Anda di halaman 1dari 6

Watak professional

Seseorang akan terasa percuma jiwa professionalnya bila orang tersebut tidak mempunyai sebuah
profesi. sedang kan profesi itu bisa didapat dengan cara pendidikan atau pelatihan khusus dan disamping
itu pendidikan dan pelatihan khusus yang didapat nya akan terasa percuma bila orang tersebut belum
mendapat unsur semangat kerja atau panggilan profesi.

Dalam hal ini seorang profesional akan lebih baik jika mempunyai watak seperti di bawah ini :

Seorang profesional harus beritikad atau bertekad untuk merealisasikan profesi yang sedang di
gelutinya.dan alangkah lebih baik seorang profesional tidak selalu mementingakn atau mengharapakan
imbalan,uah atau materil.

Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas dan terpercaya agar
client tidak kecewa dengan hasil kinerja kita.

Seorang profesional selalu diukur kualitas teknis dan kualitas moral. Bila dua kualitas tersebut terpenuhi
maka bisa dikatakan sudah profesional.

Adapun syarat profesionalisme yaitu :

dasar ilmu yang dimiliki kuat dalam bidangnya

penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praktis

pengembangn kemampuan profesional yang berkesinambungan


Etiket Profesional

Berdiri saat diperkenalkan kepada orang lain. Ini membantu untuk membentuk kehadiranmu.

Selalu ucapkan nama lengkapmu ketika memperkenalkan diri.

Selalu mengambil inisiatif menjabat tangan jika kamu memiliki posisi yang lebih tinggi atau tuan rumah.
Jangan abaikan tentang pentingnya proses jabatan tangan.

Berpakaian dengan tepat. Sebaiknya selalu cari tahu dress code sebuah acara atau rapat. Lalu ikuti.

Ucapkan “terimakasih” sekali atau dua kali selama sebuah percakapan. Jika digunakan terlalu sering dan
berlebihan, efek dan artinya akan berkurang dan membuatmu terlihat needy.

Simpan ponsel di dalam kantong. Jangan dikeluarkan saat rapat. Kesannya kurang sopan.

Gunakan foto profesional. Untuk profilmu di LinkedIn atau situs lain, jangan pakai fotomu saat di pantai
atau klub malam. Sulit menganggapmu serius jika melakukannya.

Selalu cek berkali-kali alamat penerima email. Jangan sampai salah kirim.

Jika lupa nama seseorang, akui saja. Sama sekali bukan masalah, dibandingkan jika kamu pura-pura tahu
namanya atau salah nama. Tanyakan lagi kepada orang tersebut untuk menyebutkan namanya.

Sapa orang-orang di kantor; baik yang dikenal ataupun tidak.

Keep your fingers together when you point. Jangan pernah menunjuk dengan telunjuk—terlalu agresif!
Melainkan, tunjuk dengan telapak tangan terbuka dan pastikan jari-jari rapat.

Jangan pernah menarik kursi untuk seseorang. Dalam situasi bisnis, Pachter mengatakan untuk tidak
mengaplikasikan aturan gender sosial. Tidak masalah menahan pintu untuk seorang, tapi seorang laki-
laki tidak perlu menarik kursi untuk seorang perempuan.

Selalu potong roti dengan kedua tangan. Dalam sebuah makan siang atau malam bisnis, bagi dua roti dan
sobek satu bagian kecil per satu waktu seiring kamu makan.

Jangan memesan terlalu mahal. Ikuti tuan rumah. Jika dikatakan bahwa boleh memilih steak atau lobster,
lakukan, tapi jika tidak, pilih menu seperti ayam yang biasanya lebih ramah kantong.

Pesan menu dengan jumlah yang sama dengan tuan rumah. Jika mereka memesan makanan pembuka,
kamupun bisa melakukannya. Namun, apabila mereka memesan salad, pilih sebuah menu yang lebih
kecil dan terjangkau.

Jangan pernah meminta 'untuk dibawa pulang.' "Kita di sana untuk urusan bisnis, bukan sisa makanan,"
kata Pachter.
Tuan rumah harus membayar. Jika kamu adalah pihak pengundang, kamu harus membayar biaya
tagihan; tidak peduli gender. Jika takut akan ada perdebatan tentang hal ini, pamit sebentar—bilang
kamu akan ke kamar kecil—lalu diam-diam lunasi semua tagihan.

Siapkan cara pamit yang sopan dari sebuah rapat atau percakapan.
5 Etiket Kerja Profesional yang Dilupakan Generasi Milenial

RACHELLE KANDOU 28, NOVEMBER 2015 555

Menurut majalah Time, generasi milenial adalah mereka yang saat ini berusia antara 15 hingga 35 tahun.
Tumbuh di era yang kaya akan informasi dan ‘melek’ teknologi, hal ini mempengaruhi pola pikir dan cara
mereka berinteraksi. Perbedaan pendapat merupakan suatu hal yang wajar, namun terkadang tidak
sedikit dari generasi ini melupakan bagaimana cara berkomunikasi secara baik dan benar dengan atasan.

Cerdas, berawawasan luas dan kaya akan skill tidaklah cukup apabila tidak disertai dengan attitude yang
baik untuk menunjang performa kerja Anda. Nah, apabila Anda termasuk generasi milenial, ada
beberapa etiket dalam dunia profesional yang wajib Anda ingat supaya karier Anda juga berjalan mulus.
Simak artikel berikut ini!

1. Berbusana yang Tepat

Mengenakan busana yang tepat mulai dari menghadiri wawancara kerja hingga mengenakan busana ke
kantor sangatlah penting. Walaupun suasana kerja dan kantor terlihat santai, bukan berarti Anda bisa
mengenakan pakaian seperti celana pendek dan sandal jepit. Berbusanalah dengan rapi dan bersih.
Tidak harus bermerek atau mahal, yang penting rapi.

Jika Anda tidak yakin busana apa yang hendak Anda kenakan untuk pergi ke kantor, perhatikanlah
bagaimana cara berpakaian atasan maupun teman-teman sekantor Anda. Setidaknya hal ini akan
membantu supaya Anda tidak saltum, alias salah kostum.

2. Komunikasi Dua Arah

Generasi milenial sangatlah beruntung hidup di era yang kaya akan informasi dan teknologi. Dari sini,
Anda bisa mencari dan menggali berbagai macam informasi untuk turut berpartisipasi saat meeting
bersama tim kerja. Namun, Anda juga harus mempersiapkan diri apabila pendapat Anda dikritisi oleh
lawan bicara. Selain harus bertanggungjawab atas informasi yang diperoleh, Anda juga harus
menyediakan alasan yang logis agar pendapat Anda dapat diterima oleh tim kerja sekantor maupun
atasan.

Tetapi perlu diingat, di satu sisi, Anda juga harus siap dan mau mendengarkan kritik dan saran mengenai
informasi yang Anda berikan. Akan lebih baik lagi bila Anda proaktif dan mau bertanya mengenai etika
kerja untuk menghindari kesalahan yang tidak diinginkan. Jadi, usahakan selalu menciptakan komunikasi
dua arah.

3. Tata Krama

Tata krama merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Terlebih lagi dalam dunia kerja profesional.
Setidaknya, ada dua macam tata krama yang harus Anda terapkan di kantor, yaitu tata krama dasar
maupun tata krama menulis. Tata krama dasar lebih mencermikan rasa hormat dan sopan pada atasan
maupun rekan kerja, tanpa memerdulikan umur. Misalnya, gunakanlah selalu kata, “tolong”, apabila
Anda membutuhkan pertolongan dan juga kata, “terimakasih”, saat teman dan atasan Anda memberikan
pertolongan dan solusi.

Sedangkan untuk tata krama tertulis dalam dunia kerja, sebaiknya Anda menghindari bahasa informal
dan penggunaan emoticon. Gunakanlah bahasa baku yang baik dan peletakan tanda baca yang benar.
Karena dari situlah salah satu profesionalisme Anda dinilai orang lain. Tidak mau kan Anda disepelekan
hanya karena Anda tidak tahu tata krama? Itu sebabnya, jagalah tata krama Anda terhadap sesama.

4. Bertanggung Jawab

Tanggung jawab melingkupi banyak hal. Dalam dunia kerja, tanggung jawab yang dimaksud lebih
menitikberatkan pada ketepatan waktu. Ya, seseorang akan dinilai dan dilihat lebih bertanggung jawab
bila dia dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan deadline yang telah ditentukan, serta masuk
kantor tepat pada waktunya.

Dengan menunjukkan rasa tanggung jawab, maka Anda akan dipandang sebagai seseorang yang dapat
diandalkan oleh perusahaan. Jadi, jangan heran apabila bos Anda memberikan pekerjaan yang ‘lebih’
pada Anda. Itu tandanya dia percaya akan kinerja Anda dan siap-siap saja Anda mendapatkan promosi
jabatan. Promosi jabatan berarti kenaikan gaji.

5. Memahami Bahwa Perjalanan Karier Membutuhkan Proses

Siapa sih yang tidak memiliki keinginan untuk mencapai suatu target ataupun impiannya terjadi saat itu
juga? Tentunya semua orang menginginkannya. Terlebih lagi keinginan mencapai target dan impian
tersebut berhubungan dengan karier. Memang benar, waktu adalah uang. Tetapi perlu diingat kembali,
bahwa segala sesuatu harus dipersiapkan lebih baik dan matang agar Anda dapat melangkah dengan
mantap. Jangan sampai Anda mengambil keputusan secara impulsif.
Misalnya, Anda seringkali berpindah kerja, padahal Anda baru saja bekerja beberapa bulan pada
perusahaan tempat di mana Anda bekerja sekarang. Hati-hati, hal ini akan menjadi penilaian setiap
perusahaan yang akan meng-hire Anda. Jangan sampai Anda dicap sebagai ‘si kutu loncat’. Tentunya hal
ini akan merugikan Anda dong. Sayang kan? Oleh karena itu, sebelum Anda memutuskan untuk pindah
kerja, pikirkanlah terlebih dahulu untung ruginya jika Anda resign dari tempat kerja sekarang. Keputusan
yang matang pastinya akan membuahkan hasil yang baik juga.

Anda mungkin juga menyukai