oleh
Ajib Dwi Santoso, S.Kep
NIM 192311101146
TIM PEMBIMBING
__________________________ _________________________
NIP NIP
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Oksigenasi
C. Epidemiologi
Masalah oksigenasi dapat terjadi pada beberapa penyakit, seperti tuberkulosis,
kanker paru, asma, emfisema, pneumonia, laringitis, bronkitis, dan asfiksia. Berikut
merupakan bebrapa persebaran penyakit yang berkaitan dengan masalah
oksigenasi:
1. Kanker paru
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai
hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga
menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki.
DiAmerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru
dan160.390 kematian akibat kanker paru pada tahun 2007. Berdasarkan
laporan profil kanker WHO, kanker paru merupakan penyumbang
insidenskanker pada laki- laki tertinggi di Indonesia diikuti oleh kanker
kolorektal, prostat, hati, dan nasofaring; dan merupakan penyumbang kasus ke-
5 terbanyak pada perempuan setelah kanker payudara, serviks-uteri, kolorektal,
dan ovarium. Kanker paru merupakan penyebab pertama kematian akibat
kanker pada laki-laki (21.8%) dan penyebab kematian kedua akibat kanker
pada perempuan (9.1%) setelah kanker payudara (21.4%) (Kementrian
Kesehatan RI, 2017).
2. Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru
TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada
perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi
pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga
yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki
lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya
ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh
partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan
perempuan yang merokok (Kementrian Kesehatan RI, 2018)
3. Asma
Saat ini penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi.
Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), diseluruh dunia
diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025
diperkirakan jumlah penderita asma mencapai 400 juta jiwa. Di Indonesia,
prevalensi rawat inap penderita asma berdasarkan umur pada tahun 2013
tertinggi pada umur 45-64 tahun yaitu sebesar 25,66% dan prevalensi terendah
usia 0-6 hari sebesar 0,10%. Sedangkan prevalensi asma rawat jalan
berdasarkan umur tertinggi pada umur 25-44 tahun yaitu sebesar 24,05% dan
prevalensi terendah usia 0-6 hari sebesar 0,13% (Kementrian Kesehatan RI,
2015)
D. Etiologi
Menurut Tarwanto (2006) gangguan kebutuhan oksigen dapat disebabkan
oleh beberapa faktor :
a. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi saluran
pernafasan bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen(O2)
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll
5. kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis
seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan.
5. kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.
Rokok PPOK
Fungsi Alveolar
terganggu anemia
Fungsi Pernafasan terganggu Merokok
Exercise
Hipoventilasi /
Ketidakefektifan Terganggunya difusi pertukaran
Hiperventilasi Darah tidak mampu
bersihan jalan O2 dan CO2 di alveolus
mengikat O2 secara adekuat
napas
Metabolisme
meningkat Peningkatan
kebutuhan O2 Takipneu /
bradipneu Anemia
Gangguan
pertukaran gas
Intoleransi aktivitas
G. Penatalaksanaan medis
Pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik:
a. Sistem aliran rendah
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe
pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah
ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas
dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml
dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit (Harahap, 2005). Yang
termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter nasal, kanula nasal, sungkup
muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka
dengan kantong non rebreathing.
1) Kanul nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian
O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan
kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien. Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%,
suplai O2berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lender (Harahap, 2005).
Batasan karakteristik:
- Bradipnea - Dispnea
- Fase ekspirasi memanjang - Ortopnea
- Penggunaan otot bantu pernapasan - Penggunaan posisi tiga titik
- Peningkatan diameter anterior-posterior - Penurunan tekanan ekspirasi
- Penurunan tekanan inspirasi - Penurunan ventilasi semenit
- Pernapasan bibir - Pernapasan cuping hidung
- Perubahan ekskursi dada - Pola napas abnormal
- Takipnea
3) Gangguan pertukaran gas (00030)
Definisi:
Kelebihan atau deficit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada
membrane alveolar-kapiler
Berhubungan dengan:
- Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
- Perubahan membrane alveolar-kapiler
Batasan karakteristik:
- Diaforesis - Dispnea
- Gangguan penglihatan - Gas darah arteri abnormal
- Gelisah - Hiperkapnia
- Hipoksemia - Hipoksia
- Iritabilitas - Konfusi
- Napas cuping hidung - Penurunan karbon dioksida
- pH ateri abnormal - Pola pernapasan abnormal
- Sakit kepala saat bangun - Sianosis
- Somnolen - Takikardi
- Warna kulit abnormal
N NO
NOC NIC
O DX
1. I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan
jam, klien dapat mencapai bersihan jalan napas yang Napas (3140)
efektif, dengan kriteria hasil: 1) Buka jalan
napas pasien
Respiratory Status: Airway patency
2) Posisikan pasien
N Tujuan untuk
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5 memaksimalkan
1. Pengeluaran sputum ventilasi.
pada jalan napas 3) Identifikasi
(041020) Pasien untuk
2. Irama napas sesuai perlunya
yang diharapkan pemasangan alat
(041005) jalan napas
3. Frekuensi buatan
pernapasan sesuai
yang diharapkan 4) Keluarkan
(041004) secret dengan
suction
Keterangan: 5) Auskultasi suara
1. Keluhan ekstrim napas, catat bila
2. Keluhan berat ada suara napas
3. Keluhan sedang tambahan
4. Keluhan ringan 6) Monitor rata-
5. Tidak ada keluhan rata respirasi
setiap
pergantian shift
dan setelah
dilakuakan
tidakan suction
b. Suksion Jalan
Napas (3160)
1) Auskultasi jalan
napas sebelum
dan sesudah
suction
2) Informasikan
keluarga tentang
prosedur suction
3) Berikan O2
dengan
menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi
suksion
nasotrakheal
4) Hentikan
suksion dan
berikan oksigen
bila Pasien
menunjukkan
bradikardi
peningkatan
saturasi oksigen
5) Atur intake
untuk cairan
mengoptimalka
n
keseimbangan.
6) Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
penggunaan
peralatan : O2,
Suction,
Inhalasi.
2. II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan
jam, klien dapat mencapai napas efektif, dengan kriteria Napas (3140)
hasil: 1) Buka jalan
napas Pasien
2) Posisikan
Respiratory Status: Ventilation Pasien untuk
N Tujuan memaksimalkan
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5 ventilasi.
1. Auskultasi suara 3) Identifikasi
napas sesuai Pasien untuk
2. Bernapas mudah perlunya
3. Tidak didapatkan pemasangan alat
penggunaan otot jalan napas
tambahan buatan
4) Keluarkan
Vital sign Status secret dengan
N Tujuan suction
Indikator Awal 5) Auskultasi suara
o 1 2 3 4 5
1. Tanda Tanda vital napas, catat bila
dalam rentang ada suara napas
normal (tekanan tambahan
darah, nadi, 6) Monitor
pernafasan) penggunaan otot
bantu
Keterangan:
pernapasan
1. Keluhan ekstrim 7) Monitor rata-
2. Keluhan berat rata respirasi
3. Keluhan sedang setiap
4. Keluhan ringan pergantian shift
5. Tidak ada keluhan dan setelah
dilakuakan
tidakan suction
Monitot tanda-tanda
vital (6680)
1) Observasi
adanya tanda
tanda
hipoventilasi
2) Monitor adanya
kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
3) Monitor vital
sign
4) Monitor pola
nafas
3. III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 1) Posisikan
jam kerusakan pertukaran pasien teratasi dengan pasien untuk
kriteria hasil: memaksimalkan
Respiratory Status : Gas exchange
ventilasi
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
Respiratory Status : ventilation 2) Pasang mayo
Vital Sign Status bila perlu
N Tujuan 3) Lakukan
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5 fisioterapi dada
1. Mendemonstrasikan jika perlu
peningkatan 4) Keluarkan
ventilasi dan sekret dengan
oksigenasi yang
batuk atau
adekuat
2. Memelihara suction
kebersihan paru paru 5) Auskultasi
dan bebas dari tanda suara nafas,
tanda distress catat adanya
pernafasan suara tambahan
3. Mendemonstrasikan 6) Atur intake
batuk efektif dan
untuk cairan
suara nafas yang
bersih, tidak ada mengoptimalka
sianosis dan n
dyspneu (mampu keseimbangan.
mengeluarkan 7) Monitor
sputum, mampu respirasi dan
bernafas dengan status O2
mudah, tidak a a
pursed lips) 8) Catat
4. AGD dalam batas pergerakan
normal dada,amati
5. Status neurologis kesimetrisan,
dalam batas normal penggunaan
Keterangan: otot tambahan,
1. Keluhan ekstrim retraksi otot
2. Keluhan berat supraclavicular
3. Keluhan sedang
dan intercostal
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan 9) Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
10) Monitor
TTV, AGD,
elektrolit dan
ststus mental
11) Observasi
sianosis
khususnya
membran
mukosa
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. 2017.
Nursing Intervention Classification (NIC), 6th edition.United Kingdom:
Mosby.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan
RI: You Can Control Your Asthma. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan
RI: Tuberculosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Maranata, Daniel,. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Surabaya:
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., dan Swanson, E. 2017. Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th edition.United Kingdom: Mosby.
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika