Anda di halaman 1dari 21

SEDIAAN STERIL

A. PENGERTIAN SEDIAAN STERIL


Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme
baik vegetatif atau bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen. Produk
steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Formulasi sediaan steril merupakan salah satu bentuk
sediaan farmasi yang banyak dipakai, terutama saat pasien dirawat di rumah
sakit. Sediaan steril sangat membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus,
disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus diobati, dan sebagainya.
Semuanya sangat membutuhkan kondisi steril karena pengobatan yang
langsung bersentuhan dengan sel tubuh, lapisan mukosa organ tubuh, dan
dimasukkan langsung ke dalam cairan atau rongga tubuh sangat
memungkinkan terjadinya infeksi bila obatnya tidak steril. Oleh karena itu,
kita memerlukan sediaan obat yang steril. Disamping steril, kita pun
memerlukan sediaan obat dalam kondisi isohidris dan isotonis agar tidak
mengiritasi.

B. PEMBAGIAN SEDIAAN STERIL


1. SEDIAAN PARENTERAL
Sediaan parenteral adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau
sediaan untuk infus.Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi,
atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih
dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Obat suntik
hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume kecil sedangkan
apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar, yang biasa
diberikan secara intravena.
Produk parenteral, selain diusahakan harus steril juga tidak boleh
mengandung partikel yang memberikan reaksi pada pemberian juga
diusahakan tidak mengandung bahan pirogenik. Bebas dari mikroba
(steril) dapat dilakukan dengan cara sterilisasi dengan pemanasan pada
wadah akhir, namun harus diingat bahwa ada bahan yang tidak tahan
terhadap pemanasan. Untuk itu dapat dilakukan teknik aseptic.

Sediaan parenteral secara umum terbagi 2 berdasarkan volumenya


yaitu:
 INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi volume kecil
adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda 100 mL atau
kurang.
Sediaan obat injeksi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu larutan,
suspensi dan emulsi. Bentuk sediaan obat injeksi berupa larutan yang
relatif encer akan lebih cepat diabsorpsi (diserap) dalam tubuh dan
menghasilkan efek terapi yang lebih cepat dibandingkan bentuk
suspensi dan emulsi.

 Beberapa contoh larutan Injeksi:


1. Injeksi Antibiotik untuk Meningitis
Meningitis merupakan peradangan meningen biasanya
disebabkan bakteri atau virus.Bakteri yang dapat menimbulkan
penyakit ini adalah antara lain : Haemophilus influenzae, Neisseria
meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium
tuberculosis. Sedangkan virus yang dapat menyebabkan meningitis
antara lain: virus coxsackie, virus gondongan dan virus
koriomeningitis limfositik.
Ampisilin merupakan salah satu antibiotik yang dapat
digunakan untuk mengobati meningitis.Penggunaanya biasa
dikombinasi dengan sulbaktam untuk meningkatkan aktivitas nya.
Dosis lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr – 3gr kombinasi antara
ampisilin dengan sulbaktam dengan perbandingan 2:1. berdasarkan
literatur 375 mg kombinasi tersebut larut dalam 1 ml air. Sehingga
bentuk sediaan yang dipakai adalah ampul rekonstitusi karena
ampisilin tidak stabil pada air pada waktu yang lama.
2. Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam
Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat
berbentuk serbuk kering yang baru dirubah menjadi suspensi
dengan penambahan airr sesaat sebelum digunakan. Kebanyakan
dari obat-obat yang dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral
adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti antibiotik tidak
stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya cairan
pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk
keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan.
Alasan pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena
obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan
tapi stabil bila disuspensi.
Suspensi kering dibuat dengan granulasi maupun tanpa
granukasi.Granulasi adalah suatu metode yang memperbesar ukuran
partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir serbuk.
Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :
 Dalam bentuk dan warana yang sedapat mungkin teratur
 Memiliki sifat alir yang baik
 Tidak terlalu kering
 Hancur baik dalam air
 Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan
3. Injeksi Vitamin C
Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien
dalam kondisi tertentu seperti pasien penderita maag.Namun pada
keaadaan defisiensi vitamin C pasien tersebut harus segera
diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c dibuat
dalam bentuk sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat
menyebabkan pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C dibuat
dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun pemberian secara IM
akan meninggalkan rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM
memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi biasanya efek
berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan.
 INFUS
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah
pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus
intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi
nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume besar
yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena
digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi
tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat
inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa
penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya
yakni sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam
wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-
partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak
pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas
yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus
intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa,
elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan
yang isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah,
namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk
meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan
dalam kecepatan yang lambat.
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja
obat yang cepat dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak
menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya
yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat
dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila
diberikan per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan.
 Persyaratan
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan
yang ada dalam sediaan; terjadi pengurangan efek selama
penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanyamemungkinkan
sediaan tetap steril tetapi juga mencegahterjadinya interaksi bahan
obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang
paling banyak menentukan adalah:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) isotonis
e) isohidris
f) bebas bahan melayang
 Contoh obat infus dipasaran:

1. Infus iv yg mengandung nutrisi


Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar
monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati,
monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan
glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk
dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yg memerlukannya.
Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan
organ tertentu dan mengalami proses metabolisme lbh lanjut.
Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yg
dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar
glukosa dalam darah. Kadar glukosa dalam darah merupakan
faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja tubuh.
2. Infus iv ringer laktat
Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah,
larutan natrium klorida 0,9% - 1,0% menjadi kehilangan maka
secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini
mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan
modifikasi jg mengandung NaHCO3 maka larutan dapat
disterilakan dengan panas yang stabil.Pengautoklafan larutan
natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyai
penyaringan kuman. larutan ini bersifat hipertonis. Harap
diperhatikan laju tetesan per menit. Laju tetesan maksimal 5 ml
per menit
3. Infus IV mengandung ammonium klorida
Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat
berkhasiat untuk pengobatan gangguan metabolisme alkalosis
dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang hilang dalam
tubuh.
4. Infus IV mengandung elektrolit dan karbohidrat
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah
larutan yang isotonis untuk meminimalisasi trauma pada
pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis
dapat digunakan.Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah,
larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.
Rute Pemberian
Rute pemberian sedian parenteral atau injeksi dimuat dalam
beberapa pustaka, antara lain Farmakope Indonesia, Formularium Nasional
kedua pustaka tersebut di dalam antara kurung dan lain sebagainya.
Pengetahuan tentang rute pemebrian ini bukan dimaksudkan agar dapat
menyuntikkan dengan benar, tetapi untuk farmasis lebih ditekankan pada
persyaratan produk ditinjau secara farmasis
Persyaratan farmasetik yang dimaksud antara lain pemilihan wadah
dengan ukuran yang tepat, penentuan pH, pemilihan bahan pengawet dan
penetapan tonisitas. Untuk jelasnya dapat diikuti uraian masing-masing
rute pemberian injeksi.

1. Pemberian Subkutis (Subkutan)

Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak


(lipoid) yang dapat digunakan untuk pemberian obat antara lain
vaksin, insulin, skopolamin, dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi
subkutis biasanya diberikan dengan volume samapi 2 ml (PTM
membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum suntik yang digunakan
yang panjangnya samapi ½ sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm)

Cara formulasinya harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa


sediaan (produk) mendekati kondisi faal dalam hal pH dan isotonis.
FN (1978) mensyaratkan larutannya isotoni dan dapat ditambahkan
bahan vasokontriktor seperti Epinefrin untuk molekulisasi obat (efek
obat)

Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila dibandingkan


cara intramuskuler atau intravena. Namun apabila cara intravena
volume besar tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk
pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut
hipodermoklisis, dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti
terjadi iritasi maka pemberiannya harus hati-hati. Cara ini dpata
dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml sampai 1 liter.
2. Pemberian intramuskuler

Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan


absorbsinya terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum suntik
ditusukkan langsung pada serabut otot yang letaknya dibawah lapisan
subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian atas. Volume
injeksi 1 samapi 3 ml dengan batas sampai 10 ml (PTM—volume
injeksi tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik
digunakan 1 samai 1 ½ inci. Problem klinik yang biasa terjadi adalah
kerusakan otot atau syaraf, terutama apabila ada kesalahan dalam
teknik pemberian (ini penting bagi praktisi yang berhak menyuntik).
Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain bentuk sediaan
yang dapat diberikan intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe
m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru dari puder
steril. Pemberian intramuskuler memberikan efek “depot” (lepas
lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam.
Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im)
anatar lain : rheologi produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat
dalam pembawa, bahan pembawa, volume injeksi, tonisitas produk
dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan,
karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk
suspensi ukuran partikel kurang dari 50 mikron.

3. Pemberian intravena

Penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk


mendapatkan efek segera. Dari segi kefarmasian injeksi IV ini boleh
dikata merupakan pilihan untuk injeksi yang bila diberikan secara
intrakutan atau intramuskuler mengiritasi karena pH dan tonisitas
terlalu jauh dari kondisi fisiologis. Kelemahan cara ini adalah karena
kerjanya cepat, maka pemberian antidotum mungkin terlambat.
Volume pemberian dapat dimulai Dari 1 ml hingga 100 ml, bahkan
untuk infus dapat lebih besar dari 100 ml. Kecepatan penyuntikan
samapi 5 ml diberikan 1 ml/10 detik, sedangkan untuk di atas 5 ml
kecepatannya 1 ml/20 detik. Intravena hanya terbatas untuk pemberian
larutan air, kalau merupakan bentuk emulsi harus memenuhi ukuran
partikel tertentu. Kalau dapay diusahakan pH dan tonisitas sesuai
dengan keadaan fisiologis.

4. Pemberian intrathekal-intraspinal

Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada


beberapa temapt. Cara ini berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua
pemberian ini mensyaratkan sediaan dengan kemurniaannya yang
sangat tinggi, karena dearah ini ada barier (sawar) darah sehingga
daerahnya tertutup. Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat
hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan barik lebih tinggi dari
tekanan barometer. Cairan sediaan akan bergerak turun karena
gravitasi, oleh sebab itu harus pada posisi pasien tegak.

5. Intraperitoneal

Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat


secara cepat diabsorbsi. Sediaan intraperitoneal dapat juga diberikan
secara intraspinal, im,sc, dan intradermal

6. Intradermal

Capa penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi


volume pemberian lebih kecil dan sc, absorbsinya sangat lambat
sehingga onset yang dapat dicapai sangat lambat.

7. Intratekal

Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada


cairan serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis,
juga untuk anestesi spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara
langsung pada lumbar spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat
berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan langsung pada
SSP.

2. SOLLUTION FOR IRRIGATION


Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pirogen yang digunakan
untuk tujuan pencucian dan pembilasan. Larutan irigasi adalah sediaan
larutan steril dalam jumlah besar dengan tutup dapat berputar. Larutan
tidak disuntikkan ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran
darah dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik
yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan
cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka-luka
Sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi
pendarahan.Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka, sayatan
bedah atau jaringan/organ tubuh Diberi label sama seperti injeksi.
Larutan irigasi adalah sediaan steril berupa larutan dalam jumlah
yang besar ( 3 liter ). Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen
yang digunakan untuk tujuan pencucian dan pembilasan. Larutan irigasi
sediaan larutan dalam jumlah besar. Larutan tidak disuntikkan kedalam
vena, tapi digunakan diluar sistem peredaran darah dan umumnya
menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan ,
sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat.
Larutan irigasi harus memiliki standard yang sama dengan larutan
parenteral, karena selama pemberian dengan irigasi, sejumlah zat dari
larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung melalui pembuluh
darah luka yang terbuka atau membrane mukossa yang lecet.
Persyaratan larutan irigasi sebagai berikut :
a. Isotonic
b. Steril
c. Tidak absorpsi
d. Bukan larutan elektrolit
e. Tidak mengalami metabolism
f. Cepat diekskresi
g. Mempunyai tekanan osmotic diuretic

Larutan irigasi harus steril karena:


Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka
atau lubang operasi, sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena
cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh
yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.
Larutan irigasi merupakan larutan steril yang disyaratkan bebas
pirogen. Pirogen merupakan suatu produk mikroorganisme, terutama dari
bakteri gram negatif dan dapat berupa endotoksin dari bakteri ini.
Endotoksin ini terdiri dari suatu senyawa komplek yang terdiri dari
lipopolsakarida yang progenik, suatu protein dan suatu lipid yang inert

Contoh laritan irigasi


 Sodium chloride untuk irigasi, Ringers untuk irigasi, Steril water
untuk irigasi Label/etiket : “bukan untuk obatsuntik”. Sodium
Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti
irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi
NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri atau tanpa
penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat
digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka.
 Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan
prosedur transuretral lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan
kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara
aseptis.
 Betadine Suatu larutan organik dari bahan aktif Polivinil-
Pirolidon, yang merupakan kompleks Iodine yang larut dalam air.
Fungsi : Sebagai desinfektan dan anti septik lokal yang juga dapat
membunuh jamur, virus, Protozoadan spora.

3. SEDIAAN MATA
FI III : Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau
suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir
mata disekitar kelopak mata dari bola mata.
Parrot : Larutan mata (colluria) Obat yang dimasukkan ke dalam
mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan yang
diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi.
Sterilisasi ini diinginkan karena kornea dan jaringan bening ruang anterior
adalah media yang bagus untuk mikroorganisme dan masuknya larutan
mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang trauma karena kecelakaan
atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Teks Book of Pharmaceutics : Tetes mata adalah cairan steril atau
larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke
dalam saccus conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan
antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid,
obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin
sulfat.

Mengapa Sediaan Mata Harus Steril:

Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. Mata adalah organ


yang peka dari manusia sehingga larutan mata yang dibuat dapat
membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa, bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk
nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan partikulat yang dapat
mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Jika suatu
anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan
sendirinya bahwa sediaan mata harus steril.
Pseudomonas aeruginosa(Bacilllus pyocyamis) dapat
menyebabkan Infeksi serius yang disebabkan yang ditunjukka dengan
suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan istilah-istilah seperti
enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicatat bahwa ini
bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga ditemukan disaluran
intestinal, dikulit normal manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada
diudara.

Infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan.


Ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam
mata ketika kornea dibuka. Bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata,
ketidaknyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk
pengeluarannya. Selain itu jika terjadiiritasi pada jaringan didalam
mata rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya
penglihatan atau tetap terlukanya mata.

Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka kita perlu memperhatikan


beberapa faktor persyaratan berikut :
1. Harus steril atau bebas dari mikroorganisme
2. Sedapat mungkin harus jernih
3. Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal
4. Harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada
mata, maka dikehendaki sedapat mungkin harus isotonis.
5. Dapat mempertahankan aktivitasnya dalam kondisi normal
6. Viskositas dalam larutan mata
7. Surfaktan dalam pengobatan mata
8. Pewadahan

Obat-obat mata secara garis besar terbagi atas 2 yaitu:


 SALEP MATA
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau
terdispersikan homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak
boleh berbau tengik, kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat didalam
salep yang mengandung keras atau obat narkotik tidak boleh lebih dari
10%.
Dasar salep pilihan untuk suatu salep mata harus tidak mengiritasi
mata dan harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata
yang dibasahi karena sekresi mata.Dasar salep yang dimanfaatkan
untuk salep mata harus bertitik lebur atau titik melumer mendekati
suhu tubuh
Keuntungan utama salep mata terhadap larutan untuk mata adalah
penambah waktu hubungan antara obat dengan mata. Pengkajian telah
menunjukkan bahwa waktu kontak antara obat dengan mata, dua
sampai empat kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika
dipakai larutan garam.
Satu kekurangan bagi penggunaan salep mata adalah kaburnya
pandangan yang terjadi, begitu dasar salep meleleh dan menyebar
melalui lensa mata.
Contoh obat salep mata :
 CENDOS MYCOS Salep Mata
Komposisi:
Hidrokortison Asetat 0.5%
Kloramfenikol 0.2%
Indikasi:
Untuk mata tidak bernanah.

 TETES MATA
Guttae ophthalmiceae atau tetes mata adalah sediaan steril berupa
larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat
pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes
mata harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu : steril,
sedapat mungkin isohidris, dan sedapat mungkin isotonis. Tetes mata
berupa larutan harus jernih, bebas partikel asing, benang dan serat.
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga
sesuai digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika
perlu pemilihan pengawet), sterilisasi dan kemasan yang tepat.
Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilisasi dicapai
dengan menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara aseptis,
dan menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah
yang steril. Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan
menggunakan pelarut yang cocok.
Keuntungan obat tetes mata :
1. Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal homogeny,
bioavailabilitas, dan kemudahan penanganan.

2. Suspense mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif


dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga
meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi
peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya.

3. Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan

Kerugian obat tetes mata :

Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak


yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi.

Contoh obat tetes mata yang ada dipasaran:

1. Obat tetes mata anastetik local (tetrakain hidroklorida)


Anastetik lokal adalah obat yang dapat menghambat hantaran
saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar
cukup. Anastetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak
merusak jaringan saraf secara permanen. Kebanyakan anastetik
lokal memenuhi syarat ini. Batas keamanan harus lebar, mula kerja
harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama
sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi
tidak demikian sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat
anastetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan. Salah satu anastetik lokal
yang dapat digunakan secara toikal pada mata adalah Tetrakain
Hidroklorida. Untuk Pemakaian topikal pada mata digunakan
larutan Tetrakain Hidroklorida 0,5%. Kecepatan Tetrakain
Hidroklorida 25 detik dengan durasi aksinya selama 15 menit atau
lebih.
2. Obat tetes mata tetrasiklin hcl
Tetrasiklin merupakan antibiotik paling luas spektrumnya, aktif
terhadap bakteri gram positif dan negatif, spiroket, mikoplasma,
riketsia, klamidia dan protozoa tertentu. Tetrasiklin merupakan basa
yang sukar larut dalam air,tetapi bentuk garam Natrium atau garam
HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering bentuk garam HCL
tetrasiklin bersifat relatif stabil.Dalam bentuk larutan tetrasiklin
sangat labil jadi cepat berkurang potensinya.
3. Obat tetes mata hidrokortison asetat
Hidrokortison adalah suatu hormon glukokortikoid yang
dihasilkan oleh korteks adrenal, hidrokortison memiliki khasiat
farmakologi sebagai anti radang, misalnya akibat trauma, alergi dan
infeksi.Hidrokortison juga memiliki daya immunosupresi dan anti
alergi. Hidrokortison dapat dibuat sebagai sediaan tetes mata untuk
mengobati proses peradangan seperti radang pada selaput mata,
selaput bening, dan pinggir kelopak mata (conjungtivitis, creatitis,
blepharitis).
Hidrokortison asetat bersifat tidak larut dalam air sehingga
hidrokortison asetat dibuat sediaan suspense obat mata untuk
mengobati inflamasi pada mata.Bentuk sediaan suspense dapat
meningkatkan waktu kontak obat dengan kornea, sehingga
memberikan kerja lepas lambat yang lebih lama.
4. Obat tetes mata na diklofenak
Sediaan obat mata yang sering digunakan adalah sediaan tetes
mata karena dianggap lebih mudah dan nyaman digunakan. Zat aktif
yang digunakan dalam percobaan adalah Natrium diklofenak yang
berkhasiat sebagai antiinflamasi setelah operasi katarak.

5. Obat tetes mata sebagai miotika(pilokarpin hcl)


Pilokarpin HCl dibuat sedian tetes mata karena berfungsi
sebagai miotik untuk pengobatan glaucoma. Sediaan tetes mata
merupakan sediaan dosis ganda sehingga diperlukan bahan
pengawet seperti Benzalkonium klorida
Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat peninggian
tekanan intraokuler, yang bila cukup lama dan tekanannya cukup
tinggi dapat menyebabkan kerusakan anatomis dan fungsional.
Pilokarpin HCl merupakan bahan obat yang khas digunakan pada
mata (opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil (miotika)
Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid
tumbuhan, yang bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit
memperlihatkan sedikit efek nikotinik sehingga dapat merangsang
kerja kelenjar air mata dan dapat menimbulkan miosis dengan
larutan 0,5 - 3%. Obat tetes mata dengan zat aktif Pilokarpin
berkhasiat menyembuhkan glaukoma dan mata kering. Dosis
Pilokarpin yang paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata
adalah 1 – 4% .
4. TETES HIDUNG
Sediaan hidung adalah cairan, semisolid atau sediaan padat yang
digunakan pada rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sIstemiK
atau lokal. Berisi satu atau lebih bahan aktif. Sediaan hidung sebisa
mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi pengaruh yang negative
pada fungsi mukosa hidung dan cilianya. Sediaan hidung mengandung air
pada umumnya isotonik dan mungkin berisi excipients, sebagai contoh,
untuk melakukan penyesuaian sifat merekat untuk sediaan, untuk
melakukan penyesuaian atau stabilisasi pH, untuk meningkatkan
kelarutan bahan aktif, atau kestabilan sediaan itu. Sediaan hidung
disediakan di (dalam) dosis ganda atau kontainer dosis tunggal, diberikan
jika perlu, dengan suatu alat yang dirancang untuk menghindari paparan
dari kontaminan.
Kecuali jika dibenarkan dan dijinkan, sediaan hidung mengandung
air disediakan dalam dosis ganda kontainer berisi suatu bahan pengawet
antimicrobial dalam konsentrasi yang sesuai, kecuali bahan aktif sediaan
tersebut mempunyai aktivitas antimicrobial yang cukup.
Obat tetes hidung (OTH) adalah larutan dalam air atau dalam
pembawa minyak yang digunakan dengan cara meneteskannya atau
menyemprotkannya kedalam lubang hidung pada daerah nasopharingeal.
Obat tetes hidung adalah suatu obat yang digunakan untuk pilek,
mengandung dekongestan topikal. Selain dalam bentuk tetes hidung,
dekongestan topikal juga dapat berbentuk obat semprot hidung.
Obat tetes hidung harus isoosmotik dengan secret hidung atau
isoosmotik dengan cairan tubuh lainnya yaitu sama denagn larutan NaCl
0,9% . pengisotonisan ini perlu sekali maksudnya agar tidak mengganggu
fungsi rambut getar, epitel. Sedikit hipertoni masih diperkenankan.
Sebagai bahan pengiisotoni digunakan NaCl atau glukosa.
Tetes hidung harus steril dan untuk menjaga agar obat terhindar
dari kontaminasi, maka penambahan preservatif juga dilakukan misalnya
dengan nipagin atau nipasol atau kombinasi keduanya. Nipagin dipakai
0,04-0,01 %; sedangkan campurannya dapat dibuat dengan kombinasi
Nipagin (0.026%) + Nipasol (0.014%) .
Secara umum untuk obat (tetes) hidung harus diperhatikan :
1. Sebaiknya digunakan pelarut air
2. Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi
rambut getar epitel
3. pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5 dan agar pH tersebut stabil
hendaknya ditambahkan dapar (buffer)
4. Usahakan agar larutan isotoni
5. Agar supaya obat dapat tinggal lama dalam rongga hidung dapat
diusahakan penambahan bahan yang menaikkan viskositasnya agar
mendekati secret lendir hidung
6. Hendaknya dihindari larutan obat (tetes) hidung yang bereaksi alkali.
7. Penting untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang
mengandung menthol, karena dapat menyebabkan karam (kejang)
pada jalan pernafasan
8. Harus tetap stabil selama dalam pemakaian pasien
9. Harus mengandung antibakteri untuk mereduksi pertumbuhan bakteri
selama dan pada saat obat diteteskan.
Contoh sediaan Tetes Hidung Steril
Tetes hidung Ephedrini
Komposisi :
tiap 10 ml mengandung :
Ephedrini Hydrochloridum 100 mg
Natrii Chloridum 45 mg
Chlorbutanolum 50 mg
Propylenglycolum 500 µl
Aqua destilata hingga 10 m
Tetes hidung Efedrin 10 ml merupakan sediaan steril yang berkhasiat
sebagai dekongestan, Obat tetes hidung ini harus isotonis terhadap cairan
hidung, dengan pH normalcairan hidung diperkirakan sekitar 5,5-
6,5.Sehingga digunakan NaCl sebagai zat pengisotonik, selain sebagai zat
pengisotonik NaCl digunakan juga sebagai pelarut dimanachlorobutanol
lebih stabil di dalamnya.
Obat tetes hidung diawetkan sesuai dengan kebutuhannya.
Konsentrasi zat pengawet pada kebanyakan larutan dekongestan
hidungsangat rendah dan berkisar antara 0,5-1%. Pada tetes hidung efedrin
pembawanya berupa air,sehingga digunakan clorbutanolum sebagai
pengawet karena sediaan yang dibuat dalam dosisganda. Bahan lain yang
digunakan dalam pembuatan tetes hidung ini adalah propilenglikolyang
fungsinya sebagai pembawa. Zat pembawa atau pelarut di sini yaitu
digunakan aqua pro injeksi (API) supaya sterildan bebas dari pirogen yang
dibuat dengan cara mendidihkan air untuk injeksi segar selamatidak
kurang dari 10 menit didinginkan dan segera digunakanPenimbangan
bahan dilebihkan sebanyak 5% dari bobot aslinya. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah kemungkinan berkurangnya kadar zat dalam
sediaan akibatproses pembuatan dan penyimpanan.
C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
1. Keuntungan sediaan steril:
a. aksi obat lebih cepat
b. cocok untuk obat inaktif jika diberikan oral
c. obat yang mengiritasi bila diberikan secara oral
d. kondisi pasien (pingsan, dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan obat
diberikan secara oral.
2. Kerugian :
a. tidak praktis
b. butuh alat khusus (untuk injeksi)
c. sakit
d. risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung
dihilangkan
e. butuh personil khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswandi., 1967, Larutan Parenteral,Multi Karja,Surabaya

Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Dirjen.POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta
Dirjen.POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta

Lukas, S., 2006. Formulasi Steril. C.V. Yogyakarta

Martin, A.N. 1970. Physical Pharmacy. Second edition. Lea and Febiger,
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai