Anggota Kelompok:
STMIK PRIMAKARA
Oktober 2019
Pengertian Produksi
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan
teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik (dua arah) yang
sangat erat dengan teknologi. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih
rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi
kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru.
Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta
berbeda dengan bidang fungsional lain seperti keuangan, personalia, dan lain-lain. (Santoso,
2005: Jurnal Teknik Informatika).
Sistem produksi adalah suatu rangkaian dari beberapa elemen yang saling berhubungan
dan saling menunjang antara satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dengan demikian yang dimaksud dengan sistem produksi adalah merupakan suatu gabungan
dari beberapa unit atau elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang untuk
melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan tertentu. Beberapa elemen tersebut
antara lain adalah produk perusahaan, lokasi pabrik, letak dari fasilitas produksi, lingkungan
kerja dari para karyawan serta standar produksi yang dipergunakan dalamperusahaan tersebut.
Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah
input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif dipasar. (Ahyani, 1996).
Langkah-langkah sistem produksi pada Industri Pertambangan Batu Bara
INPUT
Orang
Lahan / Area Tambang
Peralatan Tambang atau unit tambang
Logistik ( Part Maintenance,Fuel,Oli,ect)
Transportasi
Tempat Tinggal karyawan ( bagi yg dimess)
Office / Kantor
PROSES
Dalam proses penambangan batubara ada banyak proses yang perlu dilakukan.
Dalam penambangan batubara juga tidak boleh ditinggalkan aspek lingkungan, agar setelah
penambangan selesai dilakukan, lingkungan dapat dikembalikan ke keadaan yang baik.
1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan.
Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap ini
akan dibangun jalan tambang (acces road), stockpile, dll.
2. Pembersihan lahan (land clearing)
Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang
mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat yang biasa
digunakan adalah buldozer ripper dan dengan menggunakan bantuan mesin potong
chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)
Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah tersebut
agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli, sehingga
tanah pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami kembali untuk kegiatan reklamasi.
Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke tempat penyimpanan
sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal tersebut bergantung pada
perencanaan dari perusahaan.
4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)
Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka tanah
penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya
merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan
peledakan(blasting) kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang akan
dilakukanperlu dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi yang
diinginkan.
5. Penimbunan Tanah Penutup (overburden removal)
Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan
penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan material backfilling
biasanya akan ditimbun ke penimbunan sementara pada saat taambang baru dibuka.
6. Penambangan Batubara (coal getting)
Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri, terlebih
dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini
adalah untuk membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara
(face batubara) yang berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit,
serta pengotor lain yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air hujan,
longsoran). Selanjutnya dilakukan kegiatan coal gettinghingga pemuatan ke alat
angkutnya. Untuk lapisan batubara yang keras, maka terlebih dahulu dilakukan
penggaruan.
7. Pengangkutan Batubara ke (coal hauling)
Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah
pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit) menuju stockpile atau
langsung ke unit pengolahan.
8. Pengupasan parting (parting removal)
Parting batubara yang memisahkan dua lapisan atau lebih batubara perlu
dipindahkan agar tidak mengganggu dalam penambangan batubara.
9. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)
Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di tempat
penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang telah tertambang
(mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak meninggalkan
lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca tambang.
10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (spreading)
Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan penebaran
tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah di backfilling, agar daerah bekas
tambang dapat ditanami kembali untuk pemulihan lingkungan hidup (reclamation).
11. Penghijauan (reclamation)
Merupakan proses untuk penanaman kembali lahan bekas tambang, dengan
tanaman yang sesuai atau hampir sama seperti pada saat tambang belum dibuka.
12. Kontrol (monitoring)
Kegiatan ini ditujukan untuk pemantauan terhadap aplikasi rencana awal
penambangan. kontrol akan dilakukan terhadap lereng tambang, timbunan, ataupun
lingkungan, baik terhadap pit yang sedang aktif maupun pit yang telah ditambang.
OUTPUT
Batu Bara Siap Pakai
Limbah tanah yg tercemar
Limbah Air yg tercemar
Polusi Udara
OLI Bekas,Majun Bekas dll ( Dalam Maintenance )
Make To Stock (MTS) adalah sistem produksi yang menjalankan proses produksinya
berdasarkan peramalan. Proses produksi dilaksanakan mulai dari pengolahan bahan
baku hingga menjadi produk jadi tanpa menunggu diterimanya pesanan permintaan
dari konsumen. Hasil produksinya akan disimpan di gudang atau jaringan distribusi
untuk mengantisipasi permintaan di masa mendatang. Persediaan produk dikendalikan
menghindari terjadinya kekurangan (shortage).
Make To Order (MTO) adalah sistem produksi yang menjalankan proses produksinya
merespon pesanan permintaan yang diterima. Proses produksi dilaksanakan mulai dari
pengolahan bahan baku hingga menjadi produk jadi menunggu diterimanya pesanan
permintaan dari konsumen. Hasil produksinya segera dikirimkan sebelum batas waktu
(due date) yang disepakati. Persediaan bahan baku dikendalikan agar selalu siap
segera berproduksi saat datangnya pesanan.
Assembly To Order (ATO) adalah sistem produksi yang menjalankan proses produksi
komponen untuk menjamin ketersediaannya dalam stok, dan baru melaksanakan
perakitan merespon pesanan permintaan yang diterima. Proses produksi dilaksanakan
mulai dari pengolahan bahan baku hingga komponen siap rakit tanpa menunggu
diterimanya pesanan, namun untuk proses perakitannya menunggu diterimanya
pesanan permintaan dari konsumen. Hasil produksinya intermediate berupa
komponen siap rakit akan disimpan di gudang, dan setelah dirakit menjadi produk
akhir segera dikirimkan sebelum batas waktu (due date) yang disepakati. Persediaan
komponen siap rakit dikendalikan sebagai pengaman (buffer), sehingga dapat segera
dirakit saat datangnya pesanan.
Purchase To Order (PTO) adalah sistem produksi yang menjalankan proses
produksinya merespon pesanan permintaan yang diterima, termasuk proses pengadaan
bahan bakunya. Pengadaan bahan baku dan proses produksinya menunggu
diterimanya pesanan permintaan dari konsumen. Hasil produksinya segera dikirimkan
sebelum batas waktu (due date) yang disepakati. Komitmen pemasok bahan baku
dijalin dengan ikatan kontrak kemitraan agar ada jaminan ketersediaan bahan baku
untuk segera diproses saat datangnya pesanan.
Engineer To Order (ETO) adalah sistem produksi yang menjalankan proses
produksinya merespon pesanan permintaan yang diterima, dengan aktivitas
perancangan sebagai sentral. Saat pesanan datang merupakan titik awal produk mulai
dirancang eksklusif sesuai dengan keinginan konsumen (customization atau tailor-
made), termasuk bahan yang digunakan. Sehingga bahan baku tidak memiliki
persediaan di gudang dan baru dilakukan pengadaan saat perancangan sudah
dikonfirmasikan kepada konsumen. Alternatif pemasok bahan baku fleksibel agar ada
jaminan pengadaan bahan baku yang sesuai untuk segera diproses saat datangnya
pesanan.
Hal yang serupa jika ditinjau dari perspektif siklus hidup produk mulai dari
diambil dari alam (cradle) hingga dikembalikan ke alam (grave), sehingga dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Sistem Produksi Manual. Sistem produksi yang tenaga dan kontrol dikendalikan
dominasi manusia.
Sistem Produksi Semi Otomatis. Sistem produksi yang tenaga sudah ditunjang
teknologi proses namun kontrol masih dikendalikan manusia.
Sistem Produksi Otomatis. Sistem produksi yang tenaga dan kontrol dikendalikan
dominasi teknologi proses, sedangkan manusia diperlukan hanya memastikan tidak
terjadi kegagalan.