Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
Kelompok 2
Muzdalifah 1910913720015
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum biokimia uji
glukosa dalam urine pada mata kuliah biokimia keperawatan dengan baik sesuai dengan
waktu yang telah kita tentukan. Laporan ini adalah hasil kerjasama kami sebagai tim
yang dalam pencarian data sampai dengan penyusunan laporan sampai dengan selesai.
Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada dosen mata kuliah
biokimia keperawatan yang telah memberikan banyak dorongan dalam melaksanakan
dan menyelesaikan tugas ini, juga rekan-rekan mahasiswa. Semoga segala yang telah kita
kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang Maha Kuasa.
Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala
kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan
untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa
mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan
kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
Hilma Nurazizah
Muzdalifah
Dosen Pengajar
2.1 Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urineasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Zat-zat yang terkandung di dalam
urine antara lain ureum, asam urat, Natrium Klorida (garam dapur) (Pearce, 1979).
2.4 Glukosa
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen
dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah: insulin, glukagon, dan
somatostatin (Poedjiadi, 2012).
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan
mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan
aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa
yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan. Sukrosa memberikan reaksi
negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas). Glukosa darah adalah
gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan
disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Poedjiadi, 2012).
2.3 Uji Benedict
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan
dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Selain
pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens
(Campbell, 1999).
Gula pereduksi dengan larutan benedict (campuran garam kuprisulfat, natrium sulfat
natrium karbonat) akan terjadi reaksi reduksi oksidasi dan dihasilkan endapan warna merah
dari kupro oksida. Endapan yang terbentuk warnanya tergantung pada konsentrasi
karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi benedict lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan
glukosa dalam urine (Poedjiadi, 2012).
Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning
atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan
direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan
perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh
larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar
tabung. Sebagai indicator dalam reaksi ini, bila reaksinya positif adalah terbentuknya
endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Warna yang terjadi tergantung dari banyaknya
endapan Cu2O yang berbaur dengan warna CuSO4 yang berwarna biru. Bila endapan Cu2O
nya sedikit, warna yang timbul merupakan campuran sedikit warna merah bata dan biru hijau
dikatakan sebagai positif 1 (+1). Makin banyak warna merah batanya dan campuran kuning,
dikatakan positif 2 (++) dan bila glukosanya banyak, endapan merah batanya makin banyak,
sedangkan CuSO4 nya hamper habis (karena telah berubah menjadi Cu2O), sehingga yang
terlihat adalah endapan merah bata dan dikatakan sebagai positif 3 (+++). Uji benedict lebih
peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena
dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan (Poedjiadi, 2012).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltosa (Elfira, 2014).
Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram
sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate
pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan,
sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict.
Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah
warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata
atau coklat (kandungan glukosa tinggi).
Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua
monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa
sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga
tidak bersifat pereduksi (Mulyati,2012).
Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine
diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan
jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan
penyakit diabetes. Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas mereduksi ion.
kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah.
Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan
kadar gula yang terdapat di dalam urine.
Reaksi :
CuSO4+2NaOH--->Cu(OH)2+Na2SO4
putih kebiru – biruan
Cu(OH)2---->2CuOH+H2O+O
2CuOH---->Cu2O+H2O
merah bata
Nama : Px.X
Jenis Kelamin : -
Usia :-
4.1 Hasil
Dari praktikum uji glukosa dalam urin didapatkan hasil
No Nama Warna Penilaian Kadar
1 Tn. I Hijau + < 0,5%
2. Px. X Endapan Kuning Kehijauan ++ 0,5-1%
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar glukosa dalam urin dengan uji
benedict. Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti lactosa dan maltosa (Elfira, 2014).
Prinsip uji benedict adalah glukosa yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas yang
dapat mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis membentuk kuprooksida yang tidak larut
dan berwarna merah bata. Banyaknya endapan merah bata sebanding dengan jumlaj glukosa
yang terdapat didalam urin. Seperti dalam table di bawah ini yang menjelaskan bahwa
warna yang diciptakan dari uji benedict menggambarkan kadar glukosa yang terdapat dalam
urin.
Dari hasil praktikum yang didapat warna urin setelah diberi perlakuan uji benedict, pada
Tn. I didapatkan warna hijau yang artinya kadar glukosanya < 0,5% artinya kadar glukosa
dalam urin tersebut tidak tinggi dan pada Px. X di dapatkan warna kuning kehijauan dan terdapat
endapan yang artinya kadar glukosanya 0,5-1% ini menandakan pada bahwa pada Px. X berisiko
menderita diabetes.
Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui
mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula
pereduksi apa yang terdapat dalam urine.
DAFTAR PUSTAKA