Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULIAN

OSTEOMIELITIS

A. Pengertian
Osteomielitis adalah peradangan tulang dan sumsum tulang, dan kata ini dalam
pemakaian sehari-hari hampir selalu menunjukan adanya suatu infeksi.
Osteomielitis dapat merupakan suatu komplikasi infeksi sistemik, tetapi umumnya
bermanifestasi sebagai fokus penyakit soliter primer. Semua jenis organisme termasuk
virus, parasit, dan bakteri, dapat menyebabkan osteomielitis, tetapi yang tersering
adalah infeksi oleh bakteri piogenik tertentu dan mikrobakteria.
Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi
lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh escherichia coli,
staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes (Tucker, 1998:429). Jadi
pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang
mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik.
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani
dengan baik (Price, 1995:1200).
Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar
(1995:463-464) yaitu :

1. Osteomyelitis piogenik hematogen


Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik hematogen terutama
disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh bacillus colli. Kecuali
samonela, osteomyelitis hematogen biasanya bermanisfestasi sebagai suatu penyakit
demam sistemik akut yang disertai dengan gejala nyeri setempat, perasaan tak enak,
kemerahan dan pembengkakan.

2. Osteomyelitis tuberkulosis
Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi. Daerah yang
sering kena adalah tulang-tulang panjang dari ekstremitas dan tulang belakang.
Osteomyelitis tuberkulosis dapat menyebabkan deformitas yang serius (kifosis,
skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan perubahan sumbu tulang belakang dari
posisi normalnya.

B. Klasifikasi
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat
lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya.

1
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak
dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam
darah. (osteomielitis hematogen)
Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen
akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh.
Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa
merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis
dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b.Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau
pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi
bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis
setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi
pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis
kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
C. Etiologi
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme
penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus (Overdoff,
2002:571).
Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan
keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah
proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan
akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound,
prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering
menyebabkan traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang
yang lebih tua karena faktor penyebabnya berhubungan dengan penuaan.

2
D. Manifestasi Klinis
Gejala umum akut seperti demam, toksemia, dehidrasi, pada tempat tulang yang
terkena panas dan nyeri, berdenyut karena nanah yang tertekan kemudian terdapat
tanda-tanda abses dengan pembengkakan (Overdoff,2002:572).

E. Patofisiologi
Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus. Organisme
penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus. Metafisis
tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri
melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara langsung selama
pembedahan. Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis
tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan
abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan tulang baru
dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar jaringan granulasi, berlubang
oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar (Overdoff, 2002:541, Rose,1997:90).

F. Pathways

3
G. Penatalaksanaan
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses
infeksi (Boughman, 2000:389).
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit
beberapa kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan
memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3
bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan
terapi antibiotik tambahan.
6. Analgesik untuk menghilangkan nyeri
7. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu transfusi darah

H. Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis adalah sebagai berikut:
1. Abses tulang
2. Abses paravetebral
3. Fraktur
4. Lepasnya inplant prostetik
5. Gangguan pertumbuhan

I. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
- Peningkatan laju endap eritrosit
- Lukosit dan LED meningkat
2. Rontgen
Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu
kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang, yang
kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan
involukrom.
3. Scan tulang, biasanya sebelum rontgen
4. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.
5. Pemeriksaan feses, pemeriksaan untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonela.

4
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOMIELITIS

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
a) Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu.
Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5. Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
b) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
c) Pola aktivitas : pola kebiasaan
6. Pemeriksaan fisik
a) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
b) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
c) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)

5
d) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
e) Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
B. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DO: Inflamasi Gangguan rasa nyaman :


-Wajah pasien tampak Nyeri
meringis, menahan Infeksi
sakit, dan sering
mengeluh tentang Hipertermia
sakitnya.
-Suhu tubuh pasien Nekrosis jaringan
meningkat
-Adanya bekas fraktur fraktur
DO:
P: Nyeri terasa apabila
depegang atau diraba.
Q: Nyeri terasa
panas,senut-senut
R: Nyeri terasa pada
bagian yang mengalami
fraktur
S:Skala nyeri pasien

2. DO: Nyeri Kerusakan mobilisasi fisik


-Terdapat penebalan
periosteum Tidak nyaman
-terdapat scar tissue dan
bekas fraktur Kerusakan muskulokeletal
DS:
-Pasien mengatakan Anjuran imobilisasi
nyeri, tidak nyaman
pada bagian yang
fraktur

6
3. DO: Proses infeksi Hipertermia
-Suhu tubuh pasien
meningkat Peningkatan kecepatan
-Akral hangat metabolik
-Terdapat rubor
-Frekuensi nafas
meningkat
DS:
-pasien mengeluh
badannya panas

4. DO: Proses penyakit Risiko fraktur patologi


-Terdapat penebalan
periosteum, bone Penyebaran infeksi
resorption, sclerosis
sekitar tulang
-Terdapat scar tissue
dan bekas fraktur
DS:
-Pasien mengatakan
nyeri, tidak nyaman

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang respon
manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan.
Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut menurut
NANDA (2006) :
a) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
b) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
c) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.
d) Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang,
luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
C. Rencana asuhan keperawatan

No DX Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan a. Kaji nyeri dengan a. Nyeri merupakan
proses inflamasi dan skala 0-4 respon subyaktif
pembengkakan yang dapat dikaji
b. Atur posisi dengan
Tujuan : imobilisasi pada menggunakan

7
Nyeri berkurang, hilang atau daerah nyeri skala nyeri. Klien
teratasi sendi atau nyeri melaporkan nyeri
di tulang yang biasanya di atas
mengalami tingkat cidera.
infeksi. b. Imobilisasi yang
adekuat dapat
c. Bantu klien mengurangi nyeri
dalam sendi atau nyeri
mengidentifikasi ditulang yang
factor pencetus. mengalami
infeksi.
d. Jelaskan dan c. Nyeri di
bantu klien pengaruhi oleh
terkait dengan kecemasan
tindakan pergerakan sendi.
peredaran nyeri d. Pendekatan
nonfarmakologi. dengan
menggunakan
e. Ajarkan relaksasi: relaksasi dan
teknik tindakan
mengurangi nonfarmakologi
ketegangan otot lain menunjukan
rangka yang keefektifan dalam
dapat mengurangi mengurangi nyeri.
intensitas nyeri e. Teknik ini
dan melancarkan
meningkatkan peredaran darah
relaksasi masase. sehingga
kebutuhan O2
pada jaringan
terpenuhi dan
nyeri berkurang.
2. Kerusakan mobilitas fisik a. Kaji derajat a. Pasien mungkin
yang berhubungan dengan imobilisasi yang dibatasi oleh
nyeri, tidak nyaman, dihasilkan oleh pandangan
kerusakan muskuloskeletal, cedera/pengobata diri/persepsi diri
anjurkan mobilisasi. n dan perhatikan tentang
persepsi pasien keterbatasan fisik
Tujuan : terhadap aktual,
Meningkatkan/mempertahankan imobilisasi. memerlukan
mobilitas pada tingkat paling b. Dorong informasi,
tinggi. partisipasi pada intervensi untuk
aktivitas meningkatkan
terapeutik/rekreas kemajuan
i. kesehatan.
c. Intruksikan b. Memberikan
pasien kesempatan untuk
untuk/bantu mengeluarkan
dalam rentang energi,
gerak pasien. memfokuskan

8
d. Dorong kembali
penggunaan perhatian,
latihan isometrik meningkatkan
mulai dengan rasa
tungkai yang tak kontroldiri/harga
sakit. diri dan
e. Bantu/dorong membantu
perawatan menurunkan
diri/kebersihan isolasi sosial.
(contoh: mandi, c. Meningkatkan
mencukur) aliran darah ke
otot dan tulang
untuk
meningkatkan
tonus otot,
mempertahankan
gerak sendi,
mencegah
kontraktur dan
resorpsikalsium
karena tidak
digunakan.
d. Kontraksi otot
isometrik tanpa
menekuk sendi
atau menggerakan
tungkai dan
membantu
mempertahankan
kekuatan dan
masa otot.
e. Meningkatkan
kekuatan otot dan
sirkulasi,
menigkatkan
kontrol pasien
dalam situasi,dan
meningkatkan
kesehatan diri
langsung.
3. Hipertermia berhubungan a. Pantau terhadap a. kewaspadaan
dengan proses infeksi, tanda hipertermia terhadap
peningkatan kecepatan maligna hipertermi
metabolik. (misalkan dema, malignan dapat
takipnea,aritmia, mencegah atau
perubahan menurunkan
tekanan darah, respon
bercak pada kulit, hipemetabolik
kekakuan,dan terhadap obat-
berkeringat obatan

9
banyak). farmakologis
b. Pantau suhu yang digunakan
minimal setiap selama
dua jam, sesuai pembedahan.
dengan b. Regulasi suhu
kebutuhan, dapat mencapai
pantau warna atau
kulit dan suhu mempertahankan
kontinu. suhu tubuh yang
c. Pantau tanda diinginkan selama
vital. intraoprasi
c. Pemantauan tanda
vital seperti
pengumpulan dan
analisis dara
kasdiovaskuler,
respirasi, suhu
tubuh untuk
menentukan serta
mencegah
komplikasi.
4. Kerusakan integritas a. Kaji kerusakan a. Menjadi data
jaringan yang berhubungan jaringan lunak dasar untuk
dengan proses supurasi b. Lakukan memberi
ditulang, luka fraktur perawatan luka informasi tentang
terbuka, sekunder akibat dengan tehnik intervensi
infeksi inflamasi tulang steril. perawatan luka,
c. Kaji keadaan luka alat, dan jenis
dengan tehnik larutan apa yang
membuka balutan akan digunakan
dan mengurangi b. Perawatan luka
stimulus nyeri, dengan tehnik
bila perban steril dapat
melekat kuat, mengurangi
perban diguyur kontaminasi
dengan NaCL. kuman langsung
d. Larutkan ke area luka.
pembilasan luka c. Manajemen
dari arah dalam membuka luka
keluar dengan dengan
larutan NaCL mengguyur
e. Tutup luka larutan NaCL ke
dengan kasa steril perban dapat
atau kompres mengurangi
dengan NaCL stimulus nyeri.
yang dicampur d. Tehnik
dengan antibiotik. membuang
jaringan dan
kuman diarea
luka sehingga

10
keluar dari area
luka.
e. NaCL merupakan
larutan fisiologis
yang lebih mudah
diabsorbsi oleh
jaringan dari pada
larutan antiseptik.

D. Daftar Pustaka
- Donges Mailynn, E. 20000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku
kedokteran EGC: Jakarta
- Nurarif amin huda. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc Mediaction. Jogjakarta: 2015
- Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Penerbit Buku Salemba Medika: Jakarta
- Kumar Abbas Fausto. Robbins & Cotran Dasar Patologia Penyakit, Edisi 7, Penerbit Buku
Kedokteran: Jakarta 2005

11

Anda mungkin juga menyukai