Anda di halaman 1dari 19

Makalah Spesialite Dan Terminologi Kesehatan

“Jurnal Kesehatan Kabut Asap”

Kelompok 4

1. Fadilah Dwi Wardani (PO.71.39.0.18.010)


2. Oktarisa (PO.71.39.0.18.025)
3. Preti Marsyanda Putri (PO.71.39.0.18.027)
4. Risma Nabila (PO.71.39.0.18.030)
5. Sabilla Gustiharda (PO.71.39.0.18.031)

Kelas :
Reguler II A

Dosen Pembimbing :
Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt, M. Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Spesialite dan
Terminologi Kesehatan” ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Sebagai penulis, kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan
yang terkandung di dalamnya jadi kami memohon maaf atas kekurangan kami.

Palembang, 23 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kabut Asap ........................................................................ 3
2.2 Peyebab Terjadinya Kebakaran .......................................................... 3
2.3 Isi Atau Kandungan Dari Asap Kebakaran Hutan .............................. 4
2.4 Ukuran Partikel Asap .......................................................................... 4
2.5 Penyebaran Kabut Asap ...................................................................... 5
2.6 Dampak Yang ditimbulkan Dari Kabut Asap ..................................... 5
2.7 Penyakit Yang Ditimbulkan Dari Kabut Asap ..................................... 6
2.8 Hal-hal Yang Sebaiknya Kita Lakukan Ketika Terjadi Kabut Asap ... 7
2.9 Upaya Pencegahan Kebakaran Hutan ................................................ 7
2.10 Upaya Untuk Mengantisipasi Kebakaran Hutan .............................. 8

BAB III
PENUTUP ................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 14
3.2 Saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran hutan di Indonesia selalu terjadi pada musim kemarau,
yaitu pada bulan Agustus, September, dan Oktober, atau pada masa
peralihan (transisi). Wilayah hutan di Indonesia yang berpotensi terbakar
antara lain di Pulau Sumatera (Riau, Jambi, Sumut, dan Sumsel) dan di
Pulau Kalimantan (Kalbar, Kaltim, dan Kalsel). Penyebab kebakaran hutan
dan lahan di Indonesia secara umum disebabkan oleh dua faktor. Pertama,
karena faktor kelalaian manusia yang sedang melaksanakan aktivitasnya di
dalam hutan. Kedua, karena faktor kesengajaan, yaitu kesengajaan
manusia yang membuka lahan dan perkebunan dengan cara membakar.
Kebakaran hutan karena faktor kelalaian manusia jauh lebih kecil
dibanding dengan faktor kesengajaan membakar hutan. Pembukaan lahan
dengan cara membakar dilakukan pada saat pembukaan lahan baru atau
untuk peremajaan tanaman industry pada wilayah hutan. Pembukaan lahan
dengan cara membakar biayanya murah, tapi jelas cara ini tidak
bertanggung jawab dan menimbulkan dampak yang sangat luas. Kerugian
yang ditimbulkannya juga sangat besar. Kebakaran Hutan dan Lahan
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Asap kebakaran hutan
dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan menimbulkan penyakit
infeksi pada saliran pernapasan (ispa) serta kelancaran transportasi akibat
visibility yang jelek. Kebakaran hutan yang luas dapat mengganggu
masyarakat Negara tetangga, dan bila tidak segera diatasi dapat
mengakibatkan penilaian negatif masyarakat internasional terhadap
pemerintah Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kabut asap ?
2. Apa penyebab terjadinya kebakaran hutan?
3. Apa isi atau kandungan dari asap kebakaran hutan ?
4. Bagaimana ukuran partikel asap?
5. Bagaimana penyebaran kabut asap ?
6. Apa saja dampak yang ditimbulkan kabut asap?
7. Penyakit yang ditimbulkan dari kabut asap ?
8. Hal-hal apa saja yang sebaiknya kita lakukan ketika terjadi kabut
asap?
9. Bagaimana upaya pencegahan kebakaran hutan?
10. Bagaimana upaya untuk mengantisipasi kebakaran hutan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kabut asap
2. Mengetahui apa penyebab kebakaran hutan
3. Mengetahui isi atau kandungan dari asap kebakaran hutan
4. Mengetahui ukuran partikel asap
5. Mengetahui penyebaran kabut asap
6. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kabut asap
7. Mengetahui penyakit apa saja yang ditimbulkan dari kabut asap
8. Mengetahui hal-hal yang sebaiknya dilakukan ketika terjadi
kabut asap
9. Mengetahui upaya pencegahan kebakaran hutan
10. Mengetahui upaya untuk mengantisipasi kebakaran hutan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kabut Asap
Kabut asap merupakan kumpulan asap dan kabut yang bercampur menjadi
satu kesatuan. Pengertian kabut Asap adalah kasus pencemaran udara
berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan. Kabut asap juga
sering dikaitkan dengan pengertian pencemaran udara. Kabut asap itu
sendiri adalah koloid jenis aerosol padat dan aerosol cair.

2.2 Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan


Asap terjadi karena adanya sumber yang terbakar. Sumber api
dihasilkan oleh profil manusia yang dalam mata pencahariannya selalu
menggunakan api sehingga sumber api tersebut bersifat rutin pengetahuan
sumber api merupakan faktor kunci dalam meningkatkan keberhasilan
pencegahan kebakaran. Bila sumber-sumber penyebab kebakaran diketahui
maka akan mudah dilakukan kegiatan (Chandler et al, 1983; Suratmo et
al,2003).
Peristiwa kebakaran pada umumnya sangat sulit dibuktikan karena
selalu dimulai dengan adanya api kecil yang berawal dari kelalaian
pengguna api rutin saat pembakaran lahan, peristiwa yang bersifat
insidentil seperti pembakaran akibat tujuan kriminal, puntung rokok, dan
peristiwa alam. Data hotspot dari citra satelit NOAA-AVHR dapat
menunjukkan kejadian kebakaran di suatu tempat (Saharjo,2004), tetapi
belum bisa menentukan profil manusia mana yang menjadi pemicu insiden
kebakaran tersebut.
Terjadinya kebakaran hutan dapat mengakibatkan pencemaran
udara yang bersifat lintas batas, Kebakaran hutan yang terjadi di Riau juga
dapat disebabkan oleh 2 hal, penyebabnya kebakaran hutan tersebut
yakni: pertama Kebakaran hutan yang disebabkan oleh alam (1) Gejala
alam skala global merupakan kondisi alam yang tidak mendukung,
misalnya, bencana alam, musim kemarau panjang yang membuat areal
kehutanan menjadi panas. (2) Lahan gambut dapat menjadi bahan bakar
yang relative melimpah sebab kekeringan telah menyebabkan air tanah
menurun di rawa-rawa air tanah yang besar di pedalaman. Lantas lapisan
gambut terpapar dan mengering. Pohon yang kebanyakan yang
memiliki perakaran dangkal mengering dan tumabang baik gambut kering
maupun kayu mati akhirnya merupakan bahan bakar yang efektif bagi
penyebaran api pada permukaan dan di atas tanah. Kedua Kebakaran hutan
yang disebabkan oleh manusia. (1) Ahli fungsi hutan / pembukaan lahan
untuk perkebunan, pertanian, pemukiman, transmigrasi dengan
menggunakan api yang tidak terkendali. Ini merupakan penyebab utama
dari kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia. (2) Illegal logging yang
dilakukan oleh pengusaha-pengusaha yang tidak bertanggung jawab
merupakan salah satu penyebabkan kebakaran hutan. Karena sisa-sisa
penebagan hutan tersebut dapat menjadi salah satu bahan bakar potensial
yang memperpanjang usia kebakaran hutan yang terjadi.

2.3 Kandungan Asap Kebakaran Hutan


Asap kebakaran hutan dan lahan secara umum berisi gas CO, CO2,
H2O, jelaga, debu (partikel) ditambah dengan unsur-unsur yang telah ada
di udara seperti N2, O2, CO2, H2O, dan lainlain. Berdasarkan data
pengamatan tahun 1997, ketinggian puncak lapisan asap di pulau Sumatera
berkisar antara 7000 kaki hingga 9000 kaki dan di Kalimantan berkisar
antara 5000 kaki hingga 6000 kaki. Pada saat observasi lapangan tanggal
15 s.d 17 Maret 2002, diketahui bahwa puncak lapisan asap di wilayah
Sumatera Bagian Utara bervariasi antara 8000 kaki hingga 9000 kaki.
Asap tersebut tidak segera naik ke angkasa karena gas asap tersebut lebih
berat dari udara normal, sehingga lama-kelamaan asap tersebut
terakumulasi dan menjadi pekat (BPPT, 1997).
Asap yang pekat menyebabkan visibility (kekuatan jarak pandang)
menjadi rendah, dan menghalangi radiasi matahari ke permukaan tanah,
sehingga tidak terjadi proses konveksi. Temperatur di lokasi asap
umumnya rendah yaitu sekitar 24 derajat Celcius. Di sekitar lokasi asap
umumnya terdapat awan. Dasar awan umumnya berkisar antara 5000 kaki
hingga 6000 kaki, atau lebih rendah dari puncak lapisan asap, sehingga
awan yang berada di sekitar lokasi asap tertahan masuk. Di atas lapisan
asap terdapat aliran yang laminer, dimana angin berhembus mengikuti pola
aliran laminar tersebut (Sitorus, 2002).

2.4 Ukuran Partikel Asap


Selain gas, partikel-partikel berbagai ukuran juga terkandung di
dalam kabut asap. Ukuran partikel mulai dari 10 mikrometer hingga yang
sangat kecil di bawah 0,5 mikrometer dapat mengganggu kesehatan.
Semakin kecil ukuran partikel, disebut dr Feni semakin mampu masuk ke
dalam organ terkecil di sistem pernapasa, dalam hal ini adalah alveoli di
paru-paru dan merusaknya. Sementara partikel yang berukuran lebih besar
bisa tertahan di saluran pernapasan atas

2.5 Penyebaran Kabut Asap


Kabut asap yang menyebar dan menyelimuti propinsi Sumatera Utara
berasal dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten
Bengkalis - Riau dan Hot Spot yang terindikasi di Kabupaten Labuhan
Batu – Sumatera Utara. Kondisi udara di lapisan atmosfer atas di wilayah
tersebut sangat stabil dan cenderung bergerak turun, sehingga angin di
lapisan bawahnya (± 100 m dari permukaan tanah) yang bergerak dari
timur tidak mampu naik ke pengunungan Bukit Barisan melainkan
berbelok ke utara menyusuri lereng Timur Bukit Barisan. Selanjutnya yang
terjadi adalah, kabut asap terbawa ke utara menuju wilayah propinsi
Sumatera Utara dan kota Medan.

2.6 Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Kabut Asap


Sebagaimana kita ketahui bersama, pencemaran udara atau
perubahan salah satu komposisi udara dari keadaan normal,
mengakibatkan terjadinya perubahan suhu dalam kehidupan manusia.
Pembangunan transportasi yang terus dikembangkan menyusul dengan
permintaan pasar, ternyata, telah mendorong terjadinya bencana
pembangunan. Saat ini, kita semua telah mengetahui bahwa pengaruh
polusi udara juga dapat menyebabkan pemanasan efek rumah kaca (ERK)
bakal menimbulkan pemanasan global atau (global warming) (Sudrajad,
2006).
Akibatnya, udara sebagai salah satunya commons yang open access
menjadi berbahaya bagi kesehatan manusia dan alam sekitarnya.
Dari hasil penelitian mengenai dampak kabut asap pada masyarakat
di Kelurhan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Provinsi
Riau dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kesehatan di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru pada saat kabut asap terjadi memang sangat berdampak
terhadap kodisi kesehatan jasmani seperti penyakit ISPA, alergi, batuk-
batuk dan iritasi mata, tidak hanya kesehatan jasmani tetapi kenyamanan
warga jg ikut terganggu saat terjadinya kabut asap. Sedangkan dilihat
dari tingkat sosial warga sangat kurang karena kebanyakan warga yang
acuh tak acuh dengan warga lainnya saat kabut asap terjadi, dan jarak
yang harus di tempuh warga untuk pergi berobat juga sangat jauh yaitu
sekitar 5 kilo dari rumah warga.
2. Pendapatan di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru pada saat terjadi memang sangat berpengaruh terhadap
pendapatan warga Tuah Karya dimana pendapatan pokok/bulan yang
mereka memperoleh ratarata Rp 1.000.000 – Rp1.500.000/bulan,
sedangkan pendapata perminggu rata-rata mereka hanya mendapatkan
Rp. 500.000 – Rp. 700.000 Selama kabut asap terjadi. Berbeda dengan
Sebelum terjadinya kabut asap dimana pendapatan warga Tuah Karya
lebih besar dibandingkan saat kabut asap. terjadi bisa dilihat pendapatan
perbulan sebelum terjadinya kabut asap mereka rata-rata berkisar Rp
4.000.000 – Rp 5.000.000/bulan, sedangkan pendapatan rata-rata warga
Tuah Karya Rp 500.000 dan pendapatan dari pekerjaan sampingan
warga rata-rata memperoleh Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000.
3. Lingkungan warga Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru
Provinsi Riau bahwa dampak kabut asap terhadap lingkungan fisik dan
sosial sangat berpengaruh terhadap kualitas udara dikarenkan kabut
asap yang tebal membuat kondisi lingkungan warga menjadi tidak
terkendali dan jarak pandang pun bisa dikatakan hanya 100 m, tidak
hanya kulitas udara tetapi dampak kabut asap juga sangat berpengaruh
terhadap tanaman dimana akibat dampak kabut asap tanaman banyak
yang mrnjadi layu dan mati sehingga membuat warga menjadi rugi, dan
pengaruh kabut asap juga berpengaruh terhadap kelancaran transportasi
dimana banyaknya angkot yang tidak jalan akibat kabut asap dan
pemasuakan warga pun menjadi berkurang, dan kabut asap juga
membuat aktivitas warga terganggu sehingga banyak warga yang hanya
berdiam diri dirumah selama kabut asap terjadi.

2.7 Penyakit Yang ditimbulkan Dari Kabut Asap


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit
infeksi akut yang menyerang. Salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran baawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura, berlangsung selama 14 hari. Pneumonia adalah proses infeksi akut
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), terjadinya gangguan pada
saluran pernafasan akibat dari jmaur, bakteri, virus dan partikel lainnya
(Rasmaliah, 2004, Pubmed health, 2011). Menurut WHO, Pneumonia
dalah bentuk peradangan dari jaringan paru yang ditandai dengan gejala
batuk dan sesak nafas atau nafas cepat. Berdasarkan buku pedoman P2-
ISPA, Pneumonia diklasifikasikan sebagai bukan pneumonia, pneumonia,
dan pneumonia berat (Kemenkes, 2011).
2.8 Hal-hal Yang Sebaiknya Kita Lakukan Ketika Terjadi Kabut Asap
1. Tetap di dalam ruangan dengan jendela dan pintu tertutup.
2. Tutup tiap ada akses ke luar ruangan
3. Kurangi aktivitas di luar rumah
4. Hindari aktivitas di dalam rumah yang menambah kontaminasi seperti
merokok atau menyedot debu
5. Gunakan masker dan alat pelindung lainnya seperti sarung tangan, baju
lengan panjang dan celana panjang
6. Cuci buah dan sayur sebelum dimakan
7. Ganti masker bila sudah kotor (masker yang kotor ditandai dengan
perubahan warna masker atau saat bernapas melalui masker menjadi
bertambah sulit).
8. Sediakan obat-obat penting di rumah
9. Mempersiapkan tempat-tempat umum seperti sekolah, aula, gedung olah
raga, hotel, musholla/ masjid, kantor, gedung serba guna, dan lainnya
untuk dijadikan penampungan berudara bersih.

2.9 Upaya Pencegahan Kebakaran Hutan


Aktivitas pencegahan kebakaran hutan rawa gambut perlu didasari oleh
adanya pengetahuan tentang profil manusia pengguna api rutin di lahan yang
identik dengan sumber-sumber api pemicu kebakaran. Pengetahuan tersebut
berguna untuk mengarahkan pembinaan pencegahan kebakaran yang dilakukan
oleh pemerintah sehingga tepat sasaran. Respon masyarakat terhadap jenis-jenis
inovasi pencegahan kebakaran yang diterapkan perlu digali agar tercipta
peluang kolaborasi antara pihak pemerintah atau pengelola dengan masyarakat
target sehingga proses peningkatan kesadaran, kesiagaan dan difusi inovasi
dapat berjalan secara cepat. Melalui penelitian survey opini publik di lima desa
contoh sekitar hutan konservasi Mawas di Kalimantan Tengah diketahui bahwa
sumber api rutin berasal dari petani ladang dan penangkap ikan, sedangkan
pengguna api lain bersifat tidak rutin yaitu petani rotan, pencari rotan, pencari
kulit gemor, dan pencari madu, pengayu, penambang emas, dan pengrajin
perahu klotok. Kegiatan pencegahan yang mendapat respon masyarakat adalah
semua pola penyuluhan dan penerapan teknologi yang umum dilakukan dalam
pencegahan kebakaran kecuali persiapan lahan tanpa bakar dan pola tanam
agroforestry. Disimpulkan bahwa aktivitas pencegahan kebakaran jika
dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat sekitar
hutan terutama dengan petani ladang dan penangkap ikan berpotensi
menurunkan frekuensi terjadinya kebakaran.

2.10 Upaya Untuk Mengantisipasi Kebakaran Hutan


Antisipasi kebakaran hutan dan lahan dapat dilakukan dengan cara
membuat suatu indicator potensi kebakaran versi Indonesia sebelum terjadi
kebakaran. Indikator ini yang akan dijadikan sebagai rujukan tingkat potensi
kebakaran dari suatu wilayah sehingga kebakaran dapat diantisipasi dan bila
memungkinkan untuk dicegah. Kepada pengelola hutan perlu dilakukan
pengawasan dengan penuh tanggung jawab, agar mereka tunduk pada aturan
yang berlaku tidak melakukan pembakaran untuk membuka lahan baru, baik
ketika diawasi maupun tidak diawasi.
Selanjutnya dampak kebakaran hutan dan lahan ini terus menerus
disosialisasikan kepada seluruh masyarakat agar peristiwa serupa tidak
terulang kembali. Langkah yang terpenting dari semua ini adalah penegakan
hukum yang tegas, tidak pandang bulu, dan konsisten, yaitu sanksi dan
hukuman bagi yang terbukti melanggar peraturan pemerintah dalam
kebakaran hutan. Upaya untuk mengatasi dan menanggulangi kebakaran hutan
dan lahan dapat dikelompokan pada dua cara. Cara pertama, yaitu pemadaman
dari permukaan. Cara kedua, yaitu pemadaman dari udara.
Penanggulangan cara pertama dapat dilaksanakan oleh instansi yang
terkait yaitu Departemen Kehutanan, dan Pemerintah Daerah.
Penanggulangan cara kedua , yaitu dari udara dapat dilakukan dengan
menerbangkan pesawat pembom air misalnya US-1A Water Bomber, dan
pesawat CL-415M. Penanggulangan dengan pesawat water bomber tidak
direkomendasikan karena tidak mungkin berhasil. Air yang dijatuhkan ke
lokasi kebakaran hutan malahan dapat menimbulkan semakin maraknya api
kebakaran apabila jumlah air yang jatuh per satuan luas kebakaran tidak
sesuai. Lagi pula dalam kondisi hutan yang terbakar, visibility sangat rendah
dan hampir nol, sehingga menerbangkan pesawat kecil dalam ketinggian yang
rendah di dalam asap dan mencari titik api hampir mustahil dilakukan.
Cara kedua yang efektif dan telah beberapa kali dilakukan dan berhasil
(1997, 1998 dan 2001) yaitu menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca
(TMC). Penerapan TMC untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan ini
adalah sebagai teknologi alternatif apabila asap sudah terakumulasi.
Kebakaran hutan yang meluas tidak mungkin dipadamkan dari permukaan
karena fasilitas jalan ke lokasi kebakaran di hutan sangat terbatas sehingga
mobilisasi mobil pemadam kebakaran dan pasukan pemadam menjadfi
terbatas. Oleh karena itu pemadaman kebakaran hutan dari udara dengan
menerapkan TMC sangat mungkin utnuk dilakukan. Teknologi ini
memanfaatkan peluang yang ada di alam, dimana peluang tersebut yang akan
menstimulus proses yang terjadi di alam. Sebagai contoh, dengan penerapan
TMC energi yang ada di alam dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien
untuk memadamkan kebakaran. Energi tersebut antara lain energi aliran
angin, energy radiasi matahari, dan energi kandungan kelembaban udara
(awan potensial) yang tersedia (Sitorus, 2002).
Kebakaran Hutan tidak akan berlanjut apabila jumlah hujan yang turun
cukup, dan mampu memadamkan api kebakaran. Jumlah hujan yang turun
akan mencukupi, apabila di sekitar lokasi kebakaran hutan terdapat awan
potensial. Ada beberapa syarat agar keberadaan awan potensial terdapat di
wilayah sekitar lokasi kebakaran hutan. Syarat itu antara lain, jumlah
kandungan moisture dalam udara. Jumlahnya harus sesuai dengan kondisi
kolom udara atau tingkat kelabilan udara yang dapat mendukung pertumbuhan
awan potensial. Meskipun jumlah kandungan moisture nya tinggi, awan yang
tumbuh tidak akan menjadi awan Cu potensial apabila kolom udara pada
lokasi tersebut stabil. Penerap an TMC adalah bertujuan untuk membuat
kolom udara asap kebakaran hutan tersebut menjadi dinamis, labil, atau
netral.Akumulasi asap kebakaran hutan yang meningkat malahan cenderung
memicu kebakaran hutan semakin luas, karena peluang turunnya hujan secara
alami pada lokasi kebakaran tersebut semakin mengecil. Akumulasi asap
terjadi karena produksi asap yang tidak sebanding dengan daya angkut angin
terhadap asap, sehingga radiasi matahari terhalang masuk ke permukaan
tanah. Sehingga proses pemanasan permukaan tanah tidak terjadi, yang
menyebabkan kolom udara pada lokasi kebakaran selalu dalam keadaan stabil
sehingga tidak mungkin terjadi awan potensial. Penerapan TMC dimaksudkan
untuk mengurangi konsentrasi asap kebakaran hutan atau menipiskan asap
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kabut Asap adalah kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi
berhari-hari hingga hitungan bulan. Kabut asap juga sering dikaitkan
dengan pengertian pencemaran udara. Kabut asap itu sendiri adalah koloid
jenis aerosol padat dan aerosol cair.
Asap terjadi karena adanya sumber yang terbakar. Sumber api
dihasilkan oleh profil manusia yang dalam mata pencahariannya selalu
menggunakan api.
Asap kebakaran hutan dan lahan secara umum berisi gas CO, CO2,
H2O, jelaga, debu (partikel) ditambah dengan unsur-unsur yang telah ada di
udara seperti N2, O2, CO2, H2O, dan lain-lain.
Selain gas, partikel-partikel berbagai ukuran juga terkandung di
dalam kabut asap. Ukuran partikel mulai dari 10 mikrometer hingga yang
sangat kecil di bawah 0,5 mikrometer dapat mengganggu kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bersama, pencemaran udara atau perubahan
salah satu komposisi udara dari keadaan normal, mengakibatkan terjadinya
perubahan suhu dalam kehidupan manusia. Akibatnya, udara sebagai salah
satunya commons yang open access menjadi berbahaya bagi kesehatan
manusia dan alam sekitarnya.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang menyerang. Salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran baawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura, berlangsung
selama 14 hari. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli), terjadinya gangguan pada saluran pernafasan
akibat dari jmaur, bakteri, virus dan partikel lainnya (Rasmaliah, 2004,
Pubmed health, 2011).
Aktivitas pencegahan kebakaran hutan rawa gambut perlu didasari
oleh adanya pengetahuan tentang profil manusia pengguna api rutin di lahan
yang identik dengan sumber-sumber api pemicu kebakaran.

3.2 Saran
1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat agar menjaga kelestarian hutan
dan tidak membuang sampah sembarangan lagi
2. Kepada masyarakat diharapkan tidak membakar sembarangan dan tidak
membuang rokok sembarangan agar tidak terjadi kebakaran hutan lagi.
3. Diharapkan pemerintah atau pihak yang terkait dalam undang-undang
atau hukum yang lebih tegas terhadap kasus pembakaran hutan sehingga
tidak terjadi maraknya lagi kabut asap yang terbakar di udara dan
berdampak terutama pada kesehatan, perekonomian dan juga
lingkungan.
4. Kepada pemerintah melalui instansi yang terkait agar dapat
memperhatikan dan membuat penjagaan yang ketat. Sehingga di daerah
tersebut bisa ditingkatkan dan pendapatan warga juga semakin ikut
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

- ejurnal.bppt.go.id
- www.depkes.go.id
- Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol 1, No. 2, Juli 2011 (ISSN 2087-9334
(119-126)
- Sri Azora Kumala Sari, Pencemaran Lintas Batas Kebakaran Hutan: Suatu
Perspektif Dari Ekologi Dan Hukum Lingkungan Internasional. Skripsi
Hukum, Universitas Sumatera Utara Medan. Tahu n 2008.

Anda mungkin juga menyukai