oleh
Ajib Dwi Santoso, S.Kep
NIM 192311101146
i
LEMBAR PENGESAHAN
TIM PEMBIMBING
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
PJ Program Profesi Ners PJMK
Menyetujui,
Wakil Dekan I
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
LAPORAN PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Definisi Oksigenasi ................................................................................................ 1
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan .................................................................. 1
C. Epidemiologi .......................................................................................................... 5
D. Etiologi ................................................................................................................... 6
E. Tanda dan Gejala .................................................................................................. 7
F. Patofisiologi dan Clinical pathway ....................................................................... 7
G. Penatalaksanaan medis........................................................................................ 9
H. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sirkulasi .............................. 12
PENGKAJIA KEPERAWATAN........................................................................................ 21
ANALISIS DATA .............................................................................................................. 35
DIAGNOSIS KEPERAWATAN ........................................................................................ 37
PERENCANAAN KEPERAWATAN ................................................................................ 38
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN................................................................................ 45
CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI .................................................................... 49
iv
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Oksigenasi
1
kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai
banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di
sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua
lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-
rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang
masuk ke dalam rongga hidung. (Patwa & Shah, 2015).
b. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan
2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring
(posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan
masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut
sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan
saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan
minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi)
untuk suara percakapan (Patwa & Shah, 2015).
c. Batang tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di
leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku,
dikelilingi oleh 4 cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia.
Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran
pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan.
Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang
tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang
lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus
berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus) (Patwa &
Shah, 2015).
2
d. Pangkal tenggorokan (Laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang
rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal
laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis
pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada
laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat
keluar masuknya udara.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk
jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal
tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok
terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya
pada waktu kita bicara (Patwa & Shah, 2015).
e. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan
dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya
tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang
lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabangcabang lagi menjadi bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang
menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua
bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus
sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus
sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau
alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler
darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi
utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar
paru-paru (Patwa & Shah, 2015).
f. Paru-paru (Pulmo)
3
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paruparu ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)
yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak
mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian
ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus
terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian
menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung
gelembung-gelembung yang disebut alveolus (Patwa & Shah, 2015).
g. Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang
dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli
disokong oleh serat kolagen, dan elastis halus (Kenedy, 2012)
Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel alveolar besar ( sel
alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya 10% , menempati
95% alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %, menempati 5 %
alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar, bentuknya lebih
tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan
berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini
fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan
diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa
(fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli disebut pori
Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada perokok
sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi
jumlah sel lainnya (Kenedy, 2012).
4
C. Epidemiologi
Masalah oksigenasi dapat terjadi pada beberapa penyakit, seperti tuberkulosis,
kanker paru, asma, emfisema, pneumonia, laringitis, bronkitis, dan asfiksia. Berikut
merupakan bebrapa persebaran penyakit yang berkaitan dengan masalah
oksigenasi:
1. Kanker paru
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai
hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga
menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki.
DiAmerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru
dan160.390 kematian akibat kanker paru pada tahun 2007. Berdasarkan
laporan profil kanker WHO, kanker paru merupakan penyumbang
insidenskanker pada laki- laki tertinggi di Indonesia diikuti oleh kanker
kolorektal, prostat, hati, dan nasofaring; dan merupakan penyumbang kasus ke-
5 terbanyak pada perempuan setelah kanker payudara, serviks-uteri, kolorektal,
dan ovarium. Kanker paru merupakan penyebab pertama kematian akibat
kanker pada laki-laki (21.8%) dan penyebab kematian kedua akibat kanker
pada perempuan (9.1%) setelah kanker payudara (21.4%) (Kementrian
Kesehatan RI, 2017).
2. Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru
TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada
perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi
pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga
yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki
lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya
ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh
partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan
perempuan yang merokok (Kementrian Kesehatan RI, 2018)
5
3. Asma
Saat ini penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi.
Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), diseluruh dunia
diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025
diperkirakan jumlah penderita asma mencapai 400 juta jiwa. Di Indonesia,
prevalensi rawat inap penderita asma berdasarkan umur pada tahun 2013
tertinggi pada umur 45-64 tahun yaitu sebesar 25,66% dan prevalensi terendah
usia 0-6 hari sebesar 0,10%. Sedangkan prevalensi asma rawat jalan
berdasarkan umur tertinggi pada umur 25-44 tahun yaitu sebesar 24,05% dan
prevalensi terendah usia 0-6 hari sebesar 0,13% (Kementrian Kesehatan RI,
2015)
D. Etiologi
Menurut Tarwanto (2006) gangguan kebutuhan oksigen dapat disebabkan
oleh beberapa faktor :
a. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi saluran
pernafasan bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen(O2)
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll
5. kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis
seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
6
4. Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan.
5. kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.
7
Clinical Pathway
Rokok PPOK
Fungsi Alveolar
terganggu anemia
Fungsi Pernafasan terganggu Merokok
Exercise
Hipoventilasi /
Ketidakefektifan Terganggunya difusi pertukaran
Hiperventilasi Darah tidak mampu
bersihan jalan O2 dan CO2 di alveolus
mengikat O2 secara adekuat
napas
Metabolisme
meningkat Peningkatan
kebutuhan O2 Takipneu /
bradipneu Anemia
Gangguan
pertukaran gas
8 Intoleransi aktivitas
G. Penatalaksanaan medis
Pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik:
a. Sistem aliran rendah
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe
pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah
ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas
dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml
dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit (Harahap, 2005). Yang
termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter nasal, kanula nasal, sungkup
muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka
dengan kantong non rebreathing.
1) Kanul nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian
O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan
kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien. Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%,
suplai O2berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lender (Harahap, 2005).
9
2) Sungkup muka sederhana
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-8. Keuntungan konsentrasi
O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar,
dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian Tidak dapat
memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan
CO2 jika aliran rendah (Harahap, 2005).
10
Sumber: www.medikalequipment.com Sumbe: www.fotosearch.com
11
H. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sirkulasi
1. Pengkajian:
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit ringan: bed rest ,terpasang infus
Tampak sakit sedang: bed rest, lemah, terpasang infus, alat medis
b. TTV
Perhatikan suhu klien dari rentang normal hingga hiperpirexia. Perhatikan nadi
klien apakah normal, takikardi, atau bradikardi. Pernapasan klien dengan
gangguan oksigenasi akan cepat, tentukan juga iramanya, kedalamannya
c. Pemeriksaan Paru Posterior
1) Posisi pasien duduk/berdiri/berbaring jika memungkinkan. Inspeksi
kesimetrisan paru
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menyebutkan angka atau
huruf yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri
3) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis 3-4 jari dari pundak
sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup
4) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan ekspirasi (vesikuler,
bronkhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi,
krekles
d. Pemeriksaan Paru Lateral
1) Inspeksi kesimetrisan paru
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menyebutkan angka atau
huruf yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri
3) Perkusi dari puncak paru ke bawah, catat suara perkusi:
sonor/hipersonor/redup
4) Auskultasi buyi paru saat inspirasi dan ekspirasi (vesikuler,
bronkhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi,
krekles
e. Pemeriksaan Paru Anterior
12
1) Minta pasien posisi supine/duduk. Inspeksi kesimetrisan paru
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf
yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri
3) Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke
prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran
kedua ibu jari
4) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak
sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup
5) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler,
bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi,
krekles
13
- Batuk yang tidak efektif - Perubahan frekuensi napas
- Dispnea - Perubahan pola napas
- Gelisah - Sianosis
- Kesulitas verbalisasi - Suara napas tambahan
- Sputum dalam jumlah yang berlebih - Tidak ada batuk
- Mata terbuka lebar - Ortopnea
- Penurunan bunyi napas
Batasan karakteristik:
- Bradipnea - Dispnea
- Fase ekspirasi memanjang - Ortopnea
- Penggunaan otot bantu pernapasan - Penggunaan posisi tiga titik
- Peningkatan diameter anterior-posterior - Penurunan tekanan ekspirasi
- Penurunan tekanan inspirasi - Penurunan ventilasi semenit
- Pernapasan bibir - Pernapasan cuping hidung
- Perubahan ekskursi dada - Pola napas abnormal
- Takipnea
14
3) Gangguan pertukaran gas (00030)
Definisi:
Kelebihan atau deficit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada
membrane alveolar-kapiler
Berhubungan dengan:
- Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
- Perubahan membrane alveolar-kapiler
Batasan karakteristik:
- Diaforesis - Dispnea
- Gangguan penglihatan - Gas darah arteri abnormal
- Gelisah - Hiperkapnia
- Hipoksemia - Hipoksia
- Iritabilitas - Konfusi
- Napas cuping hidung - Penurunan karbon dioksida
- pH ateri abnormal - Pola pernapasan abnormal
- Sakit kepala saat bangun - Sianosis
- Somnolen - Takikardi
- Warna kulit abnormal
N NO
NOC NIC
O DX
1. I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan
jam, klien dapat mencapai bersihan jalan napas yang Napas (3140)
efektif, dengan kriteria hasil: 1) Buka jalan
napas pasien
Respiratory Status: Airway patency
2) Posisikan pasien
N Tujuan untuk
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5 memaksimalkan
1. Pengeluaran sputum ventilasi.
pada jalan napas 3) Identifikasi
(041020) Pasien untuk
15
2. Irama napas sesuai perlunya
yang diharapkan pemasangan alat
(041005) jalan napas
3. Frekuensi buatan
pernapasan sesuai 4) Keluarkan
yang diharapkan secret dengan
(041004) suction
5) Auskultasi suara
Keterangan: napas, catat bila
1. Keluhan ekstrim ada suara napas
2. Keluhan berat tambahan
3. Keluhan sedang 6) Monitor rata-
4. Keluhan ringan rata respirasi
5. Tidak ada keluhan setiap
pergantian shift
dan setelah
dilakuakan
tidakan suction
b. Suksion Jalan
Napas (3160)
1) Auskultasi jalan
napas sebelum
dan sesudah
suction
2) Informasikan
keluarga tentang
prosedur suction
3) Berikan O2
dengan
menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi
suksion
nasotrakheal
4) Hentikan
suksion dan
berikan oksigen
bila Pasien
menunjukkan
bradikardi
peningkatan
saturasi oksigen
5) Atur intake
untuk cairan
mengoptimalka
n
keseimbangan.
6) Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
16
penggunaan
peralatan : O2,
Suction,
Inhalasi.
2. II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan
jam, klien dapat mencapai napas efektif, dengan kriteria Napas (3140)
hasil: 1) Buka jalan
napas Pasien
2) Posisikan
Respiratory Status: Ventilation Pasien untuk
N Tujuan memaksimalkan
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5 ventilasi.
1. Auskultasi suara 3) Identifikasi
napas sesuai Pasien untuk
2. Bernapas mudah perlunya
3. Tidak didapatkan pemasangan alat
penggunaan otot jalan napas
tambahan buatan
4) Keluarkan
Vital sign Status secret dengan
N Tujuan suction
Indikator Awal 5) Auskultasi suara
o 1 2 3 4 5
1. Tanda Tanda vital napas, catat bila
dalam rentang ada suara napas
normal (tekanan tambahan
darah, nadi, 6) Monitor
pernafasan) penggunaan otot
bantu
Keterangan:
pernapasan
1. Keluhan ekstrim 7) Monitor rata-
2. Keluhan berat rata respirasi
3. Keluhan sedang setiap
4. Keluhan ringan pergantian shift
5. Tidak ada keluhan dan setelah
dilakuakan
tidakan suction
Monitot tanda-tanda
vital (6680)
1) Observasi
adanya tanda
tanda
hipoventilasi
2) Monitor adanya
kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
17
3) Monitor vital
sign
4) Monitor pola
nafas
3. III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 1) Posisikan
jam kerusakan pertukaran pasien teratasi dengan pasien untuk
kriteria hasil: memaksimalkan
Respiratory Status : Gas exchange
ventilasi
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
Respiratory Status : ventilation 2) Pasang mayo
Vital Sign Status bila perlu
N Tujuan 3) Lakukan
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5 fisioterapi dada
1. Mendemonstrasikan jika perlu
peningkatan 4) Keluarkan
ventilasi dan sekret dengan
oksigenasi yang
batuk atau
adekuat
2. Memelihara suction
kebersihan paru paru 5) Auskultasi
dan bebas dari tanda suara nafas,
tanda distress catat adanya
pernafasan suara tambahan
3. Mendemonstrasikan 6) Atur intake
batuk efektif dan
untuk cairan
suara nafas yang
bersih, tidak ada mengoptimalka
sianosis dan n
dyspneu (mampu keseimbangan.
mengeluarkan 7) Monitor
sputum, mampu respirasi dan
bernafas dengan status O2
mudah, tidak a a
8) Catat
pursed lips)
4. AGD dalam batas pergerakan
normal dada,amati
5. Status neurologis kesimetrisan,
dalam batas normal penggunaan
Keterangan: otot tambahan,
1. Keluhan ekstrim retraksi otot
2. Keluhan berat supraclavicular
3. Keluhan sedang
dan intercostal
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan 9) Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
10) Monitor
TTV, AGD,
18
elektrolit dan
ststus mental
11) Observasi
sianosis
khususnya
membran
mukosa
19
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. 2017.
Nursing Intervention Classification (NIC), 6th edition.United Kingdom:
Mosby.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan
RI: You Can Control Your Asthma. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan
RI: Tuberculosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Maranata, Daniel,. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Surabaya:
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., dan Swanson, E. 2017. Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th edition.United Kingdom: Mosby.
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika
20
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
NIM : 192311101146
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas Klien
Alamat : Desa. Mulyorejo Kec. Silo Sumber Informasi : Klien, keluarga klien,
Kab. Jember dan hasil laboraturium
1. Diagnosa Medik:
Ca Paru
2. Keluhan Utama:
Klien mengatakan sesak nafas
21
Klien mengeluh sesak nafas, batuk-batuk dan kesulitan mengeluarkan sekret sejak 2
bulan lalu, 1 minggu ini terasa memberat, dan kondisinya semakin menurun. Kemudian
klien pada tanggal 13 September 2019 memutuskan untuk opname dirumah sakit dr.
Soebandi kemudian dirujuk menuju Rumah sakit Baladhika Husada pada tanggal 15
September 2019 dan dirawat di Ruang Teratai 4 B.
c. Imunisasi:
Klien mengatakan lupa sudah di imunisasi apa belum
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
//
: Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
: Anak kembar
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
22
III. Pengkajian Keperawatan
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Antropometry :
TB : 160 cm
BB : 45 kg
IMT : BB/TB2 = 45/(1,60)2 = 17,6
Interpretasi : IMT klien kurang ideal karena dibawah rentang 18,5-22,9 IMT ideal.
Biomedical sign :
Interpretasi : Nilai MCV klien kurang dan nilai RDW diatas rentang normal
Clinical Sign :
23
Varian makanan Nasi putih dan lauk pauk Nasi putih dan lauk pauk
Nafsu makan Baik Kurang nafsu makan
24
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Makan / minum x
Toileting x
Berpakaian x
Berpindah x
Ambulasi / ROM x
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat,
4: mandiri
Status Oksigenasi :
Status oksigenasi klien kurang baik ditandai dengan RR klien cepat, klien mendapatkan
terapi oksigen dan terpasang simple mask.
Fungsi kardiovaskuler :
Fungsi Kardiovaskuler klien baik dan terlihat heart rate yang normal saat di observasi
Terapi oksigen :
Klien menggunakan terapi oksigen dan terpasang simple mask, klien juga diberikan
terapi nebulizer.
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Durasi 5-7 jam 3-4 jam
Gangguan tidur Sering terbangun Sesak nafas
Keadaan bangun Kepala pusing Badan lemas
tidur
Lain-lain
25
Interpretasi :
Fungsi dan keadaan indera klien normal.
26
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Kesadaran klien komposmentis (GCS: 4-5-6), klien terlihat pucat dan tampak lemah
Tanda vital:
Interpretasi :
1. Kepala
Rambut Pendek, Hitam, Bersih, Lesi (-).
Palpasi : Benjolan (-), Nyeri (-)
2. Mata
Inspeksi: Alis mata, kelopak mata, konjungtiva tidak anemis, sclera
Palpasi: Nyeri (-
3. Telinga
Inspeksi: Secret, serumen, benda asing, membrane timpani dbn
Palpasi: Benjolan (-), nyeri (-)
4. Hidung
Inspeksi: Secret, bau, obstruksi tidak ada, terpasang simple mask
Palpasi: Benjolan (-), luka (-)
5. Mulut
Inspeksi: Kebersihan rongga mulut kurang terjaga, tampak banyak mukus di dalam
mulut.
Palpasi: Benjolan (-), luka (-)
6. Leher
Inspeksi: Simetris
Palpasi: Benjolan (-), luka (-)
7. Dada
Inspeksi: Simetris, pernafasan abdominal thorakal, suara nafas vesikuler
Palpasi: Nyeri dada (-)
8. Abdomen
Inspeksi: Simetris tidak ada kelainan pada kulit abdomen.
Palpasi: Nyeri (-)
Perkusi: -
Auskultasi: Bising usus (+)
9. Genetalia dan Anus
Tidak terkaji
27
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas:
Tidak ada kelainan kongenital, klien lemah kesulitan menggerakkan bagian
ekstremitas atasnya
Ekstremitas bawah:
Tidak ada kelainan kongenital, klien lemah kesulitan menggerakkan bagian
ekstremitas atasnyaKulit dan kuku
Kulit
Tidak ada luka atau lesi
Kuku
Kuku klien panjang
11. Keadaan lokal
Klien tampak lemas dan pucat
V. Terapi
28
Deskripsi Terapi
30
resolusi dari proses inflamasi intravena, penyakit Kenaikan berat
tersebut. Dalam fase akut, ataupun oral autoimun, reaksi badan
methylprednisolone menginhibisi alergi, dan
vasodilatasi dan permeabilitas eksaserbasi akut Rasa bingung dan
vaskular sehingga menurunkan inflamasi seperti gelisah
emigrasi leukosit ke jaringan. pada rheumatoid Bengkak pada
arthritis, gout pergelangan kaki,
Farmakokinetik arthritis, dan kaki, maupun
Methylprednisolone oral diabsorpsi multipel tangan
dengan cepat, dalam onset 1-2 jam sklerosis
sudah mencapai puncak, dan Gangguan pada
Kontraindikasi: kulit seperti jerawat
bertahan selama 30-36 jam.
Pemberian secara intramuskular Methylprednisol dan kulit rapuh
mencapai puncak dalam 4-8 hari dan one Rasa haus
bertahan selama 1-4 minggu. kontraindikasi berlebihan
Pemberian intraartikular mencapai pada berbagai
puncak dalam 1 minggu dan keadaan seperti Infeksi
bertahan selama 1-5 minggu. adanya riwayat
Methylprednisolone dimetabolisme hipersensitivitas Tekanan darah
secara ekstensif di liver menjadi terhadap obat ini tinggi
glukuronida inaktif dan metabolit atau Kelemahan otot
sulfat. Metabolit inaktif dan sebagian komponennya,
kecil obat dalam bentuk tidak diubah serta pada Depresi
diekskresikan melalui ginjal. pasien dengan
Sebagian kecil diekskresikan dalam infeksi fungal
feses sistemik.
31
Telah jamak diketahui bahwa Kontraindikasi: sembelit . Yang
reseptor opiat merupakan reseptor lebih jarang adalah
yang berikatan dengan protein G Depresi gatal , mual ,
dan berfungsi sebagai pengatur pernafasan akut, muntah , mulut
transmisi sinaptik melalui protein G alkoholisme akut, kering , miosis ,
yang kemudian akan mengaktifkan peninggian hipotensi ortostatik
protein efektor. Ikatan antara tekanan otak atau , retensi urin ,
senyawa opiat ke reseptor akan cedera kepala euforia , dan
memicu pertukaran guanosin disforia
trifosfat (GTP) dengan guanosin
difosfat (GDP). Pembentukan GTP
menghambat aktivitas adenilat
siklase sehingga menurunkan kadar
cAMP intraseluler. Hal ini
menyebabkan inhibisi berbagai
neurotransmiter nosiseptif seperti
senyawa P, GABA, dopamin,
asetilkolin, dan noradrenalin. Ikatan
opiat terhadap reseptor juga turut
menghambat pelepasan vasopresin,
somatostatin, insulin, dan glukagon.
Pada saat yang bersamaan, senyawa
opiat menutup kanal kalsium tipe N
dan membuka kanal kalium.
Masuknya kalium ke kompartemen
intraseluler tersebut menyebabkan
hiperpolarisasi dan penurunan
eksitabilitas saraf.
Farmakokinetik
33
VI. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Pengambil Data,
NIM. 192311101146
34
ANALISIS DATA
DO:
Ketidak seimbangan
-Klien menggunakan terapi oksigen dan ventilasi-perfusi
terpasang simple mask
TTV:
Takipneu
- RR: 26 X/mnt
- Takipneu
Gangguan pertukaran
gas
DO:
Hiperventilasi
-Klien menggunakan terapi oksigen dan
terpasang simple mask
TTV:
Ketidakefektifan pola
- RR:26 X/mnt
nafas
35
-Klien menggunakan terapi oksigen dan Perubahan Frekuensi
terpasang simple mask nafas
TTV:
- RR:26 X/mnt
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
DO:
RR:25 X/mnt
Insomnia
DO: Takipneu
TTV:
Intoleransi aktivitas
RR:26 X/mnt
36
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Tanggal
No Diagnosis Keperawatan Paraf
perumusan
37
PERENCANAAN KEPERAWATAN
PARAF
DIAGNOSIS
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI &
KEPERAWATAN
NAMA
Keterangan:
- Sangan berat
- Berat
- Cukup
- Ringan
- Tidak ada
39
2. Ketidakefektifan Tujuan: 3140. Manajemen Jalan nafas A
pola nafas 1. Posisikan klien untuk
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam ketidakefektifan pola memaksimalkan ventilasi Ajib
(0032)
nafas pada klien dapat teratasi 2. Motivasi klien untuk bernafas dalam
dan pelan
Kriteria Hasil:
3. Monitor status pernafasan dan
0451 Status pernafasan oksigenasi sebagaimana mestinya
3320. Terapi Oksigen
Tujuan 1. Bersihkan mulut hidung dan sekresi
No Indikator Awal trakea dengan tepat
1 2 3 4 5 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Siapkan peralatan oksigen dan
1. Frekuensi Pernafasan 2 V berikan melalui system humidifier
4. Berikan oksigen tambahan seperti
2. Irama pernafasan 2 V yang diperintahkan
5. Monitor alat pemberian oksigen
3 Kedalaman inspirasi 2 v 6. Monitor efektifitas terapi oksigen
dengan tepat
Keterangan:
Tujuan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5
40
1. Dipsnea saat istirahat 2 V
4. Batuk 2 v
5. Akumulasi sputum 3 v
Keterangan:
- Sangan berat
- Berat
- Cukup
- Ringan
- Tidak ada
41
1. Frekuensi Pernafasan 2 v 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Siapkan peralatan oksigen dan
2. Irama pernafasan 2 V berikan melalui 42ystem
humidifier
3. Kedalaman inspirasi 2 v 4. Berikan oksigen tambahan seperti
yang diperintahkan
4. Kemampuan untuk 1 v 5. Monitor alat pemberian oksigen
mengeluarkan sekret 6. Monitor efektifitas terapi oksigen
dengan tepat
Keterangan:
42
2. Kualitas tidur 2 V pernafasan perut, atau bayangan
yang menenangkan
3. Efisiensi tidur 2 v 5. Tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi pada klien
6. Dorong klien untuk mengulang
4. Perasaan segar setelah tidur 1 v praktik teknik relaksasi, jika
memungkinkan
Kriteria Hasil:
0004 Tidur
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
43
Tujuan pernafasan)
No Indikator Awal 5. Bantu klien untuk duduk
1 2 3 4 5 disamping tempat tidur, jika klien
tidak memungkinkan untuk
berpindah atau berjalan
1. Saturasi oksigen ketika 2 v 6. Anjurkan aktivitas fisik
beraktivitas (misalnya, ambulasi, ADL) sesuai
dengan kemampuan (energi)
klien
2. Frekuensi pernafasan ketika 2 V
beraktivitas
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
44
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2 22.00WIB 1. Memposisikan klien untuk memaksimalkan 1. Klien diposisikan semi fowler dan klien A
ventilasi merasa sedikit lebih mudah untuk
2. Memotivasi klien untuk bernafas dalam dan bernafas
pelan 2. Klien mau mengikuti bernafas dalam
3. Berkolaborasi dengan dokter pemberian injeksi: dan pelan
- Ceftriaxone 2x1 gram 3. Klien tampak tenang saat di injeksikan
- Mhethyl prednison 2x62 gram obat
3 22.30 wib 1. Membersihkan mulut dari mukosa 1. Mukosa tidak menumpuk dan A
2. Mempertahankan kepatenan jalan nafas menghambat jalan nafas
3. Mengukur tanda-tanda vital klien 2. Jalan nafas bersih tidak ada obstruksi
3. Tanda-tanda vital:
- TD : 120/90 mmHg
- RR : 25 kali/menit
45
- Nadi : 80 kali/menit
- Suhu: 36,5 0C
2 09.00 wib 1. Memotivasi klien untuk bernafas dalam dan 1. Klien mengikuti instruksi untuk A
pelan bernafas dalam dan pelan
2. Memonitor alat pemberian oksigen 2. Alat pemberian oksigen berfungsi
3. Memonitor efektifitas terapi oksigen dengan dengan baik, kondisi tabung oksigen
tepat masih belum habis
3. Klien terlihat terbantu dan sesak nafas
berkurang
3 13.00 wib 1. Menginstruksikan klien untuk melakukan 1. Klien mampu batuk efektif A
batuk efektif 2. Mukus terlihat bersih
2. Menpertahankan kepatenan jalan nafas 3. Tanda-tanda vital:
3. Mengukur TTV klien - TD : 110/80 mmHg
- RR : 24 kali/menit
- Nadi : 78 kali/menit
- Suhu: 36,2 c
3 1 19-09-19 1. Memonitor status pernafasan dan oksigenasi 1. Klien masih sesak nafas dan masih A
klien menggunakan terapi oksigen
07.10 wib
2. Berkolaborasi dengan dokter untuk injeksi obat:
- Ceftriaxone 2x1 gram
46
- Codein 3x20 gram 2. Klien tampak tenang saat injeksikan
- Methylprednisolon 2x62,5 gram obat
2 09.00 wib 1. Memposisikan klien untuk memaksimalkan 1. Klien diposisikan semi fowler dan klien A
ventilasi terlihat nyaman
2. Mempertahankan kepatenan jalan nafas 2. Jalan nafas bersih tidak ada obstruksi
3. Memotivasi klien untuk bernafas dalam dan mukus atau sekret
pelan 3. Klien mau mengikuti instruksi untuk
bernafas dalam dan pelan
3 12.30 wib 1. Memposisikan klien semifowler 1. Klien merasa nyaman dan lebih mudah A
2. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi untuk bernafas
Nebulizer + Combiven dan pulmicort 2. Sesak nafas klien berkurang
3. Mengkur tanda-tanda vital klien 3. Tanda-tanda vital:
- TD : 120/80 mmHg
- RR : 23 kali/menit
- Nadi : 85 kali/menit
- Suhu: 36,6 c
47
CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI
No Tanggal/ No DX Para
EVALUASI SUMATIF
Jam Kep f
1 17-09-19 1 S: A
O:
Awa Tujuan
No Indikator
l 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen 2 V
2. Keseimbangan ventilasi 2 V
dan perfusi
Keterangan:
Tujuan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5
49
1. Dipsnea saat istirahat 2 V
Keterangan:
- Sangan berat
- Berat
- Cukup
- Ringan
- Tidak ada
S:
O:
Status pernafasan
N Tujuan
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5
1 Frekuensi Pernafasan 2 V
.
50
2 Irama pernafasan 2 V
.
3 Kedalaman inspirasi 2 v
Keterangan:
Tujuan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5
4. Batuk 2 v
5. Akumulasi sputum 3 v
Keterangan:
1. Sangan berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
2 18-09-19 2 S: A
51
- Klien mengatakan setelah dilakukan terapi nebulzier
sesaknya berkurang
O:
Awa Tujuan
No Indikator
l 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen 2 V
2. Keseimbangan ventilasi 2 V
dan perfusi
Keterangan:
Tujuan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5
Keterangan:
1. Sangan berat
2. Berat
3. Cukup
52
4. Ringan
5. Tidak ada
S:
O:
Awa Tujuan
No Indikator
l 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen 2 V
2. Keseimbangan ventilasi 2 V
dan perfusi
Keterangan:
53
1 2 3 4 5
Keterangan:
6. Sangan berat
7. Berat
8. Cukup
9. Ringan
10. Tidak ada
3 19-9-19 3 S: A
O:
54
Awa Tujuan
No Indikator
l 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen 2 V
2. Keseimbangan ventilasi 2 V
dan perfusi
Keterangan:
Tujuan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5
Keterangan:
- Sangan berat
- Berat
- Cukup
- Ringan
- Tidak ada
S:
55
- Klien mengatakan setelah dilakukan terapi nebulzier
sesaknya berkurang
O:
TD : 120/80 mmHg
RR : 23 kali/menit
Nadi : 85 kali/menit
Status pernafasan
N Tujuan
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5
1 Frekuensi Pernafasan 2 v
.
2 Irama pernafasan 2 V
.
3 Kedalaman inspirasi 2 v
.
4 Kemampuan untuk 1 v
. mengeluarkan sekret
Keterangan:
56
57