
untuk dapat menyatukan teori dan praktek, melalui refleksi Anda dapat melihat dan label aliran
pemikiran dan teori dalam konteks pekerjaan Anda (2007, McBrien).

Apa yang penting tentang refleksi seluruh latihan Anda adalah bahwa tidak hanya melihat
kembali tindakan masa lalu dan peristiwa, melainkan melihat sadar pada emosi, pengalaman,
tindakan, dan tanggapan, dan menggunakan itu untuk menambah pengetahuan yang ada dasar
untuk menarik keluar pengetahuan baru, makna dan memiliki tingkat pemahaman yang lebih
tinggi (2013, Paterson, Chapman). Dengan demikian gagasan telah mencapai lebar mengambil-
up, khususnya dalam pengembangan profesional bagi para praktisi di bidang pendidikan dan
kesehatan. Pertanyaan tentang bagaimana cara terbaik untuk belajar dari pengalaman memiliki
relevansi yang lebih luas Namun, untuk setiap lingkungan belajar organisasi. Secara khusus,
orang-orang dalam posisi kepemimpinan memiliki kesempatan perkembangan yang luar biasa
jika mereka terlibat dalam praktek reflektif.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Reflective Practice?

2. Bagaimana penjelasan Reflective Practice?

3. Apa saja ruang lingkup Reflective Practice?

4. Bagaimana praktik dalam pelayanan kebidanan ?

5. Apa saja prinsip bidan dalam pelayanan kebidanan ?

1.3 Tujuan

1. Agar dapat memahami mengenai Reflektive Practice.

2. Agar dapat mengetahui ruang lingkup Reflektive Practice.

3. Agar mengetahui Praktik dan Prinsip dalam pelayanan kebidanan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Praktek reflektif adalah kemampuan untuk mencerminkan pada tindakan sehingga untuk
terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan, yang menurut pencetus istilah, adalah
salah satu karakteristik mendefinisikan praktek profesional. Refleksi juga dapat diartikan sebagai
suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya,
belum terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu
upaya atau tindakan yang telah dilakukan. (Tahir, 2011: 93). Istilah refleksi di sini dipahami
dalam pengertian khas, yaitu suatu upaya menyimak dengan penuh perhatian terhadap bahan
studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan untuk mengerti pentingnya
pemahaman mendalam sampai pada makna dan konsekuensinya.

Kegiatan refleksi atau reflective practice merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
dilaksanakan sebab akan mengontrol tindakan guru, guru dapat melihat apa yang masih perlu
diperbaiki, ditingkatkan atau dipertahankan. Merupakan kegiatan yang perlu dilakukan ketika
guru sebagai praktisi lapangan telah selesai melakukan tindakan, ini merupakan suatu bentuk
dari evaluasi terhadap diri sendiri. Guru menyampaikan segala kegiatan atau pengalaman yang
telah dilakukan untuk didiskusikan dengan peneliti, guru menyampaikan segala apa yang telah
dirasakan dan meyampaikan sejauh mana progress atau kemajuan dari tindakan yang
dilakukannya.

Selain itu, mengemukakan kembali atau melaksanakan lagi apa yang telah dilakukan
merupakan kegiatan refleksi. Guru sebagai pelaksana dan peneliti sebagai pengamat diharapkan
dapat bekerjasama dengan baik agar dapat terjadi penilaian secara objektif, peneliti merupakan
pihak yang sangat berkepentingan karena akan meningkatkan kinerjanya, ini dimaksudkan agar
pelaksanaan tindakan dapat dilaksanakan secara alami dan dapat dikelola dengan baik. Dalam
hal ini guru sebaiknya menyampaikan segala yang telah dilaksanakan dengan sebenar-benarnya
kepada peneliti sehingga tindakan yang akan diambil selanjutnya dapat sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan yang ada (Arikunto,dkk, 2009: 19-20). Refleksi juga dapat diartikan sebagai suatu
tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum
terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu upaya atau
tindakan yang telah dilakukan. (Tahir, 2011: 93). Apabila guru yang menjadi pelaksana PTK
sudah mengetahui apa yang terjadi pada fase sebelumnya dan ingin melakukan tindakan
berikutnya, maka guru harus memikirkan apa penyebabnya.

Contoh refleksi, dari hasil observasi yang telah dilakukan dengan cara pembelajaran
secara berkelompok yaitu diskusi antar kelompok, hanya siswa yang dikategorikan tingkat
kemampuannya tinggi yang aktif dan berpartisipasi pada saat dilakukan diskusi sementara siswa
yang lain tidak memperhatikan dan tidak ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil
observasi terhadap proses pembahasan hasil asesmen diperoleh data bahwa siswa kurang aktif
berinteraksi terhadap materi pelajaran, dengan temannya dan terhadap guru. Hasil analisis
kompetensinya masih rendah belum mencapai tujuan minimal. Respon siswa tidak bisa
mengikuti pembelajaran secara optimal dalam waktu singkat, tidak tertarik untuk belajar secara
berkelompok karena mereka mengantuk dan tidak mendapat kesempatan untuk berpikir. Dari
semua data tersebut, maka guru melakukan Contoh refleksi, dari hasil observasi yang telah
dilakukan dengan cara pembelajaran secara berkelompok yaitu diskusi antar kelompok, hanya
siswa yang dikategorikan tingkat kemampuannya tinggi yang aktif dan berpartisipasi pada saat
dilakukan diskusi sementara siswa yang lain tidak memperhatikan dan tidak ikut berpartisipasi
dalam pembelajaran. Hasil observasi terhadap proses pembahasan hasil asesmen diperoleh
data bahwa siswa kurang aktif berinteraksi terhadap materi pelajaran, dengan temannya dan
terhadap guru. Hasil analisis kompetensinya masih rendah belum mencapai tujuan minimal.
Respon siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran secara optimal dalam waktu singkat, tidak
tertarik untuk belajar secara berkelompok karena mereka mengantuk dan tidak mendapat
kesempatan untuk berpikir. Dari semua data tersebut, maka guru melakukan

refleksi. Seperti diskusi kelompok diubah menjadi diskusi perorangan, dengan lebih banyak
memberikan atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi dan memberikan tugas
sebelumnya kepada siswa yang mengarah kepada pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi,
kemudian siswa diberi kesempatan secara bergiliran untuk mengerjakan tugas sekaligus dinilai
secara kualitatif dan kuantitatif, hasil asesmen didiskusikan kepada siswa sebelum melakukan
pembelajaran berikutnya, kegiatan pembelajaran dirumuskan secara realistis yang mudah
diukur. (Tahir, 2011: 93-95).

Jadi, refleksi berarti kegiatan yang dilakukan untuk mengingat kembali suatu tindakan
yang telah dilakukan dalam observasi. Refleksi mengkaji ulang apa yang telah terjadi atau
mempertimbangkan proses, permasalahan, isu, dan kekurangan yang ada atau yang belum tuntas
dari strategi penelitian yang telah dilakukan. Refleksi menjadi dasar untuk mengetahui kembali
rencana tindakan dengan memperhatikan variasi perspektif yang mempunyai aspek evaluatif bagi
peneliti untuk mempertimbangkan atau menilai apakah dampak tindakan yang timbul sudah
sesuai dengan yang diinginkan dan membuat perencanaan kembali. Langkah selanjutnya setelah
pelaksanaan tindakan dan observasi merupakan refleksi hasil pengamatan, melalui refleksi maka
dapat diketahui atau dipahami kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam penelitian tindakan.
(Uno, dkk, 2012: 69)

Kegiatan mengingat, merenungkan, mencermati, dan menganalisis kembali suatu tindakan


yang telah dilakukan dalam observasi merupakan refleksi yang dalam penalitian tindakan kelas
akan memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan yang telah
dilakukan selama proses pembelajaran. Dalam melakukan kegiatan refleksi guru selain berperan
sebagai peneliti itu sendiri juga harus bekerjasama dengan guru yang sama mata pelajaran namun
berbeda kelas atau peneliti dari perguruan tinggi agar refleksi dapat dilakukan sampai pada tahap
pemaknaan tindakan dan situasi dalam pembelajaran yang ada sehingga dapat memberikan dasar
untuk memperbaiki rencana tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. ( Asrori, 2009: 54)

Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman/acuan


yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur
yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan
kesehatan). Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama
rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif
dan melakukan konseling yang baik kepada klien.

Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan sebagai
tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya keluarga
sebagai unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan, terpadu, dan
paripurna), yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya
mencapai terwujudnya paradigma sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang
professional dan handal memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya
berhubungan dengan nyawa manusia.

2.2 Ruang Lingkup Praktik Kebidanan

A. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus
dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi
dnn memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.

B. Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom,
kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan. Selain itu
diartikan juga sebagai serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya.

C. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi
reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan
komunitasnya.

D. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan
data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
E. Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.

F. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan.

2.3 Praktik dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan
rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan
yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang
diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan
professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka
perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.

Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan
yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan
kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas
mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan
kebidanan kepada masyarakat.

Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial
dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau
diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat
misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan
untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang
diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar
adanya.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :


a. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan
informasi melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal,
frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader
tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian kita
untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat. Penting
untuk diingat bahwa upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara, adakalnya
diperlukan adakalanya tidak. Selain itu, penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara
berkesinambungan dengan memanfaatkan media yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan
agar menarik dan mudah dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring
dengan perkembangan ilmu kesehatan terkini.

b. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di


Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia kurang
dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.

c. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit
berat.

d. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien yang
memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.

2.4 Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan.

Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika melakukan tugasnya
yaitu:

a. Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love). Profesi bidan
harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena dorongan orangtua, dengan harapan
cepat bekerja dengan masa pendidikan yang singkat dan dapat membuka praktek mandiri. Oleh
karena itu terlepas dari apapun motivasi seseorang menjadi bidan, setiap bidan harus mencintai
pekerjaannya.

b. Jangan membuat kesalahan (don’t make mistake).


Dalam memberi asuhan, usahakan tidak ada kesalahan. Bidan harus bertindak sesuai dengan
standar profesinya. Untuk itu bidan harus terus menerus belajar dan meningkatkan keterampilan.
Kesalahan yang dilakukan memberi dampak sangat fatal. Jangan pernah berhenti mengasah
keterampilan yang telah dimiliki saat ini, terus meningkatkan diri, dan mau belajar kaena ilmu
selalu berubah. Keinginan untuk terus belajar dan kemauan untuk meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan akan sangat membantu kita menghindari kesalahan.

c. Orientasi kepada pelanggan (customer oriented).

Apapun yang dilakukan harus tetap berfokus pada pelanggan. Siapa yang anda beri pelayanan,
bagaimana karakter pelanggan anda, bagaimana pelayanan yang anda berikan dapat mereka
terima dan dapat member kepuasan sehinga anda tetap dapat member pelayanan yang sesuai
engan harapan dan keinginan pelanggan.

d. Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality).

Bidan harus terus menerus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada kliennya.
Dalam member pelayanan, jangan pernah merasa puas. Oleh karena itu, bidan harus terus
menerus meningkatkan diri, mengembangkan kemampuan kognitif dengan mengikuti pelatihan,
mempelajari dan menguasai perkembangan ilmu yang ada saat ini, mau berubah ke arah yang
lebih baik, tentu saja juga mau menerima perubahan pelayanan di bidang kebidanan yang telah
dibuktikanlebih bermanfaat secara ilmiah. Bidan yang terus berpraktek, keterampilannya akan
terus bertambah dalam memberi asuhan dan melakukan pertolongan persalinan, KB, maupun
dalam hal member pelayanan kebidanan lainnya. Dengan demikian diharapkan kualitas personal
bidan meningkat sehingga akan meningkatkan mutu pelayanan yag diberikannya.

e. Lakukan yang terbaik (do the best).

Jangan pernah memandang klien/pelanggan sebagai individu yang ‘tidak penting’ atau
mengklasifikasikan pelayanan yang anda berikan kepada pelanggan dengan memandang status
ekonomi, kondisi fisik, dan lain-lain. Ingat! Klien berhak memdapatkan pelayanan kesehatan
tanpa diskriminasi. Bidan harus member pelayanan, pemikiran, konseling, tenaga, dan juga
fasilitas yang terbaik bagi kliennya.

f. Bekerja dengan takut akan tuhan (work with reverence for the Lord).
Sebagai bangsa indonesia yang hidup majemuk dan beragama, bidan harus menghormati setiap
kliennya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bidan juga harus percaya segala yang dilakukan
dipertanggungjawabkan kepada Sang pencipta. Oleh karena itu, bidan harus memperhatikan
kaidah/norma yang berlaku di masyarakat, menjunjung tinggi moral dan etika, taat dan sadar
hukum, menghargai pelanggan dan teman sejawat, bekerja sesuai dengan standar profesi.

g. Berterima kasih kepada setiap masalah (say thanks to the problem).

Bidan dalam menjalankan tugas, baik secara individual (mandiri) sebagai manajer maupun dalam
kelompok (rumah sakit, puskesmas, di desa) tentu saja menghadapi dan melihat banyak masalah
pada proses pelaksanaan pelayanan kebidanan. Setiap masalah yang dihadapi akan menjadi
pengalaman dan guru yang paling berharga. Bidan dapat juga belajar dari pengalaman bidan
lainnya dan masalah yang mereka hadapi serta bagaimana mereka mengatasinya. Setiap masalah,
baik masalah manajemen maupun asuhan yang diberikan, membuat kita dapat belajar lebih baik
lagi di waktu yang akan datang. Selain itu masalah juga membuat seseorang mencapai
kedewasaan dan kematangan. Oleh karena itu, jangan pernah menyalahkan situasi dan masalah
yang ada, justru kita bisa belajar dari setiap situasi dan mencari strategi pemecahannya, yang
terpenting adalah mengevaluasi segala yang kita lakukan dan belajar dari kesukaran, masalah,
dan kesalahan yang kita alami serta berusaha menghindari kesalahan yang sama.

h. Perubahan perilaku (behavior change).

Mengubah perilaku sangat sulit dilakukan. H. L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu tenaga kesehatan, lingkungan, keturunan, dan
perilaku. Hal yang paling sulit dilakukan adalah perubahan perilaku.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam
meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam
secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional, ataupun global. Agar
bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial
budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien. Refleksi praktik dalam pelayanan
kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi
asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-
perilaku, lingkungan & pelayanan kesehatan).

3.2 Saran

Setelah membaca makalah refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan ini, diharapkan
pembaca mendapatkan pengetahuan tambahan dan dapat memahami isi materi makalah ini.

3.3 Kata Penutup

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
maka Penulis banyak berharap para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya .

DAFTAR PUSTAKA

http://lisnamegaresky.blogspot.com/2012/12/makalah-refleksi-praktik-dalam.html

http://gracedessy1230.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-reflektif.html

http://zulsophistsaidi.blogspot.com/search/label/peranan%20refleksi

http://nhyartaemishawol.blogspot.com/2013/11/refleksi-praktik-dalam-pelayanan.html

Anda mungkin juga menyukai