D
I
S
U
S
U
N
SITI NURHALIZA
RIKI SAPUTRA
RIKA
XII IPA II
SMAN1
PULAU LAUT SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini kita telah memasuki era globalisasi, yang dimana waktu, ruang, dan jarak bukan lagi menjadi pembatas.
Globalisasi dapat berpengaruh terhadap perubahan nilai-nilai budaya suatu bangsa. Yang mau tidak mau, suka tidak
suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula
yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa ini
untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan, khususnya pada generasi muda Indonesia.
Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin kental. Batas antarnegara hampir tidak ada artinya, batas
wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antarbangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses
akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati
dari proses akulturasi tersebut adalah proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu sendiri, sebagai contoh yaitu:
munculnya sikap individualistis, konsumerisme, semakin menonjolnya sikap materialistis, dan lunturnya budaya
leluhur dari semulanya. Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai
asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan berakibat lebih serius ketika pada
puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya. Pada genersi muda hal ini merupakan masalah
yang serius karena mereka adalah tunas penerus bangsa, yang jika tidak dibendung akan mengancam eksistensi dan
ciri luhur bangsa ini.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai berikut:
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ideologi Secara Etimologis
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea dan logia. Idea berasal dari idein yang
berarti melihat. Idea juga diartikan sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran
atau rencana. Kata logia mengandung makna ilmu pengetahuan atau teori, sedang kata logis berasal dari kata logos
dari kata legein yaitu berbicara. Istilah ideologi sendiri pertama kali dilontarkan oleh Antoine Destutt de Tracy
(1754 – 1836), ketika bergejolaknya Revolusi Prancis untuk mendefinisikan sains tentang ide. Jadi dapat
disimpulkan secara bahasa, ideologi adalah pengucapan atau pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam
pikiran. Dalam tinjauan terminologis, ideologi adalah cara hidup/ tingkah laku atau hasil pemikiran yang
menunjukan sifat-sifat tertentu dari seorang individu atau suatu kelas. Ideologi adalah watak/ ciri-ciri hasil
pemikiran dari pemikiran suatu kelas di dalam masyarakat atau partai politik atau pun lainnya. Ideologi ternyata
memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakan pemikiran mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran
mendasar ini dia harus bisa memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. Ketiga, selain kedua hal tadi, dia juga
harus memiliki metode praktis bagaimana ideologi tersebut bisa diterapkan, dijaga eksistesinya dan disebarkan.
Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional. Pancasila
telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga
merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara moderen
yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai yang terkandungan dalam Pancasila
dilestarikan dari generasi ke generasi.
Karl Marx memahami paham ideologi ini berlawanan dengan pengertian ideologi yang dikemukakan oleh Destutt
de Tracy. Menurut Karl Marx, ideologi ialah kesadaran palsu. Mengapa kesadaran palsu? Dikarenakan ideologi
tersebut adalah suatu hasil pemikiran yang diciptakan oleh pemikirnya, padahal dari kesadaran para pemikir itu pada
dasarnya ditentukan oleh adanya suatu kepentingannya. Jadi ideologi tersebut menurut Karl Marx adalah
pengandalan-pengandalan spekulatif yang berupa suatu agama moralitas, atau juga keyakinan politik .Meskipun
spekulatif ideologi itu dianggap ialah sebagai kenyataan untuk dapat menyembunyikan atau juga melindungi
kepentingan kelas sosial pemikir itu.
Louis Althuser
Louis Althuser ialah murid dari Karl Marx. Meskipun begitu, ia tidak sejalan dengan gagasan Karl Marx
tentang Ideologi tersebut. Menurutnya, Ideologi adalah suatu gagasan yang spekulatif namun tetapi ideologi tersebut
bukan gagasan palsu dikarenakan gagasan spekulatif itu bukan dimaksudkan untuk menggambarkan suatu realitas
melainkan untuk dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana semestinya manusia itu dapat menjalani
hidupnya. Sesungguhnya pad tiap-tiap orang membutuhkan ideologi, dikarenakan tiap-tiap orang perlu
mempunyai keyakinan mengenai bagaimana semestinya ia dapat menjalankan kehidupannya.
Dr. Alfian
Ideologi adalah pandangan atau juga sistem nilai yang menyeluruh serta juga mendalam mengenai bagaimana
cara yang tepat, yakni secara moral dianggap benar serta juga adil, mengatur adanya tingkah laku bersama didalam
berbagai segi kehidupan.
Soerjanto Poespowardoyo
Ideologi ialah sebagai kompleks pengetahuan serta juga macam-macam nilai, yang secara universal menjadi
landasan bagi seseorang atau juga masyarakat untuk dapat memahami jagat raya serta juga bumi seisinya dan
juga menentukan sikap dasar untuk dapat mengolahnya. Dengan berdasarkan pemahaman yang diyakini itu,
seseorang menangkap apa yang dilihat baik serta juga tidak baik.
Machiavelli
Ideologi adalah suatu sistem perlindungan kekuasaan yang dipunyai oleh penguasa.
M.Sastra Prateja
Ideologi ialah sebagai seperangkat gagasan atau juga pemikiran yang berorientasi pada suatu tindakan yang
diorganisir dan menjadi suatu sistem yang teratur. Dalam hal tersebut , ideologi ini mengandung beberapa unsur,
yakni :
2. Tiap Ideologi memuat seperangkat nilai atau juga suatu persepsi moral.
3. Ideologi adalah suatu pedoman kegiatan atau aktivitas untuk dapat mewujudkan nilai-nilai di dalamnya.
Thomas H
Ideologi adalah suatu cara untuk dapat melindungi kekuasan pemerintah agar dapat bertahan serta juga mengatur
rakyatnya.
Napoleon
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di era globalisasi yang modern seperti sekarang ini, banyak sekali nilai-nilai yang mempengaruhi nilai budaya
suatu bangsa. Yang mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-
nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan
sekaligus sebagai peluang bagi bangsa ini untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan, khususnya
pada generasi muda Indonesia. Jadi kita sebagai generasi muda harus tetap bisa mempertahankan nilai-nilai
Pancasila yang telah menjadi Ideologi bangsa kita ini. Karena di dalam Pancasila ini sudah tertanam nilai-nilai yang
sangat penting untuk menuju ke kehidupan yang teratur, aman, dan tenteram.
Daftar pustaka
http://chayu-21.blogspot.co.id/2012/06/lunturnya-ideologi-pancasila-dalam-era.html