Anda di halaman 1dari 25

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH
PKN

DIBUAT OLEH:
IRMA ROSDIANA
NIM: 1901026
A. Demokrasi di Indonesia, Dulu hingga Kini
Kali ini saya akan membahas tentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Sebelum itu, tentu kita harus tahu seluk-beluk demokrasi terlebih dahulu. Demokrasi
berasal dari bahasa Yunani, yang diambil dari kata Demokratia yang berarti
kekuasaan rakyat. Demokratia sendiri terdiri dari dua kata, yakni demos yang
mempunyai arti rakyat serta kratos yang mempunyai arti kekuasaan atau kekuatan.
Bagaimana pengertian demokrasi menurut para ahli? Menurut Abraham
Lincoln, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dibuat dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Menurut Charles Costello, demokrasi adalah sistem sosial serta
politik pemerintahan diri dengan kekuasaan pemerintah yang dibatasi oleh hukum
serta kebiasaan untuk melindungi setiap hak perorangan warga negara. Selain itu,
masih banyak lagi ahli-ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian
demokrasi.
Secara umum, pengertian demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang
setiap warga negaranya memiliki hak yang setara dalam pengambilan suatu
keputusan yang akan memberikan efek dalam kehidupan mereka. Demokrasi juga
bisa diartikan sebagai bentuk kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Demokrasi mencakup kondisi budaya, ekonomi, dan sosial dalam terjadinya
praktik kebebasan politik, baik secara bebas ataupun setara. Dalam demokrasi,
warga negara diizinkan untuk berpartisipasi aktif secara langsung atau melalui
perwakilan dalam melakukan perumusan, pengembangan, serta pembuatan hukum.
Demokrasi dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan penyaluran kehendak rakyat, yaitu:
Demokrasi langsung (direct democracy) adalah demokrasi yang secara
langsung melibatkan rakyat untuk pengambilan keputusan terhadap suatu negara.
Contohnya seperti pemilu.
Demokrasi tidak langsung (indirect democracy) adalah demokrasi yang tidak
secara langsung melibatkan seluruh rakyat suatu negara dalam pengambilan suatu
keputusan. Contohnya seperti suatu keputusan yang dilakukan oleh wakil-wakil
rakyat (DPR, DPD, DPRD).
Negara yang menganut prinsip demokrasi memiliki ciri:
Segala keputusan yang dilakukan pemerintah berdasarkan kehendak dan
kepentingan rakyat.
Memiliki ciri kontitusional, (mengenai kehendak, kekuasaan, atau
kepentingan rakyat) yang dituliskan dalam suatu undang-undang negara.
Memiliki ciri perwakilan. Ketika mengatur segala urusan negera, kedaulatan
dan kekuasaan rakyat sudah diwakilkan kepada beberapa orang yang sebelumnya
sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
Memiliki ciri pemilihan umum, yakni segala kegiatan politik dilakukan untuk
memilih pihak yang akan menjalankan pemerintahan.
Memiliki ciri kepartaian, yakni partai menjadi suatu media atau sarana sebagai
bagian pelaksanaan sistem demokrasi.
Pelaksanaan demokrasi memiliki banyak kelebihan, di antaranya ialah:

Kesetaraan hak membuat setiap masyarakat dapat ikut serta dalam sistem politik .
Pemegang kekuasaan dipilih menurut suara dan keinginan rakyat.
Mencegah terjadinya monopoli kekuasaan.
Selain memiliki kelebihan, demokrasi juga memiliki kekurangan, antara lain:
Kepercayaan rakyat bisa dengan mudah digoyangkan melalui pengaruh-
pengaruh negatif. Misalnya dengan media yang tidak netral dalam menyampaikan
informasi.
Kesetaraan hak dianggap tidak adil, karena menurut para ahli setiap orang
memiliki pengetahuan politik yang tidak sama.
Konsentrasi pemerintah yang sedang menjabat akan berkurang ketika mendekati
pemilihan umum berikutnya.
Setelah mengetahui berbagai macam hal tentang demokrasi, sekarang saya akan
membahas tentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa tidaklah sama,
mengingat undang-undang dasar yang berlaku pun berganti-ganti. Pergantian
undang-undang dasar menyebabkan pergantian sistem pemerintahan.
Indonesia telah menganut sistem demokrasi sejak merdeka sampai saat ini.
Dimulai dari demokrasi terpimpin pada masa jabatan Soekarno, demokrasi
pancasila yang digunakan Soeharto selama puluhan tahun menjabat menjadi
presiden, hingga demokrasi sesungguhnya yang mulai berjalan setelah masa
jabatan Soeharto berakhir pada tahun 1998 yang ditandai oleh adanya pemilu
daerah maupun presiden yang dapat diikuti oleh rakyat secara serentak dan
adil.

1. Orde Lama
Demokrasi Liberal (1945-1959)
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Ir. Soekarno yang
menjabat sebagai ketua PPKI dipercaya merangkap jabatan menjadi presiden RI
pertama. Kemudian PPKI membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat dengan
ketuanya Kasman Singodimejo. Komite ini bertujuan untuk membantu tugas-tugas
presiden. Kebebasan dan kemerdekaan untuk berdemokrasi dalam tubuh KNIP
justru membawa pemerintah RI kepada sistem parlementer untuk menghindari
kekuasaan presiden yang terpusat. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1945 lahir
memorandum yang ditandatangani oleh 50 orang dari 150 orang anggota KNIP.
Pada tanggal 3 November 1945, keluar maklumat untuk kebebasan
membentuk banyak partai atau multi partai sebagai persiapan pemilihan umum yang
akan diselenggarakan bulan Juni 1946. Tanggal 14 November 1945 terbentuklah
susunan kabinet berdasarkan sistem parlementer (demokrasi liberal).
Berlakunya UUDS 1950 pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan sistem
demokrasi liberal tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan rakyat
Indonesia, bahkan muncul tanda-tanda perpecahan bangsa yang ditandai dengan
pemberontakan PRRI Permesta, DI/TII yang ingin lepas dari NKRI.
Konstituante tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara dalam keadaan
darurat. Untuk mengatasi, dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sistem
demokrasi liberal tidak berhasil dilaksanakan di Indonesia karena tidak sesuai
dengan pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia.

Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Dekrit Presiden 5 Juli 1959 di antaranya berisi usulan pembubaran
konstituante, berlakunya kembali UUD 1945, dan pembentukan MPRS dan DPAS
dalam waktu sesingkat-singkatnya sehingga berakhirlah masa demokrasi liberal.
Pada periode tahun 1959-1965 kekuasaan didominasi oleh presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan makin
meluasnya peranan TNI/Polri sebagai unsur sosial politik. Pada masa demokrasi
terpimpin ada tiga unsur kekuatan utama, yaitu Ir. Soekarno, PKI, dan Angkatan
Darat. Pada masa ini banyak terjadi penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD
1945, antara lain:
Pembentukan nasakom (nasionalis, agama, dan komunis).
Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang pengangkatan Soekarno sebagai Presiden
seumur hidup.
Pembubaran DPR hasil pemilu oleh presiden.
Pengangkatan ketua DPRGR/MPRS menjadi menteri negara oleh presiden
dan penyelewengan lain dalam pelaksanaan pemerintahan.
Dalam demokrasi terpimpin jika terjadi ketidakmufakatan dalam sidang
legislatif, maka permasalahan itu diserahkan kepada presiden sebagai pemimpin
besar revolusi untuk dapat diputuskan. Akhirnya orde lama jatuh setelah terjadi
peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965 dengan diikuti krisis ekonomi yang cukup
parah.

2. Orde Baru (1966-1998)


Berdasarkan pengalaman orde lama, pemerintahan orde baru berupaya
menciptakan stabilitas politik dan keamanan untuk menjalankan pemerintahannya.
Orde baru berpendapat bahwa orde lama terlalu longgar dalam pendirian partai
politik sehingga berakibat lemahnya stabilitas pertahanan dan keamanan negara.
Stabilitas politik dan keamanan yang diciptakan justru mengekang kelompok-
kelompok kepentingan dan partai politik lain yang menginginkan perubahan
demokrasi. Media massa dan rakyat selalu di bayang-bayangi ketakutan apabila
ingin melancarkan kritik kecuali atas izin pemerintah. Hal ini berakibat menurunnya
mental serta moral bangsa Indonesia, sehingga timbul KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme). Karena banyak KKN yang terjadi, rasa percaya rakyat kepada
pemerintah pun hilang, sehingga terjadi unjuk rasa yang di pelopori oleh mahasiswa.
Pada akhir masa orde baru timbul krisis ekonomi yang cukup parah. Hal ini
menimbulkan gerakan massa rakyat yang menuntut diadakannya reformasi di segala
bidang. Rezim orde baru akhirnya jatuh dengan mundurnya Soeharto, selanjutnya
kekuasaan di serahkan kepada B. J. Habibie yang pada waktu itu menjabat sebagai
wakil presiden.

3. Reformasi (1998-sekarang)
Kepemimpinan B. J. Habibie dinilai melanjutkan orde baru sehingga tidak
mendapat legitimasi dari rakyat dan kepemimpinannya tidak dapat dipertahankan.
Pada pemilu tahun 1999 muncul K. H. Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI
yang ke-4, yang terpilih secara demokratis di parlemen. Dalam menjalankan
pemerintahannya, Abdurrahman Wahid membuat beberapa kebijaksanaan dan
tindakan yang kurang sejalan dengan proses demokratisas, maka pemerintahan
sipilnya terpaksa tersingkir oleh sidang istimewa MPR. Selanjutnya pimpinan RI
beralih ke tangan Megawati Soekarnoputri yang pada waktu itu menjabat sebagai
wakil presiden. Ketidakpuasan rakyat akan pemerintahan presiden ke-5 RI ini
kembali timbul sehingga hampir saja terjadi krisis kepemimpinan.
Pada 2004 dilaksanakan pemilihan umum yang dipilih secara langsung oleh
rakyat. Pemilu ini menempatkan pasangan Soesilo bambang Yudhoyono (SBY) dan
Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden. Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono mempunyai komitmen untuk melaksanakan demokrasi secara nyata
sehingga terwujud masyarakat yang sejahtera seperti yang di ungkapkannya pada
pidato kenegaraannya.
Setelah masa kepemimpinan SBY-JK berakhir, diadakan pemilihan umum
kembali secara langsung pada tahun 2009, dan akhirnya pasangan Soesilo Bambang
Yudhoyono-Boediono terpilih sebagai presiden dan wakil presiden dengan masa
jabatan 2009-2014.
Saat ini demokrasi Indonesia berjalan pada era digital, yaitu era yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat
hampir dua dasawarsa ini. Tentu saja era digital ini mempengaruhi berbagai bidang
kehidupan, tak terkecuali sistem demokrasi.
Menurut survei, pengguna media sosial dan chatting platform di Indonesia
mencapai 70 juta pengguna. Pengguna internet dapat dengan mudah menerima
informasi mengenai kinerja pemerintahan dan kebijakan-kebijakan pemerintah,
sehingga mereka dapat dengan mudah memberi masukan, kritikan, bahkan hujatan.
Memang itulah salah satu dampak dari era digitalisasi yaitu kebebasan. Tentu
banyak juga dampak baiknya, misalnya saja beberapa instansi pemerintahan yang
mulai aktif di media sosial dengan memposting kegiatan, anggaran, bahkan daftar
belanja mereka. Hal ini disambut hangat oleh masyarakat karena membuat
semuanya menjadi lebih transparan.
Selain itu, melalui internet badan pemerintahan bisa berkomunikasi dua arah
dengan rakyat melalui dunia maya. Badan pemerintah bisa mendapat masukan dari
warga, sedangkan warga menjadi merasa lebih dekat dengan pemerintahan dan bisa
lebih mudah menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Hal ini membuat jarak
antara pemerintah dan rakyat menjadi semakin dekat serta menghapuskan kesan
pemerintahan yang kaku.
Para tokoh politik pun juga sudah memanfaatkan media sosial. Hal ini
membawa dampak positif, misalnya saja ketika Jokowi-Ahok maju sebagai calon
pemimpin saat pilkada Jakarta, pemberitaan yang masif akan prestasi dan
kesederhanaan beliau mampu menarik hati banyak orang untuk berpartisipasi dalam
pemilu. Sejak era digital dimulai, peningkatan pemuda dan pemudi yang
menggunakan hak pilihnya meningkat sangat pesat, tentu hal ini merupakan prestasi
yang membanggakan bagi sistem demokrasi di Indonesia.
Sebagai rakyat, kita memiliki kekuatan yang berpengaruh besar di dunia
maya, ada baiknya jika kita memanfaatkan kemudahan komunikasi ini dengan
tindakan yang baik, seperti memberi saran dan masukan untuk pemerintahan atau
memberi kritik bila kinerja pemerintahan sedang turun.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa orde baru dan masa reformasi
mengklaim memakai sistem demokrasi pancasila. Demokrasi pancasila bukanlah
demokrasi yang berdasarkan kekuasaan mayoritas. Dalam demokrasi pancasila,
tidak ada satu pun golongan yang boleh semaunya mempertahankan atau
memaksakan pendiriannya sendiri. Demorasi pancasila berbeda dengan demokrasi
liberal yang mengutamakan suara mayoritas dalam mengambil suatu keputusan
ataupun demokrasi terpimpin yang mengutamakan pemimpin dalam mengambil
keputusan.
Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, jadi
demokrasi pancasila adalah demokrasi yang dijiwai oleh sila kerakyatan yang di
pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang
berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perjalanan demokrasi di Indonesia yang begitu panjang tentu mengalami
banyak cobaan. Namun kegigihan bangsa mampu melewati masalah-masalah
demokrasi yang ada. Tak salah jika salah satu lembagai penelitian di Amerika
bernama Freedom House mengumumkan bahwa Indonesia merupakan negara
berkembang paling sukses dalam menjalankan sistem demokrasi. Semoga ke
depannya demokrasi di Indonesia bisa menuju ke arah yang semakin baik lagi.
B. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia sejak Orde Lama, Orde
Baru dan Orde Reformasi
10 Pengertian dan pelaksanaan demokrasi di setiap negara berbeda, hal ini
ditentukan oleh sejarah, budaya dan pandangan hidup, dan dasar negara serta tujuan
negara tersebut. Sesuai dengan pandangan hidup dan dasar negara, pelaksanaan
demokrasi di Indonesia mengacu pada landasan idiil dan landasan kkonstitusional
UUD 1945. Dasar demokrasi Indonesia adalah kedaulatan rakyat seperti yang yang
tercantum dalam pokok pikiran ketiga pembukaan UUD 1945 : “ Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasar kerakyatan,
permusyawaratan/perwakilan”. Pelaksanaannya didasarkan pada UUD 1945 Pasal 1
ayat (2) “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”.
1. DEMOKRASI LIBERAL
Pada tanggal 14 November 1945, pemerintah RI mengeluarkan maklumat yang
berisi perubahan sistem pemerintahan presidensial menjadi sistem parlementer
dengan sistem demokrasi liberal, kekuasaan ditujukan untuk kepentingan individu
atau golongan. Dengan sistem kabinet parlementer, menteri-menteri bertanggung
jawab kepada DPR. Kebijaksanaan pemerintah harus disesuaikan dengan mayoritas
DPR, sebab kalau tidak sesuai kabinet dapat dijatuhkan oleh DPR melalui mosi tidak
percaya. Selain itu, karena kemerdekaan mengeluarkan pendapat ditafsirkan sebagai
sikap sebebas-bebasnya, kritik yang selalu dilancarkan kaum oposisi bukan
membangun melainkan menyerang pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah tidak
stabil.
Keluarnya Maklumat Pemerintah 3 November 1945 memberi peluang yang
seluas-luasnya terhadap warga negara untuk berserikat dan berkumpul, sehingga
dalam waktu singkat bermuncullah partai- partai politik bagai jamur di musim
penghujan.
Keanggotaan badan konstituante yang dipilih dalam pemilu 1955, membagi
aspirasi politik dalam dua kelompok, yakni golongan nasionalis dan agama. Karena
perbedaan di antara mereka tidak dapat diatasi dan tidak menemukan titik terang
dalam hasil pemungutan suara dalam siding konstituante, maka Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1945 untuk menyelamatkan negara dan
kemudian menjadi sumber hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai
berikut. Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD
45 yang harusnya menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan
pemerintahan pelaksanaannya hanya
menjadi slogan-slogan kosong belaka. Memberi kekeuasaan yang besar pada
presiden, MPR,dan lembaga tinggi negara. Hal itu terlihat pada masa Demokrasi
terpimpin dan berlanjut sampai Orde Baru. Memberi peluang bagi militer untuk
terjun dalam bidang politik. Sejak Dekrit, militer terutama Angkatan Darat menjadi
kekuatan politik yang disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde Baru dan
tetap terasa sampai sekarang.
2. DEMOKRASI PADA MASA ORDE LAMA
Pada masa ini, demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer berakhir. Hal
ini disebakan karena sistem pemerintahannya berubah dari parlementer ke
presidensial sesuai dengan UUD yang berlaku. Jadi, pada masa ini terjadi perubahan
yang fundamental. Ciri-ciri pemerintahan pada masa ini :
• Peran dominan presiden,
• Terbatasnya partai-partai politik,
• Berkembangnya pengaruh komunis,
• Meluasnya peranan ABRI sebagai unsur-unsur sosial politik.
Pada masa ini, demokrasi yang digunakan adalah demokrasi terpimpin. Dasar
hukum pelaksanaan demokrasi ini ditetapkan dalam Sidang Umum ke-3 MPRS
tahun 1965, dengan Ketetapan MPRS No.VIII/MPRS/1965. Menurut Ketetapan
MPRS tersebut, prinsip penyelenggaraan demokrasi ini ialah musyawarah mufakat
tetapi apabila musyawarah mufakat tersebut tidak dapat dilaksanakan maka ada 3
kemungkinan cara :
• Pembicaraan mengenai persolan tesebut ditangguhkan,
• Penyelesaian mengenai persoalan tersebut diserahkan kepada pimpinan agar
mengambil kebijaksanaan untuk menetapkan keputusan dengan memerhatikan
pendapat-pendapat yang ada, baik yang saling bertentangan maupun yang tidak,
• Pembicaraan mengebai persoalan tersebut ditiadakan.
Dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam pengambilan keputusan, yaitu :
• Pada tahun 1960 presiden membubarkan DPR hasil pemilu, sedangkan dalam
penjelasan UUD ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenanguntuk
membubarkan DPR
• Dengan ketetapan MPRS No.III/MPRS/1963, Ir.Soekarno diangkat presiden
seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan ketentuan UUD 1945 yang menetapkan
masa jabatan presiden selama 5 tahun
• DPRGR yang mengganti DPR hasil pemilu ditonjolkan perannya sebagai
pembantu pemerintah sedangkan fungsi kontrol ditiadakan
• Penyelewengan di bidang perundang-undangan seperti menetapkan Penetapan
Presiden (Penpres) yang memakai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai sumber
hukum
• Didirikan badan-badan ekstra kontitusional seperti front nasional yang dipakai oleh
pihak komunis sebagai arena kegiatan, sesuai dengan taktik komunis internasional
bahwa pembentukan front nasional sebagai persiapan ke arah terbentuknya
demokrasi rakyat
• Partai politik dan pers yang dianggap menyimpang dari rel revolusi tidak
dibenarkan, sedangkan politik mercusuar di bidang hubungan luar negeri dan
ekonomi dalam negeri telah menyebabkan keadaan ekonomi menjadi kian suram.
Dengan sistem demokrasi terpimpin, kekuasaan presiden menjadi sangat
besar atau bahkan telah berlaku sistem pemusatan kekuasaan pada diri presiden.
Gejala pemusatan kekuasaan ini bukan saja bertentangan dengan prinsip-prinsip
demokrasi, bahkan cenderung otoriter. Penyimpangan-penyimpangan tersebut
bukan saja mengakibatkan tidak berjalannya sistem pemerintahan yang ditetapkan
dalam UUD 1945, melainkan mengakibatkan memburuknya keadaan politik dan
keamanan, serta terjadinya kemerosotan dalam bidang ekonomi. Puncak dari segala
keadaan ini adanya pemberontakan G 30 S/PKI. Dengan adanya G 30 S/PKI, masa
demokrasi terpimpin berakhir dan dimulainya sistem pemerintahan demokrasi
Pancasila.
C. PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Sukarno.
Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan
pada kepemimpinan Presiden Sukarno. Terpimpin pada saat pemerintahan Sukarno
adalah kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden.
Tugas Demokrasi terpimpin :
Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak
setabil sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih
mantap/stabil. Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi
Parlementer/Liberal. Hal ini disebabkan karena : Pada masa Demokrasi parlementer,
kekuasaan presiden hanya terbatas sebagai kepala negara. Sedangkan kekuasaan
Pemerintah dilaksanakan oleh partai.
Dampaknya: Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu
demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi
(pemusatan kekuasaan di tangan presiden).
Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin :
Kebebasan partai dibatasi Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Pemerintah berusaha menata kehidupan
politik sesuai dengan UUD 1945. Dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain
MPRS,DPAS, DPRGR dan Front Nasional.
Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD 1945
adalah sebagai berikut:
1. Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan
tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk
kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh
MPRS. Hal tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk
mengangkat Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta
pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai
besar serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri
yang tidak memimpin departemen.
2. Pembentukan MPRS
Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2
Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan
UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus
melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat memiliki
anggota-anggota yang duduk di MPR.
Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat :
Setuju kembali kepada UUD 1945, Setia kepada perjuangan Republik
Indonesia, dan Setuju pada manifesto Politik. Keanggotaan MPRS terdiri dari 61
orang anggota DPR, 94 orang utusan daerah, dan 200 orang wakil golongan. Tugas
MPRS terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
3. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena
DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya
menyatakan pembubaran DPR dan sebagai gantinya presiden membentuk Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Dimana semua anggotanya ditunjuk
oleh presiden. Peraturan DPRGR juga ditentukan oleh presiden. Sehingga DPRGR
harus mengikuti kehendak serta kebijakan pemerintah. Tindakan presiden tersebut
bertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden tidak dapat
membubarkan DPR.
Tugas DPR GR adalah sebagai berikut :
Melaksanakan manifesto politik
Mewujudkan amanat penderitaan rakyat
Melaksanakan Demokrasi Terpimpin
4. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan
Penetapan Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh Presiden sendiri.
Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12 orang wakil partai politik,
8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil golongan. Tugas DPAS adalah memberi
jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada pemerintah.
Pelaksanaannya kedudukan DPAS juga berada dibawah pemerintah/presiden
sebab presiden adalah ketuanya. Hal ini disebabkan karena DPAS yang
mengusulkan dengan suara bulat agar pidato presiden pada hari kemerdekaan RI 17
AGUSTUS 1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang dikenal
dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(Manipol) ditetapkan sebagai GBHN berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960.
Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia).
Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.
5. Pembentukan Front Nasional
Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959.
Front Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita
proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah
menyatukan segala bentuk potensi nasional menjadi kekuatan untuk menyukseskan
pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Tugas front
nasional adalah sebagai berikut.
Menyelesaikan Revolusi Nasional
Melaksanakan Pembangunan
Mengembalikan Irian Barat
6. Pembentukan Kabinet Kerja
Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil
presiden diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja mengalami tiga
kali perombakan (reshuffle). Program kabinet ini adalah sebagai berikut.
Mencukupi kebutuhan sandang pangan
Menciptakan keamanan negara
Mengembalikan Irian Barat.
7. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom
Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa demokrasi
parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa
dan bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada masa
demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan
pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan
ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk
menggalang persatuan bangsa.
Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan paham berbagai golongan
dalam masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan menerima dan melaksanakan
Nasakom maka persatuan Indonesia akan terwujud. Ajaran Nasakom mulai
disebarkan pada masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja dengan upaya
untuk memperkuat kedudukan Presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja
dengan menolak presiden.
Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan
dan ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan
mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM.
Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran
kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD
1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan kekuasaan
pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden Sukarno
tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
8. Adanya ajaran RESOPIM
Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan
Pimpinan Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno. Ajaran
Resopim diumumkan pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
ke-16.
Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan
bernegara harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan
oleh satu pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu
Presiden Sukarno.
Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka kedudukan lembaga-lembaga
tinggi dan tertinggi negara ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan
adanya pemberian pangkat menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal
kedudukan menteri seharusnya sebagai pembantu presiden.
9. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
TNI dan Polri disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI) yang terdiri atas 4 angkatan yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut,
TNI Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian. Masing-masing angkatan dipimpin
oleh Menteri Panglima Angkatanyang kedudukannya langsung berada di bawah
presiden. ABRI menjadi salah satu golongan fungsional dan kekuatan sosial politik
Indonesia.
10. Pentaan Kehidupan Partai Politik
Pada masa demokrasi Parlementer, partai dapat melakukan kegiatan politik
secara leluasa. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin, kedudukan partai
dibatasi oleh penetapan presiden No. 7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi
syarat, misalnya jumlah anggota yang terlalu sedikit akan dibubarkan sehingga dari
28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai.Tindakan pemerintah ini dikenal dengan
penyederhanaan kepartaian.
Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan pemerintah
terutama presiden. Kedudukan presiden yang kuat tersebut tampak dengan
tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah berjaya masa
demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan
pembubaran partai tersebuat adalah karena sejumlah anggota dari kedua partai
tersebut terlibat dalam pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua Partai tersebut
resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.
11. Arah Politik Luar Negeri
Politik Mercusuar
Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa
Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh
dunia. Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan
spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang
terkemuka di kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang
sangat besar mencapai milyaran rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO
(Games of the New Emerging Forces ) yang membutuhkan pembangunan kompleks
Olahraga Senayan serta biaya perjalanan bagi delegasi asing. Pada tanggal 7 Januari
1965, Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebab Malaysia diangkat menjadi
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Besarnya kekuasaan Presiden dalam
Pelaksanaan demokrasi terpimpin tampak dengan:
a. Pengangkatan Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta
pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai- partai besar
serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak
memimpin departemen.
b. Pidato presiden yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada tanggal
17 Agustus 1959 yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(Manipol) ditetapkan sebagai GBHN atas usul DPA yang bersidang tanggal 23-25
September 1959.
c. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.
d. Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi yang berarti
sebagai presiden seumur hidup.
e. Pidato presiden yang berjudul ”Berdiri di atas Kaki Sendiri” sebagai pedoman
revolusi dan politik luar negeri.
f. Presiden berusaha menciptakan kondisi persaingan di antara angkatan,
persaingan di antara TNI dengan Parpol.
g. Presiden mengambil alih pemimpin tertinggi Angkatan Bersenjata dengan
di bentuk Komandan Operasi Tertinggi (KOTI).
D. Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia
Pengertian Demokrasi secara umum adalah bentuk atau sistem pemerintahan
dimana seluruh rakyatnya turut serta memerintah melalui wakil-wakilnya. Menurut
Abraham Lincoln, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan
“dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.

Istilah Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang artinya rakyat
dan cratos yang artinya pemerintahan. Pengakuan resmi bahwa Indonesia adalah
negara demokrasi terdapat pada:
1. UUD 1945 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”
2. Pancasila sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.”
Sejak merdeka, bangsa Indonesia pernah melaksanakan tiga macam demokrasi
yaitu Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila.

Demokrasi Liberal (1950-1959)


Demokrasi liberal atau demokrasi parlementer berlaku pada tahun 1950—1959.
Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUDS 1950. Berdasarkan UUDS
1950, sistem pemerintahan dan demokrasi yang diterapkan di Indonesia, yaitu
sistem parlementer dan demokrasi liberal. Artinya, kabinet yang menterinya
diajukan oleh parlemen (DPR) dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).

Dalam sistem parlementer ini, kepala pemerintahan adalah perdana menteri dan
presiden hanya sebagai kepala negara. Masa demokrasi liberal ini membawa
dampak yang cukup besar, memengaruhi keadaan, situasi dan kondisi politik pada
waktu itu.

Dampaknya, yaitu:

1. Pembangunan tidak berjalan lancar karena kabinet selalu silih berganti.


2. Tidak ada partai yang dominan maka seorang kepala negara terpaksa bersikap
mengambang di antara kepentingan banyak partai.
3. Dalam sistem multi partai, tidak pernah ada lembaga legislatif, yudikatif, dan
eksekutif yang kuat.
4. Munculnya pemberontakan di berbagai daerah (DII/TII, Permesta, APRA,
RMS).
5. Memunculkan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan saat itu.
Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1959
mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan
berlakunya kembali UUD 1945, serta tidak berlakunya UUDS 1950.

Demokrasi Terpimpin (1959—1966)


Demokrasi terpimpin atau demokrasi terkelola yaitu seluruh keputusan serta
pemikiran berpusat pada pemimpin negara saja. Menurut TAP MPRS No.
VIII/MPRS/1965, demokrasi terpimpin adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berasaskan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong bagi semua kekuatan nasional
yang progresif revolusioner dengan berporoskan Nasakom.
Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945 dan Presiden Sukarno
berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang
berlandaskan pada sistem presidensial (presidesiil). Para menteri berada di bawah
wewenang presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.

Demokrasi Pancasila (1966—sekarang)


Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang merupakan perwujudan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
yang mengandung semangat Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila, yaitu:

1. Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia


2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
3. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggungjawab secara moral kepada Tunan
Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
4. Mewujudkan rasa keadilan sosial.
5. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
6. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
7. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
Pentingnya Kehidupan Demokrasi

Sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,


dan bernegara.
2. Pengakuan akan supremasi hukum (kedaulatan hukum).
3. Pengakuan akan kesamaan di antara warga negara.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat, berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan Pendapat
5. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
6. Kebebasan untuk meyakini kepercayaan,menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.
7. Hak asasi manusia dijamin.
8. Kebebasan pers.
9. Pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil.
Kehidupan demokrasi dalam masyarakat itu sangat penting karena dapat
menumbuhkan hal-hal positif, sebagai berikut:

1. Tumbuhnya semangat warga masyarakat untuk bersilaturahmi.


2. Mempererat tali persaudaraan di antara para anggota masyarakat.
3. Tumbuhnya semangat untuk beraktivitas dan berkreasi.
4. Warga masyarakat semakin peka terhadap lingkungannya.
5. Tumbuhnya sikap saling menghargai hak-hak masing-masing warga
masyarakat.
6. Menekan terjadinya sikap dan perbuatan negatif

Sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,


dan bernegara.
2. Pengakuan akan supremasi hukum (kedaulatan hukum).
3. Pengakuan akan kesamaan di antara warga negara.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat, berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan Pendapat
5. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
6. Kebebasan untuk meyakini kepercayaan,menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.
7. Hak asasi manusia dijamin.
8. Kebebasan pers.
9. Pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil.
Kehidupan demokrasi dalam masyarakat itu sangat penting karena dapat
menumbuhkan hal-hal positif, sebagai berikut:

1. Tumbuhnya semangat warga masyarakat untuk bersilaturahmi.


2. Mempererat tali persaudaraan di antara para anggota masyarakat.
3. Tumbuhnya semangat untuk beraktivitas dan berkreasi.
4. Warga masyarakat semakin peka terhadap lingkungannya.
5. Tumbuhnya sikap saling menghargai hak-hak masing-masing warga
masyarakat.
6. Menekan terjadinya sikap dan perbuatan negative

Inilah 18 Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi

Berikut akan dibahas berbagai hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan
demokrasi.

Kelebihan Demokrasi

1. Melindungi kepentingan rakyat

Demokrasi merupakan sistem yang melindungi kepentingan rakyat. Kekuasaan


yang sesungguhnya terletak di tangan orang-orang yang mewakili rakyat banyak.

Para wakil rakyat dipilih dan harus bertanggung jawab kepada rakyat yang
memilihnya. Dengan cara ini, kepentingan sosial, ekonomi dan politik rakyat
menjadi lebih terjamin di bawah demokrasi.

2. Berdasarkan prinsip kesetaraan

Demokrasi didasarkan pada prinsip kesetaraan. Semua warga negara memiliki


kedudukan sama di mata hukum.

Semua rakyat memiliki hak sosial, politik dan ekonomi yang sama dan negara
tidak boleh membedakan warga negara atas dasar kasta, agama, jenis kelamin, atau
kepemilikan.

3. Stabilitas dan tanggung jawab dalam pemerintahan

Demokrasi dikenal sebagai sistem yang stabilitas dan efisien. Pemerintahan


berjalan stabil karena didasarkan pada dukungan publik.

Dalam demokrasi perwakilan, wakil rakyat mendiskusikan masalah negara secara


menyeluruh dan mengambil keputusan berdasarkan aspirasi rakyat.
Di bawah sistem monarki, elit kerajaan mengambil keputusan sesuai keinginannya
sendiri. Sedangkan di bawah kediktatoran, diktator tidak melibatkan rakyat sama
sekali dalam pengambilan keputusan.

4. Pendidikan politik kepada rakyat

Demokrasi bisa berfungsi sebagai sekolah pendidikan politik bagi rakyat. Rakyat
akan ikut terdorong untuk mengambil bagian dalam urusan negara.

Pada saat pemilihan umum, partai politik mengusulkan kebijakan dan program
untuk dinilai oleh rakyat. Hal ini pada akhirnya menciptakan kesadaran politik di
kalangan masyarakat.

5. Sedikit peluang revolusi

Karena demokrasi didasarkan pada kehendak publik, terdapat kemungkinan kecil


terjadi pemberontakan rakyat. Para wakil dipilih oleh rakyat untuk melakukan
urusan negara dengan dukungan rakyat.

Jika mereka tidak bekerja dengan baik atau tidak memenuhi harapan rakyat, para
wakil bisa saja tidak dipilih lagi dalam pemilu berikutnya. Dengan cara ini, rakyat
tidak perlu melakukan pemberontakan saat menginginkan perubahan.

6. Pemerintahan stabil

Demokrasi didasarkan pada kehendak rakyat sehingga penyelenggaraan negara


berjalan didasarkan atas dukungan rakyat.

Oleh karena itu, demokrasi dianggap lebih stabil daripada bentuk pemerintahan
lain.

7. Membantu membentuk rakyat menjadi warga negara yang baik

Keberhasilan demokrasi terletak pada bertumbuhnya warga negara yang baik.


Demokrasi menciptakan lingkungan yang tepat untuk pengembangan kepribadian
dan menumbuhkan kebiasaan yang baik. Dalam demokrasi, rakyat dilatih untuk
memahami hak dan kewajiban mereka.

8. Berdasarkan opini publik

Pemerintahan demokrasi didasarkan pada keinginan publik dan tidak didasarkan


pada ketakutan pada penguasa.

Demokrasi berdiri di atas konsensus, bukan pada kekuasaan; dengan warga negara
memiliki kesempatan mengambil bagian aktif dalam pemerintahan.

Kekurangan Demokrasi

1. Lebih menekankan pada kuantitas daripada kualitas

Demokrasi tidak didasarkan pada kualitas tetapi pada kuantitas. Partai mayoritas
memiliki wewenang memegang pemerintahan.

Selain itu, orang yang tidak memiliki kecerdasan, visi dan korup bisa saja terpilih
menjadi penyelenggara negara.

2. Pemerintahan oleh orang tidak kompeten

Demokrasi bisa saja dijalankan oleh orang-orang yang tidak kompeten. Dalam
demokrasi, setiap warga negara diperbolehkan untuk mengambil bagian,
sedangkan tidak semua orang cocok dengan peran itu.

Segerombolan manipulator yang dapat mengumpulkan suara bisa mendapatkan


kekuasaan dalam demokrasi. Hasilnya, demokrasi dijalankan oleh orang bodoh dan
tidak kompeten.

3. Berdasarkan kesetaraan yang tidak wajar

Konsep kesetaraan dalam demokrasi dianggap bertentangan dengan hukum alam.


Alam memberi setiap individu dengan kecerdasan dan kebijaksanaan yang
berbeda.
Faktanya, kemampuan tiap orang berbeda. Sebagian orang berani, lainnya
pengecut. Sebagian sehat, yang lain tidak begitu sehat. Sebagian cerdas, yang lain
tidak.

Kritik berpendapat bahwa akan bertentangan dengan hukum alam untuk


memberikan status yang sama kepada semua orang.

4. Pemilih tidak tertarik pada pemilu

Pemilih tidak selalu menunaikan hak pilihnya sebagaimana seharusnya. Umum


ditemukan tingkat partisipasi pemilih hanya berada pada kisaran angka 50 sampai
60 persen saja.

5. Menurunkan standar moral

Satu-satunya tujuan kandidat adalah memenangkan pemilihan. Mereka sering


menggunakan politik uang dan praktik bawah tangan lainnya agar terpilih.

Kekuatan otot dan uang bekerja bahu-membahu untuk memastikan kemenangan


seorang kandidat.

Dengan demikian, moralitas adalah korban pertama dalam pemilu. Apa yang bisa
diharapkan setelah moralitas dikorbankan?

6. Demokrasi adalah pemerintahan orang kaya

Demokrasi modern pada kenyataannya adalah kapitalistik. Pemilu dilakukan


dengan uang. Para calon kaya membeli suara. Pada akhirnya, rakyat mendapatkan
pemerintahan plutokrasi yang berbaju demokrasi.

Pada kondisi ini, orang kaya menguasai media untuk keuntungan mereka sendiri.
Kepentingan pemilik modal bisa saja mempengaruhi keputusan politik yang
diambil pemerintah.
7. Penyalahgunaan waktu dan dana publik

Demokrasi bisa terjerumus pada pemborosan waktu dan sumber daya. Dibutuhkan
banyak waktu dalam perumusan undang-undang. Banyak uang yang dihabiskan
selama pemilu.

8. Tidak terjadi pemerintahan yang stabil

Ketika tidak ada partai yang manjadi mayoritas mutlak, pemerintahan koalisi harus
dibentuk. Koalisi partai politik dengan pembagian kekuasaan hanya merupakan
perkawinan semu.

Setiap kali terjadi benturan kepentingan, koalisi hancur dan pemerintahan runtuh.
Dengan demikian, pemerintah stabil di bawah demokrasi bisa sulit dicapai.

9. Kediktatoran mayoritas

Demokrasi dikritik karena menjadi legitimasi kediktatoran mayoritas. Mayoritas


diharuskan melindungi kepentingan minoritas tetapi dalam praktiknya tidak selalu
demikian.

Mayoritas setelah mendapatkan kesuksesan saat pemilu terkadang melupakan


minoritas dan menjalankan pemerintahan sesuai dengan kehendak mereka sendiri.

10. Pengaruh buruk dari partai politik

Partai politik merupakan dasar demokrasi. Partai politik bertujuan merebut


kekuasaan dengan cara yang sah.

Namun terkadang, anggota partai politik lebih mendahulukan kepentingan partai


dibanding kepentingan negara.[]

Anda mungkin juga menyukai