TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Anemia merupakan masalah medis yang sering dijumpai di klinik di seluruh dunia,
disamping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.
Kelainan ini merupakan penyebab debilitas kronik yang mempunyai dampak besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik masyarakat.1
Definisi
Anemia dapat disebabkan oleh infeksi dan inflammatory disease, penyakit ginjal dan
4
kanker. Anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh berbagai macam
penyebab antara lain.1,3
Secara umum jenis anemia yang sering dijumpai di dunia adalah anemia defisiensi
besi, anemia akibat penyakit kronik, dan thalassemia. Pola etiologi anemia pada dewasa di
suatu daerah perlu diperhatikan untuk membuat diagnosis. Di daerah tropis, anemia defisiensi
besi merupakan penyebab tersering disusul oleh anemia akibat penyakit kronik dan
thalassemia. Pada perempuan hamil, anemia karena defisiensi asam folat juga perlu
diperhatikan. Pada daerah tertentu, anemia akibat malaria juga sering dijumpai. Pada anak-
anak, thalassemia lebih memerlukan perhatian dibanding dengan anemia akibat penyakit
kronik. Anemia aplastik juga sering dijumpai di Indonesia.1
Patogenesis
Salah satu anemia yang paling sering terjadi di Indonesia diakibatkan oleh adanya
penyakit kronik seperti gastritis erosif yaitu anemia akibat penyakit kronik. Gastritis erosif
secara relatif tidak menyebabkan perdarahan gastrointestinal yang berat (<5% kasus), namun
lebih sering menyebabkan kehilangan darah kronis. Erosi mukosa lambung umumnya
disebabkan oleh NSAID, alkohol dan lain-lain.3
Anemia akibat penyakit kronik umumnya mulai dari ringan sampai sedang, disertai
dengan lemah serta penurunan berat badan. Pada umumnya anemia pada penyakit kronis
ditandai oleh kadar Hb berkisar 7-11gr/dl, kadar Fe serum menurun disertai kadar total iron
binding capacity (TIBC) yang rendah, cadangan Fe yang tinggi dijaringan serta produksi sel
darah merah yang kurang.1,2
Diduga anemia yang terjadi merupakan bagian dari sindrom stress hematologik,
dimana terjadi produksi sitokin yang berlebihan karena kerusakan jaringan akibat infeksi,
inflamasi atau kanker.2 Sitokin (IL-1, IL-6, TNF-α, INF-γ) menyebabkan sekuestrasi
makrofag sehingga mengikat lebih banyak zat besi, meningkatkan destruksi eritrosit di limpa,
menekan produksi eritropoietin oleh ginjal, serta perangsangan yang inadekuat pada
eritropoiesis di sumsum tulang. Penghambatan eritropoietin sebagai prekursor pembentuk
eritrosit menyebabkan retensi besi di sistem retikuloendotelial, saluran gastrointestinal dan
hepatosit.2,5 Pada keadaan lebih lanjut, malnutrisi menyebabkan penurunan transformasi T4
menjadi T3 menyebabkan hipotiroid fungsional dimana terjadi penurunan kebutuhan Hb yang
mengangkut O2 sehingga sintesis eritropoietin-pun akhirnya berkurang.1
2. Penghancuran eritrosit
Beberapa penelitian membuktikan bahwa masa hidup eritrosit memendek pada 20-
30% pasien, defek ini terjadi di ekstrakorpuskular. Aktivasi makrofag oleh sitokin
menyebabkan meningkatnya daya fagositosis makrofag tersebut dan sebagai bagian dari filter
limpa, menjadi kurang toleran terhadap perubahan/kerusakan minor pada eritrosit.1,2
Kadar besi yang rendah meskipun cadangan besi cukup menunjukkan adanya
gangguan metabolisme zat besi pada penyakit kronis, hal ini menunjukkan bahwa anemia
disebabkan oleh penurunan kemampuan Fe dalam sintesis Hb. Pada umumnya memang
terdapat gangguan absorbsi, walaupun ringan. Ambilan zat besi ke sel-sel usus dan
pengikatan oleh apoferritin intrasel masih normal, sehingga defek agaknya terjadi saat
pembebasan Fe dari makrofag dan sel-sel hepar pada pasien penyakit kronis.1,5
Tabel 3. Perbedaan parameter Fe pada orang normal, anemia defisiensi besi, anemia
penyakit kronik1
Gejala umum anemia (sindrom anemia) adalah gejala yang timbul pada setiap kasus
anemia, apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin turun dibawah harga tertentu. Gejala
umum berupa: 1. anoksia organ; 2. mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya
daya angkut oksigen. Gejala umum anemia menjadi jelas (anemia simtomatik) apabila kadar
hemoglobin turun di bawah 7gr/dl. Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada
derajat penurunan hemoglobin, usia, dan adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya.
Disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena iskemia organ target akibat
mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul
setiap penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7gr/dl). Sindrom anemia terdiri dari
rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin,
pucat, nafas cepat, nafas pendek, sesak nafas, dan dispepsia.5 Pada pemeriksaan pasien
tampak pucat, terutama pada konjungtiva, mukosa mulut telapak tangan dan jaringan
dibawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak spesifik karena dapat ditimbulkan oleh
penyakit diluar anemia dan tidak sensitif karena timbul setelah penurunan hemoglobin
(Hb<7gr/dl).1
Karena anemia yang terjadi umumnya derajat ringan dan sedang, seringkali gejalanya
tertutup oleh gejala penyakit dasarnya, karena kadar Hb 7-11gr/dl umumnya asimtomatik.
Meskipun demikian apabila demam atau debilitas fisik meningkat, pengurangan kapasitas
transport O2 jaringan akan memperjelas gejala anemianya atau memperberat keluhan
sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik umumnya hanya dijumpai konjungtiva yang pucat tanpa
kelainan yang khas dari anemia jenis ini, dan diagnosis tergantung dari hasil pemeriksaan
laboratorium.1
2. Gejala khas
Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, kuku sendok.
Anemia megaloblas: glositis, gangguan neurologic pada defisiensi vit B12. Anemia
hemolitik: ikterus, splenomegali, hepatomegali. Anemia aplastik: perdarahan dan tanda2
infeksi.
Gajala yang timbul akibat penyakit dasar menyebabkan anemia sangat bervariasi
tergantung dari penyebab anemia tersebut.1
Tabel 4. Anemia berdasarkan berat – ringan6
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan penyaring
Terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin, indeks eritrosit dan hapusan darah tepi.
Dari sini dapat dipastikan adanya anemia serta jenis morfologi anemia tersebut.
Meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit dan laju endap darah. Sekarang
banyak dipakai hematology analyzer yang memberikan hasil lebih baik.
3. Pemeriksaan khusus
Anemia defisiensi: serum iron. Total iron binding capacity (TIBC), saturasi
transferin, protoporfirin, eritrosit, feritin serum, reseptor transferin dan pengecatan
besi pada sumsum tulang (perl’s stain).
Anemia megaloblastik: folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi deoksiuridin dan
tes schilling.
Anemia hemolitik: bilirubin serum, tes comb, elektroforesis hemoglobin dan lain-lain.
Anemia aplastik: biopsi sumsum tulang
Juga diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti tes faal hati, faal ginjal,
faal tiroid.1
1. Anemia dapat dihilangkan oleh diri sendiri, hal ini membutuhkan kompensasi dari jantung
dengan meningkatkan cardiac output untuk tetap dapat menyuplai oksigen keseluruh
jaringan.
Pada anemia sedang dibutuhkan koreksi kembali, terutama pada pasien >65 tahun,
dengan faktor risiko tambahan seperi coronary artery disease, pulmonary disease, chronic
kidney disease, atau kombinasi semua faktor risiko. Pada pasien dengan gagal ginjal yang
menerima dialisis dan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, koreksi anemia untuk
peningkatan Hb adalah >12gr/dl terkait dengan perbaikan kualitas hidup. Pada pasien yang
memiliki prognosis buruk dengan berbagai kondisi berupa kanker, coronary artery disease,
pulmonary disease, chronic kidney disease.5
c. Preparat besi, pemberian preparat besi dengan tujuan mencegah pembentukan TNF-α.
Selain itu, pada inflamasi usus dan gagal ginjal, preparat besi terbukti meningkatkan
hemoglobin. Namun, sampai saat ini preparat besi belum direkomendasikan untuk diberikan
pada anemia penyakit kronik.
d. Eritropoietin, memberikan keuntungan berupa: mempunyai efek anti inflamasi dengan cara
menekan TNF-α dan interferon-γ. Namun, juga dapat meningkatkan proliferasi sel-sel kanker
ginjal, meningkatkan rekurensi kanker kepala dan leher.1,5
1. Sudoyo, W.A., Setiyo, H., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Interna Publishing. Jakarta Pusat
2. Hassan, B.A. 2013. Anemia of Chronic Diesease(ACD).Available from:
http://www.esciencecentral.org/journals/anemia-of-chronic-diseases-acd-2329-
6836.1000e104.pdf [Accessed: 2 November 2019]
3. Mcpee, S.J., Papadakis, M.A. 2011. Current Medical Diagnosis and Treatment.
Lange. Mc Graw Hill
4. NIH. 2009. Anemia of Inflamation and Chronic Disease. Available from:
http://www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/blood-diseases/anemia-
inflammation-chronic-disease/Documents/Anemia-ChronicDisease_508.pdf
[Accessed: 2 November 2019]
5. Weiss, G., Goodnough, L.T. 2005. Anemia of Chronic Disease. The New England
Journal of Medicine. Available from:
http://www.researchgate.net/profile/Guenter_Weiss/publication/7976451_Anemia_of
_chronic_disease._N_Engl_J_Med/links/00b4951b04fc0599cd000000.pdf?inViewer=
true&pdfJsDownload=true&&origin=publication_detail&inViewer=true [Accessed: 2
November 2019]
6. Panjaitan, S. 2003. Beberapa aspek anemia penyakit kronik pada lanjut usia.
Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6356/1/penydalam-
suryadi.pdf [Accessed: 2 November 2019]
7. Anemia of Chronic Disease: A Unique Defect of Iron Recycling for Many Different
Chronic Disease. Available from: http://www.ejinme.com/article/S0953-
6205(13)00189-1/pdf [Accessed: 2 November 2019]
8. Cullis, J.O. 2011. Diagnosis and Management of Anemia of Chronic Disease. Brithish
Journal of Haematology. Available from:
https://s3.amazonaws.com/objects.readcube.com/articles/downloaded/wiley/c819f132
2b5e4b6226b61fb833994b3582f73b50511abe261257a2f1054007ff.pdf?AWSAccess
KeyId=AKIAIJZYFKH6APDFT3HA&Expires=1445904000&Signature=wwWeCGo
vIZWjCTyIDo%2BSHr%2FJQW0%3D&response-content-
disposition=attachment%3B%20filename%3D%22Cullis-2011-
British_Journal_of_Haematology.pdf%22 [Accessed: 2 November 2019]
9. Muhammad, A., Sianipar, O. 2005. Penentuan Defisiensi Besi Anemia Penyakit
Kronis Menggunakan Peran Indeks Stfr-F. Available from:
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/IJCPML-12-1-03.pdf [Accessed: 2 November
2019]
10.Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid II. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2580-81