ZOO INDONESIA
Akreditasi: 536/AU2/P2MI-LIPI/06/2013
Keterangan foto cover depan: sawah di Subang, Jawa Barat (Foto: A. W. Anggara). Osilogram
vokalisasi tikus sawah. (atas - bawah): pada saat sawah bera pratanam; pada saat pertanaman padi
stadia anakan maksimum; pada saat pertanaman padi stadia bunting; pada saat pertanaman padi stadia
berbunga (Foto: A. W. Anggara)
Zoo Indonesia Mitra Bebestari
Volume 23, Nomor 02, Desember 2014 Dr. Dewi Malia Prawiradilaga
ISSN: 0215-191X Burung/Ornitologi
(Pusat Penelitian Biologi LIPI)
Penanggung jawab Dr. Evy Ayu Arida
Prof. Dr. Gono Semiadi Herpetofauna/Herpetologi
(Pusat Penelitian Biologi LIPI)
Ketua Dewan Redaksi Ristiyanti Marwoto, M.Si.
Dr. Cahyo Rahmadi Moluska/Malakologi
Arachnida/Arachnologi, Invertebrata gua (Pusat Penelitian Biologi LIPI)
(Pusat Penelitian Biologi LIPI) Dr. Woro A. Noerdjito
Serangga/Entomologi
Dewan Redaksi (Pusat Penelitian Biologi LIPI)
Dr. Ir. Daisy Wowor, M.Sc. Dr. Ahmad A. Farajallah
Krustasea/Karsinologi Herpetofauna/Herpetologi
(Pusat Penelitian Biologi LIPI) (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dra. Renny Kurnia Hadiaty IPB)
Ikan/Iktiologi Dr. M. Ali Sarong, M.Si
(Pusat Penelitian Biologi LIPI) Moluska/Malakologi
Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah, M.Phil. (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Serangga/Entomologi Syiah Kuala)
(Pusat Penelitian Biologi LIPI) Dr. Warsito Tantowijoyo
Sigit Wiantoro, M.Sc. Serangga/Entomologi
Mammalia/Mammalogi (Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta)
(Pusat Penelitian Biologi LIPI) Susan Man Shu Tsang
Pungki Lupiyaningdyah, M.Sc. Mammalia/Mammalogi
Serangga/Entomologi (American Museum of Natural History/City College
(Pusat Penelitian Biologi LIPI) of New York)
Rini Rachmatika, M.Sc. Dr. Kadarusman
Burung/Ornitologi Ikan/Iktiologi
(Pusat Penelitian Biologi LIPI) (Program Studi Teknologi Budidaya Perikanan, Aka-
Wara Asfiya, M.Sc. demi Perikanan Sorong)
Serangga/Entomologi
(Pusat Penelitian Biologi LIPI) Alamat Redaksi
drh. Anang S. Achmadi, M.Sc. Zoo Indonesia
Mammalia/Mammalogi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI
(Pusat Penelitian Biologi LIPI) Gd. Widyasatwaloka, Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46
Dr. Sata Y. S. Rahayu Cibinong 16911
Biologi Kelautan Telp. 021-765056 Faks. 021-8765068
(FMIPA Universitas Pakuan) Email: zooindonesia@gmail.com
Dr. Agus Nuryanto Website: http://www.mzi.or.id/ dan http://e-
Ikan/Iktiologi journal.biologi.lipi.go.id/index.php/zoo_indonesia
(Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman) Akreditasi: 536/AU2/P2MI-LIPI/06/2013
Sebagai salah satu jurnal ilmiah terakreditasi, Zoo Indonesia berusaha meningkatkan kualitas
layanan untuk proses publikasi ilmiah mengenai fauna tropika. Salah satu bentuk layanan ter-
baru Zoo Indonesia adalah penerapan sistem e-journal yang sudah tersedia.
Pada tahun 2015, jurnal Zoo Indonesia secara penuh berusaha menggunakan fasilitas e-journal
tersebut. Semua proses dari pengiriman naskah, proses penilaian, penyuntingan dan tata letak
dilakukan sepenuhnya melalui fasiltas e-journal yang sudah disediakan oleh Pusat Penelitian
Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Proses dengan e-journal ini diharapkan semakin meningkatkan layanan dan kualitas publikasi
ilmiah sehingga dapat menambah nilai jurnal Zoo Indonesia. Selain itu, Zoo Indonesia
mengharapkan masyarakat luas khususnya penulis dan pembaca Zoo Indonesia memperoleh
kemudahan dalam setiap proses keredaksian sampai penerbitan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan kami dalam melayani para penulis dan pembaca.
Untuk perbaikan dan meningkatkan kualitas layanan, kami mengharapkan kritik dan saran
dari penulis dan pembaca.
Desember 2014
Dewan Redaksi
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada mitra bebestari
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Organ reproduksi jantan yang berperan dalam reproduksi adalah testis. Struktur histologi pada organ reproduksi dapat
menggambarkan karakterisasi dari suatu spesies. Penelitian ini menggunakan organ reproduksi jantan guna menentu-
kan karakterisasi spesies Nycticebus coucang yang tersebar di kepulauan Sumatra dan sekitarnya. Material reproduksi
yang digunakan adalah testis, bakulum dan sperma melalui sediaan histologi. Hasil penelitian menunjukkan dari
sediaan histologi testis diperoleh gambaran umum komposisi dari tubulus konturtus seminiferus diantaranya sel-sel
spermatogenik yaitu spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa. Ukuran
panjang bakulum N. coucang dari ujung posterior ke ujung anterior 16,68 mm dan lebar dari lateral kiri ke kanan 3,45
mm serta panjang kepala sperma berkisar 1,2-1,6 mm.
ABSTRACT
In male reproductive organs, testes play an important function. The histological structure of reproductive organ can also
be used to determine the species. This study used the male reproductive organ of Nycticebus coucang which is distrib-
uted in Sumatra and adjacent islands. Materials examined were testicle, baculum and sperm, through histological
evaluation. The study showed that histological specimen can be used to identify composition of tubuli seminiferous,
including spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, and spermatozoa. Baculum length from the tip of ante-
rior to posterior was 16.68 mm, and width from lateral of left to right was 3.45 mm and sperm length was 1.2-1.6 mm.
Keywords: histology, Nycticebus coucang, reproductive organ, sperm
84
Zoo Indonesia 2014. 23(2): 84-91
Pengamatan Histologi, Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang)
nan antar spesies dan mempunyai potensi untuk hasil penelitian tentang reproduksi belum banyak
digunakan sebagai karakter identifikasi dalam studi dilaporkan. Oleh karena itu perlu dilakukan peneli-
taksonomi (Anderson et al. 2005). tian reproduksi kukang dari karakter organ repro-
Kukang (Nycticebus sp.) di Indonesia saat ini duksi jantan sebagai data dasar untuk konservasi
terdiri dari tiga spesies yaitu N. coucang tersebar di kukang. Tujuan penelitian adalah untuk mendapat-
pulau Sumatra, N. javanicus tersebar di pulau Jawa dan kan karakterisasi dari organ reproduksi jantan pada
N. menagensis tersebar di pulau Kalimantan (Nekaris & kukang sebagai data dasar dalam perkembangbiakan
Nijman 2007; Nekaris & Geofroy 2008; Schulze & satwa.
Groves 2004). Ketiga spesies kukang tersebut dil-
METODE PENELITIAN
indungi perundangan Indonesia dan termasuk di dalam
Dalam penelitian ini menggunakan dua
Appendix I CITES. Ketiadaan data kondisi terkini ku-
sampel organ reproduksi Nycticebus coucang. Satu
kang di alam menyulitkan upaya konservasinya. Hal ini
ekor diperoleh dari Lab. Mamalia, Museum Zoologi
ditambah dengan kenyataan bahwa kukang merupakan
Bogor (MZB) dengan nomor MZB 32616 sedang-
satwa primata kedua yang paling diminati sebagai
kan satu ekor merupakan koleksi Laboratorium Re-
satwa peliharaan di sepuluh kota di Jawa-Bali (Malone
produksi dengan nomor MZBLR 0341. Kedua sam-
et al. 2002). Indikasi ancaman kepunahan yang
pel berasal dari lokasi Sumatra Selatan. Sampel
tertinggi terjadi pada kukang jawa. Populasi dan habi-
yang digunakan dua pasang testis dan satu penis.
tatnya di alam semakin terancam oleh penurunan kuali-
Satu testis digunakan untuk pembuatan sediaan his-
tas, fragmentasi, dan perubahan habitat serta perburuan.
tologi, sedangkan testis yang lainnya untuk analisis
Sementara tingkat perkembangbiakan kukang di alam
sperma. Sampel penis digunakan untuk keperluan
adalah rendah yaitu hanya satu anak setiap kelahiran
analisis bakulum. Spesimen yang digunakan adalah
per tahun dan satwa kukang sulit berkembangbiak di
spesimen basah yang diawetkan dalam alkohol
penangkaran atau diluar habitat asli. Kukang betina
70%, karena dalam mempelajari histologi dan sper-
mencapai dewasa kelamin pada umur 1,5 tahun dan
matologi tidak mungkin menggunakan awetan ker-
menghasilkan keturunan pertama mereka pada usia dua
ing karena pada awetan kering biasanya sudah ter-
tahun. Kukang jantan di Pusat Primata Duke University
jadi autolisis sel sehingga tidak dapat diamati.
mencapai dewasa kelamin ketika berusia 17 bulan. Tiga
betina dalam studi yang sama diamati mencapai kema- Pembuatan sediaan histologi testis
tangan pada17, 20, dan 23 bulan (Izard et al. 1988). Pembuatan sediaan histologi diawali den-
Pada pengamatan di penangkaran Bidang Zoologi gan fiksasi dengan menggunakan alkohol 70% ke-
menunjukkan kukang jantan mencapai dewasa kelamin mudian dilanjutkan ke proses washing (pencucian)
lebih awal yaitu pada umur kurang dari 16 bulan. Se- dengan alkohol 70%. Dehidrasi di-lakukan dalam
jauh ini penelitian tentang perkembangbiakan kukang alkohol bertingkat yaitu alkohol 70%, kemudian
di penangkaran belum berhasil (Wirdateti, komunikasi alkohol absolut masing-masing selama 12 jam dan
pribadi). Dengan demikian dalam usaha konservasi penjernihan dilakukan dalam xilene selama 24 jam.
guna mempertahankan populasi kukang di masa Proses infiltrasi dilakukan dalam xilene: parafin
datang baik ex-situ maupun in-situ perlu dipelajari sifat (1:1), parafin I, parafin II, dan parafin III di dalam
fisiologi kukang, termasuk karakter organ reproduksi. oven bersuhu 56°C masing-masing selama 1 jam.
Sejauh ini penelitian pada genus Nycticebus lebih ban- Kemudian sampel ditanam dalam blok parafin dan
yak ke arah ekologi, sebaran dan taksonomi, sementara didiamkan hingga parafin beku. Selanjutnya sampel
85
Pengamatan Histologi, Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang)
Ni Luh Putu Rischa Phadmacanty dan Wirdateti
dipotong dengan mikrotom putar dengan ketebalan pada akhir musim panas (Fitch-Snyder & Schulze,
5 μm lalu diwarnai dengan Mayers hematoxylin- 2001). Testis terletak di dekat dengan ginjal, turun
eosin dan dianalisa dibawah mikroskop compund melalui bagian inguinal ke skrotum. Hal ini terjadi
Nikon Optiphot-2. karena adanya pemendekan nyata dari gubernaku-
lum dan ligamentum yang memanjang dari wilayah
Ekstraksi bakulum
inguinal dan melekat pada epididimis. Pada umum-
Potongan pangkal glans penis direbus
nya testis setiap individu memiliki susunan yang
dalam suhu 100°C selama 2 menit, dimasukkan ke
sama yaitu tersusun atas tubulus kontortus
tabung eppendorff yang berisi campuran KOH 10%
seminiferus yang merupakan tempat pembentukan
dan sedikit alizarin red dan diagitasi menggunakan
sperma (spermatogenesis), kemudian dilanjutkan ke
shaker selama 24 jam. Bakulum yang sudah terpisah
tubulus rektus seminiferus, kemudian rete testis,
dari jaringan di foto dibawah mikroskop stereo, dan
ductus different dan epididimis. Gambar 1 meru-
dianalisa dengan software ImageJ (http://
pakan gambaran umum dari tubulus kontortus
imagej.nih.gov/ij/).
seminiferus yang tersusun dari sel-sel spermato-
Ekstraksi sperma genik yaitu spermatogonium, spermatosit primer,
Proses ekstraksi dilakukan dengan cara spermatosit sekunder, sermatid, dan spermatozoa.
maserasi testis. Maserasi adalah penghancuran suatu Dalam tubulus kontortus seminiferus juga dijumpai
organ untuk memperoleh isi atau ekstrak dari organ adanya sel sertoli yang berperan untuk memberi
tersebut. Proses maserasi ini dilakukan dengan me- nutrisi pada sperma. Di antara tubulus kontortus
masukkan testis ke dalam tube yang berisi 2 ml seminiferus terdapat jaringan interstitial. Dalam
buffer formolsaline kemudian dicacah dengan jaringan intertitial terdapat sel Leydig yang ber-
menggunakan gunting bedah. Selanjutnya divortek fungsi untuk menghasilkan hormon testosteron
dengan kecepatan 2000 rpm selama 30 detik dan (Junqueira et al. 2003). Gambar 1 menunjukkan
disentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama bahwa testis kukang yang diperoleh dari spesimen
30 detik. Supernatan yang dihasilkan dipisahkan MZB dalam kondisi yang tidak baik untuk proses
dengan hancuran testis yang mengendap dan dima- fiksasinya. Hal ini dikarenakan fiksatif yang
sukkan dalam tube lain. Supernatan yang diperoleh digunakan tidak dapat meresap secara maksimal ke
diteteskan di atas gelas objek dan ditutup dengan dalam testis karena tebalnya kapsula. Sebenarnya
gelas penutup. Sampel diamati dibawah mikroskop hal ini dapat diatasi apabila fiksasi dilakukan den-
compound Nikon Optiphot-2 dan dilakukan pengu- gan cepat setelah individu mati dan dilakukan pula
kuran morfometri dengan menggunakan software pemotongan kapsula testis sehingga fiksatif dapat
imageJ. meresap sempurna, dengan demikian autolisis dapat
dihindari. Bagian tubulus seminiferus tampak kos-
ong pada bagian tepinya, hal ini menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN adanya tingkat autolisis yang parah pada individu
Testis Kukang tersebut, namun pada bagian tepi testis masih ban-
Organ reproduksi yang berperan penting yak dijumpai sel yang dalam kondisi bagus. Hal ini
dalam pembentukan sperma adalah testis. Pada dikarenakan spesimen yang digunakan adalah spe-
kukang dewasa, alat kelamin jantan menunjukkan simen basah dari museum dengan fiksatif alkohol
perubahan musiman, dan ukuran testis meningkat 70% sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal.
86
Zoo Indonesia 2014. 23(2): 84-91
Pengamatan Histologi, Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang)
87
Pengamatan Histologi, Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang)
Ni Luh Putu Rischa Phadmacanty dan Wirdateti
Morfologi Sperma
c d
Morfologi sperma menunjukkan banyak hal,
Gambar 3. Perbandingan kepala sperma normal dan salah satu nya adalah motilitas sperma yaitu ke-
abnormal pada kukang (a. kepala sperma
normal, b. sperma abnormal, c. micro- mampuan sperma dalam bergerak dengan tepat
cephalus (abnormal), d. proximal) menuju sel telur. Motilitas sperma sangat penting
gella sperma yang terputus pada saat pemrosesan untuk proses fertilisasi normal (Katz et al. 1989).
sehingga flagella sperma yang ada tidak dapat Motilitas umumnya tergantung pada gerakan flagel-
diperoleh secara lengkap. lum menggunakan energi yang disediakan dari sik-
Tabel 1. Menunjukkan bahwa diantara 48 lus AMP (Adenosin Mono Posphat) oleh mitokon-
sperma yang terfoto terdapat 14 sperma abnormal dria pada bagian tengah flagella sperma. Katalis
atau sekitar sekitar 29% (microcephalus 18,75%; ATP (Adenosin Tri Posphat) mendorong pemanjan-
pemanjangan kepala 8,33%; droplet 1,92%). Pre- gan flagellum dan menghasilkan gerakan akibat
sentase abnormalitas sperma pada penelitian ini interaksi myosin dan actin (Bedford & Hopkins
bukan berdasarkan proses ekstraksi tetapi berdasar- 1990). Dengan demikian dapat diketahui bahwa
kan kelainan dari morfologi sperma. Nilai tersebut panjang flagella mempengaruhi karakter gerak
diatas belum dapat disimpulkan untuk menentukan sperma. Semakin panjang flagella maka semakin
tingkat kesuburan pada kukang karena terbatasnya besar juga kecepatan dan kekuatan dorongan yang
sampel yang digunakan, Selain itu tidak diketahui dihasilkan (Katz & Drobnis 1990). Tabel 1 menun-
secara fisiologis kondisi kukang yang digunakan jukkan bahwa sperma kukang dengan flagella sem-
untuk sampel testis penelitian. Kelainan terhadap purna memiliki panjang antara 14-22 µm. Hal ini
morfologi spermatozoa atau abnormalitas secara jauh lebih pendek dibandingkan dengan panjang
alami dapat ditemukan pada spermatozoa karena sperma landak Afrika Hystrix africaeaustralis yang
kurang sempurnanya proses dalam organ reproduksi panjangnya rata-rata 28 µm, honey possum Tarsipes
hewan. Abnormalitas dipicu oleh penyakit, heat rostratus dengan panjang sperma 349 µm dan se-
stress, perlakuan kriopreservasi, dan musim (Barth jenis lalat buah Drosophila bifurca dengan panjang
& Oko 1989). Tingginya persentase spermatozoa sperma mencapai 58,290 mm (Pitnick et al. 1995).
abnormal berkolerasi dengan kesuburan pada hewan Pada umumnya semakin besar suatu indi-
(Lavara et al. 2005). Selain itu pada saat proses vidu maka akan semakin besar pula ukuran testis-
pengambilan sperma melalui maserasi sperma yang nya sehingga semakin banyak sperma yang dihasil-
diperoleh tidak hanya sperma yang sudah matang kannya. Pada proses spermatogenesis, individu
tetapi terdapat pula sperma yang masih belum ma- yang berukuran besar justru akan menghasilkan
88
Zoo Indonesia 2014. 23(2): 84-91
Pengamatan Histologi, Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang)
89
Pengamatan Histologi, Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang)
Ni Luh Putu Rischa Phadmacanty dan Wirdateti
Lanjutan
Keterangan: Normal = tidak ada kelainan pada spermatozoa, Mikrocephalus = kepala spermatozoa lebih kecil dari nor-
mal, Flagela putus-normal = flagela putus karena pemrosesan, Flagela putus-microcephalus =
kepala spermatozoa lebih kecil dan flagela putus karena pemrosesan.
sperma kecil dalam jumlah yang banyak. Hal ini pada masing-masing spesies dengan penambahan
dikarenakan sperma kecil dalam jumlah yang ban- individu untuk melihat karakter organ reproduksi
yak akan lebih efisien untuk membuahi ovum sebagai data dasar yang diperlukan di dalam
dalam individu dengan ukuran saluran reproduksi perkembangbiakan di luar habitat asli dan juga di
yang besar pula (Short 1981). Selain itu daya hidup dalam klasifikasi genus Nycticebus yang tersebar di
sperma juga berbanding terbalik dengan panjang Indonesia.
flagella sperma, hal ini dikarenakan semakin pan-
DAFTAR PUSTAKA
jang flagella maka semakin besar pula energi yang
Anderson, M. J. (2000). Penile morphology and
dibutuhkan untuk bergerak, dengan demikian daya
classification of bush babies (subfamily
hidup sperma akan semakin kecil (Gomendio & Galagonidae). International Journal Prima-
tology, 21, 815-836.
Roldan 1993).
Anderson, M., Nyholt, J. & Dixon, A. F. (2005).
Sperm competition and the evolution of
KESIMPULAN sperm midpiece volume in mammals. Journal
of Zoology, 267(2), 135-142.
Kesimpulan dari penelitian bahwa testis Barth, A. D. & Oko, R. J. (1989). Abnormal mor-
kukang berbentuk oval dan terletak di dekat ginjal, phology of bovine spermatozoa. Iowa, Iowa
State University Press.
turun melalui bagian inguinal ke skrotum. Ber- Baryshnikov, L., Bininda-Emonds, O. & Abramov,
dasarkan sediaan histologi testis diperoleh gam- A. (2003). Morphological variability and evo-
lution of the baculum (os penis) in Mustelidae
baran umum komposisi dari tubulus konturtus (Carnivora). Journal of Mammalogy, 84(2),
seminiferus diantaranya sel-sel spermatogenik yaitu 673-690.
Bedford, J. M. & Hopkins, D. D. (1990). The mam-
spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit malian spermatozoon: morphology, biochem-
sekunder, spermatid, dan spermatozoa. Bakulum istry and physiology. Dalam G. E. Lammin
(Editor). Marshalls’s phisiology of reproduc-
kukang berbentuk seperti tabung dengan bagian tion II. Reproduction in the Male. UK, Long-
posterior yang membulat besar dan bagian anterior man. hal. 379-568.
Cotteril, F. (2002). A new species of horseshoe bat
melengkung ke bawah dengan panjang 16,68 mm (Microchiroptera: Rhinolophidae) from south
dan lebar 3,45 mm. Sperma kukang dengan flagella -central Africa: with comments on its affini-
ties and evolution, and the characterization of
normal memiliki panjang antara 14- 22 μm. rhinolophus species. Journal of Zoology,
256, 165-172.
SARAN Cuc Phuong National Park Vietnam. (2003). Sympo-
Kajian lebih lanjut sangat perlu dilakukan sium conservation of primates in Vietnam.
Hanoi, Haki Press. hal. 33-36.
90
Zoo Indonesia 2014. 23(2): 84-91
Pengamatan Histologi, Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang)
91
PETUNJUK PENULISAN ZOO INDONESIA
Zoo Indonesia merupakan jurnal ilmiah yang mener- penulisnya dua, antar penulis dihubungkan dengan
bitkan artikel (full paper), komunikasi pendek (short tanda ”&” seperti (Hilt & Fiedler 2006). Sitiran untuk
communication), telaah (review) dan monograf. Bi- sumber dengan penulis lebih dari dua, maka hanya
dang pembahasan meliputi fauna, pada semua aspek penulis pertama yang ditulis diikuti dengan dkk.
keilmuan seperti biosistematik, fisiologi, ekologi, (Indonesia) atau et al. (asing). Bila ada beberapa tahun
molekuler, pemanfaatan, pengelolaan, budidaya dan penulisan yang berbeda untuk satu penulis yang sama,
lain-lain. digunakan tanda penghubung titik koma, seperti (Hilt
& Fiedler 2006; Prijono 2006, 2008; Prijono dkk.
Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau 1999).
Inggris. Pada waktu pengiriman naskah, harus
Uraian struktur penulisan:
dilengkapi dengan surat permohonan penerbitan
(cover letter) yang didalamnya berisi informasi
JUDUL
mengenai aspek penting dari penelitian serta menya-
takan bahwa naskah tersebut belum pernah diterbitkan Judul ditulis dalam dwi bahasa: Indonesia dan Inggris,
dan merupakan hasil karya penulis. Selain itu, pengi- harus singkat dan jelas, ditulis dengan huruf kapital,
rim naskah menyatakan bahwa semua penulis yang ukuran huruf 14 dan ditulis dalam posisi rata tengah
terlibat dalam penelitian telah menyetujui isi naskah. dan dicetak tebal. Penyertaan anak judul sebaiknya
dihindari, apabila terpaksa harus dipisahkan dengan
titik dua. Anak judul ditulis dengan huruf kecil dan
JENIS NASKAH
hanya awal kata pertama yang menggunakan huruf
Artikel, berupa hasil penelitian yang utuh dengan
kapital. Nama latin yang terdapat dalam judul ditulis
pembahasan lengkap dan mendalam. Struktur
sesuai dengan kaidah penulisan nama latin.
artikel terdiri atas: Judul, Abstrak (termasuk
kata kunci), Pendahuluan, Metode penelitian,
Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, Ucapan NAMA DAN ALAMAT PENULIS
terima kasih, dan Daftar Pustaka. Nama semua penulis ditempatkan di bawah judul,
Komunikasi pendek, berupa catatan pendek dari ditulis lengkap tanpa menyertakan gelar, ukuran huruf
penelitian yang dirasa perlu segera diinforma- 12, tebal, dan rata tengah. Jika penulis lebih dari satu
sikan. Tata cara penulisan mengikuti tata cara dan berasal dari instansi yang berbeda, untuk memper-
penulisan artikel, namun isi yang disampaikan mudah dan memperjelas penulisan alamat maka
lebih ringkas, abstrak hanya terdiri dari 100 dibelakang nama penulis disertakan footnote berupa
kata, tidak mencantumkan kata kunci, dan angka yang dicetak superscript. Alamat yang dican-
maksimal terdiri dari 6 halaman. tumkan adalah nama lembaga, alamat lembaga dan
Telaah, berupa kajian yang menyeluruh, lengkap dan alamat email dicetak miring. Nama lembaga dan ala-
mendalam tentang suatu topik berdasarkan mat lembaga ditulis lengkap diurutkan berdasar angka
hasil penelitian sejenis atau berhubungan, baik di footnote. Untuk mempermudah korespondensi, han-
dalam bentuk kajian sistematik (systematic ya satu alamat email dari perwakilan penulis yang
review) maupun kajian pustaka (literature re- ditulis dalam naskah.
view). Tata cara penulisannya mengikuti tata
cara penulisan artikel. Gleni Hasan Huwoyon1 dan Rudhy Gustiano2
Monograf, berupa bahasan mengenai berbagai aspek 1
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
pada tingkat spesies ataupun masalah, setelah Jl. Sempur No 1, Bogor, Jawa Barat
melalui telaahan yang sangat mendalam dan 2
Jurusan Budidaya Perikanan, Fakultas Peri-
holistik. Tata cara penulisannya monograf kanan, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa
mengikuti tata cara penulisan artikel, dengan Timur
jumlah halaman minimal 80 halaman. e-mail: rgus@yahoo.com