Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu aspek budaya politik yang cukup esensial dalam sistem politik dewasa ini
adalah ruang publik (public sphere) yang dapat mewadahi publik dalam menyampaikan
aspirasinya kehadapan pemerintah (negara). Ruang publik inilah yang diharapkan dapat
berperan sebagai kontrol publik terhadap jalannya pemerintahan maupun sebagai jembatan
kepentingan publik terhadap pemerintah. Jurgen Habermas menjelaskan ruang publik sebagai
ruang (kondisi-kondisi) yang memungkinkan para warga negara (private sphere) datang
bersama-sama mengartikulasikan kepentingan-kepentingannya untuk membentuk opini dan
kehendak bersama secara diskursif (Habermas, 1993: 27, 176).
Kondisi-kondisi yang dimaksudkan Habermas adalah pertama, semua warga negara yang
mampu berkomunikasi, memiliki hak yang sama dalam berpartisipasi di ruang publik. Kedua,
semua partisipan memiliki peluang yang sama untuk mencapai konsensus yang fairdan
memperlakukan rekan komunikasinya sebagai pribadi-pribadi yang otonom dan bertanggung
jawab, dan bukan sebagai alat yang dipakai untuk kepentingan tertentu. Ketiga, ada aturan
bersama yang melindungi proses komunikasi dari tekanan dan diskriminasi, sehingga
argumen yang lebih baik menjadi dasar proses diskusi1. Dengan kata lain, dalam ruang
publik, kondisi-kondisi (nilai-nilai) yang tercipta adalah kondisi yang inklusif, egaliter, dan
bebas tekanan (Hardiman, 1994: 44). Berbicara tentang ruang publik dalam pengertian politis
(political public sphere), berarti bagaimana diskusi publik yang terbentuk dari kepentingan-
kepentingan individu dihubungkan dengan kekuasaan negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Teori ruang publik
2. Hegemoni media
3. Efek media
4. Agenda setting

1.3 Manfaat Penulisan


Pada pembuatan makalah ini kami mengharapkan manfaat yang maksimal, walaupun
diaksanakan dengan kemampuan yang terbatas, sehingga penyajian masih jauh dari kata
sempurna.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Publik

Menurut seorang filsuf Jurgen Habermas ruang publik memiliki peran yang cukup berarti
dalam proses berdemokrasi. Ruang publik merupakan ruang demokratis atau wahana
diskursus masyarakat, yang mana warga negara dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-
kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik merupakan
syarat penting dalam demokrasi. Ruang publik adalah tempat warga berkomunikasi mengenai
kegelisahan-kegelisahan politis warga. Selain itu, ruang publik merupakan wadah yang mana
warganegara dengan bebas dapat menyatakan sikap dan argumen mereka terhadap negara
atau pemerintah. Ruang publik bukan hanya sekadar fisik, maksudnya sebuah institusi atau
organisasi yang legal, melainkan adalah komunikasi warga itu sendiri. Ruang publik harus
bersifat bebas, terbuka, transparan dan tidak ada intervensi pemerintah atau otonom di
dalamnya. Ruang publik itu harus mudah diakses semua orang. Dari ruang publik ini dapat
terhimpun kekuatan solidaritas masyarakat warga untuk melawan mesin-mesin pasar/kapitalis
dan mesin-mesin politik.

Habermas membagi-bagi ruang publik, tempat para aktor-aktor masyarakat warga


membangun ruang publik, Pluralitas (keluaraga, kelompok-kelompok informal, organisasi-
organisasi sukarela, dst), publisitas (media massa, institusi-institusi kultural, dst), keprivatan
(wilayah perkembangan individu dan moral), legalitas (struktur-struktur hukum umum dan
hak-hak dasar). Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa ruang publik bukan hanya ada satu,
tetapi ada banyak ruang publik di tengah-tengah masyrakat warga. Kita tidak dapat
membatasi ruang publik, ruang publik ada di mana saja. Di mana ada masyarakat yang duduk
berkumpul bersama dan berdiskusi tentang tema-tema yang relevan, maka disitu hadir ruang
publik. Selain itu, ruang publik tidak terikat dengan kepentingan-kepentingan pasar maupun
politik. Oleh karena itu, ruang publik tidak terbatas.

2
A. Bentuk Ruang Publik
1. Real Space

Real space ruang publik dapat berupa taman-taman, sekolah, gedung-gedung bersama,
perkantoran, dsb yang bertujuan sebagai tempat untuk mempertemukan masyarakat untuk
menciptakan ruang publik.

2. Virtual Space

Ruang Publik yang dirancang oleh Hebernas sudah memasuki era Digital yang
dimana masyarakat dapat mengekspresikan apa saja baik itu permasalahan politik ataupun
lainya dalam medsos mereka sehingga untuk menciptkan ruang publik tidak selalu harus
melakukan dalam pertemuan melainkan bisa melakukan ruang publik dengan medsos yang
kita miliki. Contohnya : Facebook,Line,Whatsapp,Twitter, dsb

Contoh Ruang Publik

 Mengkritisi kebijakan pemerintahan.


 Perbincangan tentang elite politik.
 Berdiskusi opini-opini atau kepentingan kelompok misalnya partai politik maupun
pribadi.

2.2 Hegemoni Media

Hegemoni berasal bahasa Yunani, hegemoni yang berarti penguasa atau pemimpin.
Secara ringkas, pengertian hegemoni adalah bentuk penguasaan terhadap kelompok tertentu
dengan menggunakan kepemimpinan intelektual dan moral secara konsensus. Artinya,
kelompok-kelompok yang terhegemoni menyepakati nilai-nilai ideologis penguasa.

Salah satu kekuatan hegemoni adalah bagaimana hegemoni menciptakan cara berpikir
atau wacana tertentu yang dominan, yang dianggap benar, sementara wacana lain dianggap
salah. Media disini dianggap secara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana nilai-nilai
atau wacana yang dipandang dominan itu disebarkan dan meresap dalam benak khalayak
sehingga menjadi konsesus bersama. Sementara nilai atau wacana lain dipandang sebagai
menyimpang. Misalnya, pemberitaan mengenai demonstrasi buruh, wacana yang
dikembangkan seringkali perlunya pihak buruh musyawarah dan kerja sama dengan pihak
perusahaan. Dominasi wacana semacam ini menyebabkan kalau buruh melakukan
demonstrasi selalu dipandang tidak benar.

3
Hegemoni merupakan gagasan Antonio Gramsci (1891-1937). Teori hegemoni Antonio
Gramsci menganalisis berbagai relasi kekuasaan dan penindasan di masyarakat. Lewat
perspektif hegemoni, akan terlihat bahwa penulisan, kajian suatu masyarakat, dan media
massa merupakan alat kontrol kesadaran yang dapat digunakan kelompok penguasa.

A. Bentuk Hegemoni

Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni, bahwa suatu kelas dan anggotanya
menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan dua cara, yaitu kekerasan
dan persuasi. Cara kekerasan (represif/dominasi) yang dilakukan kelas atas terhadap kelas
bawah disebut dengan tindakan dominasi, sedangkan cara persuasinya dilaksanakan dengan
cara-cara halus, dengan maksud untuk menguasai guna melanggengkan dominasi. Perantara
tindak dominasi ini dilakukan oleh para aparatur negara seperti polisi, tentara, dan hakim.

Menurut Gramsci, faktor terpenting sebagai pendorong terjadinya hegemoni adalah


faktor ideologi dan politik yang diciptakan penguasa dalam mempengaruhi, mengarahkan,
dan membentuk pola pikir masyarakat. Faktor lainnya adalah pertama paksaan yang dialami
masyarakat, sanksi yang diterapkan penguasa, hukuman yang menakutkan, kedua kebiasaan
masyarakat dalam mengikuti suatu hal yang baru dan ketiga kesadaran dan persetujuan
dengan unsur-unsur dalam masyarakat.

Sebenarnya, dalam dunia politik, media massa berfungsi sebagai alat untung mengawasi
penguasa (mengkritik). Sekarang media massa malah digunakan sebagai alat untuk
menyebarluaskan kekuasaan yang kemudian diterima secara luas oleh masyarakat menjadi
sebuah ideologi. Seperti pada era sekarang di mana para konglomerat pemilik media berusaha
menanamkan nilai-nilai bahwa mereka seakan-akan pro pada rakyat, dengan menayangkan
program-program yang sebenarnya tidak pro rakyat, namun hanya mengejar rating share.

B. Fungsi Hegemoni

Hegemoni dipergunakan untuk menunjukkan adanya kelas dominan yang mengarahkan


“tidak hanya mengatur” masyarakat melalui pemaksaan kepemimpinan moral dan intelektual.
Hegemoni diatur oleh mereka yang oleh Gramsci disebut “intelektual organic”. Mereka
adalah tokoh moral dan intelektual yang secara dominan menentukan arah konflik, politik,
dan wacana yang berkembang di masyarakat. Mereka bekerja untuk melanggengkan
kekuasaan atas kelompok yang lemah. Dominasi “intelektual organic” diwujudkan melalui
rekayasa bahasa sebagai sebuah kekuasaan. Melalui berbagai media, bahasa ditunjukkan

4
hadirnya kekuasaan dan pengaturan hegemoni tersebut. Berbagai kebijakan negara, misalnya,
disampaikan dalam bahasa “untuk kepentingan bangsa di masa mendatang” atau “demi
kemandirian bangsa” telah menghegemoni masyarakat untuk senantiasa menerima berbagai
keputusan negara, yang merugikan sekalipun. Misalnya, hegemoni bahasa politik digunakan
oleh para politisi untuk membantu bagaimana bahasa digunakan dalam persoalan-persoalan
(1) siapa yang ingin berkuasa, (2) siapa yang ingin menjalankan kekuasaan, dan (3) siapa
yang ingin memelihara kekuasaan.

Fungsi lain hegemoni yakni menciptakan cara berpikir yang berasal dari wacana
dominan, juga media yang berperan dalam penyebaran wacana dominan itu. Hegemoni
dipergunakan untuk menunjukkan adanya kelas dominan yang mengarahkan dan tidak hanya
mengatur masyarakat melalui pemaksaan kepemimpinan moral dan intelektual, merupakan
dominasi atau penguasaan satu pihak dengan pihak lainnya secara sukarela dan berdasarkan
kesepakatan. Ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang
didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar atau benar dan kemudian akan berubah
menjadi suatu ideologi.

Contoh Hegemoni Media Dalam Bidang Politik

 Pada zaman orde baru (kebebasan pers untuk membicarakan PKI atau hal lain berbau
negatif tentang pemerintahan dibungkam)
 Penggunaan media massa untuk memperoleh kekuasaan misalnya pada masa
pemilihan presiden (Pemilu), 2 stasiun televisi yang bertarung pada Pemilu 2014 lalu,
masing-masing terlihat memihak salah satu kubu Capres. Pertarungan tersebut
membuat masyarakat tersetir opininya dan kemudian bertarung satu sama lain melalui
akun-akun social media pribadi mereka.

Hegemoni Media massa, termasuk di dalamnya media sosial, yang notabene memiliki
kekuatan ke-4 terbesar di dunia setelah eksekutif, legislative dan yudikatif, sekali lagi telah
menggambarkan kekuasaan besarnya sebagai pembentuk opini public melalui konsep
hegemoni yang dimunculkan oleh para pemangku kepentingan media tersebut dan para
stakeholders yang teribat di dalamnya, seperti pengiklan atau pemberi sponsor kuat pada
setiap program dari media tersebut. Masyarakat akan terstimuli dan meniru apa yang
ditampilkan oleh media massa. Pergerakan sosial, kesadaran berpolitik, berpartisipasi dalam
menentukan pilihan atau selera baik untuk tokoh, partai atau artis, dan hal lain yang
mencakup alam nalar manusia, adalah hasil hegemoni yang diberikan oleh media massa hasil
5
dari kaum ‘intelektual organic’ yang berhasil meracuni masyarakat dengan ideology-
ideologinya, baik itu ideology politik, bisnis, dan hal lain.

2.3 Agenda Setting

Agenda setting menurut McCombs & Shaw adalah “mass media have the ability to
transfer the salience of items on their news agendas to public agenda” (Griffin, 2010).
Pengertian ini menjelaskan bahwa media massa memang memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi bahkan membentuk pola pikir audience yang terkena terpaan informasinya.

McCombs dan Shaw menerangkan lebih lanjut bahwa media massa mempunyai
kemampuan untuk membuat masyarakat menilai sesuatu yang penting berdasarkan apa yang
disampaikan media, dengan kata lain we judge as important what the media judge as
important.

Media bukan mempengaruhi pikiran masyarakat dengan memberitahu apa yang mereka
pikirkan dan apa saja ide atau nilai yang mereka miliki, namun memberi tahu hal dan isu apa
yang harus dipikirkan. Masyarakat luas cenderung menilai bahwa apa-apa yang disampaikan
melalui media massa adalah hal yang memang layak untuk dijadikan isu bersama dan
menjadi cakupan ranah publik.

Dengan begitu, masyarakat pun menilai apa yang dianggap penting oleh media adalah
hal yang penting juga dan memang harus dipikirkan atau minimal mempengaruhi persepsi
mereka terhadap hal tersebut.

Meski begitu, McCombs dan Shaw tidak menutup pandangan yang menghargai dan
meyakini bahwa audience juga memiliki kekuatannya sendiri, yaitu dengan hipotesis
selective exposure. Hipotesis ini menjelaskan bahwa manusia cenderung hanya akan melihat
dan membaca informasi serta berita yang sejalan dan tidak mengancam atau bertentangan
dengan kepercayaan yang selama ini mereka miliki dan bangun. Hal ini menunjukkan
kekuatan dan kebebasan manusia dalam memilih, menyortir, dan menerima pesan yang
disampaikan oleh media massa.

Dengan begitu, dapat dilihat bahwa teori agenda setting memiliki keunikan yang
mendukung dua asumsi dasar yang menarik. Yang pertama, teori ini menyatakan dengan jelas
bahwa media massa memiliki kekuatan dalam mempengaruhi dan membentuk persepsi
masyarakat. Di sisi lain, teori ini juga mendukung hipotesis bahwa bagaimanapun semuanya

6
kembali lagi kepada individu, dimana mereka memiliki kebebasan untuk memilih apa yang
ingin mereka terima.

Contoh Agenda Setting :

McCombs dan Shaw terfokus pada dua elemen: kesadaran dan informasi. Investigasi
Penentuan Agenda melihat fungsi media massa dalam berkampanye, mereka berusaha untuk
menilai apa hubungan antara masyarakat pemilih dalam satu kata yang penting dan isi pesan
sebenarnya media massa yang digunakan selama kampanye. McCombs Shaw dan
menyimpulkan bahwa media massa secara signifikan memengaruhi pada para pemilih yang
dianggap sebagai masalah utama dari kampanye.

2.4 Efek Media

Efek Media adalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.
Menurut Donald F. Robert (Schramm dan Roberts: 1990) Karena fokusnya pada pesan, maka
efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa tersebut. Efek media
juga diartikan sebagai dampak dari kehadiran sosial yang dimiliki media, yang menyebabkan
perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku manusia, akibat terpaan media. Semakin
berkembangnya teknologi media massa dalam menyampaikan informasi dan hiburan, maka
manusia tak akan pernah bisa lepas dari pengaruh media massa tersebut. Setiap hari, otak
manusia selalu dipenuhi oleh informasi yang disampaikan.

Media massa seperti surat kabar, majalah, televisi dan radio, sering dijadikan objek studi,
karena memang dipandang sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat.

Jenis-Jenis Efek Media :

1. Efek Primer, yaitu efek yang ditimbulkan karena adanya terpaan, perhatian dan
pemahaman. Jika manusia tidak bisa lepas dari media massa, maka efek yang
ditimbulkan sungguh-sungguh terjadi. Semakin memahami apa yang disampaikan
oleh media, maka semakin kuat pula efek primer yang terjadi. Contoh terjadinya efek
primer adalah, saat media menayangkan atau menulis berita mengenai maraknya
polisi ditembak oleh orang tidak bertanggung jawab. Maka di saat yang sama,
masyarakat tertarik menyimak berita itu dengan saksama.
2. Efek Sekunder, yaitu efek yang ditimbulkan karena adanya perubahan tingkat
kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan prilaku (menerima dan

7
memilih). Yang termasuk dari efek sekunder adalah prilaku penerima yang ada
dibawah kontrol langsung si pemberi pesan. Efek sekunder diyakini lebih
menggambarkan realitas yang sungguh-sungguh terjadi di masyarakat. Salah satu
bentuk efek sekunder adalah efek dari teori penggunaan dan kepuasan, atau uses and
gratifications, yang memfokuskan perhatian pada audience atau masyarakat sebagai
konsumen media massa, dan bukan pada pesan yang disampaikan. Dalam perspektif
teori tersebut, audience dipandang sebagai partisipan yang aktif dalam proses
komunikasi, meski tingkat keaktifan setiap individu tidaklah sama. Contoh terjadinya
efek sekunder adalah, saat media mengulas tentang peristiwa penembakan polisi oleh
orang yang tidak bertanggungjawab, maka reaksi masyarakat begitu beragam. Mereka
lebih berhati-hati. Tak hanya polisi yang membekali diri [6], masyarakat pun akhirnya
melakukan hal serupa, yaitu membekali diri mereka dengan membeli rompi dan helm
anti peluru. Terbukti, bahwa tingkat penjualan rompi dan helm anti peluru, mengalami
peningkatan.

 Pengaruh Efek Media dalam Komunikasi Politik :

informasi politik juga tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh masyarakat pada
umumnya. Dengan adanya media massa, masyarakat dapat memiliki kesempatan untuk
mendapatkan informasi politik dengan sangat mudah dan cepat. Dengan demikian
perkembangan politik yang terjadi di negara atau di masyarakat tersebut dapat diketahui oleh
masyarakat secara aktual dan mereka dapat memiliki pegangan dalam menentukan sikap
politik yang mereka miliki.

Peran media massa dalam bidang politik oleh karenanya akan sangat terlihat dengan jelas
ketika musim pemilu baik pemilu legislatif ataupun pemilu legislatif tiba. Di tengah kondisi
pemilu tersebut masyarakat dapat mencari perkembangan keadaan politik dengan cepat
melalui berita-berita yang ditampilkan dalam media massa sehingga mereka dapat
menentukan siapa calon yang bakal mereka pilih ketika masa pemilihan tiba nantinya. Akan
tetapi tentu saja ini pun berarti bahwa media massa dapat dipenuhi kepentingan politik
tertentu untuk membuat pembacanya condong pada salah satu kelompok yang sedang
bertarung di tengah kompetisi politik yang terjadi.

Media massa yang juga merupakan medium utama dalam komunikasi massa mampu
menjangkau khalayak yang tersebar luas di berbagai tempat dalam waktu serempak atau

8
bersamaan dengan pesan yang sama dan bersifat universal (umum) utamanya media massa
elektronik seperti radio dan televisi. Penyampaian pesan seperti kampanye politik, sosialisasi
politik, dan publisitas disebut-sebut sebagai transaksi komunkator politik yang banyak
dilakukan melalui media massa. Hal ini memberikan keuntungan tambahan bagi patai politik
maupun calon legislatif pada massa-massa kampanye pemilihan umum seperti. Dapat dikatan
bahwa hampir tidak ada partai maupun caleg di Indonesia yang tidak menggunakan media
massa sebagai political branding ataupun personal branding yang pada akhirnya
memunculkan simpati dan dukungan dari masyarakat.

Masyarakat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem pemerintahan


demokrasi diberikan hak dalam memilih wakilnya. Seperti pada saat pemilu, dalam
menentukan keputusan politik, masyarakat akan selalu membutuhkan referensi sebagai bahan
pertimbangannya. Berdasarkan kajian psikologi, norma dan pengaruh interpersonal
memberikan pengaruh terhadap sikap seseorang. Hal ini jugalah yang kemudian
dimanfaatkan oleh media ketika melakukan kegiatan propaganda. Melalui berita-berita yang
disiarkan, media secara tidak langsung telah memberikan referensi kepada masyarakat untuk
mempengaruhi keputusan politiknya. Semakin sering berita tersebut diberikan, maka akan
semakin besar pengaruh yang akan didapatkan oleh masyarakat.

Seperti yang telah disebutkan diawal bahwa media massa memiliki kekuatan besar dalam
pembentukan opini publik dan alat propaganda, media massa juga menanamkan pesan
tertentu melalui informasi-informasi yang penyajiannya seringkali disetting terlebih dulu.
Dengan media massa orang bisa mencitrakan dirinya, menaikkan pamor tokoh tertentu,
media pendongkrak popularitas atau bahkan menjatuhkan figur lawan. Media massa sendiri
memiliki berbagai peran, salah satunya ialah dalam mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang maupun kelompok. Dapat dikatakan perananan media massa dalam membentuk
pandangan masyarakat tentang politik sangatlah vital. Media banyak mempengaruhi
pandangan masyarakat dalam proses pembentukan opini atau sudut pandangnya. Media
massa dapat dikatakan merupakan senjata yang ampuh bagi perebutan citra (image). Media
massa mempunyai perananan yang sangat penting sebagai sarana sosialisasi tentang politik
terlebih lagi pemilu kepada khalayak umum. Pemberitaan di berbagai media mengenai kasus-
kasus yang terjadi dengan elite-elite politik tertentu dan berbagai aktivitas yang dilakukan
yang mereka sebut pro rakyat dapat memberikan pengaruh pemilihan kepada masyarakat.

9
Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang.
Media memberikan informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk
persepsi. Persepsi mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Berbagai pemberitaan media
memberikan masukan kepada kognisi individu dan kognisi akan membentuk sikap. Pengaruh
media massa kuat pada masyarakat modern. Pasalnya masyarakat modern justru adalah
orang-orang yang lebih banyak bersinggungan dengan media massa dan online sehingga arus
informasi tentang dunia dari media massa yang diperoleh pun lebih banyak. Tidak dapat
dipungkiri juga bahwa media massa juga mampu mempengaruhi masyarakat awam yang
mereka masih mudah dipengaruhi dengan pencitraan-pencitraan yang di tampilkan partai
politik maupun caleg lewat media massa.

Selain mempengaruhi aspek kognisi, efek kehadiran media massa bukan saja
menghilangkan perasaan, tetapi juga menumbuhkan perasaaan tertentu . Media massa kini
berperanan cukup penting dalam memengaruhi masyarakat bagi pembentukan opini publik
yang amat diharapkan bagi pelaku politik praktis di negeri ini untuk berhasil memenangkan
kontestasi politik . Media yang memiliki andil besar dalam memberikan pengaruh adalah
media audiovisual (televisi). Televisi mampu memberikan pengaruh terhadap komunikan
(pemilih atau voters) dengan sifatnya yang audiovisual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
partai politik menyadari televisi masih menjadi media yang paling efektif di dalam proses
penyampaian pesan politik terlebih dalam hal pencitraan . Dengan kelebihannya yang mampu
menyajikan tayangan audiovisual dibanding media lainnya, media televisi-lah yang lebih
banyak diakses oleh masyarakat Indonesia dewasa ini. Namun bukan berarti bahwa media
lain seperti radio, surat kabar, baliho, spanduk, poster dan media-media lainnya tidak
memberikan dampak dan pengaruh terhadap masyarakat.

Karakteristik yang dimiliki media massa menjadi sangat beresiko untuk dijadikan alat
propaganda, karena bisa jadi pesan-pesan yang disampaikan media massa hanyalah hasil
konstruksi dari pemiliki kepentingan-kepentingan tertentu dan sama sekali tidak mewakili
persepsi masyarakat secara keseluruhan. Meskipun Harold Lasswell mengatakan bahwa
politik tidak bisa dipisahkan dari pengertian kekuasaan dan manipulasi yang dilakukan oleh
para elit penguasa atau counter elite, namun alangkah baiknya jika media massa bukan
dijadikan alat untuk mempengaruhi semata bahkan menggiring oan sikap pini dmasyarakat
untuk memberikan suaranya kepada partai, golongan atau orang tertentu. Sudah semestinya
pers sebagai pilar ke-empat demokrasi melalui media massa menyajikan tayangan-tayangan
dan pemberitaan yang mengedukasi dan memberikan informasi positif masyarakat, bukan

10
bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dan kepercayaan masyarakata dengan mempengaruhi
masyarakat melalui media massa.

Tak diragukan lagi, media menempati peran yang sangat strategis dalam menyampaikan
pesan-pesan politik terhadap khalayak. Karena tidak membutuhkan waktu yang panjang
untuk sekedar memperkenalkan agenda-agendanya bahkan bisa merubah pilihan sebelumnya
tentu dengan strategi yang dimiliki media secara terus-menerus dapat mempengaruhi
khalayak. Dari berbagai media yang digunakan, tentu ada kelebihan dan kelemahannya,
begitu juga mengandung pengaruh positif dan negatif terhadap khalyak.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ruang publik adalah tempat warga berkomunikasi mengenai kegelisahan-kegelisahan


politis warga. Selain itu, ruang publik merupakan wadah yang mana warganegara dengan
bebas dapat menyatakan sikap dan argumen mereka terhadap negara atau pemerintah. Ruang
publik bukan hanya sekadar fisik, maksudnya sebuah institusi atau organisasi yang legal,
melainkan adalah komunikasi warga itu sendiri.

Pada bahasa diatas jelas bahwa komunikasi merupakan penyampaian pesan dari
komunikan kepada komunikator. Pada paragraph diatasdapat diambil kesimpulan,
komunikasipolitikadalahkomunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor
politik atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.2017. https://id.wikipedia.org/wiki/J%C3%BCrgen_Habermas. Diakses 2 Maret


2019.

Wikipedia.2019. https://id.wikipedia.org/wiki/Hegemoni_media_massa.Diakses 2 Maret


2019.

Wikipedia.2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Ruang_publik. Diakses 2 Maret 2019.

Wikipedia.2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Penentuan_Agenda. Diakses 2 Maret


2019.

Pakarkomunikasi.2017. https://pakarkomunikasi.com/teori-agenda-setting. Diakses 2 Maret


2019.

Pakarkomunikasi.2019. https://pakarkomunikasi.com/efek-media-massa.Diakses 2 Maret


2019.

Wikipedia.2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_media.Diakses 2 Maret 2019.

Madayanti,
Pertiwi.2014. https://www.academia.edu/12015785/Media_Mempengaruhi_Politik_Masyara
kat. Diakses 2 Maret 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai