Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhuk hidup memiliki beberapa ciri atau sifat dasar. Salah satu
yang utama adalah makhluk hidup perlu makanan dan mengeluarkan zat sisa.
Apabila kita cermati, sifat dasar tersebut mengarahkan kita kepada suatu
mekanisme yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup yang disebut dengan
metabolisme.Metabolisme yang terjadi pada setiap jenis makhluk hidup
tentunya tidak sama.Bergantung pada komponen penyusun makhluk hidup
tersebut dari tingkat seluler hingga organisme. Dalam proses metabolisme
terjadi berbagai reaksi kimia baik untuk menyusun maupun menguraikan
senyawa tertentu. Proses penyusunan tersebut disebut anabolisme,sedangkan
proses penguraiannya disebut katabolisme.
Salah satu contoh proses metabolisme (anabolisme) yang sering kita
dengar adalah proses fotosintesis. Proses tersebut terjadi pada tumbuhan
berklorofil, tepatnya pada jaringan tiang atau palisade dan bunga karang pada
mesofil daun. Pada sel palisade atau bunga karang, proses ini terjadi di dalam
sebuah organel yaitu kloroplas. Seperti yang telah diketahui, proses ini hanya
dapat terjadi pada saat ada cahaya. Cahaya itu dapat berupa cahaya matahari
maupun cahaya lampu, yang penting dalam cahaya tersebut terdapat sinar
putih yang merupakan spektrum cahaya dari cahaya mejikuhibiniu (merah-
jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu).
Selain cahaya matahari, proses fotosintesis juga membutuhkan
karbondioksida dan air. Untuk itu dari percobaan ini saya ingin membuktikan
bahwa intensitas cahaya dan suhu dapat mempengaruhi laju fotosintesis suatu
tumbuhan.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya dan Co2 terhadap
laju fotosintesis dengan mengukur banyaknya O2 yang dikeluarkan.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Fotosintesis

Fotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut reaksi terang, yang
membutuhkan cahaya dan melibatkan pemecahan air serta pelepasan oksigen, dan
reaksi gelap atau siklus Calvin, yang mengubah karbon dioksida menjadi gula.
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah
tahap yang belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui
tentang proses vital ini. Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan
semua cabang ilmu pengetahuan alam utama, seperti fisika, kimia, maupun
biologi sendiri.

Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah


daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk
melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis,
tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya
dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.

Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian
utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak
memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida). Reaksi terang terjadi
padagrana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma.
Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan
menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi
siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan
NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi
terang. Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya Matahari. Reaksi gelap
bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi
molekul gula.
Organisme fotosintesis itu autotrof, yang berarti bahwa mereka menyimpan
energi, mereka dapat menyintesis makanan langsung ari karbondioksida, air, dan
menggunakan energi dari cahaya. Mereka menumbuhkannya sebagai bagian dari
energi potensial mereka. Akan tetapi, tidak semua organisme menggunakan
cahaya sebagai sumber energi untuk melaksanakan fotosintesis, karena
fotoheterotrof menggunakan senyawa organik, dan bukan karbondioksida, sebagai
sumber energi.[2]Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis
menghasilkan oksigen. Ini disebut fotosintesis oksigen. Walaupun ada beberapa
perbedaan antara fotosintesis oksigen pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria,
secara umum prosesnya cukup mirip pada organisme-organisme tersebut. Akan
tetapi, ada beberapa jenis bakteri yang melakukan fotosintesis anoksigen, yang
menyerap karbondioksida namun tidak menghasilkan oksigen.

Karbondioksida diubah menjadi gula dalam suatu proses yang disebut fiksasi
karbon. Fiksasi karbon adalah reaksi redoks, jadi fotosintesis memerlukan sumber
energi untuk melakukan proses ini, dan elektron yang diperlukan untuk mengubah
karbondioksida menjadi karbohidrat, yang merupaan reaksi reduksi. Secara
umum, fotosintesis adalah kebalikan dari respirasi sel, yang mana glukosa dan
senyawa lainnya teroksidasi untuk menghasilkan karbondioksia, air, dan
menghasilkan energi kimia. Namun, dua proses itu berlangsung melalui rangkaian
reaksi kimia yang berbeda dan pada kompartemen sel yang berbeda.

Persamaan umum untuk fotosintesis adalah sebagai berikut:

2n CO2 + 2n DH2 + foton → 2(CH2O)n + 2n DO

Karbondioksida + donor elektron + energi cahaya → karbohidrat + donor


elektron teroksidasi. Pada fotosintesis okesigen air adalah donor elektron dan,
karena merupakan hidrolisis melepaskan oksigen, persamaan untuk proses ini
adalah:

2n CO2 + 4n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2 + 2n H2O


karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + air.
Seringkali 2n molekul air dibatalkan pada kedua pihak, sehingga menghasilkan:

2n CO2 + 2n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2

karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen

Proses lainnya menggantikan senyawa lainnya (Seperti arsenit) dengan air


pada peran suplai-elektron; mikroba menggunakan cahaya matahari untuk
mengoksidasi arsenit menjadi arsenat: Persamaan untuk reaksinya adalah sebagai
berikut:

CO2 + (AsO33–) + foton → (AsO43–) + CO

karbondioksida + arsenit + energi cahaya → arsenat + karbonmonoksida


(digunakan untuk membuat senyawa lainnya dalam reaksi berikutnya)

Fotosintesis terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, reaksi terang atau
reaksi cahaya menyerap energi cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan
molekul penyimpan energi ATP dan NADPH. Pada tahap kedua, reaksi gelap
menggunakan produk ini untuk menyerap dan mengurangi karondioksida.

Sebagian besar organisme yang melakukan fotosintesis untuk menghasilkan


oksigen menggunakan cahaya nampak untuk melakukannya, meskipun setidaknya
tiga menggunakan radiasi inframerah.

2.2 Reaksi terang

Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagaiantena. Reaksi terang melibatkan dua
fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I)
berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap
cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi
pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap
cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan
menyebabkan muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II
akan mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air
akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini
akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid.

Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi


plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon
yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan
mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f
kompleks. Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II adalah:

2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H- → 4H+ + O2 + 2PQH2

Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS


I dengan mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah
bergerak dan mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian
ini juga menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid.
Reaksi yang terjadi pada sitokrom b6-f kompleks adalah

2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)

Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I.


Fotosistem ini menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung
kompleks inti terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui
kompleks inti PS II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya,
PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke
protein Fe-S larut yang disebut feredoksin. Reaksi keseluruhan pada PS I adalah:

Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)

Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir


pengangkutan elektron untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH.
Reaksi ini dikatalisis dalam stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase.
Reaksinya adalah:
4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH

Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam
ATP sintase. ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan
pengangkutan elektron dan H+ melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada
ATP sintase akan membuat ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat
anorganik (Pi) menjadi ATP. Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang
adalah sebagai berikut:

Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2

Pada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan
menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang
memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap
pada kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen
aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II
memperoleh energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan
dengannya, satu elektron akan dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu
feopftin, melalui sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi.
Elektron ini dipindahkan melalui rangkaian transport elektron, yang disebut
skema Z, yang pada awalnya berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis
di sepanjang membran. Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi
kemisomosis untuk menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH
adalah produk dari reaksi redoks terminal pada skema Z. Elektron masuk ke
molekul klorofil pada fofosistem II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang
diserap oleh fotosistem. Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-
lagi dilewatkan untuk menurunkan energi penerim elektron. Energi yang
dihasilkan oleh penerima elektron digunakan untuk menggerakan ion hidrogen di
sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam lumen.Elektron digunakan untuk
mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi pada reaksi terang. Reaksi
siklus mirip dengan nonsiklus, namun berbeda pada bentuknya karena hanya
menghasilkan ATP, dan tidak ada NADP (NADPH) tereduksi yang dihasilkan.
Reaksi siklus hanya berlangsung pada fotosistem I. Setelah elektron dipindahkan
dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron dan
dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awalnya elektron dikeluarkan,
sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus. Reaksi gelap pada tumbuhan dapat
terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack. Pada
siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat
menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-
phosphogliserat. Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap
melalui jalur ini dinamakan tumbuhan C-3. Penambatan CO2 sebagai sumber
karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco. Tumbuhan yang reaksi
gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa
yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki empat
atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.
BAB III

METODE

3.1 Tempat dan Waktu

praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 02 november 2019 pukul
08.00 – 10.00 WIB tempat pelaksanaan laboratorium fitofarmaka di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Mandiri Gorontalo (STIKES BMG)

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

1. Gelas kimia
2. Corong Kaca
3. Tabung Reaksi
4. Penyangga
5. Ember
6. Loyang

Bahan :

1. Hydrilia Verticilillata
2. Air
3. Tissu

3.3 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan


2. Mengisi gelas kimia dengan air sepenuhnya
3. Memasukkan Hidrylia Verticillate kecorong, usahakan Hydrylia Verticillate
tidak keluar dari corong
4. Menyatukkan corong dengan tabung reaksi dengan posisi terbalik didalam
gelas kimia berisi air
5. Kemudian membawanya ke ruangan yang terkena cahaya matahari
6. Lalu mengamati jumlah gelembung yang bermunculan dan mencatat
jumlahnya setelah 2 menit.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Banyak Gelombang Menit Ke-


NO Perlakuan 2 2 2 2 2
1. Dibawah - 3 20 100 108
sinar matahari

2. Tanpa sinar - 1 - 1 -
matahari

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh intensitas cahaya dan suhu terhdap


laju fotosintesis yang diadakan ditempat gelap dan tempat terang, terdapat hasil
yang signifikan. Pada percobaan 10 menit pertama dengan intensitas cahaya pada
percobaan pertama 305 dengan suhu 35oC tidak diperoleh gelembung udara. Pada
percobaan ke II atau pada 20 menit ke II dengan intensitas cahaya 307 dengan
suhu 380C diperoleh 9 gelembung udara. Begitu pula hasil pengamatan menit-
menit selanjutnya, yaitu menit ke 30, 40, 50 dengan intensitas cahaya yang
meningkat dari 307 samapai 704, disertai suhu yang semakin meningkat, mulai
dari 38oC-42oC, terdapat peningkatan jumlah gelembung udara mulai dari 9
gelembung udara hingga 25 gelembung udara. Dari hasil pengamatan tersebut
dapat ditemukan bahwa intensitas cahaya dan peningkatan suhu mempengaruhi
laju fotosintesis. Cahaya sangat berperan dalam proses fotosintesis. Hal ini dapat
kita lihat dengan adanya peningkatan jumlah gelembung udara yang dihasilkan
dimana O2 merupakan hasil dari fotosintesis yang dikeluarkan oleh tumbuhan.
Untuk percobaan yang dilakukan didalam laboratorium (dianggap sebagai
tempat gelap) dilakukan perlakuan dengan cara suhu tetap yaitu 31oC, tetap jarak
tanaman dengan cahaya diatur, dimulai dari pengamatan 10 menit pertama hingga
50 menit terakhir tidak terdapat gelembung pada percobaan. Hal ini dikarenakan
kondisi jurang cahaya disertai suhu yang stabil serta rendah, memungkinkan laju
fotosintesis berjalan tidak optimal, sehingga tidak dihasilkan gelembung.

Menurut teori, tumbuhan melakukan fotosintesis dengan bantuan cahaya


dimana tumbuhan menangkap cahaya dengan menggunakan pigmen yang disebut
kloroplas. Kloroplas inilah yang berperan dalam proses fotosintesis, cahaya akan
melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan menuju mesopil
tempat terjadinya fotosintesis.

Adapun reaksi fotosintesis:

12H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 + 6O2 +6H2O

Fotosintesis berlangsung melalui 2 tahap yaitu:

a. Reaksi terang

Energi cahaya diserap dalam fotosintesis II menggunakan elektron e- lalu


memasuki transper electron pertama lalu ke fotosintesis I dengan pusat p700

b. Reaksi gelap

CO2 diikat oleh dan melalui serangaian rekasi berbentuk 2 molekul membentuk
glukosa, glukosa merupakan bahan baku untuk produk akhir amilum. Berdasarkan
reaksi tersebut kita dapat memperkirakan bahwa padafotosintesis terbentuk
oksigen. Percobaan ini mencoba membuktikan hal tersebut,dengan menggunakan
Hydrilla yang dimasukkan ke dalam gelas beaker yangterlebih dahulu telah
dilengkapi dengan corong penutup dan gelas kimia,kemudian dimasukkan air dan
telah dipastikan pada saat air memenuhi gelas beaker dan masuk kedalam gelas
kimia tidak terdapat gelembung udara dari luar.gelas beaker yang berisi air ini
diletakkan di 2 tempat yang berbeda kadar cahayayang bertujuan untuk
memperoleh hasil gelembung yang berbeda pula jumlahnyasehingga didapatkan
hubungan antara jumlah gelembung dengan kadar cahayayang ada. tempat yang
dipilih adalah didalam ruangan dan diluar ruangan dengancahaya yang maksimum
Hydrilla menghasilkan oksigen. berdasarkan hasil pengamatan. Fotosintesis
adalah suatu proses biologi yang kompleks, proses inimenggunakan energi
matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yangterdapat dalam kloroplas.
Fotosintesis selain memerlukan cahaya matahari sebagai bahan bakar juga
memerlukan karbondioksida dan air sebagai bahan anorganik. Pada praktikum ini
mengenai laju proses fotosintesis dan kadar oksigen yang dihasilkan proses
fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses penyusunan karbohidrat dari air
(H2O) dan gas karbon dioksida (CO2) dengan bantuan energi cahaya. Proses
fotosintesis hanya bisa berlangsung pada tumbuhan yang memiliki zat hijau daun
(klorofil).

Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ketersediaan air,


CO2, intensitas cahaya, suhu, unsur hara, klorofil, dan faktor genetik tanaman
yang berfotosintesis. Kekurangan air menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat dan luas daun tidak optimal. Selain itu stomata pun akan
menutup untuk mengurangi penguapan air. Sehingga proses fotosintesis tidak
akan berjalan dengan lancar.

Apabila CO2 yang tersedia kurang, maka reaksi pembentukan gula tidak
maksimal karena CO2 ini merupakan bahan baku proses fotosintesis yang
digunakan untuk pembuatan gula oleh RuBP. Sementara itu apabila kekurangan
cahaya (cahaya tampak) akan mengganggu proses transpor elektron karena energi
cahaya (foton) beperan dalam proses eksitasi elektron untuk menghasilkan energi
NADPH. Selain itu apabila kekurangan cahaya, maka daun menjadi pucat.
Intensitas cahaya yang cukup diperlukan, supaya proses fotosintesis dapat
berlangsung efisien, karena tanpa adanya cahaya maka proses fotosintesis tidak
akan berlangsung. Sementara itu ketersediaan cahaya yang terlalu tinggi pada
daerah yang kering dapat merusak klorofil (daun menjadi kering) sehingga antara
pencahayaan dan air saling berhubungan dalam proses fotosintesis.
Suhu yang ekstrim dapat menyebabkan kerusakan pada enzim-enzim
fotosintesis. Pada umumnya fotosintesis berlangsung secara normal pada suhu ±
35o C. Faktor selanjutnya yaitu unsur hara. Unsur-unsur hara yang berperan
dalam proses fotosintesis di antaranya Mn, Mg, Cu, Zn, dan Fe. Misalnya saja
Mg, apabila kekurangan unsur ini maka H2O tidak dapat dioksidasi menjadi H+
+ O2 + 2e- sehingga mengganggu proses pembentukan energi (NADPH) untuk
siklus Calvin. Faktor genetik juga mempengaruhi fotosinesis dari suatu tanaman.
Jika suatu tanaman memang tidak memiliki atau kekurangan zat hijau daun secara
genetik, maka proses fotosintesisnya tidak akan semaksimal tanaman yang
memiliki zat hijau daun dalam jumlah yang banyak.

Selain faktor-faktor di atas, panjang gelombang cahaya juga mempengaruhi


kecepatan fotosintesis. Pada umumnya fotosintesis berlangsung pada panjang
gelombang kurang lebih 360 – 720 nm. Di luar rentang panjang gelombang ini
maka intensitas fotosintesis akan menurun bahkan pada panjang gelombang yang
terlalu tinggi dan terlalu rendah fotosintesis tidak bisa terjadi. Berdasarkan
panjang gelombangnya, cahaya yang baik untuk proses fotosintesis adalah warna
polikromatik ( ± 360-720 nm) dan warna merah (610-700 nm). Warna
polikromatik ini tersusun oleh berbagai macam warna sehingga memiliki rentang
panjang gelombang yang besar dan baik untuk proses fotosintesis. Semakin kecil
panjang gelombangnya maka energinya semakin besar. Sehingga dalam proses
fotosintesis ini dibutuhkan energi yang sesuai. Apabila energinya terlalu besar,
sperti gelombang sinar-X (10-100 nm) maka akan merusak kloroifil. Dengan
demikian pada praktikum yang dilakukan menggunkkan media fotosintesis
dengan menggunakan botol terang, botol gelap dan botol yang terbungkus.. hal
tersebut untuk mengetahui perbedaan efisiensi laju fotosintesis dari masing-
masing media.

Praktikum yang dilakukan, yaitu menggunakan tanaman Hydrilla sp. sebagai


bahan praktikum, karena tanaman ini lebih efisien. Habitatnya yang berada di
dalam air memudahkan pengamatan aktivitas keluarnya gas oksigen sebagai hasil
samping dari proses fotosintesis. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya gelembung-
gelembung yang dihasilkan dan berkurangnya volume air pada permukaan botol.
Selain itu ukuran tanaman ini juga relatif kecil dan struktunya lentur. Sehingga
membutuhkan ruang yang tidak terlalu besar untuk mengamati proses fotosintesis
pada tanaman ini. Tanaman Hydrilla sp. juga memiliki zat hijau daun di seluruh
tubuhnya, sehingga proses fotosintesisnya mudah terjadi dan proses
pengamatanpun dapat dilakukan secara lebih mudah.

Pada awal praktikum, dilakukan penghitungan DO awal pada media air yang
akan digunakan hydrilla untuk berfotosintesis. Kemudian ketiga sampel
diletakkan di bawah sinar matahari selama 60 menit supaya proses fotosintesis
terjadi. Karena intensitas cahaya ini sangat berperan dalam proses fotosintesisnya.
Setelah itu, sampel dihitung kembali DO akhirnya dengan DO metter. Dari hasil
perhitungan dari ketiga sampel botol memiliki perbedaan kadar oksigen yang
dihasilkan. Pada botol terang dihasilkan kadar oksigen akhir 5,9 mg/l. Pada botol
gelap dihasilkan kadar oksigen akhir sebanyak 5,8 mg/l dan botol yang
terbungkus plastik dihasilkan kadar oksigen akhir sebanyak 6,0 mg/l. Hal tersebut
membuktikan bahwa media fotosintesis juga berpengaruh terhadap laju kecepatan
fotosintesis. Pada botol yang terbungkus memiliki kadar oksigen yang lebih tinggi
di bandingkan dengan botol-botol yang lainnya. Selain itu pada botol yang terang
lebih besar di bandingkan dengan botol gelap. Hal tersebut disebabkan karena
gelombang cahaya yang diterima oleh tanaman hydrilla untuk melakukan
fotosintesis berbeda-beda.

Proses fotosintesis ini menambah kadar oksigen pada media air tersebut,
karena fotosintesis ini menghasilkan oksigen sebagai hasil dari reaksi kimia
dengan bantuan sinar mtahari dan klorofil. Penambahan oksigen dari masing-
masing sampel botol berbeda-beda. Pada botol yang terang menghasilkan
penambahan DO yang lebih besar yaitu 2,9 mg/l oksigen. Dari data kelompok
yang diperoleh, hasil DO akhir berbeda-beda hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
jenis tanaman yang dipakai dalam proses fototsintesis, kandungan CO2 yang
terdapat pada media fotosintesis, dan kesalahan-kesalahan atau ketelitian
praktikan pada saat praktikum. Namun dari hasil semua kelompok di atas
menunjukkan bahwa proses fotosintesis ini meningkatkan kadar oksigen awal.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini mengenai laju proses fotosintesis dan kadar oksigen yang
dihasilkan proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses penyusunan
karbohidrat dari air (H2O) dan gas karbon dioksida (CO2) dengan bantuan energi
cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa berlangsung pada tumbuhan yang memiliki
zat hijau daun (klorofil). Dari hasil perhitungan dari ketiga sampel botol memiliki
perbedaan kadar oksigen yang dihasilkan. Pada botol terang dihasilkan kadar
oksigen akhir 5,9 mg/l. Pada botol gelap dihasilkan kadar oksigen akhir sebanyak
5,8 mg/l dan botol yang terbungkus plastik dihasilkan kadar oksigen akhir
sebanyak 6,0 mg/l. Hal tersebut membuktikan bahwa media fotosintesis juga
berpengaruh terhadap laju kecepatan fotosintesis. Pada botol yang terbungkus
memiliki kadar oksigen yang lebih tinggi di bandingkan dengan botol-botol yang
lainnya. Selain itu pada botol yang terang lebih besar di bandingkan dengan botol
gelap. Hal tersebut disebabkan karena gelombang cahaya yang diterima oleh
tanaman hydrilla untuk melakukan fotosintesis berbeda-beda.

5.1 Saran

Pada praktiukum mengenai fotosintesis ini seharusnya praktikan mempelajari


lebih dalam dahulu materi yang akan di praktikkumkan, sehingga mengurangi
kesalahan pada saat proses praktikum berlangsung. Praktikan juga harus
memperhatikan alat-alat praktikum yang digunakan supaya tidak terjadi kerusakan
pada alat-alat laboratorium yang digunakan. Kemudian praktikan juga harus lebih
mmperhatikan arahan dari assisten laboratorium atau laboran untuk meminimalisir
keslahan pada praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.

Krisdianto, dan kawan-kawan. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. FMIPA


Universitas Lambung Mangkurat.Banjarbaru.

Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT


Gramedia. Jakarta.

Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Syamsuri. I. 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai