Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMASETIKA

ISONIAZID SIRUP

Disusun oleh :

Kelompok 3

Sesi 05

Aprilia Nur Widiastuti (20180311127)


Febrianti Asgar (20180311139)
Rohaniva Yusniasari (20180311141)
Nia Laras Permata (20180311110)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2019
A. Dasar teori
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa. Kecuali
dinyatakan lain,kadar tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (Farmakope
Indonesia III).
Sirop adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang didalamnya
ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan jernis berasa manis. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit,
dengan maksud lain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat
meningkatkan kelarutan obat. Sirop simplex (sirop gula) adalah larutan gula yang
dibuat dengan melarutkan 65 bagian gula dalam larutan Metil Parraben 0,25% b/v
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirop. Sirop obat adalah sirop yang
mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa zat tambahan lain,
dimaksudkan untuk digunakan dalam pengobatan. Sirop wangi adalah sirop yang
umumnya tidak mengandung obat, tetapi mengandung zat wewangi atau zat lain yang
berbau sedap, dimaksudkan untuk digunakan sebagai zat pembawa atau wewangi
untuk pembuata obat mendadak. Tujuan utama penggunaan sirop ini adalah untuk
menutupi rasa atau bau obat yang tidak enak (Formularium Nasional II).
B. Resep
Tiap 5 ml mengandung : (resep standar formulariun nasional edisi kedua, 1978 : 167)
R/ isoniazid 50 mg
Acidum citricum 12,5 mg
Natrii Citras 60 mg
Glycerolum 1 ml
Sorbitol solutio 70% ad 5 ml

C. Monografi
1. Isoniazidum (Farmakope Indonesi edisi III : 320
a. Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
agak pahit, terurai perlahan-lahan oleh udara dan cahaya.
b. Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%),
sukar larut dalam kloroform dan dalam eter.
c. Indikasi : anti-tuberkolosis
d. Kontra indikasi :pasien gangguan hati gangguan ginjal yang parah, epilepsi
e. Efeksamping :muat muntah tegangan pada bagian perut, reaksi hepatiti,
gangguan metabolisme, reaksi pada kulit.
f. Dosis : sehari 1 tab

2. Acidum citricum (Farmakope Indonesia edisi III : 50)


a. Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa sangat asam, agak mikroskopis, merapuh
dalam udara kering dan panas.
b. Kelarutan : larut kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol
(95%) sukar larut dalam eter
3. Natrii citras (Farmakope Indonesia edisi III : 406)
a. Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih.
b. Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut air mendidih,
Praktis tidak larut dalam etanol (95%)

D. Perhitungan Bahan
1. isoniazid 50 mg
2. Acidum citricum 12,5 mg
3. Natrii Citras 60 mg
4. Glycerolum 1 ml
5. Sorbitol solutio 70% ad 5 ml

E. Penimbangan Bahan
1. isoniazid 50 mg
2. Acidum citricum 12,5 mg
3. Natrii Citras 60 mg
4. Glycerolum 1 ml
5. Sorbitol solutio 70% ad 5 ml

F. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang bahan obat
3. Dikalibrasi botol
4. Dilarutkan isonaizid dengan air didalam Erlenmeyer kocok ad larut dimasukkan
kedalam botol
5. Dilarutkan acidum citricum dengan air didalam Erlenmeyer kocok ad larut
dimasukkan kedalam botol kocok ad homogen
6. Dilarutkan natrii citras dengan air didalam erlenmeyer kocok ad larut dimasukkan
kedalam botol kocok ad homogen
7. Ditambahkan glycerolum kedalam botol kocok ad homogeny
8. Ditambahkan sorbitol solution 70% sampai batas kalibrasi

Anda mungkin juga menyukai