Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang biasanya
dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli (Santa Manurung, 2009).
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi
pada anak. (Suriani, 2006)
Pneumonia merupakan kondisi kelebihan cairan di paru yang diakibatkan oleh
sebuah peroses inflamasi. Peroses inflamasi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme dan disebabkan oleh inhalasi agen penyebab iritasi (Ignatavicius &
Workman, 2010).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan
terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda – benda asing (Arif Muttaqin, 2008).

B. Etiologi
Adapun etiologi dari pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan
protozoa:
1. Bakteri: Streptococus Pneumoniae, Staphylococus aureus.
2. Virus: influenza, parainfluenza, dan adenovirus.
3. Jamur: kandidiasis, histoplasmosis dan kriptokokkis.
4. Protozoa: pneumokistis karinii pneumonia.
Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah merokok, polusi udara, infeksi
saluran pernafasan atas, gangguan kesadaran (alkohol, overdosis obat, anestesi umum),
intubasi trakhea, imobilisasi lama, terapi imunosupresif (kortikosteroid, kemoterapi),
tidak berfungsinya system imun (AIDS) dan sakit gigi (Santa Manurung, 2009).

C. Tanda dan Gejala


Apabila menemukan klien dengan penyakit pneumonia, maka gejala-gejala yang
dapat ditemui pada klien secara umum adalah:
a. Demam tinggi ≥ 40⁰C
b. Berkeringat
c. Batuk dengan sputum yang produktif
d. Sesak nafas, retraksi intercostal
e. Sakit kepala
f. Mudah merasa lelah dan
g. Nyeri dada (Santa Manurung, 2009).
D. Pathway

Normal (sistem
pertahanan terganggu)

Organisme
Virus Sal. Napas bag. Bawah Stapilokokus
pneumokokus
Kuman patogen Eksudat masuk ke Trombus
mencapai bronkioli alveoli
terminalis merusak sel Alveoli Toksin, coagulase
epitel bersilia, sel
goblet Sel darah merah, Permukaan lapisan
Cairan edema +
leukosit ke alveoli leukosit, pneumokokus pleura tertutup tebal
mengisi alveoli eksudat trombus vena
pulmonalis

Leukosit + fibrin
Konsolidasi paru mengalami konsolidasi Nekrosis

leukositosis

Bersihan jalan napas Kekurangan volume Intoleransi aktivitas Konsolidasi paru


tidak efektif cairan

Ketidakefektifan pola
napas

E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa penyakit pneumonia, maka disamping hasil anamnesa
dari klien test diagnostik yang sering dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan rontgen: dapat terlihat infiltrat pada parenkim paru.
2. Laboratorium:
a. AGD: dapat menjadi asidosis metabolik dengan atau retensi CO2.
b. DPL: biasanya terdapat leukositosis. Laju Endap Darah (LED) meningkat.
c. Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun.
d. Bilirubin: mungkin meningkat.
e. Kultur sputum: terdapat mikroorganisme.
f. Kultur darah: bakteremia sementara.
g. Test sensitivitas antibiotika
3. Fungsi paru: volume dapat menurun (Santa Manurung, 2009).

F. Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
- Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
- Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
- Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
- Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.
- Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
- Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk berdahak dan
peningkatan suhu tubuh/demam.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40ºC, frekuensi napas
meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan apabila tidak
melibatkan infeksi sistematis yang berpengaruh pada hemodinamika
kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
2) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris. Pada
klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat
dan dangkal, serta danya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Napas
cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-anak.
Batuk dan sputum. Pada saat dilakukan pengkajian batuk pada klien
dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan
adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.
3) Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien
dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang
antara bagian kanan dan kiri.
Getaran suara (fremitus vokal). Taktil fremitus pada klien dengan
pneumonia biasanya normal.
4) Perkusi
Pasien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada
klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronkhopneumonia menjadi suatu
sarang (kunfluens).
5) Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan
bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana
didapatkan adanya ronkhi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman
oksigen.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan
toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.
3. Fokus Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan :
- Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas
- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Misalnya:
batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan
ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan
adanya bunyi nafas adventisius
2. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
3. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas
4. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.
Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah
pengeluaran.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman
oksigen.
Tujuan :
- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal
dan tidak ada distres pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi :
1. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan
Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum
2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap
demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
3. Kaji status mental
Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia.
4. Awsi frekuensi jantung/ irama
Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi.
5. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk
efektif
Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi.
6. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi
Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Tujuan:
- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan
paru jelas/ bersih
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja
nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.
Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi
kecil.
3. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.
Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
4. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.
Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
5. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi
abdomen.
Tujuan :
- Menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Intervensi :
1. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.
Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan
yang menarik untuk pasien.
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali
3. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi

H. Daftar Pustaka
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Ignatavicius and Workman. 2010. Medical-Surgical Nursing Patient-Centered
Collaborative Care sixth edition. United States Of America : Saunders
Elsevier.
Praktikan:

Andrianus Edi
14160092

Mengetahui:

Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik (PA)

Anda mungkin juga menyukai