DENGAN
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5
2019
BAB 1
PEMBAHASAN
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan
untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi,
dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart,2006).
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori yaitu (Stuart, 2006) :
1) Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong
seseorang untuk bunuh diri
2) Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan
dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan
tugasnya
3) Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan
faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan
3. Intervensi
a. Intervensi secara umum:
Stuart dan Sundeen (1987) mengidentifikasi intervensi utama pada
klien tingkah laku bunuh diri sebagai berikut:
1. Melindungi. Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah
klien melukai dirinya. Tempatkan klien di tempat yang aman, bukan
diisolasi, serta semua tindakan dijelaskan pada klien. Pengawasan satu-
satu selam 24 jam harus dlakukan pada klien yang resiko tinggi
melakukan bunuh diri. Krisis intervensi merupakan tindakan yang tepat.
Kecenderungan bunuh diri yang ada di masyarakat memerlukan bantuan
yang segera dari “klinik krisis” atau tenaga sukarela yang membantu
klien melalui telepon (hot line). Hot line biasanya tersedia 24 jam,
melayani setiap orang, tidak perlu perjanjian dan bayaran, dan memberi
bantuan dengan segera.
2. Meningkatkan harga diri. Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga
diri yang rendah. Dengan menyediakan waktu dan diri bagi klien
membuktikan bahwa klien penting. Bantu klien mengekspresikan
perasaan positif dan negative, berikan pujian pada hal yang positif.
Bersama klien identifikasi sumber kepuasaan dan rencana aktivitas yang
memungkinkan akan keberhasilan.
3. Menguatkan koping konstruktif atau sehat. Perawat perlu mengkaji
koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian dan penguatan untuk
koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif pelu dimodifikasi
atau diganti dengan koping baru yang sehat, misalnya klien yang selalu
menekan perasaan marah dapat dibimbing untuk mengikuti latihan asertif
(mengekspresikan marah secara efektif dan konstrktif).
4. Menggali perasaan. Perawat membantu klien untuk mengenal
perasaannya. Bersama mencari factor predisposisi atau partisipasi yang
mempengaruhi perilaku klien. Dengan mengenal perasaan dan penyebab
perilakunya, maka klien dapat mengubahnya di masa yang akan datang.
5. Menggerakkan dukungan social. Biasanya klien yang mempunyai
kecenderungan bunuh diri tidak atau kurang dukungan social. Untuk itu,
perawat mempunyai peran menggerakkan system social klien. Keluarga,
teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat dapat membantu
mengontrol perilaku klien. Keluarga dank lien memerlukan bantuan
dalam meningkatkan pola dan kualitas komunikasi.
b. Intervensi per diagnose:
1. Diagnose : Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaan krisis
yang tiba-tiba (di rumah, di masyarakat)
Tujuan jangka panjang: Klien tidak melukai/membunuh diri.
Tujuan jangka pendek:
1) Klien tetap aman dan selamat
2) Klien berperan serta dalam mengontrol perilaku
Intervensi:
1) Temani klien terus-menerus sampai ia dapat dipindahkan ke tempat
yang aman
2) Mendapatkan orang yang dapat segera membawa klien ke rumah sakit
untuk pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat.
3) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, gelas,
silet, tali pinggang)
4) Cek keberadaan klien setiap 10-15 menit dengan observasi yang tidak
teratur
5) Dengan lembut jelaskan pada klien bahwa saudara akan melindungi
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
6) Yakini bahwa klien menelan obatnya
2. Diagnose : Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidak-
mampuan menangani stress dan perasaan bersalah
Tujuan jangka panjang : Klien dapat mengontrol tingkah laku bunuh diri
Tujuan jangka pendek :
1) Klien terlindungi dari merusak diri sendiri
2) Klien dapat mengungkapkan dan menerima perasaannya
3) Klien dapat mengidentifikasi dan mengembangkan koping yang sehat
Intervensi:
1) Tentukan tingkat intensitas bunuh diri klien:
a. Menggali percobaan bunuh diri sebelumnya
b. Mengidentifikasi ide, pikiran, rencana bunuh diri
2) Lakukan tindakan perlindungan (pencegahan) bunuh diri:
a. Ciptakan lingkungan yang aman
b. Observasi perilaku klien
c. Pertahankan supervise melekat
3) Terangkan semua tindakan pada klien
4) Lakukan kontrak tentang penanganan bunuh diri dengan klien dan
lokasi staf jika ide, pikiran dan atau rencana bunuh dri muncul
5) Lakukan pendekatan individual (perseorangan) untuk mendorong
klien menyadari, mengungkapkan dan menerima perasaannya
6) Kuatkan koping sehat
7) Gali dan kembangkan koping yang baru
8) Diskusikan alternative pemecahan selain bunuh diri
4. Evaluasi
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang
teliti tentang tingkah laku klien setiap hari.Perubahan dapat segera terjadi yang
memerlukan modofikasi perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan,
evaluasi dan modifikasi rencana sangat membantu pencapaian tujuan asuhan
keperawatan..
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi diri sendiri.Melalui
intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan
alternative pemecahan masalh bunuh diri.
BAB III
KESIMPULAN
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons maladaptive. Bunuh
diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Tingkah laku bunuh diri ada 2, yaitu rentang harapan-putus harapan dan
rentang menghargai-merusak diri.
Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Faktor Presipitasi Faktor Predisposisi
Sumber Koping
Gangguan Konsep
Diri:
Halusinasi
Perilaku Kekerasan
Risiko Membahayakan
Diri :