Anda di halaman 1dari 5

MAHAKARYA

Karya : M. Habibi

Dia datang berbekal sandang suratan Tuhan


Hidup dalam rona-rona yang mengguncang
Bertahun-tahun mengintip dari bilik kesempitan
Tumbuh tanpa didikan, besar dielus kebiasaan
Mungkinkah sudah takdir tujuh turunan
Berbalut sunyi, tak berpunya, dan tak terpandang

Keluar dari sekat hidup yang mengiris bak pisau


Pergi mengubah nasib, menyusuri jalan berliku
Mengutuk takdir, menampar kebiasaan
Mahakarya untuk menebus pandangan jalang

Beralaskan kain-kain perca di ujung Kampung Tengah


Menggantung di sekat-sekat gubuk kayu
Melilit luka-luka yang telah lama bicara
Daun bau-bau memaksa darah berhenti
Menyuruh peluh jatuh kembali

Gemerincing suara atap gubuk tak berpaku


Menari-nari dirayu angin penjuru
Pancar sinar berebut menyisiri lubang kecil
Menyentuh wajah-wajah berbalut kain-kain kudus
Temani tuan merancang mahakarya
Jaminan masa untuk lambung-lambung kecil
Tertawa riuh bersama angin di sepanjang pematang
Melangkah melewati petak-petak retak
Menaruh harap rahmat di lubang-lubang tunjuk
Daun kelapa menari-nari mengibarkan pilu dan mimpi
Cangkul tak bergigi bermunajat melepas do’a pada Ilahi

Betapa tidak ladang-ladang berair asin


Jutaan tetes peluh jatuh dalam langkah
Disekat tangan bergelang kulit batang
Suara serak merintih mengancam kenang

Mahakarya dalam balut lumpur kering


Mungkin Mikail selalu ada di sini
Di setiap alur suratan
Mengajak beranjak dari kepedihan
Menemani jemari menyentuh tanah-tanah Syurga

Kampung Tengah, 14 Mei 2019


M. Habibi
JAWABAN PERTANYAANMU

Karya : M. Habibi

Mereka mengadu berbagai rasa

Soal seberapa jauh seorang pria dan wanita berada pada zone-nya

Seketika aku bercerita tentang pengalaman hidup

Banyak, dan fatwa mereka tentangku tak pernah redup

Beranjak dari bangku, kongkalikong berarah jendela usang sendirian

Masih sama, jauh dari perbedaan

Aku disini berada bersama kenangan

Sempat dipengaruhi pertanyaan

Terpaku dalam kata indah, sampai kebingungan

Pertanyaan itu, tak lupus

Terpatri sudah bersama kunsen jendela yang sempat tersinggahi

Lanjutku, seberapa hatimu menerimanya benarnya

maka selama itu kau benar

Hati nurani juga kunci tanpa ada ventilasi

Tak akan salah dan juga gundah jika kau percaya

Seberapa kuat aku menaruh langkah pada cerita


Tanganku benarkah dibutuhkan, juga ragu

Bisikan hati muncul, 'jika kau ragu maka merugilah'

Berbulat tekat aku dan langkah seirama,

Percaya pada hati yang melabuhkanku di telaga hatimu

Antara aku dan kau dibatasi oleh ragam suasana

Aku pria dan kau wanita, sudah cukup sampai di sana

Sampai pada saat aku dan kau tak berpisah

Bukittinggi, 14 Mei 2019


M. Habibi

Anda mungkin juga menyukai