Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu minuman tradisional yang resepnya sudah turun
temurun dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah jamu. Jamu
merupakan minuman herbal yang terbuat dari tumbuhan seperti jahe,
lengkuas, kunyit,temu lawak, temu ireng, asam, sambiloto, dan brotowali
(Tina, 2011). Salah satunya jamu yang digemari masyarakat di Indonesia
adalah jamu kunyit asam. Produk ini banyak digemari masyarakat bahkan
merupakan salah satu produk unggulan dari salah satu produsen jamu
terbesar di Indonesia (Sri, dkk, 2012). Produk ini mempunyai proses yang
mudah dibuat, namun terdapat beberapa ketentuan dalam pembuatan jamu
seperti yang tertera di CPOTB. Maka, perlu dilakukan uji yang sesuai
dengan SOP yang berlaku agar kualitas dari jamu yang dibuat termasuk
baik dan aman.
Salah satu uji yang akan dilakukan adalah uji Angka Kapang
Khamir. Menurut Wasito (2011), uji Angka Kapang Khamir merupakan
uji yang dilakukan untuk menjamin keamanan dan tingkat kesterilan dari
simplisia yang akan dipakai. Dalam praktikum kali ini akan dilakukan uji
organoleptik terhadap pembuatan jamu dengan 6 perlakuan yang berbeda
dan sampel jamu akan diuji dengan uji AKK.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan jamu kunyiit asam (Curcuma longa Linn.)
2. Mengetahui pengaruh perlakuan dalam pembuatan jamu dengan uji
organoleptik
3. Mengetahui Angka Kapang Khamir (AKK) dari pembuatan jamu
kunyit asam
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Tina (2011), jamu merupakan minuman yang terbuat dari bahan
alami berupa tanaman seperti jahe, lengkuas, kunyit,temu lawak, temu ireng,
asam, sambiloto, brotowali dan dianggap oleh masyarakat bangsa Indonesia
sebagai obat tradisional. Jamu biasanya terdiri dari tumbuh-tumbuhan dan juga
dari bagian tubuh hewan. Jamu digunakan oleh sebagian masyarakat untuk
pengobatan komplementer/alternatif (complementary and alternative medicine).
Penduduk Indonesia menggunakan jamu baik untuk menjaga kesehatan maupun
untuk pengobatan penyakit seperti batuk, piluk, pegal linu, sakit kepala, nyeri
tulang atau persendian, masalah organ reproduksi alat kelamin dan lain-lain.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis jamu yang banyak ditemukan di
berbagai lingkungan masyarakat. Menurut Rizky (2014), ada beberapa jenis jamu
di Indonesia antara lain :
1. Jamu beras kencur
Jamu beras kencur berkhasiat dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh
dan sebagai tonikom atau penyegar saat habis bekerja meringankan batuk dan
merupakan seduhan yang tepat untuk jamu batuk.
2. Jamu cabe puyang
Jamu cabe puyang dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu
'Pegal linu', dapat juga digunakan untuk menghilangkan dan menghindarkan
kesemutan, menghilangkan
3. Jamu kudu laos
Jamu kudu laos berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah, melancarkan
peredaran darah, menghangatkan badan.
4. Jamu kunir asam
Jamu kunir asam digunakan sebagai menyegarkan tubuh atau dapat membuat
tubuh menjadi dingin, untuk menghindarkan dari panas dalam atauSariawan,
serta membuat perut menjadi dingin dan melancarkan haid.
5. Jamu sinom
Jamu sinom dan jamu kunir asam merupakan jamu yang hampir sama, namun
yang memebedakan adalah cara mengencerkan jamu kunir asam dengan
mengurangi jumlah, bahan baku yang selanjutnya ditambahkan gula
secukupnya.
6. Jamu pahitan
Jamu pahitan memiliki rasa yang pahit dan dimanfaatkan untuk berbagai
masalah kesehatan untuk untuk gatal-gatal dan kencing manis,
menghilangkan bau badan, menurunkan kolesterol, perut kembung/sebah,
jerawat, pegal, dan pusing.
7. Jamu kunci suruh
Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu untuk
mengobati keluhan keputihan (fluor albus), untuk merapatkan bagian intim
wanita (vagina), menghilangkan bau badan,
8. Jamu uyup-uyup/gepyokan
Jamu uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang digunakan untuk
meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang menyusui dan
berguna juga untuk menghilangkan bau badan dan mendinginkan perut.
9. Jamu sambiloto
Biasa disebut sebagai jamu pahitan. Seperti namanya, jamu ini terbuat dari
daun sambiloto. Khasiat jamu yang rasanya sangat pahit ini adalah dapat
mengatasi kencing manis, membersihkan darah kotor yang bisa, selain itu
menurunkan kolesterol dan menghilangkan bau badan.
10. Jamu temulawak
Jamu jenis ini baik diminum oleh penderita penyakit hati (hepatitis) karena
memiliki efek hepatoprotektor, menurunkan kolesterol maupun
menghilangkan pegal linu pada tubuh.
Jamu kunyit asam merupakan ramuan segar yang terdiri dari rebuasan
rimpang kunyit dan daging asam jawa yang berkhasiat untuk mengurangi rasa
nyeri, yang dimana menghasilkan efek analgesik. Jamu kunyit asam juga dapat
menghambat terbentuknya malonaldehid (MDA) pada proses oksidasi lemak
didalam tubuh. Jamu kunyit asam juga memiliki antioksidan golongan flavonoid
yang menghambat oksidasi lemak (Mulyani, dkk, 2006).
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan jamu kunyit asam adalah
buah asam yang memiliki senyawa bioaktif yaitu 2-hidroksi-30,40-dihidroksi
aseto fenon, metil 3,4-dihidroksi bensoat, 3,4-dihidroksi fenil asetat, (-)-epikatekin
dan oligomerik proanthocianidin. Buah asam menunjukkan potensi sebagai
antibakteri, antikapang, efek hipoglikemik, efek hipokolesterolemik, anti-
peradangan, hipolipomik dan aktivitas antioksidan (Tsuda dkk., 1994) dan
senyawa bioaktif rimpang kunyit yaitu asam askorbat, karoten, asam kafeik,
kurkumin, eugenol, p-asam kumarik. Senyawa kurkumin ini diketahui mempunyai
aktivitas antioksidan yang tinggi, anti inflammatory , dan anti kanker (Suwariani
dan Suhendra, 2008).
Menurut Wasito (2011), uji Angka Kapang Khamir merupakan uji yang
dilakukan untuk menjamin keamanan dan tingkat kesterilan dari simplisia yang
akan dipakai. Tehnik ini merupakan tehnik yang menguji seberapa baik penerapan
CPOTB pada pembuatan jamu. BPOM RI (2014) menyatakan bahwa standar
untuk tingkat uji AKK terhadap jamu adalah 103 koloni/ml. Menurut Cappucino
dan Sherman(2008), Angka Kapang Khamir dapat dihitung dengan rumus :
Jumlah koloni per cawan
Angka cemaran = volume sampel x faktor pengencer

Lina dkk., (2013) menyatakan bahwa kontaminasi jamur yang terjadi pada
hasil inokulasi terjadi selang beberapa hari setelah dilakukan inokulasi.
Kontaminasi oleh bakteri dapat diidentifikasi dengan adanya lender putih lapisan
kerak di permukaan medium atau inokulan. Sedangkan kontaminasi jamur
memiliki ciri-ciri yaitu terdapat gumpalan berwarna putih kehitam-hitaman serta
terdapat hifa yang tumbuh.
III. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gelas kaca, panci,
pisau, talenan, blender, saringan, alat penumbuk, sendok,mortar, kompor,
glove, masker, jas lab, petri dish, pembakar spirtus, vortex, timbangan
analitik, mikropipet dan mikrotip.
Bahan yang digunakan adalah air pureit, aquades, 200 g kunyit, asam
jawa 50 g, gula jawa 200 g, cengkeh, kayu manis, garam, bubuk medium dan
bubuk PDA.
B. Cara Kerja
1. Pembuatan Jamu
Air pureit sebanyak 6 gelas dituangkan ke dalam panci. Kunyit sebanyak
200 g disiapkan dengan cara dikupas dan dimasukkan ke dalam air pureit
untuk di blender. Sebelum proses blender dijalankan dapat ditambahkan
dengan cengkeh, kayu manis serta garam secukupnya. Proses blender
dilakukan hingga bahan halus secara merata, kemudian dituangkan ke
dalam panci untuk dididihkan. Jamu yang telah selesai dibuat diuji secara
organoleptik dengan aspek yang diuji adalah rasa, warna, bau, dan
kesukaan.
2. Persiapan Sampel Uji AKK
Sampel jamu sebanyak 1 ml diambil dan diencerkan dengan 9 ml aquades
kemudian divortex. Hasil akhir akan dijadikan pengenceran 10-0.
Pengenceran diulang hingga 10-3 dengan ketentuan hasil tiap pengenceran
ditempatkan pada tempat yang berbeda untuj diuji AKK.
3. Uji AKK
Sampel jamu masing-masing pengenceran diambil sebanyak 1 ml dan
dituangkan ke dalam petri dish. Medium PDA yang telah disiapkan
sebelumnya langsung dituangkan ke dalam petri dish berisi sampel secara
pour plate. Hasil pour plate diinkubasi pada suhu ruang selama 3x24 jam.
Hasil inkubasi kemudian diamati dan dicatat perubahan yang terjadi serta
dihitung dengan rumus AKK yaitu :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖
AKK = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia No. 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional. BPOM, Jakarta.

Cappucino, J. G. Dan Sherman, N. 2008. Microbiology : A Laboratory Manual.


Pearson Education, USA.

Madigan, M., dan Martinko, J. 2005. Brock Biology of Microorganisms (11th ed.).
Prentice Hall. New Jersey.

Mulyani, Sri, S. K dan Lani, T. 2006 .Potensi Minuman Kunyit-Asam(Curcuma


domestica Val - Tamarindus Indica L.) Sebagai Sumber Antioksidan
Beserta Analisis Finansialnya.Laporan Research Grant, TPSDP. ADB-
LOAN

Lina, F.R., Ratnasari, E., dan Wahyono, R. 2013. Pengaruh 6-benzylaminopurine


dan 6-futfuryleaminopurine (kinetin) pada media MS terhadap
pertumbuhan eksplan ujung apical tanaman jati secara in vitro. LenteraBio
2(1):57-61

Rizki, S. 2014. Melestarikan Minuman Tradisional Jamu. Jurnal Biofarmaka 3(1):


1-6.

Sri, M., Bambang, A., dan Gak, D. P. 2012. Potensi Minuman Kunyit Asam
(Curcuma domestica Val. - Tamarindus indica L.) Sebagai Penurun Gula
Darah Pada Tikus Hiperglikemik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
8(2):141-146

Suwariani and Suhendra, L. 2008. Sinergisme Aktivitas Antioksidan Kunyit-


Asam (Curcuma domestica Val.-Tamarindus indica L.) Sebagai
Penangkap Radikal Bebas. Seminar Nasional Pengembangan Agroindustri
Berbasis Sumber Pangan Lokal untuk Peningkatan Kedaulatan Pangan,
Yogyakarta.

Tina, K. 2011. Tradisi Minum Jamu :KOnsep Komunikasi Kesehatan Dari


Generasi Ke Generasi. Seminar Nasional Komunikasi Publik Dan
Dinamika Masyarakat Lokal. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung, Bandar Lampung

Tsuda, T., Watanabe, M., Ohshima, K., Yamamoto, A., Kawakishi, S. dan Osawa,
T. 1994. Antioxidative components isolated from the seed of tamarind
(Tamarindus indica L.). Journal of Agricultural and Food Chemistry 4(2):
2671-2674

Wasito, H. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai