Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AUDIT SISTEM INFORMASI

“LATAR BELAKANG DAN PEMAHAMAN”

Dosen Pengampu : Medianto Suryo, M.Ak., Ak., CA., CPAI., CPA

Disusun oleh:

1. Tania Yuniar 1112161035


2. Siti Kamilah Khoeriah 1112161076
3. Patnawati 1112161142
4. Evi Yuliati 1112161123
5. Neva Nurfadilah 1112197020

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN PERBANKAN
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan

sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah

berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun

dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para

pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih

jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran

yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik

lagi.

Bandung, 30 September 2019


Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Tujuan Masalah ........................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
2.1. Pemahaman Fungsi Audit ........................................................................ 5
2.2. Standard dan Etika .................................................................................... 8
2.3 Organisasi Profesi ................................................................................... 10
2.4. Pendidikan Dan Pola Karier ................................................................... 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berita hangat yang dibicarakan awal tahun 2003 adalah mengenai masalah

bank Lippo, yaitu mengenai penilaian aset Bank Lippo oleh perusahaan penilai

(appraisal company) yang terkait dengan pemeriksaan laporan keuangan (general

financial audit) oleh kantor akuntan publik Ernst & Young dan Partner (Prasetyo

Sarwoko dan Sanjaya) yang kemudian diumumkan ke publik. Publikasi laporan

keuangan ini menjadi heboh karena adanya tuduhan bahwa manajemen Bank

Lippo telah melakukan modifikasi terhadap laporan keuangan hasil audit, sebelum

diumumkan ke publik. Ternyata kemudian pada tanggal 18 maret 2003 Deputi

Senior Bank Indonesia (Anwar Nasution) dan kepala Badan Pengelola Pasar

Modal (Herwidiyanto), lengkap dengan gambarnya pada harian Kompas pada

tanggal tersebut, memutuskan memberi denda sebesar 2,5 milyar (ekuivalen ±

Rp.2.808.988.700,00 kurs pada saat itu ialah $1= Rp.8.900,00) kepada direksi

Bank Lippo secara tanggung-renteng. Sanksi Administratif tersebut dijatuhkan

untu kesalahan yang bersangkutan karena kurang hati-hati, yaitu menyatakan

laporan keuangan Bank tersebut per tanggal 30 september 2002 yang belum

diaudit (unaudited) sebagai telah di audit (audited). Badan pengelola pasar Modal

juga mengungkapkan bahwa Direksi Bank Lippo telah menyampaikan tiga versi

laporan keuangan pertanggal 30 September 2002 yang berbeda-beda dan

semuanya dinyatakan audited. Ketiga versi laporan keuangan tersebut adalah

laporan yang diiklankan di surat kabar pada tanggal 28 November 2002, laporan

1
2

yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta tanggal 27 Desember 2002, dan laporan

yang disampaikan Akuntan Publik EY-Prasetio, Sarwoko & Sanjaya kepada

Manajemen Bank Lippo pada tanggal 6 januari 2003.

Berita di atas memang tidak lansung berkaitan dengan profesi auditing,

akan tetapi menyangkut masalah penting yang terkait dengan teknologi informasi

yang merupakan salah satu masalah prinsip yaitu masalah kompetensi auditor

bilkliennya menggunakan sistem berbasis teknologi komputerisasi dan

komunikasi. Artinya, profesionalisme dan keharusan terus menerus untuk selalu

berusaha meningkatkan kompetensi merupakan salah satu kompenen integritas.

Dari contoh kasus diatas, pelajaran yang dapat ditarik adalah bahwa auditor harus

menjaga integritasnya karena nilai utama dari jasa audit adalah kepercayaan

publik kepada auditor, bahwa opini auditor memberikan tambahan keyakinan atau

assurance, bahwa hasil auditnya dapat kita pakai sebagai pegangan atau dasar

untuk mengambil suatu keputusan tertentu. Selain dari itu, auditor juga harus

selalu meningkatkan profesionalisme dan kompetensinya, khususnya terhadap

realita bahwa sistem yang diaudit makin kompleks, makin luas skala tau ukuran

besaran organisasinya, dan bahkan mungkin makin rumit karena lingkungan

teknologi (khususnya komputerisasi dan komunikasi, information communication

and technology, ICT) yang digunakannya.

Berita berikutnya lebih mempertegas masalah integritas auditor, dan

selanjutnya menyangkut perilaku pengguna laporan audit, khususnya pihak

manajemen perusahaan yang seharusnya menggunakan laporan auditor indepeden

secara tepat dan kepentingan publik (stockholder dan stakeholder) tidak

dikesampingkan. Pada kasus ini lagi-lagi Departemen Keuangan RI kemudian


3

melakukan langkah-langkah penelitian, antara lain memeriksa apakah lembaga

penilai telah bekerja sesuai standar dan aturan yang ada, demikian pula apakah

auditor telah mengikuti standar pemeriksaan akuntansi dalam melaksanakan tugas

auditnya. Apabila auditor telah bekerja secara kompeten, independen dan menjaga

integritasnya, maka persoalan kemudian terpulang ke manajemen Bank Lippo.

Berbagi pihak bahkan telah secara dini mengusulan agar manjemen (direksi) Bank

Lippo dimasukkan ke dalam daftar orang tercela (daftar orang yang tidak

memiliki etika bisnis yang baik). Perkembangan selanjutnya yang paling dramatis

adalah profilerasi Internet dan WWW (the world wide web). Dengan makin

berkembangnya internet tersebut, maka dunia bisnis makin meyadari bahwa

terdapat peluang-peluan baru bagi mereka untuk dapat bekerja dengan cara yang

berbeda. Dampaknya antara lain ialah diintrodusirnya electronic business (e-

business) dan electronic commerce (e-commerce). Internet dan WWW telah

mendorong perubahan, dan kini dunia bisnis berada dalam suatu lingkungan

electronic networking environment. Dalam electronic networking environment

aktivitas bisnis telah melewati batas-batas tempat/lokasi/negara dan waktu.

Dalam lingkungan seperti itulah kini kita berada, termasuk para akuntan/

auditor. Mereka berada dilingkungan tenologi informasi yang terus berkembang

pesat, dan karena itu memang hari-hari bagi para auditor yang tidak memahami

komputer/komputerisasi telah berlalu, karena: “The accountant of tomorrow will

have to be computer expert, and tomorrow is already here”. Makna dari kalimat

itu adalah bahwa pada saat ini para akuntan tidak dapat lagi menghindari

kemajuan teknologi sebagai salah satu komponen sumberdaya sistem (informasi)

akuntansi.
4

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan pemahaman fungsi audit.

1.2.2. Bagaimana standard dan etika yang harus diperhatikan dan

dijalankan oleh seorang profesi akuntansi.

1.2.3. Apa yang dimaksud Organisasi profesi akuntan dan apa saja jenis

organisasi profesi akuntan yang terkenal secara internasional.

1.2.4. Pendidikan dan pola karier apa saja yang dapat ditempuh oleh

lulusan sarjana jurusan akuntansi.

1.3. Tujuan Masalah

1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemahaman fungsi

audit.

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana standard dan etika yang harus

diperhatikan dan dijalankan oleh seorang profesi akuntansi.

1.3.3 Untuk mengetahui apa yang dimaksud organisasi profesi akuntan

dan jenis - jenis organisasi profesi akuntan yang terkenal secara

internasional.

1.3.4 Untuk mengetahui pendidikan dan pola karier yang dapat ditempuh

oleh lulusan sarjana jurusan akuntansi.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pemahaman Fungsi Audit

Pemahaman atas Auditing, Auditor, fungsinya, serta laporan keuangan audit

dan bagaimana “membaca laporan audit” merupakan hal yang sangat penting

tetapi belum memasyarakat. Dalam suatu acara televisi, seorang doktor ilmu

ekonomi mengatakan : “Mengapa suatu perusahaan yang telah mendapat opini

wajar tanpa pengecualian dari auditor eksternal independen ternyata kemudian

diketahui rugi”? Hal tersebut dapat menunjukkan betapa auditing dan laporan

audit masih belum dipahami. Kasus tersebut menunjukkan bahwa pengertian audit

masih belum dipahami oleh masyarakat, bahkan dikalangan intelektual sekalipun.

Dalam kaitannya ini perlu disinggung konsep tentang information value

added chain. Informasi dapat diibaratkan sebagai “darah pada tubuh suatu

organisasi perusahaan”. Informasi sangat penting dalam mendukung aktivitas

perusahaan dalam rangka perkembangan perusahaan tersebut. Agar perusahaan

dikelola dengan baik maka dibutuhkan sistem informasi yang dapat mendukung

tugas – tugas operasional, untuk perencanaan, maupun sebagai bahan untuk

pengambilan keputusan bagi kelangsungan hidup (going concern) suatu

perusahaan.

Dalam konsep information value added chain, pola pikir yang

dikembangkan adalah bahwa pada setiap organisasi selalu mempunyai sistem

operasional dan sistem konsepsional (sistem informasi). Sistem informasi

diperlukan agar dapat memberikan umpan balik (feed – back) berupa informasi

5
6

bagi manajemen dalam rangka melakukan pengelolahan sistem operasional. Feed

– back akan berguna bila sistem informasi memberikan value added, caranya

adalah dengan mengolah data tentang transaksi menjadi informasi. Informasi akan

memberikan knowledge bagi pihak – pihak yang menggunakannya, dan dengan

knowledge tersebut mereka dapat melakukan perencanaan (planning) atau

mengambil keputusan (decision making).

Di lain pihak, perkembangan teknologi informasi saat ini telah mempunyai

dampak yang luar biasa pada berbagai bidang dan sektor kegiatan. Di antara

implikasi yang relatif paling besar ialah pada disiplin ilmu dan praktek akuntansi,

perubahan tersebut menjadi makin kompleks dengan terjadinya perubahan –

perubahan kegiatan entitas bisnis, antara lain pada besaran organisasi, konsep

chain management, dan makin eratnya integrasi kegiatan antara suppliers,

customers, dan bahkan dengan competitors. Sementara itu ketika organisasi

menjadi makin besar dan lokasi kantor/cabang – cabangnya semakin tersebar,

maka sistem informasi berbasis komputer menjadi makin penting sebagai salah

satu alat bantu bagi manajer dalam menjalankan tugas serta fungsinya.

Menghadapi perubahan tersebut, kegiatan profesi akuntansi dan pendidikan

akuntansi perlu di-reaktualisasikan. Menurut visi AICPA, 1999: “many of the

traditional, essential skills of CPAs are being replaced by new technologies

sources. Corporations are conducting business in a world of commerce that is

global, technological, instantaneous, and increasingly virtual. The leadership they

require from both internal and external advisors require insights, new skills and

wide variety of souerces and increasingly provide valuable strategic

interpretations for decision making.” Pendidikan akuntansi yang ada sekarang


7

terlalu terfokus pada low value added activities to the detriment of its students,

masih menggunakan single/ traditional professional model, dan kurang

memberikan dasar pengetahuan/keterampilan teknologi informasi sebagai basic

tools to work in this new and emerging environment. Para lulusannya akan kurang

mampu atau kurang cepat beradaptasi dengan perubahan yang terus berlanjut bila

tidak ada peningkatan pengetahuan sistem informasi (increase the amount of

programt time allocated to understanding technology and its impact on the role of

the accountant).

Para akuntan pada masa yang akan datang diperkiraan tidak hanya akan

bekerja secara konvensional/tradisional, melainkan juga sebagai sistem analis atau

evaluator (quality assurance) sistem informasi akuntansi (yang makin integrated

dengan subsistem informasi lain, bahkan dengan sistem operasional perusahaan).

Dalam jasa kantor akuntan publik, para akuntan harus mampu berperan sebagai

konsultan atau mampu membangun sistem akuntansi berbasis teknologi informasi,

khususnya dalam merumuskan kebutuhan klien (user requirement definition) serta

struktur pengendalian intern (internal control structure). Demikian pula audit

keuangan terhadap sistem akuntansi berbasis teknologi informasi, tanpa

memahami akuntansi dan teknologi informasi auditor akan mengalami kesulitan.

Perkembangan teknologi informasi (komputasi dan komunikasi) telah

mengakibatkan perubahan – perubahan pada sistem akuntansi, sistem

pengendalian intern, dan auditing. Perubahan (aktualisasi) di bidang sistem

akuntansi, misalnya adalah proses bookkeeping bisa diotomatisasi, sistem

akuntansi harus makin terpadu dengan sistem informasi secara keseluruhan

(makin terpadu, integrated pada computer based accounting information system),


8

timbulnya kebutuhan web based accounting information system. Sistem

pengendalian intern tidak cukup hanya dengan kontrol internal traditional, bahkan

juga tidak cukup dengan adanya general controls dan application controls,

melainkan perlu pengendalian akses, authetication, repudiation, dan security

systems lain yang melindungi pihak yang berkepentingan dalam information and

comunication technology pada dunia maya (virtual community).

2.2. Standard dan Etika

Kata “etika” berasal dari Bahasa Yunani ethos, dan “moralitas” dari bahasa

latin mores, keduanya digunakan untuk membicarakan bagaimana kita seharusnya

bersikap kepada satu sama lain dan saling bekerjasama. Ditinjau dari segi pandang

etimologis, etika mempunyai makna kebiasaan dan aturan perilaku, maksudnya

ialah bagaimana kita harus berperilaku pada suatu lingkungan sosial tertentu.

Etika dalam konteks filsafat merupakan refleksi filsafata moral. Karena fungsinya

itu, kaidah – kaidah etika dibutuhkan agar bisa menemukan jalan tengah antara

nafsu mementingkan diri sendiri di satu pihak, dan kebutuhan sosial di lain pihak.

Etika mempunyai tujuan yang sangat praktis, yaitu menyelaraskan

kebutuhan orang per orang dan kebutuhan sosial, khususnya lingkungan pada

profesi tertentu. Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas

yang dihayati masyarakat. Dan membantunya dalam merumuskan pedoman etis

dan norma – norma yang berkembang. Seseorang sebagai anggota lingkungan itu

dalam kegiatan – kegiatannya harus berpegang serta menggunakan prinsip –

prinsip, antara lain: kejujuran, loyalitas, mematuhi janji, menghargai keadilan,


9

bertanggung jawab, selalu berusaha bekerja dengan pencapaian terbaik, memiliki

rasa kepedulian dan sebagainya.

Standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, technical skill and

professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seseorang individu untuk

dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang

aturan – aturannya dibuat oleh organisasi profesi yang bersangkutan (dalam hal

akuntansi di Indonesia: Ikatan Akuntansi Indonesia). Sedangkan standar prosedur

operasional adalah suatu prosedur kerja rutin tertentu. Prosedur tersebut

memberikan acuan tentang langkah – langkah yang benar dan terbaik berdasarkan

konsensus bersama untuk melaksanakan kegiatan/tugas atau menjalankan fungsi

tertentu sesuai bidang profesinya.

Standar profesi perlu selalu dipedomani oleh anggota profesi tersebut dalam

setiap menjalankan praktik kegiatan profesionalnya. Bila seseorang anggota

profesi telah menjalankan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional yang ada, maka yang bersangkutan akan memperoleh

perlindungan hukum atas konsekuensi pekerjaanya. Seorang akuntan yang

melakukan audit dengan acuan standar yang ada dan telah melakukan kegiatan

sesuai tehnik – tehnik yang dapat dipakai, mungkin tidak sepenuhnya dapat

terhindar dari kesalahan. Dalam pengujian bukti audit misalnya, jika auditor telah

menggunakan sampel dengan tehnik sampling dan sample size yang sudah dapat

diterim secara teknis, bukan berarti temuan terhadap sampel dapat mutlak

mencerminkan populasinya.
10

Selain standar dan ethical responsibility, auditor juga harus berpedoman

pada guidelines dan principles, dengan maksud supaya integritas profesi, baik

secara individual maupun masyarakat profesi tersebut mempunyai integritas yang

tinggi. Setiap individu dalam profesi audit itu selalu menjaga setiap aktivitas,

perilaku, dan keputusan – keputusan yang diambil hendaknya selalu sesuai etika

(yang tercantum pada kode etik) dan rule of conduct (tata perilaku). Aplikasi dari

pemikiran – pemikiran ini antara lain dalam bentuk disarankannya selalu dibuat

internal audit charter (aturan/anggaran dasar yang disahkan oleh manajemen) pada

tiap perusahaan agar terdapat kejelasan mengenai tugas – pokok / fungsi dan

tanggung jawab auditor internal. Di beberapa negara para akuntan tidak hanya

diberikan nomor registrasi (oleh negara/ pemerintah atau ikatan organisasi profesi

akuntan) tetapi juga ada mekanisme chartered accountant (akuntan di bawah

sumpah). Di Indonesia, sebelum tahun 2000-an para akuntan memperoleh

registrasi akuntan dari pemerintah (Departemen Keuangan RI), tetapi pada saat ini

kualifikasi dan registrasi diberikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

2.3 Organisasi Profesi

Organisasi profesi atau professional organization/body/association/society

adalah suatu organisasi profesi tertentu( lazimnya non profit) dan keberadaannya

antara lain untuk mendorong para anggota ikatan profesi tersebut dapat bertindak

lebih profesional. Tujuannya ialah untuk melindungi secara berimbang terhadap

para anggota profesi tersebut maupun pihak lain yang berkaitan atau para

pengguna jasa profesi tersebut. Ikatan akuntan misalnya, merupakan ikatan yang

membantu pengembangan karier para akuntan, meningkatkan kompetensi dengan

system pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Di lain pihak ikatan akuntan juga
11

memproteksi publik dari kemungkinan prilaku anggotanya yang tidak

professional, misalnya dengan : enforcing standards, kode etik profesi, adanya

sanksi organisasi bagi anggota, dan sebagainya.

Pada umumnya ikatan profesi memberikan sertifikasi yang berkaitan degan

pengakuan atas kompetensi profesi tersebut. Kadang – kadang sertifikasi

merupakan persyaratan keanggotaan ikatan profesi (meskipun tidak harus atau

tidak selamanya begitu), dan bahkan seringkali sertifikasi dan keanggotaan

organisasi profesi merupakan persyaratan untuk dapat melakukan kegiatan

(berpraktik) pada bidang profesi tersebut. Misalnya seseorang baru dapat praktik

di bidang audit laporan keuangan bila yang bersangkutan telah memiliki

pendidikan formal serjana ekonomi jurusan akuntansi, memiliki register akuntan,

dan bersertifikat akuntan publik. Bidang-bidang kedokteran, engineering, hukum,

arsitektur, dan akuntansi merupakan profesi – profesi yang sudah mapan. Ikatan

Akuntansi Indonesia adalah organisasi profesi para akuntan di dalam sruktur

organisasinya terdapat beberapa kompartemen, antara lain ialah kompartemen

untuk para akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publik yang memberikan

jasa audit. Sedangkan audit internal ,khususnya yang bekerja di lingkungan badan

usaha Negara, tergabung dalam suatu pengawas intern. Beberapa organisaasi

profesi akuntan yang di kenal secara internasional antara lain ialah: The

Internasional Federation of acuntants (IFAC), Institut of Internal Auditors (ILA),

American Accounting Association (AAA), American Institute of Certified Public

Accountant (AICPA), Informations System Audit Control Association (ISACA),

Committee of Sponsoring Organization ( COSO), Canadian Institute of

Chartered Accountants (CICA), dan sebagainya.


12

2.4. Pendidikan Dan Pola Karier

Bidang profesi yang mungkin dapat dipilih bagi lulusan fakultas ekonomi

akuntansi dan program studi komputerisasi ialah:

a. Sebagai penyusun system (system developer) berperan sebagai anggota

tim (sytem analyst), sebagai perancang (system desaigner), sebagai

system development project team leader,atau menyumbangkan

keahliannya dalam berbagai kapasitas untuk membangun system

informasi akuntansi yang baik.

b. Sebagai manajer yang tugasnya mengelola unit fungsional system

informasi atau sebagai manajer unit fungsional lainnyaantara lain bidang

keungan dan akuntansi. Manajer system informasi harus memahami

bidang kegiatan atau unit fungsional lain sehingga sebagai servis unit

dapat memberikan support maksimal. Sebaliknya manajer unit fungsional

lain sebagai pengguna system informasi,akan mennjadi user yang baik

bila bila dapat memahami konsep system informasi secara memadai.

c. Sebagai Evaluator

 Auditor ekstern independen untuk audit keuangan.

 Audit intern suatu perusahaan atau lembaga public/pemerintah.

 Quality assurance/evaluator kegiatan pengembangan sistem informasi

berbasis computer.

d. Sebagai User (End User)

 Praktek di lingkungan kantor akuntan publik atau bekerja di

perusahaan bidang kegiatan bisnis saja, perdagangan atau


13

industri,artinya bekerja sebagai pegawai atau pimpinan pada suatu

perusahaan.

 Bekerja pada lingkungan pemerintah atau organisasi-organisasi nir-

laba.

 Sebagai exsternal advisor (practitioner,consultan)

e. Sebagai dosen atau pengajar di lembaga pendidikan.

f. Bekerja di bidang penelitian (riset) dan pengembangan profesi.

g. Bekerja dengan mengembangkan entrepreneurship-nya sebagai

wiraswasta, khususnya yang berkaitan dengan system informasi.

Di antara bidang kegiatan kerja (work domain) yang disebutkan di atas, maka

profesi sebagai akuntan publik atau auditor ekstern adalah salah satu profesi

yang mempunyai karakteristik tersendiri. Sebagai akuntan publik atau auditor

ekstern, mereka mempunyai tanggung jawab sosial yang lebih jelas dan dengan

lingkup keterlibatan pihak – pihak yang relatif luas dan memberikan opini pada

laporan hasil audit laporan keuangan. Dalam memberikan opini atas kewajaran

laporan keuangan perusahaan (khususnya perusahaan perseroan terbuka, PT. Tbk)

maka opininya ini merupakan informasi (knowledge) yang akan dipakai sebagai

dasar pengambilan keputusan (decision making process) oleh pihak – pihak yang

terkait (the firm’s environment) seperti misalnya Ditjen. Pajak, Bank atau calon

kreditor, partner, calon investor dan sebagainya.

Dalam pembahasan tentang audit selalu dengan asumsi bahwa auditor ialah

akuntan, karena didasari pada kenyataan bahwa secara tradisional kegiatan audit

(general audit terhadap financial statement, atau audit terhadap laporan keuangan

dengan opini auditor berbentuk baku/standar) dilakukan oleh akuntan. Lebih –


14

lebih perusahaan yang sahamnya telah dijual ke publik (dan lazimnya dikelola

oleh manajemen profesional, non-persero) dipersyaratkan adanya audit terhadap

laporan keuangannya oleh akuntan publik (sebagai auditor ekstern independen).

Sedangkan audit yang bukan bersifat general audit tidak harus dilakukan oleh

para akuntan. Auditor internal yang melakukan audit bersifat operasional audit

atau management audit tidak harus akuntan. Di beberapa negara lain, misalnya

Amerika Serikat, seorang dengan predikat certifeid public accountant, juga tidak

harus punya pendidikan formal dengan gelar akademis sarjana akuntansi dari

fakultas ekonomi atau sekolah tinggi akuntansi.

Mengenai audit laporan keuangan yang pada saat ini hanya dilakukan oleh

para penyandang gelar profesi akuntan, perlu kita ketahui bahwa gelar profesi

akuntan diberikan kepada sarjana ekononi jurusan akuntansi, setelah mereka

mengikuti suatu program perdidikan lanjutan setingkat +24 satuan kredit

semester. Ujian sertifikasi diselenggarakan oleh lembaga Pendidikan Profesi

Akuntansi (PPA) pada fakultas/lembaga-lembaga perguruan tinggi yang telah

menenuhi persyaratan tertentu. Pada masa yang lalu, hanya perguruan-perguruan

tinggi negeri tertentu yang diberikan hak untuk memberikan gelar sebutan akuntan

(dan diberikan nomor register negara akuntan oleh Departemen Keuangan RI).

Lulusan fakultas ekonomi jurusan akuntansi dari perguruan tinggi lain harus

mengikuti Ujian Nasional (UNA) untuk dapat memperoleh kualifikasi sebagai

akuntan.

Di lain pihak auditor intern juga telah menemukan momentum untuk lebih

meningkatkan fungsi dan perannya. Berbagai organisasi makin mendorong

pengakuan terhadap makin pentingnya peran auditor internal, misalnya Committee


15

of Sponsoring Organization (COSO), ISACA (information Systern Audit and

Control Association, yang sebelumnya bernama Electronic Data Processing

Auditor Association, EDPAA), serta organisasi profesi auditor inten: The Institute

of Internal Auditors (IIA). Sertifikasi yang dapat diikuti auditor intern misalnya

adalah Certified Internal Auditor (CIA). Di Indonesia, sertifikasi yang dapat

diambil misalnya antara lain Qualified Internal Auditor (QIA) yang diberikan oleh

Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPAI), dan Professional Internal Auditor

(PIA), yang diberikan oleh Pusat Pengembangan Akuntansi & Keuangan (PPAK)

STAN, serta Certified Professional Accounting Management (CPMA) oleh Ikatan

Akuntan Indonesin komisariat Akuntansi Manajemen (IAI-KAM).

Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa dalam aturan yang berlaku sekarang

akuntan adalah suatu sebutan profesi (yang diberikan kepada seseorang individu

yang telah memiliki gelar akademis sebagai sarjana ekonomi jurusan akuntansi

setelah memenuhi persyaratan tambahan tertentu). Untuk mendapat register

negara sebagai akuntan, seorang sarjana ekonomi jurusan akuntansi harus terlebih

dahulu mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK). Selanjutnya, seorang

akuntan (yang telah mendapat register negara) yang akan berpraktik sebagai

auditor ekstern independen harus mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik

(USAP) untuk mendapatkan kualifikasi sebagai Bersertifikat Akuntan Publik

(BAP).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan teknologi informasi telah mengakibatkan perubahan-

perubahan pada sistem akuntansi, sistem pengendalian intern dan auditing.

Contoh perubahan di bidang sistem akuntansi adalah proses bookeping yang di

otomatisasi, system akuntansi harus makin terpadu dengan sistem informasi

secara keseluruhan timbulnya kebutuhan web based accounting information

system. Sistem pengendalian intern tidak cukup hanya dengan control internal

tradisional bahkan juga tidak cukup dengan adanya general controls dan

application controls, melainkan perlu pengendalian akses, authentification,

repudiation, dan security system lainnya yang melindungi pihak yang

berkepentingan dalam teknologi informasi dan komunikasi tersebut.

Berbagai organisasi yang mendorong pengakuan terhadap peran auditor

internal , diantaranya commiitte of sponsoring organization (COSO), information

system audit and control association serta organisasi auditor intern lainnya.

Sedangkan sertifikasi yang dapat diikuti oleh auditor internal diantaranya

Certified Internal auditor (CIA). Di Indonesia, sertifikasi yang dapat di ambil

misalnya Qualified Internal Auditor (QIA) yang diberikan oleh YPAI, dan

Professional Internal Auditor (PIA) yang diberikan oleh PPAK STAN, serta

Certified Professional Accounting Management (CPMA) dari IAI-KAM.

16
3.2 Saran

Perlunya pemahaman mengenai teknologi informasi dan komunikasi

sudah makin menjadi keharusan. Para akuntan harus memahami konsep teknologi

informasi dan komunikasi karena sebagai accounting system developer para aunta

perlu paham dalam mempertimbangkan faktor teknologi informasi komunikasi

sebagai bagian dari sumberdaya sistem yang dibangun. Bila tidak , tentu sistem

(akuntansi) yang dibangun akan ketinggalan zaman.

Pada saat ini telah terjadi perkembangan dalam tuntutan terhadap peran

auditor, serta jasa kantor akuntan publik pada umumnya. Dalam fungsinya sebagai

konsulta yang membantu membangun sistem akuntansi , para akuntan sangat

berperan sebagai bagian Dri tim pembangunan sistem (developmenen system),

khususnya dalam merumuskan kebtuhan organisasi klien (user requirement

definition) serta dalam memasukan sistem pendalian intern (internal control

system), agar sistem dapat berjalan baik menghindari kemungkinan terjadinya

kesalahan dan penyalahgunaan. Sebaliknya para auditor juga harus mampu

mengevaluasi desain dan efektifitas struktur pengendalian inten perusahaan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gondodiyoto sanyoto.(2007).Audit sistem informasi: pendekatan CobiT.Mitra


wacana media.jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai