Hidup dalam rona-rona yang mengguncang Bertahun-tahun mengintip dari bilik kesempitan Tumbuh tanpa didikan, besar dielus kebiasaan Mungkinkah sudah takdir tujuh turunan Berbalut sunyi, tak berpunya, dan tak terpandang
Keluar dari sekat hidup yang mengiris bak pisau
Pergi mengubah nasib, menyusuri jalan berliku Mengutuk takdir, menampar kebiasaan Mahakarya untuk menebus pandangan jalang
Beralaskan kain-kain perca di ujung Kampung Tengah
Menggantung di sekat-sekat gubuk kayu Melilit luka-luka yang telah lama bicara Daun bau-bau memaksa darah berhenti Menyuruh peluh jatuh kembali
Gemerincing suara atap gubuk tak berpaku
Menari-nari dirayu angin penjuru Pancar sinar berebut menyisiri lubang kecil Menyentuh wajah-wajah berbalut kain-kain kudus Temani tuan merancang mahakarya Jaminan masa untuk lambung-lambung kecil Tertawa riuh bersama angin di sepanjang pematang Melangkah melewati petak-petak retak Menaruh harap rahmat di lubang-lubang tunjuk Daun kelapa menari-nari mengibarkan pilu dan mimpi Cangkul tak bergigi bermunajat melepas do’a pada Ilahi
Betapa tidak ladang-ladang berair asin
Jutaan tetes peluh jatuh dalam langkah Disekat tangan bergelang kulit batang Suara serak merintih mengancam kenang
Mahakarya dalam balut lumpur kering
Mungkin Mikail selalu ada di sini Di setiap alur suratan Mengajak beranjak dari kepedihan Menemani jemari menyentuh tanah-tanah Syurga
Kampung Tengah, 14 Mei 2019
M. Habibi JAWABAN PERTANYAANMU
Karya : M. Habibi
Mereka mengadu berbagai rasa
Soal seberapa jauh seorang pria dan wanita berada pada zone-nya
Seketika aku bercerita tentang pengalaman hidup
Banyak, dan fatwa mereka tentangku tak pernah redup
Beranjak dari bangku, kongkalikong berarah jendela usang sendirian
Masih sama, jauh dari perbedaan
Aku disini berada bersama kenangan
Sempat dipengaruhi pertanyaan
Terpaku dalam kata indah, sampai kebingungan
Pertanyaan itu, tak lupus
Terpatri sudah bersama kunsen jendela yang sempat tersinggahi
Lanjutku, seberapa hatimu menerimanya benarnya
maka selama itu kau benar
Hati nurani juga kunci tanpa ada ventilasi
Tak akan salah dan juga gundah jika kau percaya
Seberapa kuat aku menaruh langkah pada cerita
Tanganku benarkah dibutuhkan, juga ragu
Bisikan hati muncul, 'jika kau ragu maka merugilah'
Berbulat tekat aku dan langkah seirama,
Percaya pada hati yang melabuhkanku di telaga hatimu
Antara aku dan kau dibatasi oleh ragam suasana
Aku pria dan kau wanita, sudah cukup sampai di sana