Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOLOGI BELAJAR
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas”
Dosen :
Agus Zainudin, M.Pd.I

DISUSUN OLEH
Kelompok : 6
Rully khoirul hidayat (1838126006)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga kita bisa menjalankan aktifitas
sebagai mana biasanya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
nabi Muhammad SAW. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “ Keterampilan Berbicara” makalah ini dibuat sebagai tugas pribadi yang
akan dikumpulkan dan dipresentasikan.
Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang konsep
aqidah islam,kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat
bagi kita semua.

Jember, 20 Oktober2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................. .............................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3. Tujuan Pembahasan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian individu sebagai peserta didik ......................................................... 2
2.2 Karakteristik individu dan implikasinya terhadap pendidikan.......................... 3
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi ............................... 5
2.4 Prinsip-prinsip perkembangan .......................................................................... 6
2.5 Peran kematangan dan belajar dalam perkembangan ....................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi
manusia dapat terhubung antara satu dengan lainnya. Seseorang yang memiliki
kemampuan berbicara yang baik, akan lebih mudah bergaul dengan yang
lainnya. Komunikasi tidak lepas dari kegiatan berbicara. Maka dari itu
keterampilan berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi. Maka salah satu
aspek bahasa yang dikuasi adalah keterampilan berbicara.

Keterampilan berbicara bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat


diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap
manusia dapat berbicara. Namun berbicara secara formal, memerlukan latihan
dan pengarahan yang intensif. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara
yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimak.
Berbicara menunjang keterampilan berbicara dan menulis. Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan
bersifat menyampaikan informasi.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:

1.3.Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini ialah:

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Berbicara

Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, di antaranya


Tarigan (1981:15) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan
serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sejalan dengan Tarigan ,
Anton M. Moeliono dkk.(1988:114) mengatakan bahwa berbicara adalah berkata,
bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan. Demikian juga
Djago Tarigan (1998:34) mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dari tiga pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan.

Berbicara bukan hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.


Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar
atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada
penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami
atau tidak baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia
bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta
antusias atau tidak ( Mulgrave dalam Tarigan 1981:15).

Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan


sebagai keterampilan berbahasa lisan. Dari segi komunikasi, menyimak dan
berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi lisan. Melalui berbicara orang
menyampaikan informasi melalui ujaran kepada orang lain. Melalui menyimak
orang menerima informasi dari orang lain. Kegiatan berbicara selalu diikuti
kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam kegiatan
berbicara. Dua-duanya fungsional bagi komunikasi lisan, dua-duanya tak

5
terpisahkan. Ibarat mata uang, sisi muka ditempati kegiatan berbicara sedang sisi
belakang ditempati kegiatan menyimak. Sebagaimana mata uang tidak akan laku
bila kedua sisinya tidak terisi, maka komunikasi lisan pun tak akan berjalan bila
kedua kegiatan tidak berlangsung saling melengkapi. Pembicara yang baik selalu
berusaha agar penyimaknya mudah menangkap isi pembicaraannya

Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis dan membaca.


Bukankah berbicara pada hakikatnya sama dengan menulis, paling tidak dalam
segi ekspresi atau produksi informasi? Hasil berbicara bila direkam dan disalin
kembali sudah merupakan tulisan.dan ini sudah merupakan wujud
keterampilan menulis. Penggunaan bahasa dalam berbicara banyak kesamaannya
dengan penggunaan bahasa dalam teks bacaan. Apalagi organisasi pembicaraan
kurang lebih sama dengan pengorganisasian isi bahan bacaan.

2.2. Tujuan berbicara

Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti


mempunyai tujuan, ingin mendapatkan responsi atau reaksi. Responsi atau reaksi
itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicaraan
sangat tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara.

Secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut:

a. mendorong atau menstimulasi,


b. meyakinkan,
c. menggerakkan,
d. menginformasikan, dan
e. menghibur.

Tujuan suatu uraian dikatakan mendorong atau menstimulasi


apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada
pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inpirasi atau
membangkitkan emosi para pendengar. Misalnya, pidato Ketua Umum Koni di

6
hadapan para atlet yang bertanding di luar negeri bertujuan agar para atlet
memiliki semangat bertanding yang cukup tinggi dalam rangka membela Negara.

Tujuan suatu uaraian atau ceramah dikatakan meyakinkan apabila


pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para
pendengar. Alat yang paling penting dalam uraian itu adalah argumentasi. Untuk
itu diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat uraian
untuk meyakinkan pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah adanya persesuain
keyakinan, pendapat atau sikap atas persoalan yang disampaikan.

Tujuan suatu uraian disebut menggerakkan apabla pembicara


menghendaki adanya tindakan atau erbuatan dari para pendengar. Misalnya,
berupa seruan persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana,
penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial.Dasar dari tindakan atau
perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi.

Tujuan suatu uraian dikatakan menginformasikan apabila pembicara ingin


memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan
memahaminya. Misalnya seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas, seorang
dokter menyampaikan masalah kebersihan lingkungan, seorang polisi
menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan sebagainya.

Tujuan suatu uraian dikatakan menghibur, apabila pembicara bermaksud


menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya. Pembicaraan
seperti ini biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau
pertemuan gembira lainnya. Humor merupakan alat yang paling utama dalam
uraian seperti itu. Reaksi atau response yang diharapkan adalah timbulnya rasa
gembira, senang, dan bahagia pada hati pendengar.1

2.3. Metode penyampaian berbicara

Berbicara pada hakikatnya tidak hanya dilakukan dengan bersuara semata


tetapi untuk didengar orang lain, oleh karena itu setiap ujaran yang kita sampaikan

1
Mudini, Pembelajaran Berbicara, jakarta;modul suplemen, 2009, hlm. 3

7
harus dengan metode yang benar dan sistematis agar apa yang disampaikan
tertuju maksud maknanya.

A. Penyampaian mendadak

Penyampaian secara mendadak seseorang tanpa direncanakan harus


berbicara di depan umum dikarenakan situasi yang tiba – tiba diserahkan kepada
pembicara tersebut. Contohnya saat pembicara utama berhalangan hadir,
akhirnya diserahkan mendadak kepada pihak yang mewakili pembicara
utama, biasanya adalah orang kepercayaan dari pembicara utama.

B. Penyampaian tanpa persiapan

Penyampaian tanpa persiapan adalah berbicara yang dilakukan tanpa


adanya konsep atau materi yang dipersiapkan terlebih dahulu saat diminta untuk
berbicara di depan umum. Misalnya saat seorang tokoh masyarakat yang datang
di suatu acara ramah tamah warga lalu diminta sambutan atas acara yang digelar
tanpa adanya konfirmasi terlebih dahulu.

C. Penyampaian dari naskah

Berbicara melalui penyampaian dari naskah merupakan berbicara yang


lebih siap dilakukan dari pembicara dengan menyiapkan teks atau naskah yang
dipersiapkan terlebih dahulu. Naskah yang dipersiapkan biasanya sudah
mengandung konsep materi yang berhubungan dengan apa yang akan disampaikan
pembicara dalam acara tersebut. Semisal sebuah acara perpisahan sekolah yang
meminta kepaala sekolah sebagai tamu kehormatan untuk memberikan sambutan,
kesan pesan dan nasehat bagi para lulusan sekolah tersebut yang baru saja
mendapatkan kelulusan. Sebelum berbicara di depan siswa – siswanya, kepala
sekolah telah menuliskan dalam teks berupa apa saja yang akan disampaikan di
depan siswa dan para undangan.

8
D. Penyampaian dari ingatan

Penyampaian dari ingatan adalah berbicara secara langsung tanpa


menggunakan persaipan teks terlebih dahulu namun menggunakan materi yang
sebelumnya telah dikuasai pembicara dalam ingatannya. Fakta dan bukti materi
yang akan disampaiakan sebelumnya sudah dikuasai karena telah banyak
mengikuti hingga menguasaia materi – materi yang aka dibicarakan, namun
kelemahan dari berbicara ini adalah penyampaiannya biasanya tidak sistemastis
karena tergantung dari respon pemikiran pembicara tersebut mengeluarkan
ingatannya. Pernahkah kita berbicara pada diri sendiri? Jika kita sudah jarang
melakukannya, maka latihlah lagi kemampuan dasar ini. Bicaralah pada diri
sendiri, inilah kekuatan dasar yang akan menentukan kualitas eksternal Anda.
Berikut adalah beberapa metode yang bisa Anda lakukan;

E. Metode jika

Ubahlah "pernyataan pembatasan" Anda, menjadi "pernyataan


strategi"."Saya tidak akan naik jabatan." Ubah batasan itu menjadi: "Saya bisa
naik jabatan suatu hari, JIKA Saya bisa berprestasi dan menonjol di suatu sisi."

F. Metode bertanya

Belajarlah untuk merubah setiap keluhan Anda dan orang di sekitar Anda
menjadi suatu pertanyaan. Keluhan adalah tanda kekalahan. Pertanyaan di sisi
yang lain, adalah tuntutan untuk suatu jawaban. Dan jawaban itu, bermuara pada
solusi.

"Setiap orang jelek sekali moodnya hari ini!" Ubah kekalahan itu menjadi:

"Apa yang bisa Saya lakukan untuk menceriakan suasana?"

9
G. Metode bahasa

Berhati – hatilah dengan bahasa Anda karena bahasa dan bicara adalah
sesuatu yang teramat penting untuk dijaga. Anda mungkin bisa mengatakan
ini:

"Dasar idiot! Kamu selalu saja melakukannya!" Berhentilah seketika, saat Anda
mulai melukai orang lain secara pribadi. Ubah serangan itu menjadi:

"Ya sudahlah. Dalam situasi ini, kamu sudah mencoba sebisanya."

Wahya dan Ernawati Walidah (2017 : 259) memberikan pengertian tentang


cara berbicara yang dicontohkan dengan pidato yaitu dengan suara yang menjadi
bagian terpenting saat berbicara, dengan suara yang baik, informasi akan
tersampaikan secara utuh serta dapat memberikan kesan yang baik bagi
pendengarnya. Unsur – unsur yang perlu diperhatikan saat berbicara : Intonasi
(Sampaikan pidato dengan suara yang berirama dan tidak datar), Artikulasi
(Ucapkan setiap kata dengan jelas dan benar sehingga mudah dipahami), Jeda
(Gunakan penjedaan kata atau kalimat dengan baik agar pendengar memahami
maksud yang ingin disampaikan), Penekanan (Berikan tekanan yang baik
dalam suara agar tidak menimbulkan kesan lemas)2

2.4. Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara


Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang
mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan
berbicara, yaitu:
1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang
berasal dari luar partisipan.
2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya
lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan

2
Dr. H. Nawawi, M.Si, keterampilan berbicara, jakarta; Uhamka Press, 2017, hlm 51-56

10
3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya
dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.3

2.5. Mengatasi Hambatan yang Berkaitan dengan Kesiapan Mental

Penghambatan berbicara yang berkaitan dengan kesiapan mental adalah


perasaan gugup, lupa mendadak, Kurang Keberanian, tidak terbuka, emosional,
dan egois.

1. Gugup

Untuk mengatasi perasaan gugup, harus dilihat dulu penyebab


munculnya perasaan tersebut. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
munculnya perasaan gugup, yaitu belum terbiasa berbicara di depan umum dan
dalam situasi formal, kurang menguasai materi, dan adanya kesenjangan antara
pembicara dengan pendengar.

Gugup karena belum terbiasa berbicara di depan umum dan dalam


situasi formal merupakan sesuatu yang wajar. Akan tetapi, kewajaran tersebut
harus segera diatasi, karena akan menjadi tidak wajar jika setiap berbicara
perasaan ini menjadi penghambat.

Dalam hal ini, Carnigie (2001:100) menyarankan beberapa hal dalam


mengatasi perasaan gugup, yaitu:

a. Lakukan persiapan dan memperbanyak latihan

b. Tarik nafas dalam-dalam dan tahan selama empat hingga lima detik,
lalu hembuskan pelan-pelan secara terkontrol

c. Kendalikan pikiran, jangan tampilkan pikiran pikiran negatif

d. Fokuskan pikiran pada pendengar.

2. Lupa mendadak

3
httpstaffnew.uny.ac.idupload132313273penelitianARTIKEL+BERBICARA+PENDKTAN+PNGLMAN+
BERBAHASA.pdf. hlm 5 diakses pada tanggal 26-10-2019 jam 22:11wib

11
Ketika sedang asyik-asyiknya menguraikan gagasan, tiba-tiba berhenti
sejenak karena ada sesuatu yang lupa untuk disampaikan. Hal ini kerap terjadi,
terutama dalam pembicaraan yang minim persiapan. Untuk mencegah hal
ini terjadi, Albernathy dan Reardon menyarankan untuk menggunakan
kertas contekan. Mereka mengatakan, “kertas contekan membangun
kepercayaan diri dan membantu untuk mengingat yang harus dikatakan dan
dilakukan (Albernathy dan Reardon, 2001:112).

Sebelum menuliskan sesuatu dalam kertas contekan, sebaiknya harus


dapat diprediksi hal-hal yang harus ditulis dalam kertas tersebut. Jangan sampai
sesuatu yang sebetulnya tidak diperlukan atau kurang mendukung, ditulis dalam
kertas contekan.

3. Kurang keberanian

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tumbuh keberanian


dalam berbicara, yaitu:

a. Yakinlah akan kebenaran gagasan-gagasan yang akan disampaikan. Tentu


saja keyakinan ini bukan keyakinan yang tak beralasan. Perkuatlah
gagasan -gagasan dengan argumentasi-argumentasi yang meyakinkan
dengan cara menyandarkan gagasan-gagasan tersebut kepada
referensi-referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Berpihaklah kepada pendapat yang diyakini benar.

c. Berlatihlah dengan rutin dan terarah.

4. Tidak Terbuka

Tidak terbuka dalam menyampaikan sesuatu dengan tujuan tertentu


kerap dilakukan oleh seorang pembicara. Sikap ini sah-sah saja, jika memang
masalah tersebut kalau disampaikan secara terbuka akan menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan dan yang nantinya justru menjadi hambatan dalam
berbicara. Misalnya, seorang pembicara tidak menyampaikan secara terbuka

12
materi-materi yang berpotensi menimbulkan konflik. Ketidakterbukaan dalam
hal semacam ini justru harus dilakukan.

Ketidakterbukaan lainnya kerap terjadi berkaitan dengan keengganan


pembicara dikritik pendengar. Kritik baginya merupakan sesuatu yang
ditakuti. Karena dia mengaanggap bahwa kritikan pendengar tidak lebih
sebagai upaya memojokkan dirinya. Padahal kritik harus diperlakukan sebagai
sesuatu yang berharga dan perlu untuk mengembangkan kemampuan berbicara
supaya lebih baik lagi. Dengan kritik inilah, pembicara tahu kelemahan dan
kekeliruannya dalam berbicara.

5. Emosional

Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam pengendalian emosi


(Roekomy, 1992:10) yaitu:

a. Pahamilah bahwa apa pun yang dilakukan saat berbicara


menjadi perhatian pendengar, dan munculnya empati dan ketertarikan
pendengar terhadap pembicara karena sikap yang ditampilkan pembicara
berkenaan di hati pendengar.

b. Walaupun dalam ceramah, biasanya pendengar kurang berkenan


kalau pembicara menyampaikan gagasannya dalam gaya-gaya
menceramahi, apalagi gagasan tersebut disampaikan secara emosional.

c. Emosi berpotensi membutakan pikiran dan pandangan terhadap fakta,


sebab sekali emosi itu sudah menjalar, maka seorang pembicara tidak
akan dapat berpikir logis dan objektif.

6. Egois

Secara tidak sadar, kadang-kadang seorang pembicara menyampaikan


gagasan- gagasannya dengan berorientasi kepada dirinya. Dia merasa dirinya
lebih dari pendengar. Jika sifat egois ini tidak cepat disadari, jangan harap
ingin menjadi pembicara yang dirindukan banyak orang. Sifat ini biasanya

13
kurang disadari oleh dirinya, tetapi tampak dengan jelas oleh orang lain.
Misalnya, ketika harus mengutip contoh-contoh untuk memperjelas
uraiannya, seorang pembicara selalu memberikan contoh-contoh tentang
dirinya. Pengendalian rasa ego dapat dilakukan melalui proses penyadaran
bahwa:

a. Tidak semua pendengar merasa tertarik dengan uraian contoh-contoh


yang lebih berorientasi kepada diri pembicara

b. Pendengar merupakan orang yang mempunyai pengalaman yang berbeda


dengan pembicara; bisa jadi pengalamannya itu lebih banyak dan lebih
berkualitas dari pembicara

c. Secara impilist, kadang-kadang timbul perasaan ingin dipuji ketika


seorang pembicara menggunakan contoh-contoh yang berkaitan dengan
dirinya4

4
SITTI FAUZIAH M, Berbicara sebagai suatu keterampilan bahasa, kediri;(Jurnal Online), hlm.14

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa terikat oleh
aturan aturan kebahasaan. Bahasa terdiri dari seperangkat aturan yang saling
berkaitan dan mendukung. Dalam bahasa ada aturan yang berkaitan dengan
proses pembentukan kata, satuan-satuan bahasa, pemaknaan, bahkan ada juga
aturan penggunaan bahasa dikaitkan dengan unsur- unsur sosial
(sosiolinguistik).Berbicara juga dapat digunakan untuk keberlangsungan hidup.
Sebagai makhluk sosial, hubungan antara sesama merupakan salah satu
kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Dengan berbicara, seseorang dapat
mengungkapkan keinginannya kepada orang lain. Begitu pun orang lain
mengungkapkan keinginannya dengan berbicara. Terjadilah suatu kesepahaman
bahwa di antara mereka saling membutuhkan satu sama lainnya.

Selain sarana komunikasi, bericara tidak hanya menyampaikan gagasan


pembicara kepada pendengar, tetapi lebih jauh dari pembicara pun dilakukan
dengan tujuan-tujuan yang beraneka ragam, sesuai dengan kebutuhan seorang
pembicara melakukan pembicaraan.
Saran
Alhamdulillah, penulisan makalah ini terselesaikan dan tersusun secara
sistematik. Tetapi penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena mengingat keterbatasan pengetahuan dari penulis. Maka dari itu
penulis mohon kritik dan saran dari berbagai pihak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mudini, Pembelajaran Berbicara, jakarta;modul suplemen, 2009

Dr. H. Nawawi, M.Si, keterampilan berbicara, jakarta; Uhamka Press, 2017

httpstaffnew.uny.ac.idupload132313273penelitianARTIKEL+BERBICARA
+PENDKTAN+PNGLMAN+BERBAHASA.pdf. diakses pada tanggal 26-10-
2019 jam 22:11wib

SITTI FAUZIAH M, Berbicara sebagai suatu keterampilan bahasa,


kediri;(Jurnal Online),

16

Anda mungkin juga menyukai